Disusun Oleh :
Siti Nur Rodiva (180301253)
Amilia Alif Safitri (180301258)
Maya Dwi Kurniawati (180301269)
Dosen Pengampu
Disusun oleh:
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Hal
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui perdagangan dari sisi merkantilisme
2. Untuk mengetahui perdagangan berdasarkan keunggulan absolut
3. Untuk mengetahui perdagangan berdasarkan keunggulan komperatif
4. Untuk mengetaui keunggulan komperatif dan biaya oportunitas
5. Untuk mengetahui factor endowment relative (Heckscher-Ohlin)
2
BAB II
PEMBAHASAN
4
2.3 Perdagangan Berdasarkan Keunggulan Komperatif
Teori keunggulan absolut secara intuitif masuk akal. Sayangnya, teori tersebut
tidak sempurnya. David Ricardo, seorang ahli ekonomi Inggris pada awal abad
ke19, memecahkan permasalahan ini dengan mengembangkan teori keunggulan
komperatif yang menyatakan bahwa sebuah negara harus memproduksi dan
mengekspor barang dan jasa yang mana mereka secara relatif lebih produktif
dibandingkan negara lain dan mengimpor barang dan jasa yang mana negara lain
secara relatif lebih produktif dibandingkan mereka.
Perbedaan antara kedua teori ini hampir tidak kentara. Keunggulan abolut
melihat pada perbedaan produktivitas absolut, keunggulan komperatif melihat pada
perbedaan produktivitas relatif. Perbedaanya terjadi karena keunggulan absolut
memasukkan konsep kerugian kesempatan dalam menentukan barang mana yang
harus diproduksi sebuah negara.
5
2.4 Keunggulan Kompratif dan Biaya Oportunitas
Pelajaran dari teori keunggulan komperatif adalah sederhana tetapi sangat kuat.
Anda lebih diuntungkan dengan mengkhususkan diri dalam apa yang anda lakukan
secara relatif terbaik. Memproduksi dan mengekspor barang dan jasa yang anda
produksi secara relatif terbaik, dan membeli barang dan jasa lain dari orang yang
relatif lebih baik dalam memproduksinnya dibandingkan anda.
Biaya Biaya
barang di barang di
Prancis Jepang
Buatan Buatan Buatan Buatan
Prancis Jepang Prancis Jepang
Anggur €3 €8 ¥375 ¥1000
6
contoh, Argentina memiliki banyak tanaha yang subur, Arab Saudi mempunyai
cadangan minyak mentah yang besar, dan Bangladesh mempunyai tenaga kerja
tidak terampil yang besar.
2. Perbedaan barang-barang berdasarkan jenis faktor yang digunakan untuk
memproduksinya. Sebagai contoh, gandum membutuhkan tanah yang subur,
produksi minyak bumi membutuhkan cadangan minyak mentah, dan produsen
membutuhkan tenaga kerja tidak terampil.
Dari kegiatan inim Heckscher dan Ohlin mengembangkan teori mereka, yaitu
sebuah negara akan mempunyai keunggulan komperatif dalam memproduksi
produk yang secara intensif menggunakan sumber daya (faktor produksi) yang
mereka miliki secara melimpah.
Teori Hockscher-Ohlin menyatakan bahwa suatu negara harus mengekspor
barang yang secara intensif menggunakan faktor produksi yang relatif
melimpah di negara tersebut. Teori tersebut diuji secara empiris setelah Perang
Dunia II oleh ahli ekonomi Wassily Leontief dengan menggunakan analisis
input-output, sebuah teknik matematis untuk mengukur saling keterkaitan antar
sektor dari suatu ekonomi.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perdagangan internasional adalah perdagangan antar dua penduduk dari dua
negara. Penduduk tersebut dapat berupa individu, perusahaan, organisasi nirlaba,
atau bentuk-bentuk asosiasi lainnya. Merkantilisme adalah filosofi ekonomi abad
ke-16 yang menyatakan bahwa kemakmuran sebuah negara diukur dari simpanan
emas dan peraknya. Menurut merkantilisme, tujuan sebuah negara harus
memperbesar simpanan ini dengan meningkatkan ekspor menurunkan impor.
Menurut Adam Smith, ahli ekonomi Skotlandia yang dipandang sebagai bapak
ekonomi pasar bebas, permasalahan mendasar merkantilisme adalah bahwa kebijakan
ini mengaburkan akuisisi perolehan harga dengan akuisisi kekayaan. Smith menyerang
basis intelektual dari merkantilisme dan menunjukan bahwa kebijakan ini sebenarnya
melemahkan sebuah negara karena merenggut kemampuan individu untuk berdagang
secara bebas dan mendapatkan keuntungan dari pertukaran sukarela.
David Ricardo, seorang ahli ekonomi Inggris pada awal abad ke19, memecahkan
permasalahan ini dengan mengembangkan teori keunggulan komperatif yang
menyatakan bahwa sebuah negara harus memproduksi dan mengekspor barang dan
jasa yang mana mereka secara relatif lebih produktif dibandingkan negara lain dan
mengimpor barang dan jasa yang mana negara lain secara relatif lebih produktif
dibandingkan mereka.
Teori Hockscher-Ohlin menyatakan bahwa suatu negara harus mengekspor
barang yang secara intensif menggunakan faktor produksi yang relatif melimpah di
negara tersebut. Teori tersebut diuji secara empiris setelah Perang Dunia II oleh
ahli ekonomi Wassily Leontief dengan menggunakan analisis input-output, sebuah
teknik matematis untuk mengukur saling keterkaitan antar sektor dari suatu
ekonomi.
8
DAFTAR PUSTAKA