Anda di halaman 1dari 31

CRITICAL BOOK REVIEW

EKONOMI INTERNASIONAL

Dosen Pengampu :

Revita Yuni, S.Pd, M.Pd

DISUSUN OLEH :

PUTRI AULINA

(7191240004)

PRODI ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

Oktober 2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita Ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Berkat dan
RahmatNya , Penulis bisa Menyusun atau menyelasaikan tugas Makalah mata kuliah
“EKONOMI INTERNASIONAL” menyimak makalah ini berjudul Critical Book Review.

Penulisan Makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Ekonomi Internasional di Universitas Negeri Medan Fakultas
Ekonomi Ilmu Ekonomi.

Penulis juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu
penulis minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan tugas dan penulis juga mengharapkan
kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan tugas ini. Akhir kata penulis ucapkan
terima kasih semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah pengetahuan bagi pembaca

Medan, Oktober 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan.....................................................................................................1
C. Manfaat Penulisan...................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2
A. Identitas Buku..........................................................................................................2
B. Ringkasan Buku.......................................................................................................3

BAB III KRITIKAN TERHADAP BUKU......................................................................25


A. Kelebihan.................................................................................................................25
B. Kelemahan...............................................................................................................25

BAB IV PENUTUP............................................................................................................27
A. Kesimpulan..............................................................................................................27
B. Saran........................................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................28
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ekonomi internasional Adalah ilmu ekonomi yang membahas akibat saling


ketergantungan antara negara-negara di dunia, baik dari segi perdagangan internasional maupun
pasar kredit internasional. Ekonomi Internasional adalah Sebagai cabang dari ilmu ekonomi yang
mempelajari dan menganalisis tentang transaksi dan permasalahan Ekonomi Internasional
(Eksport-Import) yang meliputi perdagangan dan keuangan atau moneter serta organisasi
ekonomi (Swasta maupun Pemerintah) dan kerjasama ekonomi antar negara.
Sebagai bagian dari ilmu ekonomi maka permasalahan pokok yang dihadapi dalam
Ekonomi Internasional sama dengan ilmu ekonomi, yaitu masalah kelangkaan Produk, dan
masalah pilihan produk, yang diartikan produk adalah barang dan jasa serta ide yang dibutuhkan
dan dihasilkan oleh manusia.
Permasalahan ekonomi tersebut dapat bersifat internasional karena adanya permintaan
dan penawaran yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri.

B. Tujuan Penulisan
1. Untuk menemukan inti sari dari sebuah buku
2. Untuk meningkatkan pemahaman lebih tentang ekonomi internasional
3. Membandingkan isi materi buku pertama dengan isi materi pada buku kedua

C. Manfaat Penulisan

1. Melatih diri untuk berfikir kritis


2. Menambah wawasan pembaca mengenai arti pentingnya memahami ekonomi
internasional.
3. Meningkatkan motivasi pembaca dalam mengenal lebih jauh tentang ekonomi
internasional.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Identitas Buku
1. Buku Utama (Relevan)
o Judul : Ekonomi Internasional
o ISBN : 979-411-504-5
o Penulis : Dominick Salvatore
o Penerbit : Erlangga
o Kota Terbit : Jakarta
o Tahun Terbit : 1997

2. Buku Kedua (Pembanding)


o Judul : Ekonomi Internasional
o ISBN : 978-602-298-261-6
o Penulis : Ekananda, Mahyus Sallama, Novietha
o Penerbit : Erlangga
o Kota Terbit : Jakarta
o Tahun Terbit : 2015

2
B. Ringkasan Buku

1. Buku Utama (Relevan)

BAB 1 PENDAHULUAN
Sebagian ilmu ekonomi internasional sangat diperlukan untuk memhami apa yang sedang
berlangsung di dunia, pada saat ini dan agar kita sebagai konsumen, warga negara, serta pemberi
hak pilih dapat memperoleh informasi yang baik. Pada tingkat lebih praktis, ilmu ekonomi
internasional diperlukan sebagai bekal bekerja pada perusahaan internasional, perbankan
internasional, sebagai lembaga pemerintah, serta organisasi-organisasi internasional.

Amerika Serikat sangat mengandalkan perdagangan internasional untuk memperoleh


berbagai produk yang tidak dapat diproduksi di dalam negeri, serta untuk memperoleh beberappa
mineral (baik karena tidak ada sumberdaya alamnya maupun karena sumberdaya alam yang ada
saat ini sudah semakin menipis). Ukuran kuantitatif yang lebih penting pada standar hidup
sebuah negara adalah banyaknya produk yang dapat diproduksi di dalam negeri namun dengan
biaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan di luar negeri. Fungsi perdagangan internasional
dirasa semakin penting untuk meraih kehidupan yang lebih baik bagi negara-negara industri
maupun berkembang.

Ilmu ekonomi internasional berkaitan dengan teori murni perdagangan, teori kebijakan
perdagangan, pasar kurs valuta asing serta neraca pembayaran, dan penyesuaian neraca
pembayaran atau ilmu makroekonomi perekonomian terbuka. Dua topik pertama berkaitan
dengan aspek mikroekonomi dari ekonomi internasional, dua berikutnya merupakan aspek
makroekonomi atau dikenal sebagai keuangan internasional.

Dimulai dengan berbagai asumsi sederhana, terori ekonomi internasional membahas


dasar-dasar perdagangan dan pengaruh pembatasan perdagangan, kebijakan yang diarahkan
untuk mengatur arus pembayaran dan penerimaan internasional, serta pengaruh kebijakan-
kebijakan ini terhadap kesejahteraan sebuah negara.

BAB 2 HUKUM KEUNGGULAN KOMPARATIF

3
Bab ini membahas perkembangan teori perdagangan mulai dari teori mekantilis sampai
ke Adam Smith, David Ricardo, dan Habeler. Kita berusaha menjawab dua pertanyaan dasar
yaitu : (a) Apa yang menjadi dasar dan keuntungan perdagangan?, (b) Bagaimana pola
perdagangan tersebut?. Kaum merkantilis percaya bahwa sebuah negara hanya dapat
memperoleh keuntungan dari perdagangan dengan mengorbankan negara lainnya. Sebagai
akibatnya, mereka menganjurkan agar dilakukan pembatasan yang ketat terhadap impor,
memberikan insentif terhadap ekspor, serta memberlakukan peraturan pemerintah yang ketat
terhadap semua aktivitas ekonomi.

Menurut Adam Smith, perdagangan didasarkan pada keunggulan absolut dan akan
menguntungkan kedua belah pihak (pembahasannya dilakukan dengan mengasumsikan bahwa
dunia terdiri dari dua negara dan dua komoditi). Artinya, jika setiap negara melakukan
spesialisasi pada produksi komoditi yang memiliki keunggulan absolut dan menukarkan sebagian
output ini untuk memperoleh output yang memiliki kerugian absolut, maka kedua negara akan
dapat mengkonsumsi lebih banyak kedua komoditi. Sayangnya teori keunggulan ini hanya dapat
menjelaskan sedikit saja dari perdagangan internasional pada saat ini.

David Ricardo memperkenalkan hukum keunggulan komparatif. Hukum ini mengatakan


bahwa meskipun salah satu negara kurang efisien dibanding negara lainnya dalam memproduksi
kedua komoditi, masih terdapat dasar dilakukannya perdagangan yang menguntungkan kedua
belah pihak (sepanjang proporsi kerugian absolut satu negara pada kedua tersebut tidaksama.
Negara yang kurang efisien harus berspesialisasi dalam produksi dan mengekspor komoditi yang
dalam kerugian absolutnya lebih sedikit (yaitu komoditi yang memiliki keunggulan komparatif).
Namun Ricardo menjelaskan hukum keunggulan komparatif ini berdasarkan teori nilai tenaga
kerja yang tidak dapat diterima.

BAB 3 TEORI STANDAR PERDAGANGAN INTERNASIONAL


Bab ini bertujuan mengembangkan lebih lanjut model perdagan sederhana yang telah kita
pelajari sebelumnya demi memunculkan suatu model perdagangan yang lebih realistis, yakni
yang lebih memperhitungkan konsep peningkatan biaya oportuinitas (increasing opportunity
cost). Bab ini juga memperkenalkan konsep preferensi permintaan atau selera yang bervariasi
(berbeda untuk satu negara dari negara lain), dalam bentuk kurva-kurva indiferen masyarakat. Di

4
samping itu, bab ini juga menelaah hubungan antara kekuatan-kekuatan permintaan dan
penawaran dalam menentukan keunggulan komparatif dari suatu negar yang selanjutnya menjadi
pijakan bagi berlangsungnya spesialisasi produksi dan perdagangan internasional yang saling
menguntungkan antara negara itu dengan negara lain.

Peningkatan biaya oportuunitas adalah suatu istilah yang merujuk pada semakin besarnya
jumlah atau nilai komoditi tertentu yang harus dikorbankan oleh suatu negara demi mendapatkan
tambahan komoditi lainnya. Secara grafis, besar atau kecilnya peningkatan biaya oportunitas itu
ditunjukan oleh kurva batas kemungkinan produksi yang berbentuk cekung bila dilihat dari pusat
sumbu. Besaran sudut kurva batas kemungkinan produksi tersebut juga menunjukkan besar-
kecilnya tingkat transformasi marginal peningkatan biaya oportunitas itu terjadi karena sumber-
sumber daya atau faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh masing-masing negara selalu
terbatas, tidak homogen dan proporsi pemakaiannya pun tidak sama dalam produksi setiap
komoditi. Lebih lanjut, kurva batas kemungkinan produksi dari setiap negara juga berbeda
karena masing-masing negara itu memiliki kelimpahan faktor yang berbeda dan tingkat
teknologinya juga berbeda-beda.

Dengan adanya peningkatan biaya oportunitas, sekalipun dua negara memiliki kurva
batas kemungkinan produksi yang identik, hubungan dagang diantara kedua negara tersebut
masih dapat berlangsung apabila selera atau preferensi permintaan dari kedua negara itu berbeda
satu sama lain. Negara yang permintaan atau preferensi nya atas suatu komoditi relatif kecil akan
memiliki tingkat harga relatif autarki (sebelum perdagangan berlangsung) yang lebih murah
sehingga pada komoditi itulah ia memiliki keunggulan komparatif. Selanjutnya hal tersebut akan
mendorong berlangsungnya spesialisasi produksi dan pada akhirnya akan memicu hubungan
dagang yang saling menguntungkan diantara kedua negara tersebut.

BAB 4 PERMINTAAN DAN PENAWARAN


Dalam bab ini kita telah menderivasikan permintaan impor dan penawaran ekspor dari
komoditi-komoditi perdaganan, yang selanjutnya semuanya dapat dirumuskan menjadi kurva
tawar-menawar bagi masing-masing negara yang mempelajari bahwa kurva tawar-menawar
tersebut dapat digunakan untuk mengungkap besarnya volume perdagangan dan harga relatif dari
masing-masing komoditi dalam kondisi ekuibrilium setelah kedua negara tadi melangsungkan
5
perdagangan. Hasil-hasil analisis yang kita peroleh ternyata menegaskan kembali apa yang telah
kita capai dari bab sebelumnya. Kita telah mengetahi bahwa harga dan colume perdagangan
dalam kondisi ekuilibrium akan terbentuk melalui proses coba-coba yang cukup lama., maka
dalam bab ini kita dapat menerapkan analisis grafik sehingga mempercepat langkah kita untuk
sampai pada penyibakan harga dan volume perdagangan dalam kondisi ekuilibrium setelah
hubungan dagang itu sendiri terselenggarakan. Ternyata hasil yang kita peroleh dari analisis
grafik tersebut sama dengan yang diperoleh dari rangkaian proses coba-coba tadi.

Kelebihan penawaran (excess of supply) dari suatu komoditi atas pasar harga ekuilibrium
sebelum perdagangan berlangsung akan mendorong negara pemiliknya untuk mengekspor
kelebihan komoditi tersebut. Di lain pihak, kelebihan permintaan (excess of demand) dari suatu
komoditi yang harganya lebih rendah ketimbang harga ekuilibrium sebelum perdagangan
berlangsung akan mendorong negara yang bersangkutan untuk mengimpor komoditi itu dari
negara lain. Perpotongan kurva permintaan impor dan kurva penawaran ekspor komoditi akan
menentukan harga relatif ekuilibrium dan kuantitas komoditi yang akan diperdagangkan.

Nilai tukar perdangan suatu negara lazim didefinisikan sebagai rasio harga ekspor
komoditi suatu negara terhadap harga komoditi impornya. Jadi, nilai tukar perdagangan dari
suatu negara selalu merupakan kebalikan dari nilai tukar perdagangan negara lain yang menjadi
mitra dagang nya (bersifat resiprokal). Seandainya saja yang diperdagangkanlebih dari dua
komoditi, maka kita harus menggunakan indeks harga ekspor terhadap harga impor dan
mengalikannya dengan angka seratus untuk memperoleh nilai tukar perdagangan dalam angka
persen yang bulat dan mudah di pahami. Model perdagangan yang telah kita kembangkan
sesungguhnya sudah merupakan sebuah model keseimbangan umum yang lengkap, kecuali
bahwa model tersebut hanya mencakup dua negara, dua komoditi, dan dua faktor produksi saja.

BAB 5 KEPEMILIKAN FAKTOR PRODUKSI DAN TEORI HECKSCHER-OHLIN


Teori Heckscher-Ohlin yang telah disajikan pada bab ini memiliki cakupan yang lebih
luas ketimbang model perdagangan yang sebelumnya telah kita bicarakan dalam bab-bah
terdahulu. Pada intinya teori standar perdaganan Heckscher-Ohlin tersebut menjelaskan bahwa
perdaganan internasional berlangsung atas dasar keunggulan komparatif yang berbeda dari
masing-masing negara. Teori ini juga menyinggung mengenai dampak-dampak perdagangan
6
internasional terhadap harga atau tingkat pendapatan dari masing-masing faktor produksi. Kedua
hal yang sangat penting ini belum tersentuh oleh para ekonom mahzab klasik, dan di situ pulalah
terleteak arti penting dan keistimewaan teori Heckscher-Ohlin.

Teori Heckscher-Ohlin di dasarkan pada serangkaian asumsi sederhan guna memudahkan


dan melancarkan pembahasannya. Hanya saja, sebagian dari asumsinya tersebut terlalu
sederhana, atau bahkan sama sekali tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Pertama-tama teori
Heckscher-Ohlin mengasumsikan bahwa dunia ini hanya terdiri dari dua negara, dua komoditi
dan dua faktor produksi. Asumsi kedua mengatakan bahwa kedua negara tersebut memiliki dan
menggunakan tingkat teknologi produksi yang sama. Asumsi ketiga bersifat padat modal,
sedangkan yang lain bersifat padat tenaga kerja, dan hal ini berlaku di kedua negara. Lebih lanjut
asumsi keempat menyatakan adanya skala hasil yang konstan. Asumsi kelima menyatakan
bahwa spesialisasi produksi yang terjadi di masing-masing negara setelah perdagangan
internasional berlangsung tidak akan lengkap atau tuntas. Berikutnya, asumsi keenam mengacu
pada persamaan di kedua selera negara. Asumsi ketujuh mensyaratkan adanya kompetitif
sempurna di pasar komoditi maupun di pasar faktor produksi. Lebih lanjut, asumsi kedelapan
mengakui pentingnya mobilitias internal, namun menafikan atau menyisihkan kemungkinan
terjadinya mobilitas atau perpindahan faktor produksi antarnegara. Yang sembilan tidak ada
biaya transportasi, tarif maupun berbagai bentuk hambatan lainnya yang mengganggu
berlangsungnya perdagangan internasional secara bebas. Asumsi kesepuluh, seluruh sumberdaya
produktif yang ada di masing-masing negara terkerahkan secara penuh (full employment).
Terakhir asumsi kesebelas menyatakan bahwa hubungan dagang yang berlangsung benar-benar
seimbang. Asumsi-asumsi ini akan kita perlonggar demi memungkinkan dirumuskan nya teori-
teori yang lebih realistik atau yang lebih sesuai dengan kenyataan yang ada. Pelonggaran asumsi
model Heckscher-Ohlin ini akan kita lakukan dalam bab selanjutnya.

BAB 6 SKALA EKONOMIS, PERSAINGAN TIDAK SEMPURNA DAN


PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Heckscher-Ohlin mendasarkan teori perdagangannya pada keunggulan komparatif
masing-masing negara yang bersumber dari kelimpahan faktor produksi nya. Meskipun diakui
sebagai teori baku, namun dalam kenyataannya teori ini tidak dapat sepenuhnya menjelaskan

7
hubungan-hubungan perdagangan internasional yang berlangsung dewasa ini. Artinya, ada
sebagian perdagangan antar negara pada saat ini tidak dapat kita pahami jika kita hanya
bertumpu pada teori dasar mengenai perdagangan internasional yang dirintis oleh Heckscher-
Ohlin itu. Untuk menutup kesenjangan atau kekurangan-kekurangan teori baku ini, agaknya kita
memerlukan teori-teori yang baru. Dari perkembangan yang ada, telah muncul teori-teori baru itu
yang menyoroti terjadinya perdagangan internasional atas dasar konsep skala ekonomis,
kompetisi tidak sempurna, serta perbedaan-perbedaan tingkat perubahan teknologi yang terjadi
di antara negara yang satu dengan negara yang lain.

Pelonggaran asumsi-asumsi yang menjadi pilar teori Heckscher-Ohlin tidak akan


menggoyahkan keberlakuannya, melainkan sekedar memodifikasikannya. Akan tetapi jika kita
menghilangkan asumsi mengenai skala ekonomis yang konstan, persaingan yang sempurna dan
tidak adanya perbedaan dalam tingkat perubahan teknolofi antarnegara, maka kita telah beranjak
lebih jauh ke teori-teori perdagangan yang baru. Hal ini agaknya memang harus dilakukan demi
menjelaskan sebagian praktek hubungan perdagangan internasional ini yang tidak dapat
dijelaskan atas dasar teori Heckscher-Ohlin.

Jika kelimpahan faktor dua negara ternyata sama, maka menurut teori Heckscher-Ohlin
tidak akan terjadi perdagangan antar keduanya. Namun dalam kenyataannya, hubungan
perdagangan di antara kedua negara yang kelimpahan faktor produksi nya identik pun masih
dapat terjadi. Dalam kasus ini, perdagangan bertolak atas dasar skala ekonomis. Apabila masing-
masing negara itu mengkhususkan diri dalam produksi salah satu komoditi, maka mereka dapat
mengintensifkan produksi di salah satu komoditi dan saling mempertukarkannya dengan harga
yang lebih menguntukan, sehingga total output dunia atas kedua komoditi itu menjadi lebih
besar. Dengan demikian masih terdapat peluang untuk memperoleh keuntungan perdagangan di
antara negara-negara yang kelimpahan faktor nya sama.

BAB 7 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERDAGANGAN


Teori perdagangan yang telah kita pelajari bersifat statis. Artinya teori itu didasarkan
pada anggapan atau asumsi bahwa kepemilikan faktor-faktor produksi, teknologi dan selera di
suatu negara tidak berubah. Kondisi serba konstan itulah yang harus dikembangkan lebih jauh
sebagai suatu landasan dalam membicarakan keunggulan komparatif dan keuntungan
8
perdagangan. Dalam kenyataannya kepemilikan faktor produksi di setiap negara senantiasa
berubah dari waktu ke waktu. Demikian pula halnya dengan teknologi dan selera. Oleh karena
itu dalam bab ini kita memperluas analisis dengan melibatkan perhitungan atas kenyataan bahwa
hal-hal yang semula dianggap konstan itu sesungguhnya bisa berubah-ubah, dan kenyataan
memang selalu berubah, senantiasa menggeser posisi ekuilibrium. Ini lah yang disebut sebagai
analisis statika komparatif.

Terjadinya pertumbuhan faktor produksi dan atau perubahan selera di kedua negara akan
menggeser kurva tawar-menawar dari kedua negara tersebut, mengubah volume perdagangan
antara keduanya dan/atau mengubah nilai tukar perdagangan nya. Terlepas dari sumbernya,
pergeseran posisi kurva tawar-menawar susatu negara menuju sumbu yang mengukur komoditi
ekspornya cenderung memperbesar volume perdagangan berdasarkan harga-harga konstan,
namun dalam waktu yang bersamaan akan menurunkan nilai tukar perdagangan nya. Pergeseran
sebaliknya pada kurva tawar menawar negara itu akan menurunkan volume pedagangan
berdasarkan harga-harga konstan, namun akan memperbaiki nilai tukar perdagangan nya. Setiap
kali terjadi pergeseran pada kurva tawar-menawar nilai tukar perdagangan dari negara yang
bersangkutan akan berubah dan perubahan itu akan senantiasa mempengaruhi kondisi negara-
negara lain yang menjadi mitra dagangnya. Semakin besar perubahan nilai tukar perdagangan
tadi, akan semakin besar lengkungan yang terjadi pada kurva tawar-menawar negara lain yang
menjadi mitra dagangnya.

BAB 8 HAMBATAN PERDAGANGAN : TARIF


Meskipun perdagangan bebas (free trade) akan dapat memaksimalkan output dan
kesejahteraan dunia, serta keuntungan bagi setiap negara yang terlibat di dalamnya, namun
dalam kenyataannya, hampir setiap negara masih menerapkan berbagai bentuk hambatan
terhadap berlangsungnya perdagangan internasional secara bebas. Walaupun secara umum
penerapan kebijakan perdagangan selalu dikemukakan sebagai suatu alat yang perlu diterapkan
untuk meningkatkan kesejahteraan nasional, dalam kenyataannya hal tersebut lebih bertolak dari
kepentingan sepihak dari kelompok-kelompok tertentu yang memang paling diuntungkan oleh
pemberlakuan hambatan-hambatan perdagangan tadi. Bentuk hambatan perdagangan yang paling
penting atau menonjol secara historis adalah tarif. Tarif adalah pajak atau cukao yang dikenakan

9
suatu untuk komoditi yang diimpor dan diekspor. Tarif merupakan bentuk kebijakan
perdagangan yang paling tua dan secara tradisional telah digunakan sebagai sumber penerimaan
pemerintah sejak lama. Ada beberapa jenis tarif, yakni tarif spesifik, gabungan dan ad valorem.
Apa yang disebut sebagai tarif ad valorem. (ad valorem tariffs) adalah pajak yang dikenakan
berdasarkan angka persentase tertentu dari nilai barang-barang yang diimpor (misalnya, suatu
negara memungut tarif 25% atas nilai atau harga dari setiap unit mobil yang diimpor).
Sedangkan tarif spesifik (specific tariffs) dikenakan sebagai beban tetap unit barang yang
diimpor misalnya saja, pungutan 3 dolar untuk setiap barel (minyak). Dan yang terakhir, tarif
campuran (compound tariff) adalah gabungan dari keduanya. Disamping mengenakan pungutan
dalam jumlah tertentu, tarif campuran ini juga memungut sekian persen lagi.. Dan yang paling
sering digunakan adalah tarif ad valorem. Secara umum, tarif yang mengalami penurunan berarti
selama 40 tahun terakhir. Dewasa ini, tingkat tarif yang berlaku rata-rata dibawah 5%, khususnya
di negara-negara industri maju, dan untuk produk-produk manufaktur.

BAB 9 HAMBATAN-HAMBATAN PERDAGANGAN NON-TARIF DAN


PROTEKSIONISME BARU
Kuota adalah restriksi kuantitatif secara langsung terhadap impor atau ekspor.
Pemberlakuan kuota impor menimbulkan dampak-dampak terhadap konsumsi dan produksi
seperti yang ditimbulkan oleh penerapan tarif impor yang setara. Apa bila pemerintah melelang
lisensi impor ke penawar tertinggi melalui suatu proses kompetitif, maka hal itu juga akan
menimbulkan dampak pendapatan yang sama. Artinya, pihak pemerintah akan memperoleh
pendapatan ekstra dari hasil penjualan lisensi impor itu yang nilainya setara dengan pendapatan
tambahan berupa pajak, seandainya yang diterapkan adalah impor. Penyesuaian terhadap setiap
pergeseran dalam kurva permintaan atau kurva penawaran sehubungan dengan adanya kuota
impor akan terjadi pada harga-harga domestik. Sedangkan jika yang diberlakukan adalah tarif
impor, maka penyesuaian tersebut akan terjadi pada kuantitas impor. Seandainya lisensi impor
tersebut diberikan begitu saja kepada perusahaan tertentu (tidak di lelang kepada penawar
tertinggi), maka disamping pemerintah kehilangan pendapatan tambahan hal itu juga
mengakibatkan perusahaan yang bersangkutan menikmati keuntungan monopoli, yang pada

10
akhirnya akan meyuburkan korupsi. Secara umum kuota impor itu lebih restriktif ketimbang
impor tarif yang setara.

BAB 10 INTEGRASI EKONOMI : PERSEKUTUAN PABEAN DAN KAWASAN


PERDAGANGAN BEBAS
Integrasi ekonomi adalah kebijakan komersial/perdagangan yang secara diskriminatif
mengurangi atau menghapuskan hambatan-hambatan perdagangan hanya diantara pihak-pihak
tertentu saja, yakni diantara negara-negara yang memutuskan untuk bersatu membentuk integrasi
ekonomi tersebut. Sedangkan dalam kasus pengaturan perdagangan preferensial-seperti skema
preferensi Persemakmuran Inggris (British Commonwealth Preference Scheme) hambatan
perdagangan hanya dikurangi secara diskriminatif untuk negara-negara yang berpartisipasi di
dalamnya, atau yang ditunjuk. Ada pun kawasan perdagangan bebas misalnya Asosiasi
Perdagangan Bebasa Eropa (EFTA) dan Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA)
menghapuskan semua bentuk hambatan perdagangan di kalangan negara-negara anggota
sedangkan masing-masing negara tersebut masih mempertahankan kebijakan nasionalnya
berkenaan dengan pemberlakuan tarif bagi negara-negara luar yang bukan anggota. Persekutuan
Pabean (Misalnya Uni Eropa) melakukan penyelarasan perekonomian lebih jauh dengan
memberlakukan kebijakan komersial bersama (seragam) terhadap pihak luar. Jadi masing-
masing anggota diwajibkan mnyamakan kebijakan komersialnya, khususnya berkenaan dengan
tarif, terhadap negara-negara yang bukan anggota. Bentuk integrasi yang lebih tinggi adalah
pasaran bersama (misalnya Uni Eropa setelah tahun 1992) yang tidak hanya membebaskan arus
perdagangan barang dan jasa, namun juga membebaskan pergerakan faktor-faktor produksi
(tenaga kerja, modal) diantara negara-negara anggotanya. Lebih jauh lagi bentuk integrasi
ekonomi tesebut akan dapat diringkatkan lagi menjadi Uni Ekonomi (Misalnya Benelux) yang
juga mengharmonisasikan atau menyamakan kebijakan-kebijakan komersial secara umum dari
negara-negara anggota nya. Ada pun tingkat integrasi ekonomi yang plaing tertinggi adalah Uni
Ekonoi yang juga menyamakan segenap kebijakan moneter dan fiskal dari segenap anggotanya
(Misalnya Amerika Serikat yang terdiri dari 50 negara bagian yang secara politis adalah unit
mandiri, namun secara ekonomi melebur menjadi satu kesatuan).

11
BAB 11 PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN PEMBANGUNAN EKONOMI
Meskipun laju dan tingkat pembangunan ekonomi nasional di sebuah negara berkembang
terutama bergantung pada kondisi-kondisi internalnya, namun hubungan perdagangan nasional
dapat kontribusi yang penting bagi kelangsungan proses pembangunan tersebut. Meskipun
demikian, beberapa ekonom seperti Prebisch, Singer dan Myrda, percaya bahwa hubungan
perdagangan internasional dan berfungsinya sistem ekonomi internasional yang ada pada saat ini
cenderung hanya menguntungkan negara maju saja, dan itu pun terjadi atas pengorbanan atau
kerugian negara-negara berkembang.

Walaupun kebutuhan akan adanya teori perdagangan yang lebih bersifat dinamis tidak
bisa diabaikan, namun teknik statika komparatif sesungguhnya dapat dimanfaatkan untuk
menyempurnakan teori perdagangan tradisional agar mencakup aspek perubahan atas berbagai
elemen penting, seperti perubahan jumlah atau kepemilikan faktor produksi, perkembangan
tingkat teknologi dan selera konsumen. Sehubungan dengan kondisi-kondisi permintaan dan
penawaran yang kurang mendukung, perdagangan internasional dewasa ini agaknya memang
sulit diharapkan untuk berfungsi sebagai suatu mesin pertumbuhan seperti halnya yang pernah
terjadi pada abad ke-19. Kalau negara berkembang pada masa itu dahulu dapat memetik manfaat
yang sangat besar dari terselenggaranya perdagangan antar negara, maka hal itu kini sulit
diharapkan bagi negara-negara berkembang. Dalam kalimat lain, nasib dan pengalaman baik
negara-negara yang kini maju itu sulit ditiru oleh negara-negara berkembang sekarang ini.
Betapa pun, perdagangan tetap memainkan peran penunjang yang penting.

BAB 12 PERGERAKAN SUMBER DAYA INTERNASIONAL DAN PERUSAHAAN


MULTINASIONAL
Pada bab ini kita mempelajari dampak-dampak yang ditimbulkan oleh pergerakan modal,
tenaga kerja dan teknologi internasional. Dalam hal tertentu, pergerakan faktor-faktor produksi
tersbt bisa menjadi pengganti arus perdagangan komoditi internasional. Pegerakan modal
antarnegara bisa diklasifikasikan menjadi 2 kategori besar yakni investasi portofolio investasi
langsung. Ada pun investasi portofolio tersebut adalah jual beli surat-surat berharga seperti
saham dan obligasi antara penduduk dari suatu negara dengan penduduk negara lain (perusahaan
juga dikategorikan sebagai penduduk). Biasanya transaksi tersebut melalui perantara bank atau

12
lembaga-lembaga keuangan. Ada pun penanaman modal asing secara langsung adalah investasi
dalam bentuk fasilitas produksi, mesin-mesin, perkakas kantor, dan berbagai barang modal
lainnya yang diperlukan untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatan produksi secara nyata.
Penanaman modal asing secara langsung ini biasanya juga disertai dengan transfer manajemen
agar pihak investor dapat mempertahankan kontrol atau penguasaannya terhadap fasilitas-
fasilitas produksi di negara lain yang di biayainya itu. Aktor utama dalam penanaman modal
asing secara langsung ini adalah perusahaan-perusahaan multinasional.

Total kepemilikan surat berharga asing oleh pihak swasta Amerika Serikat dan
penanaman modal secara langsung yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan amerika serikat
ke negara-negara lain terus meningkat tajam, yakni dari 16,1 milliar dolar pada tahun 1950
menjdi 814,1 milliar dollar pada tahun 1992 (60% diantaranya adalah penanaman modal secara
langsung). Pada periode yang sama nilai surat berharga amerika serikat yang dimiliki oleh pihak
asing dan penanaman modal langsung dari negara lain ke amerika serikat juga meningkat dari
6,3 milliar dolar menjadi 1.036,8 milliar dollar (419,5 milliat dollar secara langsung). Dari
seluruh penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan
amerika serikat, 14% diantaranya tercurah ke Kanada, 14%negara-negara eropa, 18% ke negara-
negara amerika latin, 5% ke jepang dan 13% sisanya ke kawasan atau ke negara-negara lain.
Dari seluruh penanaman modal asing seara langsung ke amerika serikat pada tahun 1992 itu,
11% di antaranya tercurah ke sektor perminyakan, 38% ke sektor manufaktur, dan 51% sektor-
sektor lainnya (sebagian besar adalah sektor jasa) Di lain pihak dari seluruh penanaman modal
asing ke Amerika, 9% diantaranya tertuang ke sektor perminyakan, 38% ke sektor manufaktur
dan 52% ke sektor-sektor lain.

2. Buku Kedua (Pembanding)

BAB 1 PENDAHULUAN
Dalam bab ini kita telah mempelajari bagaimana perdagangan internasional terjadi untuk
memnuhi kebutuhan manusia. Barang hasil produksi dapat tersalurkan ke konsumen melalui para
pedagang tersebut. Saat ini, kegiatan perdagangan sangat luas. Perdagangan sudah merambah
wilayah antarnegara (internasional). Proses tukar-menukar barang atau jasa yang terjadi antara

13
satu negara dan negara yang lain inilah yang disebut perdagangan internasional. Dalam kegiatan
perdagangan internasional melibatkan minimal dua pihak, yaitu eksportir dan importir. Semakin
banyak ekspor, semakin besar devisa yang diperoleh Negara. Importir melakukan kegiatan impor
karena menginginkan laba. Kegiatan impor dilakukan jika harga barang yang bersangkutan di
luar negeri lebih murah.

Perdagangan internasional mempunyai dampak pada Negara-negara yang terlibat.


Dampak tersebut ada yang positif dan ada yang negatif. Indonesia sebagai Negara yang juga
melakukan perdagangan internasional memperoleh dampak-dampak tersebut. Untuk
menjembatani aturan keuangan yang berbeda di setiap Negara, terbentuklah system pembayaran
yang disepakati oleh kedua belah pihak yang berdagang. Dalam perdagangan internasional
dikenal dua alat pembayaran yaitu valuta asing dan devisa. Devisa adalah semua barang yang
dapat digunakan sebagai alat pembayaran internasional dan dapat diterima di dunia internasional.
Valuta asing adalah mata uang asing yang dipakai sebagai alat pembayaran luar negeri.

Keterbatasan alat angkut dan jatuhnya jarak angkut barang dari pusat produksi ke daerah
konsumen memerlukan cara pembayaran ekspor dan impor. Pada aktivitas ekspor impor proses
pembayaran antar Negara dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain secara tunai (cash
payment), pembayaran kemudian (open account), wesel inkaso (collection draft), konsinyasi
(consignment), letter of credit (L/C).

BAB 2 TEORI KLASIK DALAM PERDAGANGAN


Sejauh ini kita telah mempelajari beberapa tokoh yang mengemukakan teori tentang
terjadinya perdagangan internasional. Beberapa tokoh tersebut di antaranya adalah Adam Smith
dan David Ricardo. Adam Smith mengemukakan teori yang disebut Theory of Absolute
Advantage (Teori Keunggulan Mutlak). Menurut teori ini suatu Negara disebut memiliki
keunggulan mutlak dibandingkan Negara lain apabila Negara tersebut dapat memproduksi
barang atau jasa yang tidak dapat diproduksi Negara lain. Sedangkan David Ricardo mengajukan
teori tentang perdagangan internasional yang disebut Theory of Comparative Advantage (Teori
Keunggulan Komparatif). Menurut David Ricardo keunggulan komparatif suatu Negara apabila
Negara tersebut dapat memproduksi suatu barang atau jasa secara efisien dan lebih murah
dibandingkan Negara lain.
14
Tahapan pemikiran teori perdagangan secara umum dapat dikelompokkan kedalam teori
klasik dan teori modern. Meskipun demikian kita tidak terlalu mempermasalahkan pembagian
ini. Pada intinya teori ini tersusun sejalan dengan kasadaran akan perkembangan kegiatan
perdagangan dengan memasukkan berbagai faktor yang semakin relevan dengan kondisi terkini.

Perdagangan bebas ataupun kerja sama regional diharapkan dapat menimbulkan efisiensi
dan meningkatkan kesejahteraan. Tak dapat dipungkiri bahwa kerja sama perdagangan juga akan
meningkatkan kompetisi antaranggota. Namun apabila hal tersebut disikapi dengan bijak maka
manfaat yang dapat dipetik antara lain adalah peningkatan spesialisasi dan peningkatan
perdagangan itu sendiri. Dengan keunggulan komparatif dari masing-masing Negara, setiap
Negara dapat berfokus pada produksi barang yang mempunyai keunggulan komparatif sehingga
akan terjadi realokasi faktor produksi.

BAB 3 PERKEMBANGAN TEORI PERDAGANGAN


Perkembangan ekspor dari suatu Negara tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor
keunggulan komparatif tetapi juga oleh faktor-faktor keunggulan kompetitif. Inti paradigma
keunggulan kompetitif adalah keunggulan suatu Negara di dalam persaingan global selain
ditentukan oleh keunggulan kompetitif berupa adanya proteksi atau bantuan fasilitas dari
pemerintah. Keunggulan kompetitif tidak hanya dimiliki oleh suatu Negara, tetapi juga dimiliki
oleh perusahaan-perusahaan di Negara tersebut secara individu atau kelompok. Keunggulan
kompetitif lebih bersifat dinamis dengan perubahan-perubahan, misalnya teknologi dan sumber
daya manusia.

Teori keunggulan komparatif yang dikemukakan oleh David Richardo dapat diterangkan
berdasarkan teori biaya oportunitas (opportunity cost theory). Teori ini menyatakan bahwa biaya
dari satu komoditas adalah jumlah komoditas kedua yang harus dikorbankan sehingga diperoleh
faktor-faktor produksi atau sumber daya yang memadai untuk menghasilkan satu unit tambahan
dari komoditi pertama. Pendekatan yang paling sesuai mengenai biaya oportunitas digambarkan
dengan kurva kemungkinan produksi (production possibilities curve, PPF, disebut juga kurva
transformasi).

15
Kurva ini menunjukkan berbagai alternatif “kombinasi” dua komoditas yang dapat
dihasilkan oleh suatu Negara dengan menggunakan faktor produksinya secara penuh serta
teknologi terbaik yang dimilikinya. Kemiringan kurva kemungkinan produksi menunjukkan
tingkat marginal transformasi (marginal rate of transformation = MRT) atau jumlah komoditas
yang harus dikorbankan Negara itu untuk memperoleh satu unit tambahan komoditas kedua.

BAB 4 TEORI MODERN PERDAGANGAN INTERNASIONAL


Teori modern ini yang berkembang setelah teori klasik salah satunya adalah Teori
Heckscher-Ohlin (H-O). Teori modern di sini maksudnya adalah teori yang berkembang setelah
teori klasik. Banyak ahli berpendapat bahwa teori ini merupakan kelanjutan dari teori klasik
karena esensinya sama yaitu melihat kenapa terjadi perdagangan di antara dua negara. Perbedaan
antara keduanya, kalua teori klasik melihat dari sisi supply saja, tetapi teori modern melihat dari
sisi supply dan demand.

Teori keunggulan komparatif terus dikembangkan, salah satunya oleh Hecksher Ohlin
dengan melihat aspek kepemilikan dari faktor produksi. Analisis Hecksher Ohlin menyatakan
bahwa negara-negara yang memiliki sumber daya yang secara proporsional lebih banyak akan
mengeskpor produk-produk yang menggunakan faktor produksi tersebut.

Teori H-O ini sering disebut dengan teori proporsi dan intensitas faktor produksi. Teori
H-O menyatakan penyebab perbedaan produktivitas karena adanya jumlah atau proporsi faktor
produksi yang dimiliki (endowment factors) oleh masing-masing negara, sehingga selanjutnya
menyebabkan terjadinya perbedaan harga barang yang dihasilkan.

BAB 5 TEORI MODERN EKSPOR DAN IMPOR


Pada bab ini kita mempelajari pengembangan teori H-O sebagai modern dalam
perdagangan yang bersaha untuk mengakomodasi berbagai faktor dalam perdagangan agar
didapatkan rumusan teori-teori baru guna menjelaskan sebagian pola dan praktek perdagangan
internasional yang terjadi dewasa ini. Faktor produksi tidak dapat lagi menggolong-golongkan
suatu komoditas secara hitam-putih sebagai produk yang padat karya atau padat modal saja.
Teknologi itu sendiri dapat dianggap sebagai salah satu jenis faktor produksi sehingga

16
perdagangan yang didasarkan pada variasi tingkat teknologi antarnegara masih dianggap
tercakup dalam teori Heckscher Ohlin. Dalam perkembangan teknologi dan sumber daya
manusia saat ini perubahan intensitas faktor tersebut merupakan kenyataan yang tidak bisa
dibantah. Banyak sekali asumsi yang tidak berlaku lagi pada saat ini.

Kita dapat menyimpulkan bahwa pelonggaran atas sebagian besar asumsi dasar teori
Heckscher-Ohlin tersebut hanya akan memodifikasikannya tanpa mengganggu keberlakuannya.
Tentu saja ada beberapa asumsi yang tidak bisa kita ganggu-gugat. Sebagai contoh jika kita
menyisihkan asumsi skala ekonomis yang konstan (constant scale of returns) atau asumsi tentang
persaingan sempurna (perfect competition), maka itu berarti kita telah menolak keberlakuan teori
Heckscher-Ohlin. Sampai saat ini untuk melonggarkan asumsi dan penyederhanaan masalah,
asumsi skala ekonomi yang konstan harus tetap diperhatikan.

Teori Permintaan ekspor dan penawaran impor menjadi bagian yang pendint dalam
perdagangan internasional terutama untuk mengakomodasi kajian empiris dan perilaku hambatan
perdagangan antara dua negara. Teori permintaan ekspor mengikuti teori permintaan ekspor
barang umum dengan modifikasi pihak yang faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor. Beberapa
faktor permintaan ekspor yang penting adalah harga barang, tingkat pendapatan negara mitra
dagang, citra rasa atau selera, harga barang lain dan perilaku konsumen.

BAB 6 PERDAGANGAN BEBAS DAN HAMBATAN PERDAGANGAN


Perdagangan yang lebih terbuka merupakan dasar pembangunan ekonomi dan
pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya dapat mengurangi kemiskinan. Batas perdagangan
yang terbuka sangat berperan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, perbaikan
mikroekonomi, efisiensi alokasi sumber daya, dan peningkatan tingkat persaingan di antara
industri. Selain itu, perdagangan bebas juga dapat meningkatkan variasi produk intermediate dan
barang-barang modal yang tersedia serta keterbukaan jaringan komunikasi untuk pertukaran
metode produksi dan praktek bisnis.

Hambatan tariff (tariff barrier) adalah suatu kebijakan proteksionis terhadap barang-
barang produksi dalam negeri dari ancaman membanjirnya barang-barang sejenis yang diimpor

17
dari luar negeri, dengan cara menarik/mengenakan pungutan bea masuk kepada setiap barang
impor yang masuk untuk dipakai/dikonsumsi habis di dalam negeri.

Tariff membawa biaya sekaligus manfaat pada perdagangan. Untuk membandingkan


biaya dan manfaat, kita perlu menghitung situasi ini secara cermat agar kita dapat memutuskan
apakah tariff itu secara keseluruhan cenderung menguntungkan atau merugikan.

BAB 7 LEMBAGA PERDAGANGAN INTERNASIONAL


Selama beberapa dekade terakhir, perekonomian dunia telah menjadi lebih terhubung
melalui ekspansi di bidang perdagangan internasional jasa serta barang primer dan manufaktur,
melalui investasi portofolio seperti pinjaman internasional dan pembelian saham, dan melalui
investasi langsung dari asing. Globalisasi adalah sebuah proses di mana meningkatkan
pembuatan kebijakan ekonomi global, misalnya, melalui lembaga internasional seperti World
Trade Organization (WTO).

Globalisasi juga mengacu pada timbulnya “Budaya Global” di mana masyarakat


mengonsumsi barang dan jasa yang homogeny di mana pun mereka berada dan menggunakan
Bahasa yang sama dalam bisnis, dalam hal ini Bahasa Inggris. Perubahan tersebut memfasilitasi
terintegrasinya ekonomi dan pada gilirannya akan mempromosikan globalisasi. Untuk sebagian
orang, kata globalisasi memberi kesan adanya peluang bisnis yang menarik, keuntungan efisiensi
dari perdagangan, pertumbuhan yang lebih cepat di bidang pengetahuan dan inovasi, serta
adanya transfer pengetahuan ke negara berkembang untuk memfasilitasi pertumbuhan yang lebih
cepat.

Sebagian yang lainnya menganggap globalisasi dapat meningkatkan kekhawatiran akan


timbulnya masalah-masalah seperti ketidaksetaraan yang mungkin akan lebih menonjol di
berbagai negara, terjadinya degradasi lingkungan yang akan lebih cepat, adanya dominasi
internasional oleh negara-negara yang kaya, serta adanya sebagian daerah dan masyarakat yang
mungkin akan tertinggal lebih jauh. Kebijakan yang tepat dan perjanjian-perjanjian sangat
dibutuhkan untuk mencegah terjadinya masalah.

BAB 8 SISTEM PEMBAYARAN DAN PASAR KEUANGAN INTERNASIONAL


18
Pembayaran dalam perdagangan internasional pada umumnya dilaksanakan melalui bank.
Necara pembayaran internasional merekam transaksi-transaksi ekonomi internasional yang
diadakan oleh penduduk negara yang mempunyai neraca pembayaran internasional tersebut.
Pada umumnya transaksi-transaksi ekonomi berupa pemindahtanganan hak milik atas suatu
benda dari tangan orang yang satu ke tangan orang yang lain ataupun berupa penunaian jasa
yang dilakukan oleh orang yang satu untuk orang yang lain.

Dalam kontrak-kontrak bisnis internasional, kejelasan dan aspek keamanan dalam cara
pembayaran menjadi lebih penting mengingat para pihak yang terlibat dalam kontrak yang
demikian dipisahkan oleh jarak yang cukup jauh dan tidak jarang para pihak tidak saling
mengenal atau tidak pernah bertemu sebelumnya. Dipilihnya cara pembayaran yang tepat selain
dapat memberikan jaminan keamanan juga dapat memberikan keringanan atau kemudahan bagi
pihak-pihak tertentu.

L/C adalah suatu surat yang dikeluarkan oleh bank atas permintaan pembeli barang
(importir) dimana bank tersebut yang menyetujui dan membayar wesel yang ditarik oleh penjual
barang (eksportir). Oleh sebab itu, L/C merupakan suatu alat pengganti kredit bank dan dapat
menjamin pembayaran bagi eksportir.

BAB 9 NILAI TUKAR DAN TRANSAKSI NILAI TUKAR


Nilai tukar atau kurs (foreign exchange rate) dapat didefinisikan sebagai harga mata uang
suatu negara relatif terhadap mata uang negara lain. Kurs keseimbangan nilai tukar antara dua
mata uang pada suatu waktu ditentukan oleh kondisi permintaan dan penawaran. Perubahan pada
permintaan penawaran suatu mata uang akan memengaruhi kurs keseimbangan nilai tukar.

Terdapat berbagai bentuk rasio perbandingan nilai mata uang yaitu dalam bentuk Real
Exchange Rate (RER) sebagai Bilateral Real Exchange Rate (BRER), Real Effective Exchange
Rate (REER), FEER (Fundamental Equilibrium Exchange Rate), BEER (Behavioral
Equilibrium Exchange Rate) dan lain sebagainya. Dilihat dari prosedur transaksinya, dikenal
nilai tukar spot, forward, swap dan arbitrage. Berbagai bentuk rasio nilai tukar disebabkan oleh
berbagai kepentingan pelaku ekonomi dalam rangka mendapatkan nilai perbandingan yang
mencerminkan kondisi perdagangan yang sebenarnya. Berbagai macam prosedur transaksi

19
disebabkan oleh keinginan pelaku ekonomi mendapatkan manfaat sebesar-besarnya dari
transaksi valuta asing.

Faktor ekonomi utama yang dapat memengaruhi pergerakan kurs mata uang pada kondisi
permintaan dan penawaran adalah tingkat inflasi relatif bunga, tingkat pendapatan, serta
pengendalian pemerintah. Ketiga faktor itu menyebabkan perubahan pada perdagangan
internasional atau arus keuangan, sehingga menyebabkan permintaan atau penawaran suatu mata
uang berubah dan pada akhirnya memengaruhi kurs keseimbangan.

BAB 10 UANG, SUKU BUNGA DAN KEBIJAKAN MONETER


Di dalam masyarakat modern, uang dipergunakan secara luas. Defenisi dari uang akan
semakin jelas jika fungsi-fungsi dari uang diketahui. Menurut Salvatore (2009), uang
mempunyai empat fungsi utama, yaitu uang sebagai alat tukar/transaksi/pembayaran (medium of
exchange), menyimpan daya beli/ penyimpan nilai (store of value), satuan hitung (unit of
account) dan standar pembayaran di masa depan (standard of deffered payment).

Pada dasarnya teori permintaan uang dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis, yakni teori
permintaan uang klasik, teori permintaan uang Keynes, dan teori permintaan uang setelah
Keynes atau Keynesian.

Kurva IS menyatakan hubungan antara tingkat bunga dan tingkat pendapatan yang
muncul di pasar barang dan jasa. Model dasar yang disebut perpotongan Keynesian (Keynesian
cross) adalah interpretasi paling mudah dari teori pendapatan nasional Keynes dan merupakan
kerangka model IS-LM yang lebih kompleks dan realistis (Mankiw, 2007). Dari Perpotongan
Keynesian, dalam The General of Theory, Keynes menyatakan bahwa pendapatan total
perekonomian, dalam jangka pendek, sangat ditentukan oleh keinginan rumah tangga,
perusahaan, dan pemerintah untuk membelanjakan pendapatannya. Semakin banyak orang yang
mengeluarkan pendapatannya, semakin banyak barang dan jasa yang bisa dijual perusahaan.

BAB 11 NILAI TUKAR, SUKU BUNGA, DAN INFLASI PADA SISTEM KEUANGAN
INTERNASIONAL

20
Nilai tukar suatu mata uang merupakan salah satu alat untuk menganalisis perekonomian
suatu negara. Penentuan nilai tukar suatu mata uang (exchange rate determination) dilakukan
dengan suatu pendekatan. Beberapa teori yang memberikan landasan mengenai faktor yang
menentukan nilai tukar adalah teori pendekatan perdagangan terhadap pembentukan kurs, teori
pendekatan aset terhadap pembentukan kurs, dan teori pendekatan keseimbangan portofolio
terhadap pembentukan kurs.

Frankel (1995) dan Gibson (1996) menyebutkan bahwa penentuan nilai tukar dapat
dilakukan melalui cara pandang terhadap pasar aset (asset-market view) yaitu didasarkan pada
asumsi bahwa mobilitas modal adalah sempurna (perfect capital mobility). Model asset-market
view dengan asumsi perfect capital mobility dapat dibagi menjadi dua berdasarkan sifat
substitusinya yaitu perfect capital substitutability dan imperfect capital substitutability. Kondisi
perfect capital mobility menyatakan secara tidak langsung asumsi adanya perlindungan pada
paritas suku bunga, covered interest parity (CIP).

Covered Interest Rate Parity memiliki asumsi bahwa investor perlu melindungi
perolehannya untuk masa yang akan datang terhadap kegiatan investasinya karena tidak yakin
dengan perkiraan spot di masa yang akan datang. Uncovered Interest Rate Parity memiliki
asumsi bahwa investor tidak melindungi perolehannya untuk masa yang akan datang terhadap
kegiatan investasinya tetapi yakin dengan perkiraan spot di masa yang akan datang karena
informasi inflasi dan suku bunga memberi keyakinan mengubah nilai spot di masa yang akan
datang dengan nilai tertentu.

BAB 12 PEREKONOMIAN TERBUKA DAN NERACA PEMBAYARAN


Neraca pembayaran memiliki dua sisi, yaitu kredit dan debet. Kredit adalah transaksi
yang menimbulkan hak penerima pembayaran dari penduduk negara lain. Sementara sisi debet
adalah transaksi yang menimbulkan kewajiban membayar kepada penduduk negara lain. Semua
transaksi kredit masuk dalam neraca pembayaran dengan tanda positif (+). Sedangkan transaksi
debet masuk dengan tanda negatif (-).

Neraca pembayaran merupakan catatan yang berisi pembayaran dan penerimaan dari luar negeri.
Necara pembayaran tidak hanya mencatat hak dan kewajiban yang timbul karena adanya

21
perdagangan, tetapi juga mencatat hak dan kewajiban keuangan dengan luar negeri yang tidak
hanya karena perdagangan.

Neraca barang dan neraca jasa disebut juga neraca transaksi berjalan (current account).
Rekening transaksi berjalan (current account) merupakan sub-NPI yang mencatat seluruh
transaksi barang dan jasa. Pos ini merupakan golongan terbesar dalam neraca pembayaran, yang
meliputi transaksi barang.

BAB 13 MEKANISME PENYESUAIAN DALAM NERACA PEMBAYARAN


Ada tiga mekanisme atau proses penting yang menyangkut neraca pembayaran. Ketiga
proses penyesuaian ini sama pentingnya dalam praktik, sehingga tidak ada yang bisa diabaikan
kalua kita selalu ingin menjawab pertanyaan pokok di atas dengan baik. Dalam kenyataan kita
selalu menjumpai bahwa ketiganya saling terkait dan saling bekerja berdampingan.

Mekanisme Hume adalah mekanisme penyesuaian neraca pembayaran lewat perubahan


harga. Mekanisme harga ini bekerja secara penuh dalam arti bisa membawa kembali neraca
pembayaran ke posisi keseimbangan kembali dalam sistem standar emas penuh.

Mekanisme Pendapatan didasarkan pada teori makro Keynes di mana secara khusus
dilandaskan pada proses multiplier. Mekanisme Keynes didasarkan atas adanya pasar uang yang
cukup berkembang, sehingga kenaikan stok uang tidak secara langsung mempengaruhi
pengeluaran masyarakat, tetapi lebih dulu melewati pasar uang. Sebaliknya, mekanisme
moneteris nampaknya lebih mencerminkan keadaan negara yang belum mempunyai pasar uang
yang telah cukup berkembang.

BAB 14 SISTEM KEUANGAN INTERNASIONAL


Sistem nilai tukar dapat dikategorikan dalam beberapa jenis berdasarkan pada seberapa
kuat tingkat pengawasan bank sentral terhadap nilai tukar. Beberapa pemerintah menggunakan
control nilai tukar (misalnya melalui control devisa) sebagai salah satu bentuk intervensi tidak
langsung dalam menjaga nilai mata uangnya. Pemerintah dari negara mana pun akan
menggunakan kebijakan fiskal dan moneter untuk mengendalikan perekonomiannya. Selain itu,

22
pemerintah dapat berusaha mempengaruhi pasar uang untuk memperkuat atau memperlemah
nilai tukar mata uangnya dengan maksud meningkatkan kondisi perekonomiannya.

Sistem standar emas dunia mulai berperan dalam perekonomian dunia, dimulai pada
sekitar tahun 1870. Dalam sistem standar emas kurs valuta asing relatif stabil. Oleh karean
demikian stabilnya, sistem standar emas termasuk dalam kategori sistem kurs tetap (fixed rate
system). Untuk lebih tepatnya digunakan sebutan relatively fixed rate system dan bukannya fixed
rate system.

Dalam kurun waktu tahun 1946 sampai sekarang, dijumpai dua macam sistem moneter
dunia, yaitu Sistem Bretton Woods yang memiliki masa penggunaan dari tahun 1946 sampai
tahun 1972 dan Sistem Kurs Mengambang Terkendali yang menggantikan Sistem Bretton
Woods dan hingga sekarang masih diterapkan.

BAB 15 INTEGRASI EKONOMI INTERNASIONAL


Secara teoretis, integrase ekonomi mengacu pada suatu kebijakan komersial atau
kebijakan perdagangan yang secara diskriminatif menurunkan atau menghapuskan hambatan-
hambatan perdagangan hanya di antara negara-negara anggota yang sepakat untuk membentuk
suatu integrase ekonomi. Dalam integrase ekonomi terjadi perlakuan diskriminatif antara negara-
negara anggota dengan negara-negara di luar anggota integrase ekonomi dalam melakukan
perdagangan, sehingga akan memberikan dampak kreasi dan dampak diversi bagi negara-negara
anggota.

Pembentukan integrase ekonomi akan menciptakan dampak meningkatnya kesejahteraan


negara-negara anggota secara keseluruhan karena akan mengarah pada peningkatan spesialisasi
produksi, yang didasarkan pada keuntungan komparatif. Perdagangan adalah salah satu jaringan
utama untuk perwujudan keuntungan dari integrase di satu sisi dan biaya-biaya disintegrasi pada
sisi lain.

Ide penyatuan ekonomi kawasan dimunculkan oleh Mundell (1961). Mundell (1961)
dalam Kaboub (2006) berpendapat bahwa beberapa kawasan dapat bergabung menjadi satu dan
mengadopsi satu mata yang sama (single currency). Mundell mengusulkan suatu sistem di mana
mata uang tidak digambarkan oleh karakter suatu negara, tetapi oleh suatu area di mana

23
mobilitas faktor-faktor produksi memiliki derajat mobilitas yang tinggi. Keuntungan dari mata
uang bersama ini adalah tingkat harga yang lebih transparan karena setiap harga ditunjukkan
dalam mata uang yang sama.

BAB 16 KRISIS EKONOMI DI INDONESIA


Keberhasilan dan kegagalan yang dialami selama ini adalah pengalaman yang sangat
berharga untuk dijadikan pelajaran dalam membangun masa depan yang lebih baik. Untuk
mencapainya, yang dibutuhkan oleh bangsa ini adalah kepemimpinan yang memiliki visi yang
kuat dan didukung oleh seluruh rakyat Indonesia. Selain itu berbagai upaya perlu dilakukan agar
secara bertahap kita dapat mengatasi masalah-masalah yang kita rasakan demikian beratnya
sekarang ini. Beberapa diantaranya yang pokok adalah sebagai berikut.

Pertama adalah mempertahankan momentum pemulihan ekonomi agar masalah-masalah


sosial mendasar seperti pengangguran dan kemiskinan tidak semakin memburuk. Kedua adalah
meningkatkan kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) dalam upaya menutup deficit
anggaran. Ketiga adalah menciptakan lingkungan usaha yang kondusif bagi percepatan
pemulihan ekonomi yang, mencakup pemeliharaan keamanan dan stabilitas politik. Keempat
adalah memberi prioritas pada pengembangan usaha kecil dan menengah. Kelima adalah
mempercepat reformasi hukum dengan menyelenggarakan pemerintahan yang terbuka (open
government) sebagai salah satu konsep dasar good governance.

Krisis di AS sejatinya berawal pada 2001-2005, dimana pertumbuhan perumahan di AS


menggelembung seiring rendahnya suku bunga perbankan akibat kolapsnya industri dotcom.
Perlu diketahui bahwa sejak 1995, industri dotcom (saham-saham teknologi) di AS lebih dulu
booming, namun kolaps dan menyebabkan banyak perusahaan jenis ini tak mampu membayar
pinjaman ke bank.

24
BAB III
KRITIKAN TERHADAP BUKU

A. Kelebihan
1. Buku Utama ( Relevan )
o Dalam Isi dan penyampaian pada materi ini disampaikan dengan jelas dan rinci.
o Buku ini banyak memaparkan suatu definisi-definisi para ahli sehingga menambah
pengetahuan kita berdasarkan definisi tersebut.
o Di dalam buku ini juga membuat soal pertanyaan pada setiap akhir materi atau bab
sehingga pembaca dapat melatih pemahaman nya di bab tersebut
o Buku ini memaparkan atau melampirkan isu-isu penting yang berkaitan dengan
materi di akhir setiap bab

2. Buku Kedua (Pembanding)


o Buku ini mempunyai materi yang sederhana dalam penyampaiannya sehingga para
pembaca tidak sulit untuk memahami isi materi.
o Buku ini memiliki table dan grafik disetiap bab materi yang membantu para pembaca
agar semakin memahami materi yang disampaikan di setiap bab buku ini.
o Buku ini memiliki rangkuman di setiap bab yang memudahkan pembaca dalam
menyimpulkan isi dari setiap bab yang ada di dalam buku ini.

B. Kelemahan
1. Buku Utama ( Relevan )
o Buku ini terkesan berbelit-belit dalam hal menyampaikan materi di dalamnya
o Ada nya kata-kata yang sukar dipahami karena tidak general.
o Tidak adanya ikhtisar atau rangkuman yang dicantumkan di akhir setiap bab
sehingga pembaca sulit menyimpulkan setiap isi dari bab di dalam buku tersebut

25
2. Buku Kedua (Pembanding)
o Buku ini kurang memberikan contoh dan gambaran tentang materi yang disampaikan
di setiap bab.
o Buku ini tidak memiliki studi kasus setiap bab yang dapat memudahkan para
pembaca untuk mengetahui gambaran masalah yang disangkutpautkan dengan bab
yang ada.

26
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam sistem ekonomi pancasila, perekonomian liberal maupun komando harus
dijauhkan karena terbukti hanya menyengsarakan kaum yang lemah serta mematikan kreatifitas
yang potensial. Persaingan usaha pun harus selalu terus-menerus diawasi pemerintah agar tidak
merugikan pihak-pihak yang berkaitan. Indonesia seharusnya sudah belajar pada krisis ekonomi
dan moneter yang mengguncang dunia pada tahun 1998, dengan hanya sektor pertanian dan
perkebunan yang tumbuh positif dan turut menyelamatkan ekonomi domestik.
Belajar dari kasus itu, Indonesia sudah saatnya memberi perhatian utama pada bidang
pertanian dan perkebunan, agar bisa keluar dari krisis pangan yang kini mengancam dunia. Maka
dari itu setiap komoditas harus didekati secara spesifik karena masing-masing memiliki
spesifikasi yang berbeda. Pertumbuhan Ekonomi di setiap negara berbeda – beda tergantung dari
tingkat pendapatan per kapita suatu negara tersebut dan tergantung dari berapa besar
pendapatan / penghasilan dari penduduknya. Jika pendapatan Negara itu tinggi maka
pertumbuhan ekonominya juga cepat tetapi sebaliknya jika pendapatan suatu negara itu di bawah
rata ± rata maka pertumbuhan ekonominya juga rendah.

B. Saran
Saran yang harus diambil ialah Sistem ekonomi Indonesia dikenal sebagai Demokrasi
Ekonomi adalah Sistem Ekonomi yang dijalankan oleh Indonesia. Pada sistem ini, kegiatan
produksi dilakukan oleh semua, untuk semua, dan dibawah pimpinan atau kepemilikan oleh
anggota-anggota masyarakat. Motivasi kegiatan ekonominya adalah untuk kemakmuran
masyarakat dengan memenuhi kebutuhannya dan mengembangkan keselarasan, keserasian serta
keseimbangan antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat.

27
DAFTAR PUSTAKA

Ekananda Mahyus, Sallama Novietha. Ekonomi Internasional. 2018. Jakarta : Erlangga


Salvatore, Dominick. Ekonomi Internasional. 1997. Jakarta : Erlangga

28

Anda mungkin juga menyukai