Anda di halaman 1dari 7

Resume The International Trade and Investment

(Chapter 6)

A. Perdagangan Internasional dan Ekonomi Dunia

Perdagangan adalah pertukaran sukarela barang, jasa, aset, atau uang antara satu
orang dengan yang lainnya. Sedangkan, perdagangan internasional adalah perdagangan
antara penduduk dua negara. Pihak yang bertransaksi dapat berupa individu, perusahaan,
organisasi nirlaba, atau bentuk asosiasi lainnya.

Perdagangan internasional dinilai penting bagi bisnis, konsumen, dan pekerja. Para
ahli berusaha mengembangkan teori untuk menjelaskan dan memprediksi kekuatan yang
memotivasi perdagangan tersebut. Pemerintah menggunakan teori-teori ini ketika mereka
merancang kebijakan yang mereka harapkan akan menguntungkan industri dan warga negara
mereka. Manajer menggunakannya untuk mengidentifikasi pasar yang menjanjikan dan
strategi internasionalisasi yang menguntungkan.

B. Teori Perdagangan Berbasis Negara Klasik

Teori perdagangan internasional berkembang dengan munculnya negara-bangsa besar


Eropa selama abad keenam belas. Teori ini berfokus pada masing-masing negara dalam
memeriksa pola ekspor dan impor.

a) Merkantilisme

Merkantilisme adalah filosofi ekonomi abad 16 yang menyatakan bahwa kekayaan


suatu negara diukur dengan kepemilikan emas dan peraknya. Menurut merkantilis, tujuan
suatu negara seharusnya memperbesar kepemilikan ini dengan mempromosikan ekspor dan
mencegah impor. Pada saat itu kebijakan ekonomi merkantilisme tampak baik.

Secara politis, merkantilisme populer dengan banyak produsen dan pekerja mereka,
dan para produsen dalam negeri yang terancam oleh impor asing mendukung kebijakan
perdagangan merkantilis, seperti pengenaan tarif atau kuota, yang melindungi produsen dari
persaingan asing. Merkantilisme menguntungkan anggota masyarakat tertentu dan masih
menarik secara politis bagi perusahan dan pekerja mereka. Pendukung modern dari kebijakan
ini disebut neomercantilists atau protectionists

b) Keuntungan Absolut

Menurut Adam Smith, masalah dasar merkantilisme adalah membingungkan


perolehan harta dengan perolehan kekayaan. Oleh karena itu, ia mengembangkan teori
keunggulan absolut, yang menyarankan bahwa suatu negara harus mengekspor barang dan
jasa yang lebih produktif daripada negara lain dan mengimpor barang dan jasa yang negara
lain lebih produktif daripadanya.

b) Keunggulan Komparatif

David Ricardo mengkritik teori keunggulan mutlak, dimana menurutnya proses


perdagangan hanya dapat dilakukan oleh sebuah negara yang dapat melakukan produksi dari
barang tersebut saja untuk mencapai keuntungan. Dia menganggap bahwa teori yang ada
tersebut seolah hanya dapat digunakan atau diterapkan oleh sebuah negara yang mampu
melakukan spesialisasi produksi barang ataupun jasa.

Namun, bagaimana nasib bagi berbagai negara yang juga mengalami kerugian absolut
akibat tidak mampu melakukan produksi barang ataupun jasa tersebut? Apakah bagi negara
yang tidak dapat melakukan proses produksi tersebut tidak memiliki kesempatan yang sama
dalam hubungannya dengan perdagangan internasional? Dengan adanya kelemahan tersebut,
David Ricardo mengeluarkan gagasan baru yang ada di dalam ruang lingkup perdagangan
internasional dalam bentuk teori keunggulan komparatif ini.

Menurut beliau, bagi sebuah negara yang tidak memiliki keunggulan absolut dapat
ikut terlibat dalam perdagangan internasional dan menghasilkan keuntungan jika dapat
melakukan spesialisasi produk pada barang yang memiliki biaya yang lebih rendah
dibandingkan dengan negara lain.

c) Keunggulan Komparatif dengan Uang

Perekonomian dunia menghasilkan lebih dari dua barang dan jasa dan terdiri dari
lebih dari dua negara. Hambatan perdagangan mungkin ada, seseorang harus membayar
untuk mengangkut barang antar pasar, dan input selain tenaga kerja diperlukan untuk
memproduksi barang.

d) Relative Factor Endowment


Ekonom asal Swedia, Eli Heckscher dan Bertil Ohlin, mengembangkan relative
factor endowment, sekarang sering disebut sebagai teori Heckscher-Ohlin. Ekonom tersebut
menjelaskan dua pengamatan dasar:

1. Faktor anugerah (atau jenis sumber daya) bervariasi antar negara. Misal seperti Argentina

memiliki banyak tanah subur, Arab Saudi memiliki cadangan minyak mentah yang besar

2. Barang yang berbeda menurut jenis faktor yang digunakan untuk memproduksinya.
Sebagai contoh, gandum membutuhkan tanah yang subur, produksi minyak membutuhkan
cadangan minyak mentah,

Teori Heckscher-Ohlin menyarankan suatu negara harus mengekspor barang-barang


secara intensif menggunakan faktor-faktor produksi yang melimpah di dalam negeri. Namun,
Leontief menggunakan model ekonomi input-outputnya untuk memperkirakan jumlah tenaga
kerja dan modal yang dibutuhkan. Teori Heckscher-Ohlin masuk akal secara intuitif, namun
temuan Leontief adalah kebalikan dari apa yang diharapkan, maka lahirlah paradoks
Leontief. Leontief berasumsi ada dua faktor produksi yang homogen, yaitu tenaga kerja dan
modal. Tetapi ada faktor produksi lain, terutama tanah, sumber daya manusia, dan teknologi
yang tidak dimasukkan dalam analisis Leontief.

C. Teori Perdagangan Modern Berbasis Perusahaan

Teori berbasis perusahaan berkembang, karena semakin pentingnya perusahaan


multinasional dalam ekonomi internasional pasca perang, ketidakmampuan teori berbasis
negara untuk menjelaskan dan memprediksi keberadaan dan pertumbuhan perdagangan intra
industri dan kegagalan Leontief serta peneliti lain untuk secara empiris memvalidasi teori
Heckscher-Ohlin yang berbasis negara.

Teori berbasis perusahaan menyertakan faktor-faktor kualitas, teknologi, nama merek,


dan loyalitas pelanggan ke dalam penjelasan arus perdagangan. Teori yang lebih baru
mengeksplorasi peran perusahaan dalam mempromosikan ekspor dan impor.

a) Teori Siklus Hidup Produk

Teori ini berasal dari bidang pemasaran untuk menggambarkan strategi evolusi
pemasaran saat produk matang, yang dimodifikasi oleh Raymond Vernon untuk menciptakan
teori perdagangan internasional berbasis perusahaan. Teori siklus hidup produk menjelaskan
peran inovasi, perluasan pasar, keunggulan komparatif, tanggapan strategis dari persaingan
global dalam produksi internasional, dan keputusan investasi. Menurut teori Vernon, siklus
hidup produk terdiri dari tiga tahap: produk baru (perkenalan), produk yang matang
(maturity), dan produk standar (decline).

Pada tahap 1, tahap produk baru, perusahaan mengembangkan dan memperkenalkan


produk inovatif yang dibutuhkan di pasar. Karena produknya baru, perusahaan yang
berinovasi tidak yakin apakah ada pasar yang menguntungkan untuk produk tersebut. Bagian
pemasaran perusahaan harus memantau reaksi pelanggan untuk memastikan bahwa produk
baru memenuhi kebutuhan konsumen. Feedback dari pasar merupakan hal yang penting.

Pada tahap 2, tahap maturity, permintaan akan produk meningkat secara dramatis
ketika konsumen mengetahui nilai produk tersebut. Perusahaan akan berinovasi dengan
membangun pabrik baru untuk memperluas kapasitasnya dan memenuhi permintaan produk
dalam dan luar negeri. Kemudian, para pesaing mulai muncul, terpikat pada prospek
penghasilan yang menguntungkan.

Pada tahap 3, tahap produk standar, pasar untuk produk stabil. Produk menjadi lebih
dari komoditas, dan perusahaan ditekan untuk menurunkan biaya produksi mereka sebanyak
mungkin dengan mengalihkan produksi ke fasilitas di negara-negara dengan biaya tenaga
kerja rendah. Akibatnya, produk mulai diimpor ke pasar dalam negeri perusahaan yang
berinovasi (baik oleh perusahaan atau pesaingnya). Dalam beberapa kasus, impor dapat
mengakibatkan penghapusan total produksi dalam negeri.

Menurut teori siklus hidup produk internasional, produksi domestik dimulai pada
tahap 1, mencapai puncaknya pada tahap 2, dan merosot pada tahap 3. Ekspor oleh
perusahaan Negara yang berinovasi juga dimulai pada tahap 1 dan mencapai puncaknya pada
tahap 2. Namun, pada tahap 3, perusahaan berinovasi menjadi importir produk.

b) Teori Kesamaan Negara

Perdagangan antar industri adalah pertukaran barang yang diproduksi oleh suatu
industri satu industri di negara A dengan barang yang diproduksi oleh industri berbeda di
negara B, seperti pertukaran anggur Prancis dengan radio jam Jepang. Sedangkan,
perdagangan intra industri, yaitu perdagangan antara dua negara barang yang diproduksi oleh
industri yang sama. Misalnya, Jepang mengekspor Toyota ke Jerman, dan Jerman
mengekspor BMW ke Jepang.

Ekonom Swedia, Steffan Linder berusaha menjelaskan fenomena perdagangan intra


industri dan berhipotesis bahwa perdagangan internasional barang-barang manufaktur
dihasilkan dari kesamaan preferensi di antara konsumen di negara-negara yang berada pada
tahap perkembangan ekonomi yang sama. Dalam pandangannya, perusahaan pada awalnya
memproduksi barang untuk melayani pasar domestik perusahaan. Saat mereka
mengeksplorasi peluang ekspor, mereka menemukan bahwa pasar luar negeri yang paling
menjanjikan adalah di negara-negara di mana preferensi konsumen mirip dengan pasar
domestik mereka sendiri. Pasar Jepang, misalnya, menyediakan BMW dengan pembeli mobil
yang kaya, prestige dan mencari kinerja serupa dengan yang membeli mobilnya di Jerman.
Pasar Jerman memberi Toyota pelanggan yang sadar kualitas dan berorientasi nilai serupa
dengan yang ditemukan di pasar dalam negeri.

Teori kesamaan negara Linder menunjukkan bahwa sebagian besar perdagangan


barang-barang manufaktur harus antara negara-negara dengan pendapatan per kapita yang
sama dan perdagangan barang-barang intra industri manufaktur harus umum. Teori ini sangat
berguna dalam menjelaskan perdagangan barang yang berbeda seperti mobil, peralatan
elektronik mahal, dan produk perawatan pribadi, di mana nama merek dan reputasi produk
memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan konsumen. Barang yang tidak
terdiferensiasi, seperti batu bara, produk minyak bumi adalah barang yang nama merek dan
reputasi produknya memainkan peran kecil dalam keputusan pembelian konsumen.

c) Teori Perdagangan Baru

Teori ini dikembangkan oleh Elhanen Helpman, Paul Krugman dan Kelvin Lancaste.
Analisis Linder memasukkan dampak skala ekonomi pada perdagangan barang-barang
terdiferensiasi. Skala ekonomi terjadi jika biaya rata-rata perusahaan untuk memproduksi
suatu barang menurun ketika output barang tersebut meningkat. Teori perdagangan baru
memprediksi bahwa perdagangan intra industri akan menjadi hal biasa.

Perusahaan yang bersaing di pasar global memiliki banyak cara untuk memperoleh
keunggulan kompetitif yang berkelanjutan, seperti memiliki hak kekayaan intelektual,
berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan (R&D), mencapai ruang lingkup ekonomi,
dan memanfaatkan kurva pengalaman.
d) Teori Keunggulan Kompetitif Nasional Porter

Teori ini dikembangkan oleh Michael Porter, ia percaya bahwa kesuksesan dalam
perdagangan internasional berasal dari interaksi empat elemen spesifik negara dan
perusahaan, yaitu faktor kondisi, kondisi permintaan, industri terkait dan pendukung, serta
strategi, struktur, dan persaingan perusahaan.

C. Tinjauan Investasi Internasional

a) Jenis Investasi Internasional

Investasi internasional dibagi menjadi dua kategori, yaitu investasi portofolio asing
(FPI) dan investasi langsung asing (FDI). Investasi portofolio asing (FPI) merupakan
kepemilikan pasif atas sekuritas seperti saham asing, obligasi, atau aset keuangan lainnya,
yang mana tidak memerlukan manajemen aktif atau pengendalian penerbit sekuritas oleh
investor. Penanaman modal asing (FDI) adalah investasi yang berasal dari luar negeri atau
pihak asing.

b) Pertumbuhan FDI

Pertumbuhan FDI yang sangat baik dimulai pada 1990-an, mencerminkan globalisasi
ekonomi dunia.

D. Teori Investasi Internasional

a) Keuntungan Kepemilikan

Teori keunggulan kepemilikan menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki aset


berharga yang menciptakan keunggulan kompetitif di dalam negeri dapat menggunakan
keunggulan itu untuk menembus pasar luar negeri melalui FDI. Aset tersebut dapat berupa,
misalnya, teknologi yang unggul, nama merek yang terkenal, atau skala ekonomi.

b) Teori Internalisasi

Teori internalisasi menunjukkan bahwa FDI lebih mungkin terjadi yaitu, produksi
internasional akan diinternalisasikan ke dalam perusahaan ketika biaya negosiasi,
pemantauan, dan penegakan kontrak dengan perusahaan kedua tinggi.

c) Teori Eklektik Dunning


Teori ini menggabungkan keunggulan kepemilikan, keunggulan lokasi, dan
keunggulan internalisasi untuk membentuk teori terpadu FDI. Teori ini mengakui bahwa FDI
mencerminkan aktivitas bisnis internasional dan aktivitas bisnis internal perusahaan. Menurut
Dunning, FDI akan terjadi ketika tiga kondisi terpenuhi, yaitu :

· Keuntungan Kepemilikan

Perusahaan harus memiliki beberapa keunggulan kompetitif unik yang mengatasi kerugian
bersaing dengan perusahaan asing di wilayah asal mereka. Keuntungan ini dapat berupa nama
merek, kepemilikan teknologi eksklusif, manfaat skala ekonomi, dan sebagainya.

· Keuntungan Lokasi

· Keuntungan Internalisasi

E. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi FDI

a) Faktor Pasokan

Keputusan perusahaan untuk melakukan FDI dapat dipengaruhi oleh faktor pasokan,
termasuk biaya produksi, logistik, ketersediaan sumber daya alam, dan akses ke teknologi
utama.

b) Faktor Permintaan

Faktor permintaan yang mendorong FDI antara lain akses pelanggan, keunggulan
pemasaran, eksploitasi keunggulan kompetitif, dan mobilitas pelanggan.

c) Faktor Politik

Perusahaan dapat berinvestasi di negara asing untuk menghindari hambatan


perdagangan oleh negara tuan rumah atau untuk mengambil keuntungan dari insentif
pembangunan ekonomi yang ditawarkan oleh pemerintah tuan rumah

Anda mungkin juga menyukai