Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MATA KULIAH KEWARGANEGARAAN

DEMOKRASI DI INDONESIA

NAMA : WAFIK FIKRUL UMAM


KELAS : 2C
Pengertian Demokrasi

Demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu "Demos" yang berarti rakyat dan kratos yang
berarti kekuasaan. Secara bahasa Demokrasi adalah kekuasaan yang berada ditangan
rakyat(pemerintahan rakyat). Maksud dari pemerintahan rakyat adalah pemegang
kekuasaan tertinggi dipenggang oleh rakyat. Jadi demokrasi adalah sebuah bentuk sistem
pemerintahan dalam rangka mewujudkan kedaulatan rakyat yang dijalankan oleh
pemerintah.

Budaya Demokrasi

Kata budaya berasal dari kata budi/akal dan daya/kemampuan maka budaya adalah
kemampuan akal manusia. Secara bahasa budaya demokrasi berarti kemampuan akal
manusia tentang berdemokrasi.
Pengertian Budaya Demokrasi dapat dilihat dari tiga sudut. Yang pertama adalah budaya
demokrasi formal, yaitu suatu sistem pemerintahan yg hanya dilihat dari ada atau tidaknya
lembaga politik demokrasi seperti perwakilan rakyat .
Yang kedua adalah budaya demokrasi wajah(permukaan), yaitu demokrasi yang hanya
tampak dari luar, sedangkan di dalamnya tidak ada sama sekali unsur demokrasi.
Yang ketiga demokrasi substantif, yaitu demokrasi yang memberikan kesempatan(hak
suara) untuk menentukan kebijakan kepada seluruh golongan masyarakat tanpa
memandang kedudukan atau apapun dengan tujuan menjalankan agenda kerakyatan.
Budaya Demokrasi pada intinya adalah budaya yang menomorsatukan kepentingan
masyarakat dalam pembuatan keputusan mengenai kebijakan negara.

Kelebihan dan Kekurangan Budaya Demokrasi


Kelebihan
+ Demokrasi memberi kesempatan untuk perubahan di tubuh pemerintahan tanpa
menggunakan kekerasan.
+ Adanya pemindahan kekuasaan yang dapat dilakukan melalui pemilihan umum
+ Sistem demokrasi mencegah adanya monopoli kekuasaan
+ Dalam budaya demokrasi, pemerintah yang terpilih melalui pemilu akan memiliki rasa
berutang karena      rakyat yang memilihnya, oleh karena itu hal ini akan menimbulkan
pemicu untuk bekerja sebaik-baiknya  untuk rakyat
+ Masyarakat diberi kebebasan untuk berpartisipasi yang menimbulkan rasa memiliki
terhadap negara.

Kekurangan
- Masyarakat bisa salah dalam memilih dikarenakan isu-isu politik
- Fokus pemerintah akan berkurang ketika menjelang pemilu masa berikutnya
- Massa dapat memengaruhi orang
Pendidikan Demokrasi Pendidikan demokrasi diartikan sebagai upaya sistematis yang
dilakukan Negara dan masyarakat untuk memfasilitasi individu warga negaranya agar
memahami, meghayati, megamall kan dan mengembangkan konsep, prinsip dan nilai
demokrasi sesuai dengan status dan peran nya dalam masyarakat ( winataputra, 2006 : 12)

Demokrasi memang tidak diwarisi , tetapi ditangkap dan dicerna melalui proses belajar oleh
karena itu untuk memahaminya diperlukan suatu proses pendidikan demokrasi. Pendidikan
demokrasi dalam nerbagai konteks, dalam hal ini untuk pendidikan formal ( disekolah dan
perguruan tinggi), non formal ( pendidikan diluar sekolah dan informal ( pergaulan dirumah
dan masyarakat kulturaluntuk membangun cita – cita, nilai, konsep, prinsip, sikap, dan
keterampilan demokrasi dalam berbagai konteks(Winaputra,2006:19)

Jenis-jenis Demokrasi
> dilihat dari cara penyaluran aspirasi rakyat;

 Demokrasi Langsung

Demokrasi langsung adalah sistem demokrasi yang memberikan kesempatan kepada


seluruh warga negaranya dalam permusyawaratan saat menentukan arah kebijakan umum
dari negara atau undang-undang. Bisa dikatakan demokrasi langsung adalah demokrasi yang
bersih karena rakyat diberikan hak mutlak untuk memberikan aspirasinya.

 Demokrasi Tidak Langsung

Demokrasi tidak langsung adalah sistem demokrasi yang dijalankan menggunakan sistem
perwakilan.

> dilihat dari dasar yang dijadikan prioritas atau titik perhatian;

 Demokrasi Material
 Demokrasi Formal
 Demokrasi Campuran

> dilihat dari prinsip ideologi;

 Demokrasi Rakyat

Demokrasi rakyat(proletar) adalah sistem demokrasi yang tidak mengenal kelas sosial dalam
kehidupan. Tidak ada pengakuan hak milik pribadi tanpa ada paksaan atau penindasan
tetapi untuk mencapai masyarakat yang dicita-citakan tersebut dilakukan dengan cara
kekerasan atau paksa atau dengan kata lain negara adalah alat untuk mencapai cita-cita
kepentingan kolektif.  Demokrasi rakyat merupakan demokrasi yang berdasarkan paham
marxisme atau komunisme.  

 Demokrasi Konstitusional

Demokrasi konstitusional adalah demokrasi yang dilandaskan kebebasan setiap orang atau
manusia sebagai makhluk sosial. Hobbe, Lockdan Rousseaue mengemukakan pemikirannya
tentang negara demokrasi bahwa negara terbentuk disebabkan oleh benturan kepentingan
hidup orang yang hidup bermasyarakat. Ini mengakibatkan terjadinya penindasan diantara
mereka. Oleh sebab itu kumpulan orang tersebut membentuk komunitas yang dinamakan
negara atas dasar kepentingan bersama. Akan tetapi fakta yang terjadi kemudian adalah
munculnya kekuasaan berlebih atau otoriterianisme.
Hal inilah yang menjadi pemicu pemikiran baru yakni demokrasi liberal. Setiap individu
dapat berpartisipasi melalui wakil yang dipilih melalui pemilihan sesuai ketentuan.
Masyarakat harus dijaminan dalam hal kebebasan individual(politik, sosial, ekonomi, dan
keagamaan).

> dilihat dari kewenangan dan hubungan antara alat kelengkapan negara;

 Demokrasi Sistem Parlementer

Indonesia pernah menerapkan demokrasi parlementer yaitu pada tahun 1945-1959. Dalam
sistem demokrasi parlementer, Indonesia memiliki kepala negara dan kepala pemerintahan
sendiri. Selama periode ini konstitusi yang digunakan adalah Konstitusi RIS dan UUDS 1950.
BAnyak kelebihan yang dirasakan ketika Indonesia menerapkan sistem demokrasi
parlementer antara lain:
1. Parlemen menjalankan peran yang sangat baik
2. Akuntabilitas pemengang jabatan tinggi
3. Partai plitik diberi kebebasan dan peluang untuk berkembang
4. Hak dasar setiap individu tidak dikurangi
5. Pemilihan umum dilaksanakan benar2 dengan prinsip demokrasi (Pemilu 1955)
6. Daerah diberikan otonomi dalam mengembangkan daerahnya sesuai dengan asas
desentralisasi

Meskipun banyak sekali kelebihan yang dirasakan, demokrasi parlementer dianggap gagal
karena beberapa alasan yang dikemukakan para ahli sebagai berikut:
1. Usulan Presiden(Konsepsi Presiden) tentang Pemerintahan yang berasaskan gotong-
royong( berbau komunisme)
2. Dewan Konstituante yang bertugas menyusun Undang-undang(konstitusi) mengalami
kegagalan dalam merumuskan ideologi nasional.
3. Dominan sekali politik aliran yang memicu konflik
4. Kondisi ekonomi pasca kemerdekaan masih belum kuat.

Sejarah Demokrasi

Kata demokrasi berasal dari Athena,Yunani Kuno sekitar abad ke-5SM. Yunani merupakan
salah satu negara yang ilmu pengetahuan dan peradabannya maju pada zamannya. Dari
sinilah awal perkembangan tentang hukum demokrasi modern. Seiring berjalannya waktu
hingga sekitar abad ke-18 terjadilah revolusi-revolusi termasuk perkembangan demokrasi di
berbagai negara. Konsep demokrasi menjadi salah satu indikator perkembangan sistem
politik sebuah negara. Prinsip Trias politica yang diterapkan oleh negara demokrasi menjadi
sangat utama untuk memajukan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Fakta sejarah
juga memeri bukti bahwa kekuasaan eksekutif yang terlalu besar tidak menjamin dalam
pembentukan masyarakat yang adil dan beradab

Perkembangan Demokrasi Di Indonesia Dari Masa Ke Masa


1.     Demokrasi Kerakyatan Pada Masa Revolusi (Periode 1945)
Periode panjang pergerkan nasional yang didominasi oleh muncuolnya organisasi modern
digantikan periode revolusi nasional. Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan
merupakan kisah sentral sejarah indonesia. Semua usaha untuk mencari identitas (jati) diri,
semangat persatuan guna menghadapi kekuasaamn kolonial, dan untuk membangun
sebuah tatanan sosial yang adil akhirnya membuahkan hasil dengan diproklamasikannya
kemerdekaan indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.

Pada masa revolusi 1945 – 1950 banyak kendala yang dihadapi bangsa indonesia, misalnya
perbedaan-perbedaan antara kekuatan-kekuatan perjuangan bersenjata dengan kekuatan
diplomasi, antara mereka yang mendukung revolusi sosial dan mereka yang menentangnya
dan antara kekuatan islam dalam kekutan sekuler. Di awal revolusi tidak satupun perbedaan
di antara bangsa indonesia yang terpecahkan. Semua permasalahan itu baru dapat
diselesaikan setelah kelompok-kelompok kekuatan itu duduk satu meja untuk memperoleh
satu kata sepakat bahwa tujuan pertama bangsa indonesia adalah kemerdekaan bangsa
indonesia. Pada akhirnya kekuatan-kekuatan perjuangan bersenjata dan kekuatan diplomasi
bersama-sama berhasil mencapai kemerdekaan.

2. Demokrasi Parlementer Pada Masa/Periode UUDS (Periode 1945 – 1959)                                    
                    Setelah indonesi merdeka, kini menghadapi prospek menentukan masa
depannya sendiri. Warisan yang ditinggalkan pemerintahan kolonial berupa kemiskinan,
rendahnya tingkat pendidikan dan tradisi otoriter merupakan merupakan pekerjaan rumah
yang harus diselesaikan para pemiipin nasional indonesia. Pada periode tahun 1950-an
muncul kaum nasionalis perkotaan dari partai sekuler dan partai-partai islam yang
memegang kendali pemerintahan. Ada sesuatu kesepakatan umum bahwa kedua kelompok
inilah yang akan menciptakan kehidupan sebuah negara demokrasi di indonesi.

Undang – Undang dasar 1950 menetapkan berlakunya sistem parlementer dimana baedan
eksekutif terdiri dari presiden sebagai kepala negara konstitusional beserta para menteri
yang mempunyai tanggung jawab politik. Setiap kabinet terbentuk berdasarkan koalisi pada
satu atau dua partai besardengan beberapa partai kecil. Koalisi ternyata kurang mantap dan
partai-partai koalisi kurang dewasa dalam menghadapi tanggung jawab mengenai
permasalahan pemerintahan. Di lain pihak, partai-partai dalam barisan oposisi tidak mampu
berperan sebagi oposisi kontruktif yang menyusun program-program alternatif, tetapi hanya
menonjolkan segi-segi negatif dari tugas oposisi (Miriam Budiardjo, 70).

Masa demokrasi liberal/parlementer membawa dampak yang cukup besar, mempengaruhi


keadaan, situasi dan kondisi politik pada waktu itu. Di Indonesia demokrasi liberal yang
berjalan dari tahun 1950 - 1959 mengalami perubahan-perubahan kabinet yang
mengakibatkan pemerintahan menjadi tidak stabil.  Pada waktu itu, pemerintah
berlandaskan UUD 1950 pengganti konstitusi RIS (Republik Indonesia Serikat) tahun 1949.
Ciri-ciri demokrasi Parlementer adalah sebagai berikut :
o   Presiden dan wakil presiden tidak dapat diganggu gugat.
o   Menteri bertanggung jawab atas kebijakan pemerintah.
o   Presiden bisa dan berhak membubarkan DPR.
o   Perdana Menteri diangkat oleh presiden.
Daftar kabinet yang ada di Indonesia selama masa semorasi Parlementer :
o   Kabinet Natsir (September 1950 – Maret 1951)
o   Kabinet Sukiman (April 1951 – April 1952)
o   Kabinet Wilopo (April 1952 – Juni 1953)
o   Kabinet Ali Sastroamijoyo 1 (Juli 1953 – Agustus 1955)
o   Kabinet Burhanuddin Harahap (Agustus 1955 – Maret 1956)

Pada umumnya kabinet dalam masa pra pemilu tahun 1955 tidak dapat bertahan lebih lama
dari rata-rata delapan bulan dan hal ini menghambat perkembangan ekonomi dan politik
oleh karena pemerintah tidak mendapat kesempatan dalam untuk melaksanakan
programnya. Pemilu tahun 1955 tidak membawa stabilitas yang diharapkan, malah
perpecahan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah tidak dapat dihindarkan.
Faktor-faktor tersebut mendorong presiden soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli
1959 yang menentukan berlakunya kembali UUD 1945. Dengan demikian masa demokrasi
berdasarkan sistem parlementer berakhir.

Mengingat kondisi yang harus di hadapi pemerintah indonesia pada kurun waktu 1950-
1959, maka tidak mengherankan bahwa pelaksanaan demokrasi mengaklami kegagalan
karena dasar untuk dapat membangun demokrasi hampir tidak dapat ditemukan. Mereka
yang tahu politik hanya sekelompok kecil masyarakat perkotaan. Para politisi jakarta,
meskipun mencita-citakan sebuah negara demokrasi. Kebanyakan adalah kaum elite yang
menganggap diri mereka sebagai pengikut suatu budaya kota yang istimewa. Mereka
bersikap paternalistik terhadap orang-orang yang kurang beruntung yakni masyarakat
pedesaan. Tanggung jawab mereka terhadap struktur demokrasi parlementer yang
merakyat adalah sangat kecil. Banguan indah sebuah demokrasi parlementer hampir tidak
dapat berdiri dengan kokoh.

3.     Demokrasi Terpimpin (Periode 1959 – 1965)
Di tengah-tengah krisis tahun 1957 dan pengalaman jatuh bangunnya pemerintahan,
mengakibatkan diambilmnya langkah-langkah menuju suatu pemerintahan yang oleh
Soekarno dinamakan Demokrasi Terpimpin. Ini merupakan suatu sistem yang didominasi
oleh kepribadian soekarno yang prakarsa untuk pelaksanaan demokrasi terpimpin diambil
bersama-sama dengan pimpinan ABRI (Hatta, 1966 : 7). Pada masa ini terdapat beberapa
penyimpangan terhadap ketentuan UUD 1945, misalnya partai-partai politik dikebiri dan
pemilu ditiadakan. Kekuatan-kekuatan politik yang ada berusha berpaling kepada pribadi
Soekarno untuk mendapatkan legitimasi, bimbingan atau perlindungan. Pada tahun 1960,
presiden Soekarno membubarkan DPR hasil pemilu 1955 dan menggantikanya dengan
DPRGR, padahal dalam penjelasn UUD 1945 secara ekspilisit ditentukan bahwa presiden
tidak berwenang membubarkan DPR.

Melalui demokrasi terpimpin Soekarno berusaha menjaga keseimbangn politik yang


mherupakan kompromi antara kepentingan-kepentingan yang tidak dapat dirujukan
kembali dan memuaskan semua pihak.

Demokrasi terpimpin adalah sebuah demokrasi yang sempat ada di Indonesia, yang seluruh
keputusan serta pemikiran berpusat pada pemimpinnya saja.
Latar belakang dicetuskannya sistem demokrasi terpimpin oleh Presiden Soekarno :
a.       Dari segi keamanan           : Banyaknya gerakan sparatis pada masa demokrasi liberal,
menyebabkan ketidak stabilan di bidang keamanan.
b.      Dari segi perekonomian     : Sering terjadinya pergantian kabinet pada masa demokrasi
liberal menyebabkan program-program yang dirancang oleh kabinet tidak dapat dijalankan
secara utuh, sehingga pembangunan ekonomi tersendat.
c.       Dari segi politik                 : Konstituante gagal dalam menyusun UUD baru untuk
menggantikan UUDS 1950.

Masa Demokrasi Terpimpin yang dicetuskan oleh Presiden Soekarno diawali oleh anjuran
beliau agar Undang-Undang yang digunakan untuk menggantikan UUDS 1950 adalah
UUD'45. Namun usulan itu menimbulkan pro dan kontra di kalangan anggota konstituante.
Sebagai tindak lanjut usulannya, diadakan voting yang diikuti oleh seluruh anggota
konstituante . Voting ini dilakukan dalam rangka mengatasi konflik yang timbul dari pro
kontra akan usulan Presiden Soekarno tersebut.
Hasil voting menunjukan bahwa :
  269 orang setuju untuk kembali ke UUD'45
  119 orang tidak setuju untuk kembali ke UUD'45

Melihat dari hasil voting, usulan untuk kembali ke UUD'45 tidak dapat direalisasikan. Hal ini
disebabkan oleh jumlah anggota konstituante yang menyetujui usulan tersebut tidak
mencapai 2/3 bagian, seperti yang telah ditetapkan pada pasal 137 UUDS 1950.
Bertolak dari hal tersebut, Presiden Soekarno mengeluarkan sebuah dekrit yang disebut
Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Isi Dekrit Presiden 5 Juli 1959 :
a.       Tidak berlaku kembali UUDS 1950
b.      Berlakunya kembali UUD 1945
c.       Dibubarkannya konstituante
d.      Pembentukan MPRS dan DPAS

Meskipun Soekarno memiliki pandangan tentang masa depan bangsanya, tetapi ia tidak
mampu merumuskan sehingga bisa diterima oleh pimpinan nasional lainnya. Janji dari
demokrasi terpimpin pada akhirnya tidak dapat terealisasi. Pemberontakan G 30 S/PKI
tahun 1965 telah mengakhiri periode demokrasi terpimpin dan membuka peluang bagi
dilaksanakannya demokrasi Pancasila.

4.     Demokrasi Pancasila Pada Masa Orde Baru (Periode 1966 – 1998)
Pada tahun 1966 pemerintahan Soeharto yang lebih dikenal dengan pemerintahan Orde
Baru bangkit sebagai reaksi atas pemerintahan Soekarno. Pada awal pemerintahan orde
hampir seluruh kekuatan demokrasi mendukungnya karena Orde Baru diharapkan
melenyapkan rezim lama. Soeharto kemudian melakukan eksperimen dengan menerapkan
demokrasi Pancasila. Inti demokrasi pancasila adalah menegakkan kembali azas negara
hukum dirasakan oleh segenap warga negara, hak azasi manusia baik dalam aspek kolektif
maupun aspek perseorangan dijamin dan penyalahgunaan kekuasaan dapat dihindarkan
secara institusional. Dalam rangka mencapai hal tersebut, lembaga-lembaga dan tata kerja
ordebarudilepaskan dari ikatan-ikatan pribadi (Miriam, 74).
Demokrasi Pancasila merupakan demokrasi konstitusional dengan mekanisme kedaulatan
rakyat dalam penyelenggaraan negara dan penyelengaraan pemerintahan berdasarkan
konstitusi yaitu Undang-undang Dasar 1945. Sebagai demokrasi pancasila terikat dengan
UUD 1945 dan pelaksanaannya harus sesuai dengan UUD 1945.
Ciri – cirri demokrasi pancasila :
  Kedaulatan ada di tangan rakyat.
  Selalu berdasarkan kekeluargaan dan gotong royong.
  Cara pengambilan keputusan secara musyawarah untuk mencapai mufakat.
  Tidak kenal adanya partai pemerintahan dan partai oposis i
  Diakui keselarasan antara hak dan kewajiban
  Menghargai Hak Asasi Manusia
  Ketidaksetujuan terhadap kebijaksanaan pemerintah dinyatakan dan disalurkan melalui
wakil-wakil rakyat. Tidak menghendaki adanya demonstrasi dan pemogokan karena
merugikan semua pihak
  Tidak menganut sistem monopartai
  Pemilu dilaksanakan secara luber
  Mengandung sistem mengambang
  Tidak kenal adanya diktator mayoritas dan tirani minoritas
  Mendahulukan kepentingan rakyat atau kepentingan umum

System pemerintahan Demokrasi Pancasila sebagai berikut :


  Indonesia ialah negara yang berdasarkan hukum
  Indonesia menganut sistem konstitusional
  Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sebagai pemegang kekuasaan negara yang
tertinggi
  Presiden adalah penyelenggaraan pemerintah yang tertinggi di bawah Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR)
  Pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
  Menteri Negara adalah pembantu presiden, Menteri Negara tidak bertanggung jawab
kepada DPR
  Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas

Sekitar 3 sampai 4 tahun setelah berdirinya Orde Baru menunjukkan gejala-gejala yang
menyimpang dari cita-citanya semula. Kekuatan – kekuatan sosial-politik yang bebas dan
benar-benar memperjuangkan demokrasi disingkirkan. Kekuatan politik dijinakkan sehingga
menjadi kekuatan yang tidak lagi mempunyai komitmen sebagai kontrol sosial. Kekuatan
sosial politik yang diikutsertakan dalam pemilu dibatasi. Mereka tidak lebih dari suatu
perhiasan dan mempunyai arti seremonial untuk dipertontonkan kepada dunia internasional
bahwa indonesia telah benar-benar berdemokrasi, padahal yang sebenarnya adalah
kekuasaan yang otoriter. Partai-partai politik dilarang berperan sebagai oposisi maupun
kontrol sosial. Bahakan secara resmi oposisi ditiadakan dengan adanya suatu “konsensus
nasional”. Pemerintahan Soeharto juga tidak memberikan check and balances sebagai
prasyarat dari sebuah negara demokrasi (sarbini Sunawinata, 1998 ;8).

Pada masa orde baru budaya feodalistik dan paternalistik tumbuh sangat subur. Kedua sikap
ini menganggap pemimpin paling tahu dan paling benar sedangkan rakyat hanya patuh
dengan sang pemimpin. Mental paternalistik mengakibatkan soeharto tidak boleh dikritik.
Para menteri selalu minta petunjuk dan pengarahan dari presiden. Siakp mental seperti ini
telah melahirkan stratifikasi sosial, pelapisan sosial dan pelapisan budaya yang pada
akhirnya memberikan berbagai fasilitas khusus, sedangkan rakyat lapisan bawah tidak
mempunyai peranan sama sekali. Berbagai tekanan yang diterima rakyat dan cita-cita
mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang tidak pernah tercapai, mengakibatkan
pemerintahan Orde Baru mengalami krisis kepercayaan dan kahirnya mengalami
keruntuhan.

5.     Rekonstruksi Demokrasi Di Masa Reformasi (1998 – Sekarang)
Melalui gerakan reformasi, mahasiswa dan rakyat indonesia berjuang menumbangkan rezim
Soeharto. Pemerintahan soeharto digantikan pemerintahan transisi presiden Habibie yang
didukung sepenuhnya oleh TNI. Lembaga-lembaga di luar presiden dan TNI tidak
mempunyai arti apa-apa. Seluruh maslah negara dan bangsa indonesia menjadi tanggung
jawab presiden/TNI. Reformasi menuntut rakyat indonesia untuk mengoreksi pelaksanaan
demokrasi. Karena selama soeharto berkuasa jenis demokrasi yang dipraktekkan adalah
demokrasi semu. Orde Baru juga meninggalkan warisan berupa krisis nasional yang meliputi
krisis ekonomi, sosial dan politik.

Tugas utama pemerintahan Habibie ada dua, yakni pertama bekerja keras agar harga
sembilan pokok (sembako) terbeli oleh rakyat sambil memberantas KKN tanpa pandang
bulu. Kedua, adalah mengembalikan hak-hak rakyat guna memperoleh kembali hak-hak
azasinya.

Agaknya pemerintahan “Orde Reformasi” Habibie mecoba mengoreksi pelaksanaan


demokrasi yang selama inidikebiri oleh pemerintahan Orde baru. Pemerintahan habibie
menyuburkan kembali alam demokrasi di indonesia dengan jalan kebebasan pers (freedom
of press) dan kebebasab berbicara (freedom of speech). Keduanya dapat berfungsi sebagai
check and balances serta memberikan kritik supaya kekuasaan yang dijalankan tidak
menyeleweng terlalu jauh.

Membangun kembali indonesia yang demokratis dapat dilakukan melalui sistem keparataian
yang sehat dan pemilu yang transparan. Sistem pemilu multipartai dan UU politik yang
demokratis menunjukkan kesungguhan pemerintahan Habibie. Asalkan kebebasan
demokratis seperti kebebasan pers, kebebasab berbicara, dan kebebasan mimbar tetap
dijalankan maka munculnya pemerintahan yang KKN dapat dihindari.

Dalam perkembanganya Demokrasi di indonesia setelah rezim Habibie diteruskan oleh


Presiden Abdurahman wahid sampai dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sangat
signifikan sekali dampaknya, dimana aspirasi-aspirasi rakyat dapat bebas diutarakan dan
dihsampaikan ke pemerintahan pusat. Hal ini terbukti dari setiap warga negara bebas
berpendapat dan kebebasan pers dalam mengawal pemerintahan yang terbuka sehingga
menghindarkan pemerintahan dari KKN mungkin dalam prakteknya masih ada praktik-
praktik KKN di kalangan pemerintahan, namun setidaknya rakyat tidak mudah dibohongi lagi
dan pembelajaran politik yang baik dari rakyat indonesia itu sendiri yang membangun
demokrasi menjadi lebih baik. Ada satu hal yang membuat indonesia dianggap negara
demokrasi oleh dunia Internasional walaupun negara ini masih jauh dikatakan lebih baik dari
negara maju lainnya adalah Pemilihan Langsung Presiden maupun Kepala Daerah yang
dilakukan secara langsung. Mungkin rakyat indonesia masih menunggu hasil dari demokrasi
yang yang membawa masyarakat adil dan makmur secara keseluruhan.

Kesimpulan Perkembangan Demokrasi Dari Tahun Ke-Tahun


Dari ke-5 masa demokrasi yang telah di lalui oleh bangsa Indonesia terdapat salah satu
demokrasi yang paling baik dalam penggunaannya di Indonesia untuk menciptakan suasana
yang demokratis yang merata untuk semua rakya, ialah demokrasi pada masa reformasi.
Dikarenakan pada demokrasi pada masa reformasi yang diterapkan Negara kita adalah
demokresi Pancasila, tentu saja dengan karakteristik yang berbeda dengan orde baru dan
sedikit mirip dengan demokrasi perlementer tahun 1950-1959.Beberapa keberhasilan
demokrasi pada masa reformasi yaitu :
      1)      Pemilu yang dilaksanakan (1999-2004) jauh lebih demokratis dari yang sebelumnya.
  2)      Kekuasaan dilaksanakan dari mulai pemerintahan pusat sampai pada tingkat desa.                   
       3)      Pola rekruitmen politik untuk pengisian jabatan politik dilakukan secara terbuka.
    4)      Sebagian besar hak dasar bisa terjamin seperti adanya kebebasan menyatakan
pendapat

Anda mungkin juga menyukai