Anda di halaman 1dari 10

KULIAH III

TEORI-TEORI BISNIS INTERNASIONAL

1. MERKANTILISME (Th 1700)

Merkantilisme adalah suatu teori ekonomi yang menyatakan bahwa kesejahteraan suatu
negara hanya ditentukan oleh banyaknya aset atau modal yang disimpan oleh negara yang
bersangkutan, dan bahwa besarnya volume perdagangan global amat sangat penting. Aset
ekonomi atau modal negara  dapat digambarkan secara nyata dengan jumlah kapital
(mineral berharga, terutama emas maupun komoditas lainnya) yang dimiliki oleh negara
dan modal ini bisa diperbesar jumlahnya dengan meningkatkan ekspor dan mencegah
impor sehingga neraca perdagangan  dengan negara lain akan selalu positif.

Julukan merkantilisme pada dasarnya diberikan kepada aliran atau paham ini
oleh para kritikus ekonomi khususnya Adam Smith. Sebutan merkantilisme
mengandung makna menyamakan suatu bangsa atau negara dengan kebijakan
seorang pedagang, yang berusaha mendapatkan hasil yang lebih besar pada
waktu menjual dibandingkan dengan apa yang dikeluarkannya ketika membeli dan
dengan demikian meningkatkan kekayaan perusahaannya. Seperti layaknya
seorang pedagang, bangsa yang merkantilis memandang bangsa dan negara lain
sebagai saingannya dan mencoba untuk merebut pasaran saingannya dengan cara
merebut suatu monopoli atau dengan cara lain-lainnya. Biasanya seorang
pedagang berusaha untuk menekan harga barang yang akan dibelinya, dan
membayar upah serendah mungkin dengan tujuan untuk menekan biaya pada titik
yang paling minimal. Demikian juga negara yang menganut paham merkantilisme
berusaha untuk menumpuk kekayaan dengan jalan memeras dan menguras
sumber-sumber daya yang murah di negara jajahan dan mengupah buruh dengan
upah yang sangat minim di negerinya sendiri.

Sejarah terjadinya Merkantilisme

Merkantilisme berkembang ketika ekonomi eropa berada dalam masa transisi. Pusat
kekuasaan yang sebelumnya dipegang oleh para bangsawan digantikan oleh negara
nasional. Perubahan teknologi dalam hal perkapalan dan pertumbuhan pusat-pusat urban
mendorong meningkatnya perdagangan internasional. Merkantilisme memusatkan 
perhatian pada bagaimana perdagangan ini memberi keuntungan yang sebesar-besarnya
bagi negara. Perubahan penting lainnya adalah penemuan pencatatan ganda dan akuntansi
modern. Accounting ini membuat aliran perdagangan masuk dan keluar tercatat dengan
jelas, memberi kontribusi pada pengawasan yang ketat terhadap keseimbangan
perdagangan. Tentu saja penemuan benua Amerika tak dapat diabaikan. Pasar-pasar baru
dan pertambangan-pertambangan baru mendorong perdagangan internasional hingga ke
tingkat yang tak dapat dibayangkan sebelumnya. Pertambangan-pertambangan ini ini
mendorong  pergerakan harga dan peningkatan  dalam volume aktivitas perdagangan itu
sendiri.

1
Sebagian besar negara-negara eropa pada abad ke-16 sampai abad ke-18 menganut sistem
ekonomi merkantilisme ini, seperti Inggris yang pada saat itu merupakan negara industri
terbesar di dunia, Prancis, Belanda, dan negara-negara lainnya.

Merkantilisme menyulut terjadinya kekerasan di eropa antara abad ke-17 hingga abad ke-
18. Karena kekayaan dunia dipandang sebagai tetap, maka satu-satunya cara untuk
meningkatkan kekayaan negara adalah dengan mengambilnya dari negara lain. Sejumlah
perang, yang paling diingat adalah perang Anglo-Dutch dan perang Franco-Dutch , dapat
dihubungkan secara langsung dengan teori merkantilisme ini. Peperangan yang tak ada
akhirnya dari periode ini juga membuat merkantilisme dilihat sebagai komponen penting
dari kesuksesan militer. Ia juga menyulut era imperialisme, dimana negara berusaha
mengumpulkan koloni yang dapat menjadi sumber-sumber bahan mentah dan pasar-pasar
eksklusif. Selama masa merkantilis, kekuasaan eropa menyebar ke seluruh dunia.
Sebagaimana ekonomi domestik, ekspansi ini sering kali dilakukan di bawah
perlindungan dan dukungan perusahaan dengan monopoli yang dijamin pemerintah di
beberapa bagian tertentu di dunia, seperti Dutch East India Company atau Hudson’s Bay
Company.

Paham merkantilisme mulai memudar di akhir abad ke-18, seiring dengan munculnya
teori ekonomi baru yang diajukan oleh Adam Smith dalam bukunya The Wealth of
Nations.

Intinya: Falsafah ekonomi berkeyakinan:


(1) Kemakmuran sebuah negera bergantung pada harta yang terakumulasi, biasanya
emas
(2) Untuk meningkatkan kemakmuran, kebijaksanaan pemerintah hendaknya
meningkatkan ekspor dan mengurangi impor
Contoh:
- Neraca perdagangan baik jika: Ekspor > Impor.
- Neraca positif jika ekspor menghasilkan dollar,
- Neraca negatif jika impor mengeluarkan dollar

2. KEUNGGULAN ABSOLUT (Adam Smith)

Adam Smith mengajukan teori perdagangan internasional yang dikenal


dengan teori keunggulan absolut. Ia berpendapat bahwa jika suatu negara
menghendaki adanya persaingan, perdagangan bebas dan spesialisasi di dalam
negeri, maka hal yang sama juga dikehendaki dalam hubungan antar bangsa.
Karena hal itu ia mengusulkan bahwa sebaiknya semua negara lebih baik
berspesialisasi dalam komoditi-komoditi di mana ia mempunyai keunggulan yang
absolut dan mengimpor saja komoditi-komoditi lainnya.

Apa yang dimaksud dengan keunggulan yang absolut? Maksudnya: jika negara A dapat
memproduksi kentang untuk 8 unit per tenaga kerja sedangkan negara B untuk

2
komoditi yang sama hanya dapat memproduksi 4 unit per tenaga kerja,
sedangkan untuk komoditi lain misalnya gandum, negara A hanya dapat
memproduksi 6 unit per tenaga kerja sedangkan untuk negara B dapat
memproduksi 12 unit per tenaga kerja, maka dapat disimpulkan bahwa negara A
mempunyai keunggulan absolut dalam produksi kentang dibandingkan dengan
negara B, sedangkan negara B dapat dikatakan mempunyai keunggulan absolut
dalam produksi gandum dibandingkan negara A. Perdagangan internasional yang
saling menguntungkan antara kedua negara tersebut jika negara A mengekspor
kentang dan mengimpor gandum dari negara B, dan sebaliknya negara B
mengekspor gandum dan mengimpor kentang dari negara A.

Intinya: Kemampuan sebuah bangsa untuk memproduksi suatu barang dengan jumlah
masukan yang sama dapat menghasilkan lebih banyak dari negara lain

Contoh:
Amerika Serikat memiliki keunggulan absolut dalam produksi beras (3:1),
Sementara keunggulan absolut Jepang berada pada pembuatan mobil (4:2);

Spesialisasi tiap-tiap negara memutuskan untuk menggunakan sumber-sumbernya


hanya untuk memproduksi produk yang paling efisien;
Syarat-syarat perdagangan Untuk mengkonsumsi produk dari negara lain, sebuah
negara harus memperdagangkan surplus mereka.

3. FAKTOR PENDUKUNG (Factor Endowments) oleh: Heckscher-Ohlin (1933)


Teori ini mulai dikenal publik dalam 1933 yakni sejak dipublikasikan teori ini dalam
1933. Jauh sebelumnya, teori ini dipelopori dan dirintis Eli Heckscher (guru besar
kebangsaan Swedia tahun 1919).
Pandangan guru besar tersebut kurang dicatat secara baik sampai 10 tahun kemudian
pandangan Heckscher dikenal luas setelah dikembangkan dan dipublikasikan Bertil Ohlin
seorang murid Eli Heckscher. Setelah itu lahirlah teori perdagangan internasional dikenal
dengan nama H-O theory.
Pada hakekatnya teori H-O merupakan kelanjutan dan penyempurnaan teori-teori klasik
yang terdahulu. Teori H-O didasarkan suatu dalil atau pandangan bahwa suatu negara
akan mengekspor komoditinya yang didukung dengan adanya faktor-faktor produksi
yang berlimpah (abundant) dan murah (cheap), dan akan mengimpor komoditi yang
langka jumlahnya dan di latarbelakangi dengan mahalnya faktor-faktor produksi di
negara tersebut.

Factor Endowments

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teori H-O merupakan kelanjutan dan
penyempurnaan teori keunggulan absolut dan keunggulan komparatif dimana dua teori
tersebut menganjurkan terwujudnya perdagangan bebas secara internasional atas
spesialisasi dan pembagian kerja. Pada gilirannya dua teori klasik tersebut mendasarkan
spesialisasi dan pembagian kerja atas teori nilai buruh.

3
Spesialisasi dan pembagian kerja internasional juga dianjurkan teori H-O. Akan tetapi
dasarnya adalah berlimpahnya faktor produksi yang dimiliki suatu negara dan harganya
murah (cheap factor price). Disini factor price menggantikan labor value dalam teori
klasik.
Factor price menyangkut harga faktor-faktor produksi seperti upah untuk buruh, sewa
untuk kekayaan alam dan tingkat bunga untuk balas jasa modal.
Factor Endowments adalah tersedianya faktor-faktor produksi yang mendukung
(endowment) dan melandasai perdagangan internasional seperti kekayaan alam, buruh
dan kapital (didukung dengan teknologi).

Intinya:
Negara mengekspor produk yang memerlukan sejumlah besar faktor produksi mereka
dan mengimpor produk yang memerlukan sejumlah besar faktor produksi yang sedikit
mereka miliki.

Contoh Faktor pendukung :


Negara dengan jumlah tanah yang relatif luas (Australia) melakukan ekspor produk yang
padat lahan (gandum dan ternak) dan harganya bergantung pada faktor pendukung.
Hal ini ditentang, karena harga faktor tersebut tidak ditetapkan dalam pasar sempurna.

Asumsi :
Suatu teknologi tertentu tersedia secara universal tidak dapat diterima Karena terjadinya
kesenjangan antara pengenalan metode produksi baru dengan aplikasinya di seluruh
dunia.

4. KEUNGGULAN KOMPARATIF (Ricardo, 1817)

Teori perdagangan internasional yang lain diperkenalkan oleh David Ricardo.


Teorinya dikenal dengan nama teori keunggulan komparatif. Berbeda dengan
teori keunggulan absolut yang mengutamakan keunggulan absolut dalam produksi
tertentu yang dimiliki oleh suatu negara dibandingkan dengan negara lain,
teori ini berpendapat bahwa perdagangan internasional dapat terjadi walaupun
satu negara tidak mempunyai keunggulan absolut, asalkan harga komparatif di
kedua negara berbeda. Ricardo berpendapat sebaiknya semua negara lebih baik
berspesialisasi dalam komoditi-komoditi di mana ia mempunyai keunggulan
komparatif dan mengimpor saja komoditi-komoditi lainnya. Teori ini
menekankan bahwa perdagangan internasional dapat saling menguntungkan jika
salah satu negara tidak usah memiliki keunggulan absolut atas suatu komoditi
seperti yang diungkapkan oleh Adam Smith, namun cukup memiliki keunggulan
komparatif di mana harga untuk suatu komoditi di negara yang satu dengan
yang lainnya relatif berbeda.

4
Intinya:
Bangsa yang memiliki kelemahan absolut dalam memproduksi dua barang dari sudut
bangsa lain memiliki keunggulan komparatif (relatif) dalam memproduksi barang
Dimana kelemahan absolutnya kurang

Contoh :
Negara mengadakan spesialisasi dalam produksi barang atau jasa dimana ia memiliki
keunggulan komparatif dan memperdagangkan surplusnya, maka negara tersebut
mencapai keseimbangan konsumsi.

Walaupun ada beberapa perbedaan pandangan mengenai perdagangan


internasional, namun pada dasarnya keberadaan pandangan ekonomi klasik ini
merupakan oposisi terhadap teori-teori yang beraliran merkantilistik abad
ke-17 dan 18. Kaum merkantilis pada pokoknya mengutamakan perdagangan luar
negeri, di mana mereka berpikir tipikal kapitalis yang keuntungannya datang
dari membeli murah dan menjual mahal. Sedangkan tema pokok dalam ekonomi
klasik adalah pembahasan tentang laba dan sewa dalam dalam pengertian
surplus yang datang dari produksi. Surplus itu sendiri nantinya akan masuk
ke tangan para kapitalis atau pemilik tanah sebagai tambahan untuk akumulasi
modalnya.

5. PARADOKS LEONTIEF Paradoks Leontief (Wassily Leontief, 1953)

Kebalikan dari teori H – O yang menyebutkan bahwa eksport as akan terdiri atas barang-
barang yang padat modal/kapital (capital intensive) sebaliknya impor akan terdiri atas
barang-barang yang padat karya/tenaga kerja (labor intensive).
Sedangkan menurut teori leontief bahwa ekspor as justru terdiri atas barang-barang padat
karya (labor intensive) dan impor terdiri atas barang-barang padat modal (capital
intensive).

Sebab Terjadinya Paradox Leontief:


1. Tarriff and non-tarrif barrier
2. Intensitas faktor produksi yang berbalikan (factors intensity reversals)
3. Perbedaan dalam skills dan human capital
4. Perbedaan dalam faktor sumber daya alam

5
Tabel: Struktur Ekspor dan Impor Berdasarkan Kapital Dan Tenaga Kerja

Tahun Kebutuhan Ekspor $ Impor $ RASIO


Struktur Faktor X/M
Ekspor - Produksi
Impor
Struktur Kapital 2.621.200 2.589.700
i – o (input- Labor/thn 1.122.5 1.240.2
output) Ratio cap/lab 2.335.1 2.088.3 1.118

Intinya:
Mempersoalkan manfaat teori Heckscher-Ohlin dengan melakukan studi yang disebut
Leontief Paradox;

Contoh:
Amerika negara yang padat modal, mengekspor produk yang padat tenaga kerja. Karena
AS produk padat teknologi yang diproduksi oleh tenaga kerja sangat terampil dan
memerlukan investasi modal besar untuk mendidik. AS telah meningkatkan ekspor
barang intensif tenaga kerja terdidik ke negara berkembang, sementara mengurangi
produksi barangnya yang tidak memerlukan tenaga terdidik

6. ECONOMICS OF SCALE (1920)


Pada tahun 1920-an para ahli ekonomi mulai mempertimbangkan fakta bahwa
kebanyakan industri memperoleh keuntungan dari skala ekonomi (economies of scale)
yaitu dengan semakin besarnya pabrik dan meningkatnya keluaran, biaya produksi per
unit menurun. Ini terjadi karena peralatan yang lebih besar dan lebih efisien dapat
digunakan, sehingga perusahaan dapat memperoleh potongan harga atas pembelian-
pembelian mereka dengan volume yang lebih besar dan biaya-biaya tetap seperti biaya
penelitian dan pengembangan serta overhead administratif dapat dialokasikan pada
kuantitas keluaran yang lebih besar. Biaya-biaya produksi juga menurun karena kurva
belajar (learning curve). Begitu perusahaan memproduksi produk lebih banyak, mereka
mempelajari cara-cara untuk meningkatkan efisiensi produksi, yang menyebabkan biaya
poduksi berkurang dengan suatu jumlah yang dapat diperkirakan. Skala ekonomi dan
kurva pengalaman (experience curve) mempengaruhi perdagangan internasional karena
memungkinkan industri-industri suatu negara menjadi produsen biaya rendah tanpa
memiliki faktor-faktor produksi yang berlimpah.

Perdagangan internasional timbul utamanya karena perbedaan-perbedaan harga relatif


diantara negara. Perbedaan- perbedaan ini berasal dari perbedaan dalam biaya produksi,
yang diakibatkan oleh :

6
1. Perbedaan-perbedaan dalam perolehan atas faktor produksi.
2. Perbedaan-perbedaan dalam tingkat teknologi yang menentukan intensitas faktor
yang digunakan.
3. Perbedaan-perbedaan dalam efisiensi pemanfaatan faktor-faktor.
4. Kurs valuta asing. Meskipun demikian perbedaan selera dan variabel pemintaan
dapat membalikkan arah perdagangan.

Teori perdagangan internasional jelas menunjukan bahwa bangsa-bangsa akan


memperoleh suatu tingkat kehidupan yang lebih tinggi dengan melakukan spesialisasi
dalam barang-barang dimana mereka memiliki keunggulan komparatif dan mengimpor
barang-barang yang mempunyai kerugian secara komparatif. Pada umumnya hambatan-
hambatan perdagangan yang memberhentikan mengalirnya barang-barang dengan bebas
akan membahayakan kesejahteraan suatu bangsa.

Intinya:
Semakin besarnya pabrik dan meningkatnya keluaran, biaya per unit menurun. Kondisi
ini terjadi karena peralatan yang lebih besar dan lebih efisien dapat digunakan

Contoh:
Perusahaan dapat memperoleh potongan harga atas pembelian dengan volume yang
besar, dan biaya-biaya tetap seperti biaya R & D serta overhead administrative dapat
dialokasikan pada kuantitas keluaran yang lebih besar. Teori ini mempengaruhi bisnis
internasional Karena memungkinkan industri suatu negara menjadi produsen dengan
biaya rendah tanpa memiliki faktor produksi yang melimpah.

7. PENGGERAK PERTAMA
Intinya:
Perusahaan yang pertama menerobos pasar akan dapat mendominasi pasar. Sebagai hasil
dari bagian pasar yang besar akan memungkinkan mereka memperoleh manfaat
economies of scale

Contoh:
Penggerak pertama memegang sampai 30% pasar dibandingkan hanya 13% bagi persh
pengikutnya. 70% pemimpin pasar adalah perusahaan pertama yang mampu menerobos
pasar, walaupun tidak selalu demikian.

8. PERMINTAAN TUMPANG TINDIH (Stefan Linder)

Intinya:
Selera konsumen dipengaruhi oleh tingkat pendapatan. Tingkat pendapatan per kapita
suatu bangsa menentukan jenis barang yang dimintanya. Bisnis barang manufaktur akan

7
menjadi lebih besar antara negara dengan tingkat pendapatan per kapita yang sama
daripada antara negara yang tidak sama tingkat pendapatannya;

Contoh:
Ford mengeskpor Mustang-nya ke Jepang dan Nissan mengirim 300ZX-nya ke Amerika
Serikat karena para konsumen di kedua negara memiliki pandangan yang berbeda dalam
hal merek. Barang-barang yang diperdagangkan adalah barang-barang dimana terdapat
permintaan tumpang tindih, yang berarti para konsumen di kedua negara tersebut
meminta barang yang sama.

9. PERDAGANGAN INTERNASIONAL PADA ERA SEKARANG

Setelah Perang Dunia II, secara garis besar di dunia terbagi dua jenis
negara yang sangat berbeda dari segi karakteristik perekonomian. Yang
pertama adalah negara maju. Negara-negara maju pada umumnya adalah bekas
negara-negara penjajah pada zaman imperialisme dan kolonialisme dulu. Yang
kedua adalah negara sedang berkembang atau sering disebut sebagai negara
yang terbelakang dari segi kemampuan perekonomiannya. Negara-negara ini pada
umumya adalah bekas negara-negara jajahan di masa lampau, walaupun sebagian
dari mereka sekarang sudah dapat menjadi negara-negara maju namun jumlahnya
masih sangat sedikit.

Ciri-ciri dari negara sedang berkembang adalah:


1. Kemiskinan secara umum
2. Konsentrasi pada pertanian
3. Ekonomi dualistik
4. Sumber daya alam kurang terolah
5. Memiliki ciri demografis yakni dominasi penduduk usia muda
6. Banyak pengangguran termasuk pengangguran terselubung
7. Keterbelakangan ekonomi
8. Ketiadaan inisiatif dalam usaha atau etos kerja yang sangat rendah dari
penduduknya
9. Keberadaan modal sangat langka, inilah sebabnya mengapa negara berkembang
sangat mengandalkan investasi asing
10. Ketertinggalan dalam teknologi
11. Orientasi perdagangan luar negeri

Karena kondisi-kondisi di ataslah menjadi alasan mengapa adalah sangat


sulit bagi negara-negara yang sedang berkembang untuk mengembangkan
perekonomiannya, juga seringkali dalam perdagangan internasionalnya
negara-negara sedang berkembang tidak dapat memperoleh keuntungan yang
benar-benar maksimal jika dibandingkan dengan negara-negara industri atau
negara-negara maju. Atau secara singkat, dalam perdagangan internasional
negara-negara maju memiliki posisi yang jauh lebih menguntungkan

8
dibandingkan dengan negara-negara yang sedang berkembang. Apa sebabnya? Di
sini saya akan mencoba menyajikan dua macam teori sebagai kritik terhadap
perdagangan internasional yang dinilai tidak adil bagi negara-negara sedang
berkembang. Walaupun kritik ini tidak sempurna, namun tidak ada salahnya
untuk kita kaji dan cermati.

Yang pertama adalah backwash effects theory, teori yang dikembangkan oleh
Gunnar Myrdal. Teori ini mengkritik pandangan dari ekonomi klasik yang
menganggap bahwa pembangunan ekonomi suatu wilayah dunia akan menyebar ke
wilayah lainnya karena adanya perdagangan internasional. Pada kenyataannya,
menurut Myrdal di pasar internasional negara-negara sedang berkembang kalah
dalam bersaing karena adanya disparitas teknologi yang sangat mencolok. Hal
ini disebut sebagai backwash effects dari perdagangan internasional bagi
negara sedang berkembang. Kedua, ekspor dari negara sedang berkembang
mengandalkan produk primer dan unskilled labor sehingga hasil produknya
menghadapi elastisitas permintaan yang rendah. Arus modal internasional juga
tidak dapat diandalkan, karena pada kenyataannya modal lebih banyak yang
beralih dari negara sedang berkembang ke negara-negara maju. Mengapa bisa
demikian? Karena pertama, faktor keamanan dan kestabilan dalam politik di
negara-negara maju memancing para kapitalis di negara-negara sedang
berkembang untuk mengalihkan modalnya ke negara-negara maju karena alasan
keamanan. Kedua, karena negara-negara maju memiliki instrumen pasar uang dan
pasar modal yang lebih banyak variasinya dan lebih mapan dibandingkan dengan
pasar uang dan pasar modal yang ada di negara sedang berkembang. Kelemahan
dari teori ini seperti yang kita lihat sekarang adalah bahwa secara empiris
negara-negara yang termasuk Asian New Industrial Countries seperti Korea
Selatan, Singapura, dan Taiwan justru berhasil menciptakan kemajuan dari
perdagangan internasional.

Yang kedua adalah teori dependensia. Teori ini berpendapat bahwa pada
dasarnya di dunia ada dua jenis negara, yang pertama adalah negara pusat
(core) yakni negara-negara maju, yang kedua adalah negara-negara pinggiran
(periphery) yakni negara-negara sedang berkembang. Negara-negara pinggiran
sangat bergantung kepada negara pusat. Negara pusat melakukan penghisapan
kepada negara-negara pinggiran (surplusnya dihisap) yang mengakibatkan
adanya pertukaran yang tidak adil. Foreign investment membuat pertumbuhan
ekonomi negara sedang berkembang semakin tergantung pada negara maju demi
kepentingan pasar dan modal. Hal ini terjadi karena adanya inequal exchange
antara negara sedang berkembang dan negara maju. Teori ini mengajukan solusi
bahwa sebaiknya negara-negara pinggiran harus melepaskan pengaruhnya sama
sekali dari negara pusat dan melakukan pakta perdagangan dengan
negara-negara pinggiran lainnya. Namun pada kenyataanya hal ini sangat sulit
dilakukan karena jika hanya dilakukan pakta perdagangan antara dua negara
yang sama-sama pinggiran, maka pertukaran mungkin tidak terjadi sama sekali
karena barang yang ditawarkan dari masing-masing negara pinggiran adalah
sama yakni barang-barang hasil pertanian, sedangkan syarat terjadinya

9
pertukaran atau perdagangan internasional adalah karena adanya perbedaan
hasil produksi antara satu negara dengan negara lain. Sekali lagi teori ini
mempunyai kelemahan, karena secara empiris negara-negara yang termasuk New
Industrial Countries justru berhasil memenangkan persaingan dagang bahkan
dengan negara-negara maju sekalipun. Menutup diri dari pedagangan
internasional ataupun menutup diri dari pengaruh negara-negara barat bukan
salah satu jalan keluar. Terbukti bahwa negara-negara yang menutup diri dari
pengaruh negara barat akan mengalami kesulitan dalam pembangunan
perekonomiannya, kenyataan pahit inilah yang dialami oleh negara-negara yang
mengisolasi dari negara barat seperti Korea Utara, Cuba, dan Afganistan.

10

Anda mungkin juga menyukai