Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
2023/2024
KATA PENGANGANTAR
Ucapan terimakasih juga tidak lupa kami ucapkan Ibu Dosen yang telah memeberikan
kami arahan dalam pembuatan makalah ini dan kepada teman teman yang telah memberikan
dukungan kepada kami, Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna karna keterbatasan kami sebagai penyusun. Oleh karena itu saran dan tanggapan dari
berbagai pihak sangat kami harapkan demi penyusunan makalah yang lebih baik ke depannya,
akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan juga bagi pembaca.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Perdagangan internasional telah menjadi salah satu aspek penting dalam
perekonomian global selama berabad-abad. Berbagai teori telah dikembangkan untuk
memahami dan menjelaskan fenomena perdagangan internasional ini. Salah satu teori yang
memiliki sejarah panjang dan memengaruhi pemikiran ekonomi adalah merkantilisme,
terutama dalam konteks mazhab praklasik. Merkantilisme adalah doktrin ekonomi yang
dominan pada abad ke-16 hingga ke-18, yang memandang perdagangan internasional sebagai
salah satu alat utama untuk meningkatkan kekayaan dan kekuasaan suatu negara1.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana pandangan merkantilisme mengenai perdagangan internasional
mempengaruhi pemahaman tentang peran perdagangan dalam ekonomi suatu negara?
2. Apa ide-ide utama yang diajukan oleh merkantilisme dalam konteks perdagangan
internasional, dan bagaimana ide-ide ini mempengaruhi kebijakan ekonomi pada masa
itu?
3. Apa tujuan yang dinyatakan oleh negara-negara yang menganut doktrin merkantilisme
dalam praktik perdagangan internasional mereka?
1
‘Ekonomi-Internasional.Pdf’.
1
4. Bagaimana pandangan tokoh-tokoh merkantilisme seperti Jean-Baptiste Colbert, Thomas
Mun, dan Antoine de Montchrestien terhadap perdagangan internasional, dan apa
implikasinya dalam pengembangan teori ekonomi?
C. Tujuan masalah
1. Menjelaskan pandangan merkantilisme tentang perdagangan internasional dan bagaimana
pandangan ini memengaruhi pemahaman tentang peran perdagangan dalam
perkembangan ekonomi negara-negara pada masa itu.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3. Pentingnya Saldo Perdagangan Positif: Salah satu poin sentral dalam merkantilisme
adalah pentingnya mencapai saldo perdagangan positif, di mana ekspor melebihi impor.
Merkantilis meyakini bahwa surplus perdagangan akan menghasilkan tambahan emas
dan perak, yang akan meningkatkan kekayaan negara.
3
4. Fokus pada Kekuatan Negara: Merkantilisme tidak hanya terkait dengan ekonomi,
tetapi juga dengan kekuatan dan kejayaan suatu negara. Mereka menganggap bahwa
negara yang memiliki cadangan emas dan perak yang besar lebih kuat dalam hal militer
dan politik.
4
B. ide-ide utama yang diajukan oleh merkantilisme dalam perdagangan internasional
merkantilisme dalam konteks perdagangan internasional dan bagaimana ide-ide ini
mempengaruhi kebijakan ekonomi pada masa itu:
1. Akumulasi Emas dan Perak: Merkantilisme menganggap akumulasi emas dan perak
sebagai tujuan utama dalam perdagangan internasional. Mereka percaya bahwa memiliki
cadangan logam mulia ini akan menambah kekayaan negara. Oleh karena itu, negara-
negara merkantilis berusaha untuk mengekspor lebih banyak barang daripada yang
mereka impor agar bisa mengumpulkan lebih banyak emas dan perak.
Dampak pada Kebijakan: Negara-negara merkantilis sering mengadopsi tarif (bea masuk)
yang tinggi untuk melindungi industri domestik. Mereka juga dapat menerapkan kuota impor
dan hambatan perdagangan lainnya.
5
Dampak pada Kebijakan: Kebijakan subsidi ekspor dapat memengaruhi struktur produksi
dalam negeri dan dapat memicu persaingan global yang intens.
Dalam rangkaian ide-ide ini, merkantilisme menciptakan kerangka kerja ekonomi yang
sangat terpusat pada negara dan menganggap perdagangan internasional sebagai alat untuk
meningkatkan kekayaan dan kekuasaan negara. Meskipun banyak aspek merkantilisme yang
telah ditinggalkan dalam ekonomi modern, pemahaman tentang pandangan ini tetap penting
dalam sejarah ekonomi dan membentuk dasar untuk perkembangan teori ekonomi yang lebih
lanjut.
6
memilih yang buruk-buruk untuk dikeluarkan (sebagai sedekah) padahal kamu sendiri
tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya, dan
ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji."
5. Penguatan Kekuatan Politik dan Militer: Akumulasi kekayaan dan cadangan emas dan
perak dianggap sebagai alat untuk meningkatkan kekuatan politik dan militer suatu
negara di arena internasional. Dalam konteks ini, Al-Quran menekankan pentingnya
keadilan dan perdamaian antarnegara. Surah Al-Hujurat (49:11) mengajarkan, "Hai
orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, boleh
jadi mereka (yang diolok-olok) itu lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok); dan
jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan-perempuan yang lain,
boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-
olok). Dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan jangan pula memanggil-manggil
7
dengan gelaran yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk
sesudah iman, dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang
yang zalim2."
Penting untuk dicatat bahwa sementara merkantilisme adalah pandangan ekonomi tertentu yang
mendominasi pada masa lalu, pemahaman tentang perdagangan internasional telah berkembang
seiring waktu. Pandangan yang lebih terbuka terhadap perdagangan internasional dan kerja sama
multilateral telah menjadi norma dalam ekonomi global modern, mengakui manfaat dari
perdagangan yang adil dan seimbang antara negara-negara3.
1. Jean Bodin (1530-1596): Jean Bodin adalah seorang filsuf dan ekonom Prancis yang
dikenal karena kontribusinya terhadap pemikiran ekonomi dan politik selama Abad Ke-
16. Bodin adalah salah satu tokoh awal dalam pengembangan teori merkantilisme.
Pemikirannya tercermin dalam karyanya yang terkenal, "Les Six Livres de la
République" (Enam Buku tentang Republik), yang diterbitkan pada tahun 1576.
Pendapat Bodin dalam merkantilisme menekankan pentingnya kedaulatan negara
dalam mengelola ekonomi dan perdagangan. Dia percaya bahwa negara harus memiliki
kontrol yang kuat atas sumber daya ekonomi untuk mencapai kekayaan dan kekuatan.
Bodin juga mendukung perlindungan terhadap industri dalam negeri melalui kebijakan
proteksionisme seperti tarif impor untuk melindungi produsen domestik. Dia melihat
perdagangan internasional sebagai alat untuk memperoleh keuntungan ekonomi dan
kekuasaan politik, dan menekankan pentingnya akumulasi emas dan perak sebagai tanda
keberhasilan ekonomi4.
2. Thomas Mun (1571-1641): Thomas Mun adalah seorang pedagang Inggris dan penulis
yang memainkan peran penting dalam perkembangan pemikiran merkantilisme pada awal
2
Mohamed Aslam and Eko Suprayitno, ‘ESPA4316 – Sejarah Pemikiran Ekonomi (Edisi 3)’, 2022, 1–47.
3
Ubaid Al Faruq and Edi Mulyanto, Sejarah Teori-Teori Ekonomi, 2017.
4
Jumai Nijar and Tarmizi Abbas, ‘Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Impor Beras Indonesia’, Jurnal Ekonomi
Pertanian Unimal, 2.1 (2019), 31 <https://doi.org/10.29103/jepu.v2i1.1793>.
8
abad ke-17. Karyanya yang terkenal, "England's Treasure by Forraign Trade" (Harta
Inggris melalui Perdagangan Asing), diterbitkan pada tahun 1664, setelah kematiannya.
Pendapat Mun mengenai merkantilisme terfokus pada konsep surplus
perdagangan dan pentingnya perdagangan luar negeri yang menguntungkan. Dia
berpendapat bahwa negara harus menciptakan surplus perdagangan dengan mengekspor
lebih banyak barang daripada yang diimpor. Surplus ini akan menghasilkan emas dan
perak, yang akan memperkuat ekonomi dan kekuatan politik negara. Mun juga
menggarisbawahi pentingnya ekspansi perdagangan luar negeri, terutama dengan koloni-
koloni, untuk mencapai surplus perdagangan5.
3. Jean Baptis Colbert (1619-1683): Jean Baptis Colbert adalah Menteri Keuangan Prancis
yang berperan penting di bawah pemerintahan Raja Louis XIV. Dia dianggap sebagai
salah satu arsitek ekonomi merkantilisme di Prancis.
Pendapat Colbert tentang merkantilisme mencakup serangkaian kebijakan yang
bertujuan untuk meningkatkan kekayaan dan kekuasaan Prancis. Dia mendukung
perlindungan kuat terhadap industri dalam negeri melalui tarif impor dan subsidi. Colbert
juga berperan dalam mendirikan perusahaan-perusahaan monopoli yang dikelola oleh
negara untuk mengontrol perdagangan dan produksi tertentu. Upayanya untuk
mengumpulkan kekayaan melalui perdagangan internasional dan manufaktur dianggap
sebagai langkah penting dalam perkembangan ekonomi Prancis.
4. Sir William Petty (1623-1687): Sir William Petty adalah seorang ilmuwan dan ekonom
Inggris yang mengembangkan pemikiran ekonomi merkantilisme pada abad ke-17. Salah
satu kontribusinya yang terkenal adalah "Treatise of Taxes and Contributions" yang
diterbitkan pada tahun 1662.
Pendapat Petty tentang merkantilisme mencakup analisis ekonomi yang lebih
rinci. Dia mengembangkan konsep "penumpukan kekayaan" (accumulation of wealth)
yang mencakup tidak hanya akumulasi emas dan perak tetapi juga peningkatan produksi
dan kekayaan nasional secara keseluruhan. Petty menekankan pentingnya statistik
ekonomi untuk mengukur kemajuan ekonomi dan berpendapat bahwa negara harus
memahami dan mengelola sumber daya ekonomi dengan cermat.
5
Kasmir, ‘Tinjauan Pustaka, Kerangka Pemikiran Hpotesis’, 1, 2016, 13–42.
9
5. Sir Dudley North (1641-1691): Sir Dudley North adalah seorang pedagang dan ekonom
Inggris yang dikenal karena pemikiran ekonomi liberalnya, yang sering bertentangan
dengan pandangan merkantilisme dominan pada zamannya.
Pendapat North tentang merkantilisme melibatkan kritik terhadap kebijakan
proteksionisme dan monopoli. Dia berpendapat bahwa kebebasan ekonomi dan
perdagangan yang bebas akan menguntungkan semua pihak, dan monopoli dan hambatan
perdagangan seharusnya dihindari. North juga menggarisbawahi pentingnya kompetisi
sebagai penggerak efisiensi ekonomi6.
6. David Hume (1711-1776): David Hume adalah seorang filsuf dan ekonom Skotlandia
yang dikenal karena karyanya dalam bidang ekonomi dan filosofi. Dalam makalahnya
yang terkenal, "Of the Balance of Trade" (Tentang Keseimbangan Perdagangan), Hume
mengemukakan pandangan yang kritis terhadap merkantilisme.
Pendapat Hume tentang merkantilisme mencakup kritik terhadap pandangan
bahwa surplus perdagangan selalu menguntungkan suatu negara. Dia berpendapat bahwa
surplus perdagangan cenderung mengarah pada inflasi, yang kemudian akan mengurangi
keuntungan kompetitif dalam perdagangan. Hume juga menekankan pentingnya aliran
emas dan perak internasional untuk menjaga keseimbangan ekonomi.
6
Amin Pujiati, ‘Menuju Pemikiran Ekonomi Ideal: Tinjauan Filosofis Dan Empiris’, Fokus Ekonomi (FE), 10.2
(2011), 114–25.
10
Peraturan-peraturan yang diterapkan dalam perdagangan internasional dapat bervariasi
dari satu negara ke negara lain dan dari satu periode waktu ke periode waktu yang lain.
Namun, pada umumnya, peraturan-peraturan ini bertujuan untuk mengatur dan mengawasi
aliran barang, jasa, dan modal antara negara-negara. Berikut adalah beberapa contoh
peraturan yang umumnya diterapkan dalam perdagangan internasional:
1. Tarif Impor: Tarif impor adalah pajak yang dikenakan oleh suatu negara pada barang-
barang yang diimpor dari negara lain. Tarif ini dapat berupa tarif ad valorem (berdasarkan
nilai barang) atau tarif spesifik (berdasarkan jumlah atau berat barang). Tujuan utama dari
tarif impor adalah untuk melindungi industri dalam negeri dengan membuat barang impor
lebih mahal, sehingga mendorong konsumen untuk membeli produk-produk dalam negeri.
2. Kuota Impor: Kuota impor adalah pembatasan kuantitas barang yang dapat diimpor ke
suatu negara dalam jangka waktu tertentu. Negara-negara dapat mengatur kuota impor
untuk melindungi produksi dalam negeri atau mengendalikan pasokan barang tertentu7.
3. Peraturan Sanitasi dan Fitosanitasi: Banyak negara memiliki peraturan ketat terkait
dengan standar keamanan pangan dan kebersihan produk. Ini termasuk persyaratan
khusus untuk produk-produk yang diimpor agar memenuhi standar tertentu dalam hal
kebersihan, kualitas, dan keamanan.
4. Peraturan Teknis: Beberapa negara memiliki peraturan teknis yang mengatur spesifikasi
teknis produk yang diimpor, seperti label, ukuran, atau komposisi. Ini bertujuan untuk
memastikan bahwa produk yang masuk memenuhi standar teknis negara penerima.
5. Peraturan Imigrasi dan Bea Cukai: Peraturan ini berkaitan dengan pemeriksaan dan
pengawasan orang dan barang yang masuk ke negara tersebut. Ini dapat mencakup
pemeriksaan keamanan, pemeriksaan kesehatan, serta penerapan bea cukai dan pajak
impor.
6. Peraturan Perlindungan Intelektual: Ini melibatkan hak cipta, paten, dan merek
dagang, yang mengatur hak-hak pemilik intelektual terhadap produk dan teknologi
7
Erna S Widodo, ‘Ideologi Utama Dalam Ekonomi Politik Global Antara Merkantilisme Dan Liberalisme’, Majalah
Manajemen Dan Bisnis Ganesha, 1.1 (2017), 8–9
<https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:ht1PSpBhjWsJ:https://stieganesha.e-
journal.id/jurnal/article/download/2/2/+&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id>.
11
mereka. Peraturan ini dapat memengaruhi perdagangan produk-produk yang melibatkan
hak intelektual8.
8. Peraturan Ekspor: Selain peraturan impor, negara juga dapat memiliki peraturan ekspor
yang mengatur apa yang boleh dan tidak boleh diekspor dari negara tersebut. Ini dapat
melibatkan kendali ekspor atas barang-barang strategis atau barang yang terkait dengan
keamanan nasional.
10. Peraturan Subsidi dan Dumping: Beberapa negara memiliki peraturan terkait dengan
subsidi pemerintah untuk industri dalam negeri dan praktik "dumping" di mana produk-
produk diekspor dijual dengan harga di bawah biaya produksi. Peraturan ini bertujuan
untuk mencegah distorsi dalam perdagangan internasional.
Peraturan-peraturan ini dapat sangat bervariasi dan kompleks, dan mereka dapat
memengaruhi dinamika perdagangan internasional. Negara-negara sering kali mengadopsi
peraturan-peraturan ini untuk melindungi kepentingan ekonomi, keamanan, dan lingkungan
mereka sendiri, dan peraturan-peraturan ini dapat menjadi subjek perdebatan dalam
hubungan perdagangan internasional9.
8
M R Rozalddin, ‘Kritik Adam Smith Terhadap Mercantisme’, 2021 <https://osf.io/5mwj3/download>.
9
Abdul Wahab, ‘Bab I Internasional’, 2017, 235.
12
merkantilisme sering kali dituduh mendorong perlindungan dan proteksionisme yang
berlebihan.
Kebijakan tarif impor tinggi dan kuota impor yang umumnya diterapkan oleh negara-
negara merkantilis bertujuan melindungi industri dalam negeri, namun hal ini dapat
menghambat perdagangan bebas dan menyulitkan negara lain untuk mengekspor produk
mereka. Ini menciptakan ketegangan perdagangan dan mungkin memicu perang perdagangan
antara negara-negara.Kritik lainnya adalah bahwa fokus pada akumulasi emas dan perak
sebagai tanda keberhasilan ekonomi dapat memiliki dampak negatif.
Banyak ekonom berpendapat bahwa penekanan pada pengumpulan emas dan perak dapat
menyebabkan inflasi, karena jumlah uang yang beredar di dalam negeri mungkin tidak cukup
untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang dinamis. Selain itu, fokus pada emas dan
perak seringkali mengesampingkan pentingnya produksi barang dan jasa yang
sebenarnya.Kritik lain terhadap merkantilisme adalah bahwa pandangan ini sering kali
melupakan manfaat perdagangan internasional yang sebenarnya. Beberapa ekonom, seperti
David Hume, telah mengemukakan argumen bahwa surplus perdagangan yang berlebihan
dapat menyebabkan aliran kembali emas dan perak ke negara mitra dagang, yang pada
akhirnya akan mengurangi keuntungan perdagangan.Selain itu, merkantilisme juga dikritik
karena memicu perlombaan kolonial dan imperialisme10.
10
Syifa S Mukrima, ‘Tinjauan Pustaka Tinjauan Pustaka’, Convention Center Di Kota Tegal, 2017, 6–32
<http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/10559/BAB II.pdf?sequence=6&isAllowed=y>.
13
perkembangan ekonomi, pandangan ini telah digantikan oleh teori-teori ekonomi yang lebih
modern yang lebih menekankan pada perdagangan bebas dan kerjasama internasional.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
kita telah menjelajahi teori perdagangan internasional yang dikenal sebagai
merkantilisme dan kontribusi mazhab praklasik dalam pengembangan pemikiran ekonomi
pada periode ini. Merkantilisme, yang mendominasi pemikiran ekonomi selama abad ke-16
hingga awal abad ke-18, memiliki beberapa karakteristik kunci dan pandangan utama yang
memengaruhi kebijakan ekonomi dan perdagangan pada masa itu.Pandangan merkantilisme
mengutamakan akumulasi emas dan perak sebagai tanda keberhasilan ekonomi suatu negara.
Tujuan utamanya adalah menciptakan surplus perdagangan dengan mengekspor lebih banyak
daripada mengimpor, yang dianggap akan menghasilkan kekayaan dan kekuatan politik.
Kebijakan proteksionisme, seperti tarif impor dan kuota impor, digunakan untuk
melindungi industri dalam negeri dan mencapai tujuan tersebut.Tokoh-tokoh merkantilisme
seperti Jean Bodin, Thomas Mun, Jean Baptis Colbert, Sir William Petty, dan lainnya,
memiliki kontribusi yang beragam dalam pengembangan pemikiran ekonomi ini. Mereka
menekankan pentingnya peraturan-peraturan perdagangan dan perlindungan industri, serta
pengaruh politik dan militer sebagai akibat dari akumulasi kekayaan.Namun, merkantilisme
juga telah mendapat kritik yang signifikan.
Beberapa kritik terhadap pandangan ini meliputi proteksionisme yang berlebihan, fokus
pada emas dan perak yang dapat menyebabkan inflasi, kurangnya pemahaman tentang
manfaat perdagangan internasional yang sebenarnya, dampak imperialisme, dan kurangnya
perhatian terhadap inovasi dan efisiensi ekonomi.Dalam sejarah ekonomi, merkantilisme
telah memberikan kontribusi penting dalam pengembangan pemikiran ekonomi, tetapi
pandangan ini telah digantikan oleh pandangan ekonomi yang lebih modern yang
menekankan pada perdagangan bebas, kerjasama internasional, dan peran inovasi dalam
pertumbuhan ekonomi. Meskipun demikian, merkantilisme tetap menjadi titik awal yang
penting dalam pemahaman tentang sejarah perdagangan internasional dan perkembangan
teori ekonomi.
15
B. Saran
Tentunya kami sebagai pemakalah sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di
atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya pemakalah
akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dari
beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.
16
DAFTAR PUSTAKA
Aslam, Mohamed, and Eko Suprayitno, ‘ESPA4316 – Sejarah Pemikiran Ekonomi (Edisi 3)’,
2022, 1–47
‘Ekonomi-Internasional.Pdf’
Faruq, Ubaid Al, and Edi Mulyanto, Sejarah Teori-Teori Ekonomi, 2017
Nijar, Jumai, and Tarmizi Abbas, ‘Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Impor Beras Indonesia’,
Jurnal Ekonomi Pertanian Unimal, 2.1 (2019), 31
<https://doi.org/10.29103/jepu.v2i1.1793>
Pujiati, Amin, ‘Menuju Pemikiran Ekonomi Ideal: Tinjauan Filosofis Dan Empiris’, Fokus
Ekonomi (FE), 10.2 (2011), 114–25
Syifa S Mukrima, ‘Tinjauan Pustaka Tinjauan Pustaka’, Convention Center Di Kota Tegal, 2017,
6–32 <http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/10559/BAB
II.pdf?sequence=6&isAllowed=y>
Widodo, Erna S, ‘Ideologi Utama Dalam Ekonomi Politik Global Antara Merkantilisme Dan
Liberalisme’, Majalah Manajemen Dan Bisnis Ganesha, 1.1 (2017), 8–9
<https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:ht1PSpBhjWsJ:https://stieganes
ha.e-journal.id/jurnal/article/download/2/2/+&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id>
17