(MERKANTILISME KLASIK)
Disusun Oleh :
BANTEN
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan Rahmat
serta Hidayat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
”Teori perdagangan internasional (merkantilisme klasik)”. Shalawat serta salam
semoga tetap tercurah limpahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW kepada
keluarganya, sahabatnya, serta kita selaku umatnya.
Makalah ini kami buat dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Ekonomi
Internasional. Dalam membuat makalah ini dengan keterbatasan ilmu yang kami
miliki kami berusaha mencari sumber data dari berbagai sumber.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini. Semoga penyusunan makalah ini dapat
bermanfaat dan berguna bagi para pembaca. Akhir kata saya ucapkan terimakasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Untuk memenuhi kebutuhan manusia, pedagang mempunyai peranan
yang sangat penting. Barang hasil produksi dapat tersalurkan ke
konsumen melalui para pedagang tersebut. Sekarang, kegiatan
perdagangan sangat luas. Perdagangan sudah merambah wilayah
antarnegara (internasional). Secara universal perdagangan internasional
dapat diartikan sebagai perdagangan yang dilakukan oleh penduduk
suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan
bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antarperorangan
(individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu
negara atau pemerintah suatunegara dengan pemerintah negara lain.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud pandangan aliran Merkantilisme tentang
perdagangan Internasional ?
2. Apa saja keunggulan mutlak Adam Smith (Absolute
Advantage/Absolute Cost ?
3. Apa saja keunggulan komparatif JS Mil (Kurniawan, 1817)l dan
David Ricardo (Comparative Cost ) ?
4. Apa saja keunggulan Kompetitif secara umum (Model daya saing
Internasional ME Porter dan Model 9 Faktor Dong Sung Cho) ?
C. Tujuan
1. Memahami pandangan Aliran Merkantilisme tentang perdagangan
Internasional
2. Memahami keunggulan Mutlak Adam Smith (Absolute
Advantage/Absolute Cost
1
2
PEMBAHASAN
Pada tingkat analisis yang lebih rumit, ada alasan yang lebih rasional dalam
menjelaskan keinginan para penganut merkantilisme untuk mengakumulasi logam
mulia. Hal ini dapat dipahami jika melihat bahwa merkantilisme bekerja terutama
untuk para penguasa dan bertujuan meningkatkan kekuatan nasional. Dengan
3
4
lebih banyak emas, penguasa bisa membangun kekuatan militer yang lebih besar
dan lebih baik serta mengonsolidasikan kekuasaan mereka di dalam negeri, tentara
dan angkatan laut yang diperkuat juga memungkinkan mereka untuk memperoleh
koloni lagi. Selain itu, emas berlebih berarti lebih banyak uang (contohnya, lebih
banyak koin emas) dalam sirkulasi dan aktivitas bisnis yang lebih besar. Selain
itu, dengan mendorong ekspor dan membatasi impor, pemerintah akan mendorong
output nasional dan kesempatan kerja.
Dalam hal apa pun, merkantilisme menganjurkan kontrol pemerintah yang ketat di
semua aktivitas ekonomi dan menekankan nasionalisme ekonomi karena mereka
percaya bahwa suatu negara bisa mendapatkan keuntungan dalam perdagangan
hanya dengan mengorbankan negara lain (misalnya, perdagangan adalah zero-sum
game). Pandangan ini penting karena dua alasan. Pertama, ide-ide Adam Smith,
David Ricardo, dan ekonom klasik lainnya akan lebih dapat dipahami jika mereka
dianggap sebagai reaksi terhadap pandangan merkantilisme mengenai
perdagangan dan peran pemerintah. Kedua, saat ini tampaknya ada kebangkitan
neo-merkantilisme, seiring negara negara yang merasa terancam oleh tingkat
pengangguran yang tinggi berusaha untuk membatasi impor dalam upaya untuk
merangsang produksi dalam negeri dan tenaga kerja Bahkan, selain Inggris,
selama periode 1815-1914, tidak ada negara Barat yang benar-benar bebas dari
gagasan merkantilisme.
a. Keunggulan Absolut
Menurut Adam Smith, perdagangan antara dua negara didasarkan pada
keunggulan absolut. Ketika satu negara lebih efisien daripada (atau memiliki
keunggulan absolut atas) yang lain dalam produksi satu komoditas tetapi kurang
efisien daripada (atau memiliki kelemahan absolut terhadap) negara lain dalam
memproduksi komoditas yang kedua, kedua negara dapat mendapatkan manfaat
dengan masing-masing mengkhususkan diri dalam produksi komoditas yang
memiliki keunggulan absolut dan bertukar hasil dengan negara lain untuk
komoditas yang memiliki kelemahan absolut. Dengan proses ini, sumber daya
digunakan dengan cara yang paling efisien dan hasil dari kedua komoditas akan
naik. Peningkatan dalam hasil komoditas keduanya merupakan ukuran
5
keuntungan dari spesialisasi dalam produksi yang tersedia untuk dibagi antara
kedua negara melalui perdagangan.
Dalam keadaan ini, kedua negara akan mendapat manfaat jika masing-masing
mengkhususkan diri dalam produksi komoditas yang memiliki keunggulan absolut
dan kemudian diperdagangkan dengan negara lain. Kanada akan mengkhususkan
diri dalam produksi gandum (yaitu menghasilkan lebih dari yang dibutuhkan oleh
dalam negeri) dan menjual sebagian (surplus) untuk pisang yang tumbuh di
Nikaragua. Akibatnya, akan lebih banyak gandum dan lebih banyak pisang yang
akan ditanam dan dikonsumsi, dan keduanya, Kanada dan Nikaragua, akan
mendapatkan manfaat. Dalam hal ini, negara berperilaku tidak berbeda dari
seorang individu yang tidak akan berusaha untuk menghasilkan semua komoditas
yang dia butuhkan. Sebaliknya, ia hanya akan menghasilkan komoditas itu apabila
ia dapat menghasilkannya dengan cara yang paling efisien dan kemudian
menukarkan output-nya untuk komoditas lain yang dia butuhkan atau inginkan.
Dengan cara ini, total hasil dan kesejahteraan semua individu dapat
dimaksimalkan.
Dalam pandangan keyakinan ini, tampaknya terjadi paradoks bahwa saat ini
sebagian besar negara memberlakukan banyak pembatasan pada arus perdagangan
bebas internasional. Pembatasan perdagangan yang selalu dirasionalisasi dengan
kesejahteraan nasional. Pada kenyataannya, pembatasan perdagangan hanya
6
dianjurkan oleh beberapa industri dan serikat pekerja yang merasa terancam oleh
produk impor saja. Dengan demikian, pembatasan perdagangan hanya
menguntungkan beberapa pihak dengan mengorbankan orang banyak (yang akan
harus membayar harga yang lebih tinggi untuk barang-barang domestik). Isu-isu
ini akan dibahas secara rinci di Bagian Dua.
Juga yang perlu dicatat adalah bahwa teori Adam Smith melayani kepentingan
pemilik pabrik (yang dapat membayar upah lebih rendah karena impor pangan
murah) dan merugikan pemilik tanah di Inggris (karena makanan menjadi
berlimpah akibat impor maka harga menjadi lebih murah), dan itu menunjukkan
hubungan antara tekanan sosial dan pengembangan teori-teori ekonomi baru untuk
mendukung mereka.
Gandum (gantang/jam) 6 1
Kain (meter/jam) 4 5
Tabel 2.1 menunjukkan bahwa satu jam dari waktu kerja dapat menghasilkan
enam gantang gandum di Amerika Serikat, tetapi hanya satu di Inggris. Di sisi
lain, satu jam dari waktu kerja menghasilkan lima meter kain di Inggris tapi hanya
empat di Amerika Serikat. Dengan demikian, Amerika Serikat lebih efisien
daripada, atau memiliki keunggulan absolut atas, Inggris dalam produksi gandum,
sedangkan Inggris lebih efisien daripada, atau memiliki keunggulan absolut atas,
Amerika Serikat dalam produksi kain. Dengan perdagangan, Amerika Serikat
akan mengkhususkan diri dalam produksi gandum dan sebagian diperdagangkan
untuk mendapatkan kain dari Inggris. Kondisi sebaliknya juga berlaku untuk
Inggris.
Jika Amerika Serikat melakukan pertukaran enam gantang gandum (6G) dengan
enam meter kain Inggris (6K), Amerika Serikat mendapat keuntungan 2K atau
menyelamatkan ½ jam atau 30 menit dari waktu kerja (karena Amerika Serikat
hanya bisa menukar 6G untuk 4K di dalam negeri). Demikian pula, 6G yang
7
diterima Inggris dari Amerika Serikat adalah setara dengan atau akan memerlukan
enam jam waktu kerja untuk memproduksi di Inggris. Keenam jam yang sama
dapat menghasilkan 30K di Inggris (6 jam kali 5 meter kain per jam). Dengan
pertukaran 6K (memerlukan sedikit lebih dari satu jam untuk memproduksi di
Inggris) untuk 6G dengan Amerika Serikat, Inggris mendapat keuntungan 24K,
atau menghemat hampir lima jam kerja.
Fakta bahwa Inggris mendapat keuntungan jauh lebih banyak daripada Amerika
Serikat tidak penting untuk saat ini. Yang penting adalah bahwa kedua negara
dapat memperoleh keuntungan dari spesialisasi dalam produksi dan perdagangan.
(Kita akan melihat di Bagian 2.6B mengenai bagaimana tingkat di mana
komoditas yang ditukar dengan satu sama lain menentukan, dan juga meneliti
pertanyaan terkait dengan bagaimana keuntungan dari perdagangan dibagi di
antara negara negara yang terlibat dalam perdagangan).
Gandum (gantang/jam) 6 1
Kain (meter/jam) 4 2
Pernyataan hukum tersebut dapat dijelaskan dengan melihat Tabel 2.2. Satu-
satunya perbedaan antara Tabel 1 dan 2.1 adalah bahwa Inggris kini memproduksi
hanya dua meter per jam bukan lagi lima. Dengan demikian, Inggris sekarang
memiliki kelemahan absolut baik dalam produksi gandum dan kain dibandingkan
dengan Amerika Serikat.
Namun, karena tenaga kerja Inggris adalah setengah produktif dalam kain, tetapi
enam kali kurang produktif dalam gandum dibandingkan dengan Amerika Serikat,
Inggris memiliki keunggulan komparatif dalam kain. Di sisi lain, Amerika Serikat
memiliki keunggulan absolut di kedua barang, gandum dan kain, dibandingkan
dengan Inggris, tapi karena keunggulan absolut lebih besar dalam gandum (6:1)
dibandingkan dengan kain (4:2), Amerika Serikat memiliki keunggulan
komparatif dalam gandum. Untuk meringkas, keunggulan absolut Amerika
Serikat lebih besar dalam gandum, sedangkan kelemahan absolut Inggris lebih
kecil di kain sehingga keunggulan komparatifnya terletak pada kain. Menurut
hukum keunggulan komparatif, kedua negara dapat memperoleh manfaat
perdagangan jika Amerika Serikat mengkhususkan diri dalam produksi gandum
dan mengekspor sebagian dalam perdagangan untuk mendapatkan kain dari
Inggris (Pada saat yang sama, Inggris mengkhususkan diri dalam produksi dan
ekspor kain).
dalam satu komoditas, negara lain tentu harus memiliki keunggulan komparatif
dalam komoditas lainnya.
keuntungan sebanyak 4 meter sutra (yaitu dari 5 meter sutra yang dapat
ditukarkan dengan 1 meter permadani di dalam negeri, maka di luar negeri hanya
ditukarkan sebanyak 1 meter sutra untuk memperoleh 1 meter permadani, yang
berarti Indonesia akan memperoleh efisiensi sebanyak 4 meter sutra).
Selanjutnya, jika diandaikan Iran berspesialisasi pada sutra, maka dengan DTI 1
meter permadani : 1 meter sutra, Iran akan memperoleh keuntungan sebesar 1
meter sutra, karena di dalam negeri untuk memperoleh 1 meter permadani harus
ditukarkan dengan sutra sebanyak 2 meter. Sebaliknya, jika Indonesia
berspesialisasi pada permadani, maka dengan DTI 1 meter permadani = 1 meter
sutra, Indonesia akan mengalami kerugian sebanyak 4 meter sutra, karena di
dalam negeri jika 1 meter permadani ditukar dengan sutra, maka akan diperoleh
sebanyak 5 meter sutra. Berdasarkan dua kondisi yang digambarkan di atas, maka
hubungan perdagangan antara dua Iran dan Indonesia tidak akan terjadi. Hal
tersebut disebabkan karena, ada negara yang mengalami keuntungan, tetapi negara
lainnya mengalami kerugian.
Menurut J.S. Mill, berdasarkan data pada tabel 2, perdagangan antara Iran dan
Indonesia dapat terjadi dan memberikan keuntungan kedua belah pihak apabila
DTI berada di antara DTD masing-masing negara, misalnya DTI 1 meter
permadani = 3 meter sutra. Tabel 2 menunjukkan bahwa Iran memiliki
keunggulan komparatif atas permadani, karena waktu yang dibutuhkan untuk
memproduksi permadani lebih sedikit dibanding waktu yang digunakan untuk
memproduksi sutra. Sebaliknya Indonesia memiliki keunggulan komparatif atas
sutra. Apabila kedua negara melakukan perdagangan, maka Iran akan
berspesialisasi pada produksi permadani dan mengekspornya ke Indonesia
kemudian akan mengimpor sutra dari Indonesia. Sebaliknya dengan Indonesia
akan mengekspor sutra dan mengimpor permadani. Melalui perdagangan
internasional Iran akan memperoleh 3 meter sutra yang ditukar dengan 1 meter
permadani, sehingga memperoleh keuntungan sebanyak 1 meter sutra. Di pihak
lain, Indonesia akan memperleh keuntungan dengan hanya menukarkan 3 meter
sutra untuk memperoleh 1 meter permadani, yang berarti Indonesia akan
memperoleh efisiensi yang setara dengan 2 meter sutra.
Keunggulan biaya dan diferensiasi ini pada dasarnya berasal dari struktur industri.
Kedua tipe dasar keunggulan kompetitif tersebut dikombinasikan dengan ruang
lingkup kegiatan perusahaan akan menghasilkan tiga pilihan strategi generik
untuk mencapai kinerja di atas rata-rata dalam suatu industri, yaitu keunggulan
biaya, diferensiasi, dan fokus (Porter, 1985:11) Strategi keunggulan biaya dan
diferensiasi mencari keunggulan kompetitif dalam beragam segmen industri yang
luas, sedangkan strategi fokus mengejar keunggulan biaya (fokus biaya) atau
diferensiasi (fokus diferensiasi) dalam segmen industri yang sempit. Pemikiran
yang melandasi konsep strategi generik ini adalah bahwa keunggulan kompetitif
merupakan inti dari strategi, dan untuk mencapai keunggulan kompetitif
mengharuskan perusahaan menentukan pilihan - jika perusahaan ingin memiliki
keunggulan kompetitif tertentu, perusahaan tersebut harus memilih jenis
keunggulan kompetitif yang akan dicapainya serta cakupan pasar tempat
perusahaan akan mencapainya. Alat analisis utama untuk mendiagnosis
keunggulan kompetitif dan mencari cara (strategi) menciptakan dan
melestarikannya adalah analisis Rantai Nilai (Value Chain) (Porter, 1985:25).
Analisis terhadap rantai nilai merupakan cara yang tepat untuk menelaah
keunggulan kompetitif. Rantai nilai memberikan cara yang sistematik untuk
12
Porter’s Five Forces Analysis adalah suatu kerangka kerja untuk analisis industri
dan pengembangan strategi bisnis. Analisis ini juga dapat menentukan
kemampuan perusahaan dalam memperoleh tingkat pengembalian investasi yang
melebihi biaya modal. Porter’s Five Forces Analysis ini biasanya diterapkan
dengan kombinasi analisis TOWS. Menurut Porter (1979), ada lima kekuatan
yang menentukan intensitas persaingan dalam suatu industri, yaitu: (1) ancaman
pendatang baru (threat of new entrants); (2) ancaman produk substitusi (threat of
substitutes); (3) daya tawar-menawar pemasok (bargaining power of suppliers);
(4) daya tawar-menawar pembeli (bargaining power of buyers); dan (5)
persaingan diantara perusahaan yang ada (rivalry among existing competitors).
Keunggulan kompetitif merupakan hasil dari kemampuan perusahaan
mengantisipasi kelima faktor persaingan tersebut secara lebih baik dibanding para
pesaingnya. Porter's Diamond merupakan suatu model terkait keunggulan
kompetitif perusahaan domestik dalam kancah persaingan internasional yang
kemudian memberi nilai terhadap suatu negara. Model Porter's Diamond
menjelaskan empat faktor pokok yang membentuk model diamond dan saling
menguatkan antara satu dengan lainnya. Empat faktor tersebut adalah: (1) demand
conditions, mengacu pada kondisi pasar domestik di suatu negara. Faktor ini
menjadi bagian penting dalam peningkatan keunggulan kompetitif karena
mendorong terciptanya produk-produk yang berkualitas; (2) related and
supporting industries, dapat dipahami sebagai industri-industri yang berhubungan
dengan perusahaan yang mampu berpengaruh pada peningkatan keunggulan
kompetitif; (3) firm strategy, structure and rivalry, terkait dengan strategi
perusahaan, struktur pasar, dan pola persaingan pada industri tertentu; dan (4)
factor conditions, yaitu input dan inovasi (sumber daya) yang digunakan dalam
13
Dong-Sung Cho, presiden dari The Institute of Industrial Policy Studies, Korea
Selatan, dalam artikelnya Determinant of International Competitiveness: How Can
a Developing Country Transform Itself to an Advanced Economy? tahun 1997
[11] melengkapi model Porter's Diamond. Dong-Sung Cho menjelaskan, bahwa
bukannya seberapa banyak tingkat sumber daya yang sekarang dimiliki oleh
sebuah negara, tetapi siapa yang bisa menciptakan sumber daya tersebut dan
kapan seharusnya sumber daya itu diciptakan. Dong-Sung Cho kemudian
mengembangkan model yang dikenal sebagai model Cho’s Nine-Factors.
Perbedaan antara model Porter's Diamond dan Cho’s Nine Factors terletak pada
keberadaan empat faktor yang meliputi: (1) workers (tenaga kerja); (2) politicians
and bureaucrats (politisi dan birokrasi); (3) enterpreneurs (pengusaha); dan (4)
professional managers, designers, and engineers (manajer profesional, perancang,
dan teknisi) ditambah chance events (akses dan kesempatan) yang juga
merupakan faktor penting dalam meningkatkan daya saing internasional.
harus mencari cara (strategi) untuk membedakan diri dari pesaingnya. Mengikuti
dekade, Hall (1980), Henderson (1983) , Hamel and Prahalad (1989), dan Dickson
(1992) telah membahas kebutuhan suatu perusahaan untuk senantiasa mempelajari
bagaimana cara menciptakan keunggulan baru satu langkah di depan pesaing.
Gagasan teori keunggulan kompetitif berkelanjutan muncul pada tahun 1984,
ketika Day (1984:32) mengusulkan jenis strategi yang dapat membantu ke arah
keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Istilah nyata keunggulan kompetitif
berkelanjutan muncul pada tahun 1985, ketika Porter (1985:11) membahas dua
tipe dasar keunggulan kompetitif (biaya rendah dan diferensiasi) yang akan
menghasilkan tiga pilihan strategi generik, yaitu keunggulan biaya, diferensiasi,
dan fokus (Porter, 1985:11). Perusahaan dikatakan mempunyai keunggulan
kompetitif berkelanjutan pada saat perusahaan tersebut menerapkan strategi
pencipta nilai dan pesaing tidak dapat menerapkannya (Coyne, 1986). Menurut
Hoffman (2000), keunggulan atau superioritas kompetitif perusahaan akan
berkelanjutan sepanjang strategi yang unik dan unggul dapat memberikan nilai
tambah bagi pelanggan, dan pesaing tidak dapat menemukan cara untuk
menirunya. Kontribusi terbesar Day and Wensley (1988) terhadap konsepsi
keunggulan kompetitif berkelanjutan adalah kerangka kerjanya untuk
memprediksi situasi kompetitif perusahaan sebagai langkah pertama dalam meraih
keunggulan kompetitif berkelanjutan. Tidak seperti penelitian terdahulu,
khususnya dalam mengukur prestasi perusahaan (seperti profitabilitas dan
penguasaan pasar), Day and Wensley (1988) lebih menyarankan penggunaan
perspektif pelanggan dan pesaing untuk menilai prestasi perusahaan. Day and
Nedungadi (1994) mengemukakan, bahwa perusahaan yang berorientasi pesaing
akan menekankan sumber daya relatif atau posisi biaya, sedangkan perusahaan
yang berorientasi pelanggan menekankan perbedaan segmen pasar dan
keunggulan diferensiasi. Bharadwaj et al., (1993) juga menekankan pentingnya
pelanggan dalam menentukan sumber keunggulan bersaing berkelanjutan, dan
menyatakan bahwa sumber daya dan keterampilan perusahaan dapat
dipertimbangkan sebagai sumber keunggulan bersaing berkelanjutan jika
menawarkan nilai atau manfaat yang diinginkan pelanggan.
BAB III
PENUTUP
D. Kesimpulan
Perdagangan internasional yang menganjurkan suatu filosofi ekonomi yang
dikenal sebagai merkantilisme. Secara singkat, para penganut merkantilisme
menyatakan bahwa jalan bagi suatu negara untuk menjadi kaya dan berkuasa
adalah dengan mengekspor lebih dari jumlah impor. Keunggulan Absolut
Menurut Adam Smith, perdagangan antara dua negara didasarkan pada
keunggulan absolut. Ketika satu negara lebih efisien daripada (atau memiliki
keunggulan absolut atas) yang lain dalam produksi satu komoditas tetapi
kurang efisien daripada (atau memiliki kelemahan absolut terhadap) negara
lain dalam memproduksi komoditas yang kedua, kedua negara dapat
mendapatkan manfaat dengan masing-masing mengkhususkan diri dalam
produksi komoditas yang memiliki keunggulan absolut dan bertukar hasil
dengan negara lain untuk komoditas yang memiliki kelemahan absolut.
15
DAFTAR PUSTAKA
16