Anda di halaman 1dari 11

Nama: Jasmine Husnaa Aqila

NIM: 215120401111049
Excercise Week 5 Keterampilan Akademik

Demokrasi dan Sejarah Demokrasi serta Perjalanan HAM di Indonesia


Mulai dari Sebelum Kemerdekaan hingga Pasca Reformasi

Kekuatan demokrasi yang dianut oleh banyak negara sejalan konsep demokrasi yang
mempromosikan legitimasi. Setidaknya ada tiga cara bagaimana demokrasi mempromosikan
legitimasi. Pertama, demokrasi menjalankan pemerintahan dengan persetujuan, dalam hal ini
adalah rakyat. Demokrasi memperluas partisipasi politik rakyat, seperti pemungutan suara,
keikutsertaan dalam partai politik, atau dalam kegiatan protes/demonstrasi dan sebagainya.
Kedua, hakikat akan pemerintahan yang demokratis ialah menjunjung tinggi kompromi,
konsiliasi, negosiasi, dan musyawarah mufakat yang melibatkan rakyat, baik secara langsung
ataupun tidak langsung. Hal ini menggambarkan bahwa demokrasi bertujuan mencapai
kesejahteraan dan menjanjikan terpenuhinya berbagai kepentingan kelompok-kelompok yang
ada di masyarakat. Demokrasi mempromosikan bahwa kekuasaan bisa tersebar luas dan
setiap individu atau kelompok mempunyai suara politik yang setara. Ketiga, demokrasi
berjalan sebagai system yang cenderung menuju pada stabilitas politik jangka Panjang.
Maksudnya antara output atau kebijakan oleh pemerintah sejalan dengan input atau tekanan-
tekanan yang diberikan kelompok-kelompok masyarakat. Konsep dari demokrasi akan selalu
menghindari ketidakseimbangan agar kemungkinan konflik antara rakyat dan pemerintah
dapat diminimalisir.
Demokrasi ialah rezim yang dimaksudkan untuk mewujudkan “pemerintahan rakyat.”
Kata demokrasi sendiri berasal dari Bahasa Yunani Kuno, yaitu kratos yang berarti
kekuasaan atau aturan. Sedangkan demos diartikan sebagai rakyat, meskipun pada mulanya
orang Yunani mengartikan demos sebagai “yang miskin” atau “yang banyak”. Dari makna
kata demokrasi tersebut, secara umum demokrasi sering dijelaskan sebagai system yang
pemerintahan berada di tangan rakyat, bentuk pemerintahan dimana rakyat memerintah
dirinya sendiri, rakyat memiliki hak dan kesempatan yang sama, bebas dari hirarki atau hak
istimewa, demokrasi juga diartikan sebagai system kesejahteraan yang bertujuan untuk
menghapuskan kesenjangan sosial, kemudian demokrasi ialah system yang pengambilan
keputusannya berada di tangan rakyat dengan prinsip kekuasaan mayoritas dengan
memerhatikan hak-hak minoritas, demorasi juga menjadi wadah perjuangan kepentingan
melalui partisipasi rakyat di jabatan public, dan masih banyak yang lainnya. Gettysburg
Abraham Lincoln (1863) menjelaskan demokrasi sebagai “pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat.”
Seiring peradaban manusia, demokrasi ikut berkembang dengan berbagai jenis dan
aturan, meskipun pada dasarnya jenis-jenis demokrasi itu memegang prinsip yang sama, yaitu
rakyat berkuasa atau government by the people. Demokrasi yang berkembang tersebut ada
yang dikenal sebagai demokrasi parlementer, demokrasi rakyat, demokrasi terpimpin,
demokrasi soviet, demokrasi nasional, demokrasi konstitusional, bahkan Indonesia sendiri
mempunyai demokrasinya sendiri, yaitu demokrasi Pancasila. Selain itu demokrasi melalui
prosen penyaluran suara rakyat, terbagi menjadi dua, yaitu demokrasi langsung dan
demokrasi representative. Demorasi langsung atau demokrasi partisipatif ialah demokrasi
yang dilakukan secara langsung tanpa perantara apapun, rakyat berpartisipasi langsung dalam
demokrasi. Demokrasi langsung menghilangkan perbedaan antara pemerintah dan yang
diperintah atau menghapuskan perbedaan antara pemerintah dengan rakyat sipil. Selanjutnya
ialah demokrasi representative atau demokrasi perwakilan. Demokrasi ini ialah demokrasi
yang terbatas dan tidak langsung (melalui perwakilan). Partisipasi rakyat tidak dilakukan
secara langsung, maksudnya rakyat melakukan pemungutan suara atau pemilu untuk
menentukan perwakilannya demi menyuarakan dan memenuhi hak-hak yang mereka miliki.
Dalam demokrasi perwakilan terdapat perbedaan antara pemerintah dan rakyat sipil. Rakyat
tidak menjalankan system pemerintahan atau kekuasaannya secara langsung.
Sebagai sebuah harapan dan ambisi, konsep demokrasi itu, terkadang pada realitasnya
hampir mustahil untuk diwujudkan secara penuh, hal ini mungkin saja terjadi karena sifat
manusia yang pada dasarnya adalah egois dan menginginkan kekusaannya sendiri atau
dengan kata lain tidak mampu untuk berbagi kekuasaan secara adil dan setara dengan
individu atau kelompok lain. Maksudnya, ada beberapa individu atau kelompok yang
mempunyai kapabilitas yang lebih daripada individu atau kelompok lainnya. Akan ada
individu atau kelompok yang lebih pandai berbicara atau memengaruhi manusia lain daripada
individu atau kelompok lainnya, beberapa mungkin saja memiliki sumber daya yang lebih
demi mencapai kekuasaan yang mereka kejar, dan beberapa mungkin saja akan lebih tegas
dalam mengatur atau mengusasi orang lain daripada yang individu atau kelompok lain. Hal
inilah yang kita sebut sebagai human nature. Hal seperti ini juga tidak bisa dipungkiri.
Kebanyakan individu atau masyarakat akrab dan familiar dengan pemerintahan
demokratis karena mereka sendiri yang merasakannya, dengan kata lain mereka mengalami
proses demokrasi itu sendiri. Di balik banyaknya negara-negara di dunia yang menganut
system demokrasi sejak tahun 1960-an, namun hanya sebagian kecil saja yang mampu
menjadi negara demokrasi yang stabil. Pada mulanya demokrasi merupakan system yang
dipakai oleh negara kota (city-state) dari Yuani Kuno sekita abad ke-6 hingga abad 3 SM.
Demokrasi yang dianut saat itu ialah demokrasi langsung yang berjalan dengan efektif karena
penerapannya tidak rumit, wiliyahnya yang sempit, serta jumlah rakyatnya yang tidak terlalu
banyak (sekitar 300.000 penduduk/negara kota). Namun
Demokrasi langsung di masa modern sangat sulit untuk dilakukan. Hal ini
dikarenakan pelaksanaanya rumit, wilayah negara yang luas, jumlah penduduk yang banyak,
dan masih banyak factor lainnya. Dengan demikian, hanya demokrasi perwakilan yang
mungkin terlaksana. Setiap individu harus mempercayakan keputusannya diwakilkan oleh
orang yang mereka pilih. Tak jarang hal ini sering menjadi alat penyalahgunaan kekuasaan.
Oleh karena itu, demokrasi mengharuskan setiap kelompok-kelompok kepentingan yang ada
di suatu negara untuk membuat perjanjian secara implisit bahwa setiap mereka harus berlaku
adil dan jujur serta harus ada salah satu atau banyak dari mereka yang akan kalah dalam
memutuskan kebijakan.
Pasca berakhirnya Perang Dunia II, banyak bermunculan negara-negara baru di Asia
dan Afrika. Negara-negara Asia Afrika tersebut memang memiliki keadaan geografis,
kebudayaan, dampak dari penjajahan yang berbeda-beda. Namun, negara di kedua benua
tersebut memikul beban dan nasib yang sama, yaitu berusaha untuk merubah struktur
masyarakatnya yang awalnya agraris tradisional dengan taraf kehidupan, khususnya ekonomi
yang rendah pasca penjajahan menjadi negara yang modern dengan taraf hidup, berupa
Pendidikan, ekonomi, sosial, budaya dan lainnya menjadi lebih tinggi sesuai rising
expectations masing-masing penduduknya. Demi mewujudkan cita-cita tersebut dibutuhkan
suatu system politik atau pemerintahan yang cenderung dinamis dan stabil, serta perangkat
pemerintahan yang efektif dan efesien. Salah satu system yang menyediakan hal tersebut
ialah system pemerintahan demokrasi. Indonesia ialah sa;ah satu negara yang menganut
system pemerintahan demokrasi tersebut.
Negara demokratis sering dikaitkan dengan negara hukum, tak heran jika sebagian
negara yang menganut system pemerintahan demokrasi, juga merupakan negara hukum, salah
satunya ialah Indonesia. Perkembangan Indonesia sejak sebelum merdeka hingga pasca
kemerdekaan telah mengalami perubahan Undang-Undang Dasar atau konstitusi. Di awali
oleh UUD 1945, Konstitusi RIS, UUD 1950, balik ke UUD 1945 hingga konstitusi yang
berlaku saat ini, yaitu UUD 1945 yang sudah diamandemen. Perubahan giliran UUD negara
Indonesia tersebut sangat mempengaruhi konsep penerapan dan hakikat dari demokrasi yang
dianut setiap masanya. Perkembangan demokrasi di Indonesia dari masa ke masa ibarat roda
yang berputar dan selalu mengalami fluktuasi. Hingga saat ini, 76 tahun sejak Indonesia
memproklamirkan kemerdekaannya, masalah pokok dari demokrasi ialah bagaimana
demokrasi tersebut ada dan nyata dikehidupan rakyat Indonesia, baik di bidang IPTEK,
politik, ekonomi, hukum, sosial dan budaya. Bagaimana demokrasi bisa menjadi pemersatu
seluruh bangsa yang beraneka ragam jenisnya. Kemudian masalah pokok selanjutnya ialah
bagaimana demokrasi mampu meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan ekonomi suatu
negara sekaligus menjalankan system sosial politik yang demokratis. Demokratis di sini ialah
persoalan hubungan antara rakyat dengan pemerintah atau sebaliknya, dengan keseimbangan
posisi dan saling mengawasi.
Sejarah demokrasi di Indonesia sejak sebelum kemerdekaan hingga pasca reformasi
digolongkan menjadi 4 periode, yaitu:
 Periode Republik Indonesia I (1945-1959): Demokrasi Konstitusional atau
Parlementer
Pasca pelimpahan kedaulatan dari pemerintahan Belanda pada 27 Desember
1949 (KMB), UUD 1945 dialihkan menjadi Konstitusi RIS. Negara RI diubah
menjadi negara serikat dengan sistem politik parlementer. Semasa diakuinya
Konstitusi RIS tidak banyak hal-hal yang mempengaruhi demokrasi serta fungsi
negara. Kemudian, Pada 17 Agustus 1945, Konstitusi RIS berubah menjadi UUD
1950, bentuk negara yang mulanya serikat diganti menjadi kesatuan.
Demokrasi parlementer dengan UUD 1949 dan 1950 kenyataanya kurang
sesuai diberlakukan di Indonesia walaupun di beberapa negara asing bisa berjalan
lancar. Hal ini bisa lihat semasa periode 1950-1959 sudah ada 7 kabinet yang
berjalan, artinya 1 kabinet hanya mampu berjalan 15 bulan saja. Hal ini menyebabkan
terhambatnya perkembangan ekonomi dan politik karena setiap cabinet tidak sempat
menyelesaikan program kerjanya. Dibalik ketidak cocokan tersebut, pada periode ini
keberadaan sistem parlementer yang lemah memberikan kesempatan partai-partai
politik dan Dewan Perwakilan Rakyat kedudukan yang kuat. Namun koalisi yang
terjadi diantara partai politik terjadi kurang konsisten sehingga mereka tidak segan-
segan untuk menarik dukunganseenaknya, sehingga tak jarang cabinet menjadi retak
bahkan runtuh.
Setelah pemilu 1955, terjadi ketidakstabilan di perpolitikan negara, salah
satunya, yaitu terjadi perpecahan antara pemerintah pusat dan beberapa daerah. Selain
itu, banyaknya tatanan kekuatan sosial politik pemerintah yang tidak sesuai dengan
realitasnya. Masalah lain yang muncul ialah tidak adanya partai politik yang
bergabung ke konstituante untuk mencapai kesepakatan mengenai dasar negara baru.
Kejadian tersebut menyebabkan Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5
Juli yang memberlakukan UUD 1945 kembali.
 Periode Republik Indonesia II (1959-1965): Demokrasi Terpimpin
Pada periode ini dominasi presiden sangat kuat, partai politik dibatasi
peranannya, kemudian adanya bermunculannya pengaruh ABRI serta yang paling
mengancam ialah meluasnya pengaruh komunis. Pada masa demokrasi terpimpin ini,
konsep demokrasi sangat cacat. Setelah dikeluarkannya Dekrit presiden 5 Juli, banyak
terjadi penyimpangan yang menciderai praktik demokrasi. Penyimpangan yang
terjadi, yaitu ketetapan MPRS No. III/1963 yang memutuskan Ir. Soekarno sebagai
presiden seumur hidup yang melanggar Undang-Undang Dasar 1945 bahwa presiden
menjabat selama lima tahun. Penyimpangan berikutnya ialah presiden yang ikut
campur dalam urusan Lembaga yudikatif, Ir.Soekarno membubarkan Dewan
Perwakilan Rakyat yang merupakan hasil pemilu, bahkan menjadikan pimpinan DPR
sebagai pembantu presiden alih-alih sebagai wakil rakyat (menandakan diabaikannya
doktrin trias politika), kemudian munculnya politik mercuasuar yang memperburuk
keadaan ekonomi nasional dan masih banyak penyimpangan lainnya yang
mencerminkan kediktatoran seorang presiden daripada menjunjung nilai-nilai
demokrasi. Periode Demokrasi Terpimpin berakhir ditandai dengan G 30 S/PKI.
 Periode Republik Indonesia III (1965-1998): Demokrasi Pancasila
Fundament dari periode ini adalah Pancasila, UUD 1945, dan ketetapan
MPRS. Tujuan dasar dari demokrasi ini ialah untuk mengembalikan pemerintahan
yang demokratis sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen. Pada periode ini dilakukan berbagai usaha untuk meluruskan semua
penyimpangan pada periode sebelumnya. Selain itu anggota ABRI memegang
peranan penting dalam pemerintahan. Hak asasi dijalankan secara lebih utuh, salah
satunya dengan memberi kebebasan kepada pers untuk menyampaikan pendapatnya.
Pemenuhan hak asasi lainnya terlihat pada kebebasan partai politik untuk memperkuat
strateginya apalagi saat menjelang pemilu. Keadaan tersebut dimaksudkan agar
partisipasi rakyat dalam pemerintahan semakin gencar sejalan dengan pembangunan
yang terencana.
Orde baru telah menggantikan orde lama, peran presiden semakin dominan
dan lama kelamaan pusat kekuasaan berada ditangan Presiden. Keberhasilan Soeharto
dalam menumpas G 30 S/PKI melalui supersemar menjadikannya berpeluang sangat
besar menggantikan Soekarno. Namun, selama pemerintahan Soeharto telah terjadi
monoloyolitas dalam partai politik (golkar). Namun, pada periode ini pelaksanaan
pemilu bisa dikatakan berhasil dan diadakan secara teratur sebanyak enam kali.
Sayangnya prinsip demokrasi tidak dijalankan dalam pelaksanaan pemilu di orde
baru.
Presiden Soeharto berhasil menjadikan Indonesia sebagai negara swasembada
beras, namun keberhasilan pembangunan ekonomi tersebut tidak sejalan dengan
pemberantasan korupsi. Pada masa Soeharto praktik KKN sangat merajalela.
Pemerintahan Soeharto yang cukup lama ternyata cukup otoriter, pemerintah tidak
mendengarkan aspirasi rakyat. Akibat penyimpangan-penyimpangan yang terjadi
pada masa orde baru, banyak kelompok penekan yang meminta Soeharto turun dari
jabatannya, salah satunya ialah mahasiswa dan beberapa tokoh public lainnya.
Kemudian pada tanggal 20 Mei 1998, Soeharto resmi mundur dari jabatannya.
 Periode Republik Indonesia IV (1998-sekarang): Reformasi
Demokratisasi dilakukan demi memperbaiki sistem politik Indonesia. Hal ini
diharapkan mampu menjamin kebebasan dan kedaulatan rakyat serta meningkatan
pengawasan oleh DPR ke lembaga eksekutif. Pada periode ini dilakukan amandemen
UUD 1945 yang diikuti oleh pemilu presiden dan wakil presiden secara langsung
pada tahun 2004. Pilkada dan pemilu untuk Lembaga legislative juga dilaksanakan
sebagai bentuk demokratisasi. Pada masa Habibie terjadi penghapusan dwi fungsi
ABRI, adanya kebebasan pers, dan dijalankanya system multipartai. Pada masa
reformasi prinsip demokrasi sangat terlihat, pemenuhan hak hak warga negara sangat
dijunjung tinggi, roda kekuasaan pemerintah selalu berputar, rekrutmen jabatan
dilakukan se cara terbuka, kebebasan menyatakan pendapat dan kebebasan lainnya
juga terjamin pada masa reformasi. Selain indicator-indikator tadi, masih banyak
indicator lain yang membuktikan keberhasilan periode reformasi ini. Semua proses-
proses demokratisasi tersebut dijalankan di bawah pimpinan Presiden B.J. Habibie.

Sejarah demokrasi di Indonesia jelas memiliki kaitan dengan perjalanan HAM di


Indonesia. Hak ialah segala hal yang berkaitan dengan unsur normative yang diterima setiap
individu dan biasanya individu memperoleh hak mereka ketika sudah menjalankan
kewajibannya sebagai manusia. Hak sangat terikat dengan hubungan antara sesama makhluk
ciptaanNya atau antar makhluk dengan objek yang diciptakan manusia, seperti instansi
terkait. Sedangkan HAM ialah semua hak dasar yang melekat pada diri manusia bahkan
sebelum ia terlahir ke dunia. Hak ini diterima oleh manusia karena kodratnya sebagai
manusia seutuhnya, bukan pemberian dari pihak manapun. Perjalanan HAM di Indonesia
sangat berkaitan dengan penyelenggaraan dan penegakan terhapad pemenuhannya.
Kajian HAM di Indonesia secara objektif serupa dengan kajian HAM di
negara lain. Namun pelaksanaan secara subjektifnya berbeda-beda. Hal ini terjadi karena
adanya perbedaan regulasi mengenai apa yang harus dilindungi dan ditegakkan, perbedaan
ideologi, politik, sosial, budaya, ekonomi, serta kepentingan domestic masing-masing negara.
Di Indonesia, pada masa orde baru dan masa reformasi, usaha penegakan dan perlindungan
HAM sudah terlihat serius. Namun, pada masa reformasi usaha penegakan dan perlindungan
HAM cenderung membawa ambisi. Banyak aksi dan usaha yang dilakukan pemerintah,
Lembaga kemasyarakatan, Lembaga Pendidikan, dan lain-lain demi mewujudkan pemenuhan
HAM bagi seluruh warga negara, walaupun outputnya belum mencapai harapan bangsa
Indonesia. Tapi setidaknya sudah lebih baik daripada periode-periode demokrasi sebelumnya.
Pemenuhan dan perlindungan HAM di Indonesia sudah terjamin di dalam UUD RI
1945 teramandemen. Kajian HAM diatur dan dijamin dalam pasal 28 A sampai 28 J, diikuti
dengan Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang HAM. Tak sampai di situ,
perjuagan penegakan dan perlindungan HAM pada masa reformasi juga diatur dan dijamin
dalam Undang Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan Undang
Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Peradilan HAM serta regulasi-regulasi lainnya,
seperti Peraturan Pemerintah dan Keputusan Presiden yang juga menjamin HAM di
Indonesia.

Daftar Pustaka
Heywood, Andrew. (2013). Politics (4th ed). London: Palgrave Macmillan.
Miriam, Budiardjo. (2007). Dasar-Dasar Ilmu Politik (edisi revisi). Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Shively, W. Phillips. (2019). Power and Choice: An Introduction to Political Science (15 th
ed). Boston: The Rowman & Littlefield Publishing Group, Inc.
Irawan, Benny Bambang. (2007). Perkembangan Demokrasi di Negara Indonesia, Jurnal
Hukum dan Dinamika Masyarakat, Vol.5 (No.1). Halaman 58-64.
Purnamawati, Evi. (2020). Perjalanan Demokrasi di Indonesia, Jurnal Fakultas Hukum
Universitas Palembang, Vol.18 (No.2). Halaman 251-264
Saleh, Zainal Abidin. (2008). Demokrasi dan Parta Politik, Jurnal legasi Indonesia, Vol.5
(No.1). Halaman 56-57.
Triwahyuningsih, Susani. (2018). Perlindungan dan Penegakan Hak Asasi Manusia (HAM)
di Indonesia, Junal Hukum Legal Standing, Vol. 2 (No.2). Halaman 113-121

Jawaban :
1. Pilihan tulisan
Tugas artikel kewarganegaraan
2. Identifikasi kalimat utama dan kalimat pendukung
a. Paragraph 1
- Kalimat utama
Setidaknya ada tiga cara bagaimana demokrasi mempromosikan legitimasi.
- Kalimat pendukung
Pertama, demokrasi menjalankan pemerintahan dengan persetujuan,
dalam hal ini adalah rakyat. Demokrasi memperluas partisipasi politik rakyat,
seperti pemungutan suara, keikutsertaan dalam partai politik, atau dalam
kegiatan protes/demonstrasi dan sebagainya. Kedua, hakikat akan
pemerintahan yang demokratis ialah menjunjung tinggi kompromi, konsiliasi,
negosiasi, dan musyawarah mufakat yang melibatkan rakyat, baik secara
langsung ataupun tidak langsung. Hal ini menggambarkan bahwa demokrasi
bertujuan mencapai kesejahteraan dan menjanjikan terpenuhinya berbagai
kepentingan kelompok-kelompok yang ada di masyarakat. Demokrasi
mempromosikan bahwa kekuasaan bisa tersebar luas dan setiap individu atau
kelompok mempunyai suara politik yang setara. Ketiga, demokrasi berjalan
sebagai system yang cenderung menuju pada stabilitas politik jangka Panjang.
Maksudnya antara output atau kebijakan oleh pemerintah sejalan dengan input
atau tekanan-tekanan yang diberikan kelompok-kelompok masyarakat.
Konsep dari demokrasi akan selalu menghindari ketidakseimbangan agar
kemungkinan konflik antara rakyat dan pemerintah dapat diminimalisir.
b. Paragraf 2
- Kalimat utama
Demokrasi ialah rezim yang dimaksudkan untuk mewujudkan “pemerintahan
rakyat.”
- Kalimat pendukung
Kata demokrasi sendiri berasal dari Bahasa Yunani Kuno, yaitu kratos
yang berarti kekuasaan atau aturan. Sedangkan demos diartikan sebagai
rakyat, meskipun pada mulanya orang Yunani mengartikan demos sebagai
“yang miskin” atau “yang banyak”. Dari makna kata demokrasi tersebut,
secara umum demokrasi sering dijelaskan sebagai system yang pemerintahan
berada di tangan rakyat, bentuk pemerintahan dimana rakyat memerintah
dirinya sendiri, rakyat memiliki hak dan kesempatan yang sama, bebas dari
hirarki atau hak istimewa, demokrasi juga diartikan sebagai system
kesejahteraan yang bertujuan untuk menghapuskan kesenjangan sosial,
kemudian demokrasi ialah system yang pengambilan keputusannya berada di
tangan rakyat dengan prinsip kekuasaan mayoritas dengan memerhatikan hak-
hak minoritas, demorasi juga menjadi wadah perjuangan kepentingan melalui
partisipasi rakyat di jabatan public, dan masih banyak yang lainnya.
Gettysburg Abraham Lincoln (1863) menjelaskan demokrasi sebagai
“pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.”

3. Apakah menurut Anda paragraf 1-2 terkait?


Terkait karena masih membahas demokrasi
4. Untuk mendukung isi paragraf 1 & 2 lebih kuat/valid/ilmiah, apakah sudah
ditambahkan data dari sumber tertentu?
Sudah, karena dalam isi paragrapf 1, data atau pernyataan dikuitip dari buku Politics
karya Andrew Heywood. Sedangkan dalam isi paragraph 2, arti demokrasi didukung
oleh pendapat ahli, yaitu Gettysburg Abraham Lincoln (1863). Kemudian isi
paragraph setelah paragraph 1 dan 2 juga dikutip dari buku serta jurnal-jurnal yang
valid.
5. Apakah 2 paragraf tersebut sudah saling mendukung?
Belum karena peletakan antar paragraph 1 dan 2 terbalik
6. Jika belum, apa yang perlu diperbaiki?
Seharusnya paragraph 1 dalam teks menjadi paragraph 2, dan paragraph 2 dalam teks
menjadi paragraph 1 agar teks menjadi benar, sistematis, dan bisa saling mendukung
7. Cek EYD dan pemilihan kata
- Penulisan System seharusnya ialah sistem
- Pemilihan kata output bisa diganti dengan luaran atau hasil
- Pemilihan kata orang Yunani bisa diganti dengan Bangsa Yunani
- Dalam kalimat “…bebas dari hirarki atau hak istimewa, demokrasi juga
diartikan sebagai system kesejahteraan yang bertujuan untuk menghapuskan
kesenjangan sosial, kemudian demokrasi ialah system yang pengambilan
keputusannya berada di tangan rakyat dengan prinsip kekuasaan mayoritas
dengan memerhatikan hak-hak minoritas, demorasi juga menjadi wadah
perjuangan kepentingan melalui partisipasi rakyat di jabatan public, dan masih
banyak yang lainnya.” Kurang efektif dan bisa diuraikan menjadi beberapa
kalimat lagi menjadi:
“Demokrasi juga diartikan sebagai system kesejahteraan yang bertujuan untuk
menghapuskan kesenjangan sosial. Demokrasi ialah system yang pengambilan
keputusannya berada di tangan rakyat dengan prinsip kekuasaan mayoritas
dengan memerhatikan hak-hak minoritas, serta menjadi wadah perjuangan
kepentingan melalui partisipasi rakyat di jabatan public, dan masih banyak
yang lainnya.”

Anda mungkin juga menyukai