Anda di halaman 1dari 3

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Aliran Merkantilisme = Kata merkantilisme diamnil dari kata “Merchant” yang artinya pedagang
Teori ini dipelopori oleh kaum merkantilisme, tokoh tersebut ialah :

Jean Bodin Thomas Mun JB. Colbert


( 1619-1683 ) ( 1571-1641 ) ( 1619-1683 )

Pandangan kaum merkantilisme :


Sumber kekayaan negara adalah emas atau perak yang diperoleh dari surplus perdagangan
internasional. Surplus perdagangan internasional terjadi saat Ekspor > Impor
Logam mulia (terutama emas) sebagai sumber kemakmuran. Artinya jika negara dapat
memperoleh/menghasilkan emas maka akan makmur.
Kebijakan untuk mendorong/mengdukung penuh Ekspor dan melarang/membatasi Impor. Hal
ini bertujuan agar negara menjadi lebih kaya
Teori keunggulan Mutlak
Teori ini diperkenalkan oleh :

Adam Smith
( 1723-1790 )

Dalam teori ini dinyatakan bahwa :


Negara bisa melakukan pertukaran bila memiliki keunggulan secara mutlak pada suatu jenis
produk tertentu, dan akan melakukan spesialisasi di produk tersebut.
Yang artinya negara itu bisa memproduksi suatu jenis produk dengan biaya yang lebih murah
daripada negara lain

Teori keunggulan komparatif


Teori ini dikemukakan oleh :

David Ricardo
( 1772-1823 )
Teori ini muncul untuk mengatasi kelemahan dalam teori keunggulan absolut/mutlak dimana
negara yang tidak memiliki keunggulan absolut/mutlak berbeda nasibnya dibandingkan dengan
negara yang memiliki keunggulan absolut.

Menurutnya, negara yang tidak memiliki keunggulan absolut tetap dapat berkontribusi dalam
perdagangan internasional dengan cara melakukan spesialisasi pada produk-produk yang
dihasilkan di negara tersebut. Selain itu, keunggulan komparatif akan muncul ketika negara dapat
memproduksi barang atau jasa dengan mengeluarkan biaya tenaga kerja yang lebih murah
dibandingkan dengan negara lain.

Teori Heckscher-Olin (H-O) 

Teori ini lebih dikenal dengan nama 'The Proportional Factor Theory'. Teori ini dikemukakan oleh
sejarawan ekonomi asal Swedia ialah :

Eli Heckscher Bertil Olin

Teori ini mengatakan jika negara yang memiliki faktor produksi tinggi dan biaya produksi murah
akan cenderung melakukan ekspor dengan spesialisasi produk. Sebaliknya, jika negara memiliki
faktor produksi langka dan biaya produksi mahal akan cenderung melakukan impor dari negara lain.

Anda mungkin juga menyukai