Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MATA KULIAH

KEWARGANEGARAAN
REVIEW MATERI

NAMA : WAFIK FIKRUL UMAM


KELAS : 2C
A.Sejarah Perjuangan Bangsa.
Perjalanan sejarah bangsa Indonesia yang dimulai sejak era sebelum dan selama
penjajahan dilanjutkan dengan era merebut dan mempertahankan kemerdekaan sampai
dengan era mengisi kemerdekaan, menimbulkan kondisi dan tuntutan yang berbeda sesuai
dengan zamannya. Kondisi dan tuntutan yang berbeda tersebut ditanggapi oleh bangsa
Indonesia berdasarkan kesamaan nilai-nilai semangat kebangsaan kejuangan yang senantiasa
tumbuh dan berkembang yang dilandasi oleh jiwa, tekad dan semangat kebangsaan.
Kesemuanya itu tumbuh menjadi kekuatan yang mampu mendorong proses terwujudnya
NKRI dalam wadah Nusantara.

B. Era Sebelum Penjajahan


Sejak tahun 400 Masehi sampai dengan tahun 1617, kerajaan-kerajaan yang ada di
Bumi Persada Nusantara adalah kerajaan Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya, Kediri, Singasari,
Majapahit, Samudera Pasai, Aceh, Demak, Mataram, Goa dan lain-Iainnya, merupakan
kerajaan-kerajaan yang terbesar di seluruh Bumi Persada Nusantara. Nilai yang terkandung
pada era sebelum penjajahan adalah rakyat yang patuh dan setia kepada rajanya membendung
penjajah dan menjunjung tinggi kehormatan dan kedaulatan sebagai bangsa monarchi yang
merdeka di bumi Nusantara.

C. Era Selama Penjajahan


Bangsa Indonesia dijajah oleh bangsa asing mulai tahun 1511 sampai dengan 1945
yaitu bangsa Portugis, Belanda, inggris dan Jepang. Selama penjajahan peristiwa yang
menonjol adalah tahun 1908 yang dikenal sebagai Gerakan Kebangkitan Nasional Pertama,
yaitu lahirnya organisasi pergerakan Budi Utomo yang dipelopori oleh Dr. Sutomo Dan Dr.
Wahidin Sudirohusodo, Dan 20 tahun kemudian pada tanggal 28 Oktober 1928 ditandai
dengan lahirnya Sumpah Pemuda sebagai titik awal dari kesadaran masyarakat untuk
berbangsa Indonesia, dimana putra putri bangsa Indonesia berikrar : BERBANGSA SATU,
BERTANAH AIR SATU, DAN BERBAHASA SATU : INDONESIA. Pernyataan ikrar ini
mempunyai nilai tujuan yang sangat strategis di masa depan yaitu persatuan dan kesatuan
Indonesia. Niiai yang terkandung selama penjajahan adalah Harga diri, solidaritas, persatuan
dan kesatuan, serta jati diri bangsa

D. Era Merebut dan Mempertahankan Kemerdekaan.


Dimulai dari tahun 1942 sampai dengan tahun 1949; dimana pada tanggal 8 Maret
1942 Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang me!alui Perjanjian Kalijati. Selama
penjajahan Jepang pemuda pemudi Indonesia dilatih dalam olah kemiliteran dengan tujuan
untuk membantu Jepang memenangkan Perang Asia Timur Raya. Pelatihan tersebut melalui
Seinendan, Heiho, Peta dan lain-lain, sehingga pemuda Indonesia sudah memiliki bekal
kemiliteran. Pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu disebabkan
dibom atomnya kota Hirosima dan Nagasaki. Kekalahan Jepang kepada Sekutu dan
kekosongan kekuasaan yang terjadi di Indonesia digunakan dengan sebaik-baiknya oleh para
pemuda Indonesia untuk merebut kemerdekaan. Dengan semangat juang yang tidak kenal
menyerah yang dilandasi iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta keikhlasan
berkorban telah terpatri dalam jiwa para pemuda dan rakyat Indonesia untuk merebut
kemerdekaannya, yang kemudian diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh
Soekarno-Hatta. Setelah merdeka bangsa Indonesia harus menghadapi Belanda yang ingin
menjajah kembali Indonesia dengan melancarkan aksi militernya pada tahun 1948 (Aksi
Militer Belanda Pertama) dan tahun 1948 (Aksi Militer Belanda Kedua), dan pemberontakan
PKI Madiun yang didalangi oleh Muso dan Amir Syarifuddin pada tahun 1948. Era merebut
dan mempertahankan kemerdekaan mengandung nilai juang yang paling kaya dan lengkap
sebagai titik kulminasinya adalah pada perang Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Nilai-nilai
kejuangan yang terkandung dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan adalah
sebagai berikut :
1. Nilai kejuangan relegius (iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa).
2. Nilai kejuangan rela dan ikhlas berkorban.
3. Nilai kejuangan tidak mengenal menyerah.
4. Nilai kejuangan harga diri.
5. Nilai kejuangan percaya diri.
6. Nilai kejuangan pantang mundur.
7. Nilai kejuangan patriotisme.
8. Nilai kejuangan heroisme.
9. Nilai kejuangan rasa senasib dan sepenanggungan.
10. Nilai kejuangan rasa setia kawan.
11. Nilai ke juangan nasionalisme dan cinta tahah air
12. Nilai kejuangan persatuan dan kesatuan.

E.Era Mengisi Kemerdekaan


Pada awal mengisi kemerdekaan timbul berbagai masalah antara lain timbul
pergantian kabinet sebanyak 27 kali dan terjadinya berbagai pemberontakan-pemberontakani
seperti : DIITII, APRA, RMS, Andi Azis, Kahar Muzakar, PRRI/Permesta, dan lain-lain serta
terjadinya berbagai penyimpangan dalam penyelenggaraan negara sehingga timbul Dekrit
Presiden pada tanggal 5 Juli 1959 untuk kembali pada UUD 1945, penyimpangan yang
sangat mendasar adalah mengubah pandangan hidup bangsa Indonesia Pancasila menjadi
ideologi Komunis, yaitu dengan meletusnya peristiwa G30S/PKI. Peristiwa ini dapat segera
ditumpas berkat perjuangan TNI pada waktu itu bersama-sama rakyat, maka lahir Orde Baru
yaitu kembali kepada tatanan kehidupan yang baru dengan melaksanakan Pancasila dan UUD
1945 secara mumi dan konsekuen. Selama Orde Baru pembangunan berjalan lancar, tingkat
kehidupan rakyat perkapita naik, namun penyelenggaraan negara dan rakyat bermental
kurang baik sehingga timbul korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) mengakibatkan krisis
keuangan, krisis ekonomi dan krisis moneter serta akhimya terjadi krisis kepercayaan yang
ditandai dengan turunnya Kepemimpinan Nasional, kondisi tersebut yang menjadi sumber
pemicu terjadinya gejolak sosial. Kondisi demikian ditanggapi oleh mahasiswa dengan aksi-
aksi dan tuntutan Reformasi, yang pada hakekatnya reformasi adalah perubahan yang
teratur, terencana, terarah dan tidak merubah/menumbangkan suatu yang sifatnya mendasar
Nilai yang terkandung pada era mengisi kemerdekaan adalah semangat dan tekad untuk
mencerdaskan bangsa, mengentaskan kemiskinan dan memerangi keterbelakangan,
kemandirian, penguasaan IPTEK serta daya saing yang tinggi berdasarkan pada Pancasila dan
UUD 1945 sehingga siap menghadapi abad ke-21 dalam era globalisasi.
Dari uraian tersebut diatas bahwa sejarah perjuangan bangsa memiliki peranan dalam
memberikan kontribusi niJai-niiai kejuangan bangsa dalam mempertahankan dan mengisi
kemerdekaan untuk tetap utuh dan tegaknya NKRI yaitu SATU INDONESIA SATU.

F.Orde Lama
Orde Lama adalah sebutan bagi masa pemerintahan PresidenSoekarno di Indonesia.
Ir. Soekarno adalah presiden Indonesiapertama yang menjabat pada periode 1945 1966. Ia
memainkanperanan penting untuk memerdekakan bangsa Indonesia daripenjajahan Belanda.
Ia adalah penggali Pancasila. Ia adalahProklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan
MohammadHatta) yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945. Soekarnomenandatangani
Surat Perintah 11 Maret 1966 Supersemar yangkontroversial, yang isinya berdasarkan versi
yang dikeluarkanMarkas Besar Angkatan darat menugaskan Letnan JenderalSoeharto untuk
mengamankan dan menjaga keamanan negara daninstitusi kepresidenan. Supersemar menjadi
dasar Letnan JenderalSoeharto untuk membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI)
danmengganti anggota-anggotanya yang duduk di parlemen. Setelah pertanggung
jawabannya ditolak Majelis Permusyawaratan RakyatSementara (MPRS) pada sidang umum
ke empat tahun 1967,Presiden Soekarno diberhentikan dari jabatannya sebagai presidenpada
Sidang Istimewa MPRS di tahun yang sama dan mengangkatSoeharto sebagai pejabat
Presiden Republik Indonesia.
Masa orde lama yaitu masa pemerintahan yg dimulai dariproklamasi kemerdekaan
17 agustus 1945 sampai masa terjadinyaG30 S PKI. Dizaman orde lama partai yang ikut
pemilu sebanyak lebihdari 25 partai peserta pemilu. Masa orde lama ideologi partai
berbedaantara yang satu dengan lainnya, ada Nasionalis PNI-PARTINDO-IPKI-dll, Komunis
PKI; Islam NU-MASYUMI- PSII-PI PERI, SosialisPSI-MURBA, Kristen PARKINDO dll.
Pelaksanaan Pemilu pada OrdeLama hampir sama seperti sekarang.Orde Lama telah dikenal
prestasinya dalam memberi identitas,kebanggaan nasional dan mempersatukan bangsa
Indonesia. Namundemikian, Orde Lama pula yang memberikan peluang bagikemungkinan
kaburnya identitas tersebut (Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945). Beberapa peristiwa
pada Orde Lama yangmengaburkan identitas nasional kita adalah; Pemberontakan PKI
padatahun 1948, Demokrasi Terpimpin, Pelaksanaan UUD Sementara1950, Nasakom dan
Pemberontakan PKI 1965.

Kabinet-kabinet Era Order Lama


Pada masa ini terjadi banyak pergantian kabinet diakibatkan situasipolitik yg tak stabil.
Tercatat ada 7 kabinet pada masa ini.
1. 1950-1951-Kabinet Natsir
2. 1951-1952-Kabinet Sukiman-Suwirjo
3. 1952-1953-Kabinet Wilopo
4. 1953-1955-Kabinet Ali Sastroamidjojo I
5. 1955-1956-Kabinet Burhanuddin Harahap
6. 1956-1957-Kabinet Ali Sastroamidjojo II
7. 1957-1959-Kabinet Djuanda

Akhirnya dari demokrasi terpimpin memuncak denganadanya pemberontakan G 30 S /


PKI pada tanggal 30 September1965. Demokrasi terpimpin berakhir karena kegagalan
presiden Soekarno dalam mempertahankan keseimbangan antara kekuatanyang ada yaitu PKI
dan militer yang sama-sama berpengaruh. PKIingin membentuk angkatan kelima sedangkan
militer tidakmenyetujuinya. Akhir dari demokrasi terpimpin ditandai dengandikeluarkannya
surat perintah 11 Maret 1966 dari PresidenSoekarno kepada Jenderal Soeharto untuk
mengatasi keadaan.
Pada era orde lama (1955-1961), situasi negara Indonesia diwarnai oleh berbagai
macam kemelut ditngkat elit pemerintahan sendiri. Situasi kacau (chaos) dan persaingan
diantara elit politikdan militer akhirnya memuncak pada peristiwa pembenuhan
6 jenderal pada 1 Oktober 1965 yang kemudian diikuti dengandengan krisi politik dan
kekacauan sosial. Pada massa inipersoalan hak asasi manusia tidak memperoleh perhatian
berarti,bahkan cenderung semakin jauh dari harapan.

F. Orde Baru
Setelah G3OS / PKI berhasil ditumpas dan berbagai bukti-bukti yang berhasil
dikumpulkan Menujukan kepada Partai Komunis Indonesia (PKI ), Akhirnya diambil sebuah
kesimpulan bahwa Partai Komunis Indonesia (PKI) melupakan dalang daring gerakang ini,
Partai Komunis indonesia (PKI) yang melatar belakangi terjadi peristiwa G30S/PKI. Gerakan
ini pun menyebabkan rakyat marah terhadap PKI yang diikuti dengan berbagai demonstrasi
menuntut pembubaran PKI beserta organisasi massanya (ormasnya) dan tokoh-tokohnya
diberikan sebuah sanksi dengan diadili. Panglima Kostrad / Pangkopkamtib Mayor Jenderal
Soeharto yang diangkat sebagai Menteri! Panglima Angkatan Darat melakukan tindakan-
tindakan pembersihan terhadap unsur-unsur PKI dan ormasnya
Latar belakang lahirnya Orde baru juga dipelopori Masyarakat luas yang terdiri dari berbagai
unsur seperti
Dukungan dari berbagai Kalangan Seperti :
a. Berbagai Partai politik,
b. Berbagai Organisasi massa
c. Perorangan,
d. Berbagai Pemuda,
e. Berbagai mahasiswa,
f. Berbagai pelajar,
g. Berbagai kaum wanita

Berbagai kalangan-kalangan ini bersama-sama mendirikan satu kesatuan aksi dalam


bentuk Front Pancasila untuk menghancurkan para pendukung G3OS/PKI Front Pancasila
menduga bahwa PKI adalah dalang dari semua ini dan Front Pancasila juga menuntut untuk
dilakukannya penyelesaian politis terhadap mereka yang terlibat dalam gerakan itu. Berbagai
Aksi yang datang yang menjadi Satu bertujuan menentang G30S/PKI atau Gerakan 30
September 1965 itu di antaranya Kesatuan
1. Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI),
2. Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI),
3. Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI).
4. Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI) dan lain-lain.
Berbagai kalangan yang menjadi sebuah kesatuan yang tergabung dalam Fron
Pancasila kemudian lebih dikenal dengan sebutan Angkatan 66. Mereka yang tergabung
dalam Front Pancasila mengadakan demonstrasi di berbagai tempat terutama di Jalan yaitu
jalan raya.Front Pancasila atau Anggaktan 66 melanjutkan aksinya diGedung Sekretariat
Negara Pada Tanggal 8 Januari 1966 dengan mengajukan penyataan bahwa kebijakan
ekonomi pemeritahan tidak boleh di dilaksanakan atau dibenarkan Lalu Pergerakan Front
Pancasila Berlanjut ke Halaman Gedung DPR-GR yakni 12 Januri 1966 untuk mengajukan
Tri Tuntutan Rakyat (Tritura) yang isinya sebagai berikut.

Isi Tri Tuntutan Rakyat (Tritura)


1. Pembubaran PKI beserta organisasi massanya
2. Pembersihan Kabinet Dwikora
3. Penurunan harga-harga barang.
Pada tanggal 15 Januari 1966 diadakan sidang paripurna Kabinet Dwikora dalam
sebuah tempat di bogor tepatnya di istana Bogor yang di hadiri oleh wakil-wakil mahasiswa.
Presiden Republik Indonesia yaitu Presiden Ir.Soekarno berfikiran timbulnya berbagai
gerakan para mahasiswa itu didalangi oleh CIA (Central Intelligence Agency) yang lembaga
ini bertempat di negara Amerika tepatnya Amrika serikat. Presiden Republik indonesia Ir.
Soekarno menyatakan perombakan kabinetnya yakni pada tanggal 21 Februari tetapi itu tak
ada perubahan yang membuat hati rakyat senang dikarenakan masih banyak anggota
kabinetnya berada dalam G30S/PKI, Kabinet baru tersebut atau dikenal dengan sebutan
Seratus Menteri.
Pada saat pelantikan Kabinet berbagai kalangan hadir seperti mahasiswa, pelajar,
dan pemuda mengisi jalan yang tujuan jalan tersebut menuju ke Istana Merdeka, Aksi
tersebut terjadi Pada tanggal 24 Februani 1966, Gerakan-Gerakan Berbagai kalangan ditahan
Pasukan yaitu Pasukan Cakrabirawa yang menyebabakan timbulanya bentrokan dari kedua
belah pihak yakni Pasukan Cakrabirawa dengan Demonstran, dalam peristiwa itu merenggut
nyawa seorang mahasiswa yang bernaung di Universitas Indonesia yakni Arief Rahman yang
gugur dalam bentrokan tersebut.

Perkembangan Kekuasaan Orde Baru


Proses Lahirnya Orde baru, Sejarah lahirnya orde baru (Surat perintah 11 Maret
1966 Supersemar Dengan Surat perintah 11 Maret 1966 (Supersemar) Soeharto mengatasi
keadaan yang serba tidak menentu dan keadaan ini sangat tak terkendali. Setelah peristiwa
G3OS/ PKI, negara Republik Indonesia dilanda instabilitas politik akibat tidak tegasnya
keputusan keputusan yang diambil dalam perstiwa itu oleh dalam Kepemimpinan Presiden
Soekarno dan terpecah belahnya berbagai partai politik menjadi sebuah kelompok-kelompok
yang saling bersiteru antara Pro terhadap presiden dan kontra terhadap kebijakan presiden
atau yang mendukung presiden dan yang menentang presiden, situasi ini semkian
membahayakan persatuan bangsa indonesia. Melihat situasi konflik antara pendukung Orde
Lama dengan Orde Baru semakin bertambah gawat DPR-GR berpendapat bahwa situasi
konflik harus segera diselesaikan secara konstisional. Pada tanggal 3 Februari 1967 DPR- GR
menyampaikan resolusi dan memorandum yang berisi anjuran kepada Ketua Presidium
Kabinet Ampera agar diselenggarakan Sidang Istimewa MPRS. Pada tanggal 20 Februari
1967, Presiden Soekarno menyerahkan kekuasaannya kepada Soeharto untuk menggantikan
dalam Pemerintahannya. Penyerahan kekuasaan dan Presiden Soekarno kepada Soeharto
dikukuhkan di dalam Sidang Istimewa MPRS. MPRS dalam Ketetapannya No.
XXXIIIIMPRS/1967 mencabut kekuasaan pemerintahan negara dan Presiden Soekarno dan
mengangkat Soeharto sebagai Pejabat Presiden Republik Indonesia. Dengan adanya
Ketetapan MPRS itu, situasi konflik yang merupakan sumber instabilitas politik telah
berakhir secara konstitusional Sekalipun situasi konflik itu dapat tanggulangi tetapi
kristalisasi orde baru belum selesai . Untuk menjadikan indonesia kembali normal dilakukan
berbagai cara yang baik dan wajar sehingga mampu mempercepat dan mendorong
pembangunan, hal ini yang pertama kali dilakukan dalam bidang politik untuk berlandaskan
Pancasila UUD 1945. Telah bergantinya kekuasaan atau kekuasaan dari Soekarno ke
Soeharto Sebagai pemegang kekuasaan dalam Pemerintahan indonesia itu maka muncullah
babak baru dalam sejarah orde baru. Pada hakikatnya , Orde Baru merupakan tatanan dalam
kehidupan rakyat indonesia ,bangsa dan negara yang diletakkan sebagai mana mestinya
dalam edeologi negara yaitu Pancasila dan kembali menyacu kepada UUD 1945 untuk
perbaikan-perbaikan terhadap penyelewengan-penyelewengan yang telah terjadi pada masa
lampau dan membangun kembali kekuatan bangsa indonesia dengan menumbuhkan kembali,
mempercepat pembangunan-pembangunan bangsa indonesia, serta mengembalikan bangsa
indonesia ke jalan yang lurus yang terselewengkan dengan tuntunan yang dikenal sebagai Tri
Tuntutan rakyat (Tritura). Tri Tuntutan Rakyat (Tritura). Pada hakikatnya tuntutan itu
mengungkapkan Keinginan keinginan rakyat yang mendalam untuk melaksanakan kehidupan
bernegara sesuai dengan aspirasi kehidupan dalam situasi yang kongkret.

Jawaban dan tuntutan itu terdapat dalam ketetapan sebagai berikut.


1. Pengukuhan tindakan Pengemban Surat Perintah Sebelas Maret yang membubarkan PKI
beserta organisasi massanya pada sidang MPRS dengan Ketetapan MPRS No. IV/MPRS/
1966 dan Ketetapan MPRS No. IX/MPRS/1966.
2. Pelarangan faham dan ajaran Komunisme / Marxisme-Lenimisme di Indonesia dengan Tap
MPRS No. XXV / MPRS /1966.
3. Pelurusan kembali tertib konstitusional berdasarkan Pancasila dan tertib hukum dengan
Tap MPRS No. XX!MPRS/1966
Usaha penataan kembali kehidupan politik ini dimulai pada awal tahun 1968 dengan
penyegaran DPR-GR. Penyegaran ini bertujuan untuk menumbuhkan hak-hak demokrasi dan
mencerminkan kekuatan kekuatan yang ada di dalam masyarakat. Komposisi anggota DPR
terdiri dan wakil-wakil partai politik dan golongan karya. Tahap selanjutnya adalah
penyederhanaan kehidupan kepartaian kehormatan dan kekaryaan dengan cara
Pengelompokkan partai-partai politik dan golongan karya. Usaha ini dimulai tahun 1970
dengan mengadakan serangkaian konsultasi dengan pimpinan Partai-partai politik.

Lahirlah tiga kelompok di DPR


1. Kelompok Demokrasi Pembangunan yang terdiri dan partai-partai PNI, Parkindo, Katolik
IPKI, serta Murba.
2. Kelompok Persatuan Pembangunan yang terdiri dan partai-partai NU, Partai Muslimin
Indonesia, Ps11 dan Perti.
3. Sedangkan kelompok organisasi profesi seperti organisasi buruh, organisasi
pemudaorganisasitani dan nelayan organisasi seniman dan lain-lain tergabung dalam
kelompok Golongan Karya.

Kebijakan Pemerintah Orde Baru


Setelah berhasil memulihkan kondisi politik bangsa Indonesia yang kini mengambil
langkah selanjutnya yang dilaksanakan dalam Pembangunan-Pembangunan diseluruh
kawasan Republik Indonesia yang atau dapat dikatakan berskala Nasional. Dalam
Pembangunan berskala Nasional yang diharuskan terealisasi pada zaman orde baru melalui
Pembangunan Dalam waktu yang lama atau panjang dan pembangunan yang singkat atau
dalam jangka pendek dirancang melalui Pembangunan Lima Tahun (Pelita). Setiap pelita
memiliki misi pembangunan dalam rangka mencapai tingkat kesejahteraan bangsa Indonesia.
Untuk memberikan arah dalam usaha mewujudkan tujuan nasional tersebut maka MPR telah
menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) sejak tahun 1973. Pada dasarnya
GBHN merupakan pola umum pembangunan nasional dengan rangkaian berbagai program.
GBHN direncanakan dalam pembangunan lima tahun (Repelita) yang berisi program-
program konkret yang akan dilaksanakan dalam kurun waktu lima tahun. Pelaksanaan
Repelita yang bertujuan untuk Pembangunan yang berskala nasional atau diseluruh wilayah
Republik indonesia yang dimulai sejak tahun 1969. Pembangunan tersebut tidak lepas dalam
Trilogi Pembangunan, berikut Trilogi pembangunan.

Trilogi Pembangunan
A.Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang menuju pada
B.terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
C. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.
D.Stabilitas Nasional yang sehat dan dinamis.

Selain itu dikumandangkan juga bahwa pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi sebagai
akibat pelaksanaan pembangunan tidak akan bermakna apabila tidak diiringi dalam
memeratakan pembangunan di indonesia, Oleh karna itu dicetuskanlah Pelita III yang isinya
sebagai berikut.

Pelita III dalam pemerintahan Orde baru terdiri atas Delapan Jalur Pemerataan yaitu:
a. Pemerataan pemenuhan kebutuhan utama rakyat yakni kebutuhan pangan, sandang dan
kebutuhan tempat tinggal atau perumahan
b. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan.
c. Pemerataan pembagian pendapatan.
d. Pemerataan kesempatan kerja.
e. Pemerataan kesempatan berusaha.
f. Pemerataan kesempatan berpartisipasi dibidang pembangunan terhadap generasi-generasi
bangsa yakni generasi muda dan generasi kaum wanita.
g. Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air.
h. Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan.

Peristiwa-Peristiwa Politik Penting Pada Masa Orde Baru


a. Mengakhiri Konfrontasi dengan Malaysia
Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, dibentuk Dwikora (Dwi Komando
Rakyat) dengan alasan untuk membantu perjuangan rakyat Kalimantan Utara. Dwikora
langsung berada di bawah komando Presiden Soekarno. Dwikora mempunyai tugas
membantu rakyat serta memerangi neokolonialisme dan neoimperialisme. Namun, gerakan
itu belum berhasil terlaksana, karena bangsa Indonesia dikejutkan dengan meletusnya
peristiwa G3OS/PKI. Peristiwa G3OS/PKI menyebabkan pusat perhatian pemerintah
Indonesia tertuju pada penyelesaian masalah dalam negeri.Ketika pemerintahan Indonesia
berada di tangan Jenderal Soeharto, zaman sejak itu dimulai masa pemerintahan Orde Baru.
Pada masa pemerintahan Soeharto sebagai Pejabat Presiden hubungan diplomatik dengan
Malaysia melalui kembali dijalin. Normalisasi hubungan IndonesiaMalaysia berhasil
dicapai guna dengan ditandatanganinya Jakarta tanggal 11 Agustus 1966. Hal ini dilanjutkan
dengan penempatan perwakilan pemerintahan di masing-masing negara.
b. Kembalinya menjadi anggota PBB
selama masa kekuasaan Presiden Soekarno, Indonesia menyatakan keluar dari
keanggotanan Perserikatan bangsa-bangsa akibat dari terpilihnya Malaysia sebagai calon kuat
Dewan Keamanan PBB padahal Malaysia merupakan negara boneka Inggris. Maka dengan
itu Indonesia mengancam akan keluar jika PBB tetap mencalonkan Malaysia menjadi
anggota dewan Keamanan. Setelah masa pemerintahan berada dibawah kendali pemerintahan
Soeharto, Indonesia menyatakan kembali menjadi anggota PBB dan melaksanakan tugas
serta kewajiban yang diberikan oleh PBB yaitu pada tanggal 28 september 1966.
c. Pendirian ASEAN
Negara Indonesia perlu menjalin hubungan kerja sama dengan negara lain secara
regional maupun global dengan melalu Organisasi ASEAN. Tujuan awalnya didirikan
ASEAN adalah untuk membendung paham komunis. Dan hubungan kerja sama yang dijalin
antar negara anggota ASEAN yang hampir merambah sektor ekonomi, politik, sosial dan
budaya.
d. Integrasi Timor Timur ke dalam wilayah Republik Indonesia
Wilayah timor timur merupakan koloni portugas sejak abad ke 16 namun demikian
jaraknya yang cukup jauh maka wilayah Timor Timur tidak diperhatikan oleh pemerintahan
portugis . dan pada tahun 1975 terjadi kekacauan dimana tidak jelasnya pemerintahan untuk
meredakan kekacauan yang terjadi di Tmor timur sebagaian masyakarat timor-timur
menginginkan bergabung dengan idneonsia dan para partai politik di Timor-timur oleh
karnanya itu Timor-timor secara resmi bergabung di republic indonesia pada bulan juli 1976
pada masa pemerintahan presiden soeharto Namun demikian ada juga partai politik yang
tidak setuju yaitu fretilin yang terus memperjuangkan hak-haknya. Dan ketika presiden
habibie menjabat sebagai presiden RI 1999, ia mreasa bahwa Timor-timur merupakan duri
dalam daging yang memberikan 2 pilihan yaitu bersatu atau berpisah. Denga digelarnya ajak
pendapat. Dan pada akhirnya Timor-timur resmi menjadi keluar dari negara kesatuan republic
Indonesia dan membentuk sendiri dengan nama Republik Demokrasi Timor Lorose atau
Timor timur.

G.Makna Alinea dalam Pembukaan UUD 1945


Dalam pembukaan UUD 1945 terdiri dari 4 alinea yang memiliki makna tertentu di
dalam setiap alinea tersebut. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa pembukaan UUD 1945
terdiri dari 4 alinea yaitu (alinea pertama)"bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak
segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena
tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan"

1. Makna Pembukaan UUD 1945 Pada Alinea Pertama (I)

Pada alinea pertama terkandung suatu dalil objektif, yatu penjajahan tidak sesuai
dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Dengan demikian, penjajahan harus
dihapus agar semua bangsa di dunia dapat mendapatkan hak kemerdekaannya sebagai
bentuk penerapan dan penegakan hak asasi manusia.

Selain itu juga terkandung pernyataan subjektif yaitu partisipasi bangsa Indonesia
untuk membebaskan diri dari penjajahan

2. Makna Pembukaan UUD 1945 Pada Alinea Kedua (II)


Dalam alinea kedua (II) juga mengandung adanya ketetapan dan penajaman penilaian yang
dengan menunjukkan bahwa

Perjuangan pergerakan di Indonesia telah sampai pada tingkat yang menentukan

Momentum yang kini telah dicapai harus dimanfaatkan dalam menyatakan


kemerdekaan

Kemerdekaan tersebut bukan merupakan tujuan akhir melainkan harus diisi dengan
mewujudkan negara Indonesia yang merdeka, bersatu, adil, dan makmur

3. Makna Pembukaan UUD 1945 Pada Alinea Ketiga (III)


Alinea ketiga menggambarkan adanya keinginan kehidupan yang berkesinambungan,
keseimbangan antara kehidupan yang spritual dan juga material serta keseimbangan antara
kehidupan dunia dan juga akhirat. Alinea tersebut memuat mengenai antara lain sebagai
berikut..

Motivasi spirtual yang luhur serta suatu pengukuhan dari proklamasi kemerdekaan

Ketawaan bangsa Indonesia terhadap Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rida-
Nyalah bangsa Indonesia yang berhasil dalam perjungan mencapai kemerdekaannya

4. Makna Pembukaan UUD 1945 Pada Alinea Keempat (IV)


Dalam alinea keempat menegaskan mengenai beberapa hal antara lain sebagai berikut...
a. Fungsi dan Tujuan negara Indonesia yaitu :

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia


memajukan kesejahteraan umum

mencerdasarkan kehidupan bangsa

ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian


abadi dan keadilan sosial.

b. Susunan dan bentuk negara, yaitu republik kesatuan


c. Sistem pemerintahan negara indonesia adalah berkedaulatan rakyat (demokrasi)
d. Dasar negara indonesia yaitu pancasila

H.Periodesasi Sistem Pemerintahan Indonesia


Berikut ini adalah Periodisasi Sistem Pemerintahan Indonesia :

1. Sistem Pemerintahan Periode 1945-1949

- Bentuk Negara : Kesatuan


- Bentuk Pemerintahan : Republik
- Sistem Pemerintahan : Presidensial
- Konstitusi : UUD 1945
- Lama periode : 18 Agustus 1945 27 Desember 1949
- Presiden dan Wapres : Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta (18 Agustus 1945 - 19 Desember
1948)
Syafruddin Prawiranegara (ketua PDRI) (19 Desember 1948 - 13 Juli 1949)
Pernyataan van Mook untuk tidak berunding dengan Soekarno adalah salah satu
faktor yang memicu perubahan sistem pemerintahan dari presidensiil menjadi parlementer.
Gelagat ini sudah terbaca oleh pihak Republik Indonesia, karena itu sehari sebelum
kedatangan Sekutu, tanggal 14 November 1945, Soekarno sebagai kepala pemerintahan
republik diganti oleh Sutan Sjahrir yang seorang sosialis dianggap sebagai figur yang tepat
untuk dijadikan ujung tombak diplomatik, bertepatan dengan naik daunnya partai sosialis di
Belanda. Setelah munculnya Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 November 1945,
terjadi pembagian kekuasaan dalam dua badan, yaitu kekuasaan legislatif dijalankan oleh
Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan kekuasaan-kekuasaan lainnya masih tetap
dipegang oleh presiden sampai tanggal 14 November 1945. Dengan keluarnya Maklumat
Pemerintah 14 November 1945, kekuasaan eksekutif yang semula dijalankan oleh presiden
beralih ke tangan menteri sebagai konsekuensi dari dibentuknya sistem pemerintahan
parlementer.

2. Sistem Pemerintahan Periode 1949-1950

- Bentuk Negara : Serikat (Federasi)


- Bentuk Pemerintahan : Republik
- Sistem Pemerintahan : Parlementer Semu (Quasi Parlementer)
- Konstitusi : Konstitusi RIS
- Lama periode : 27 Desember 1949 15 Agustus 1950
- Presiden dan Wapres :

1. Ir. Soekarno = presiden RIS (27 Desember 1949 - 15 Agustus 1950)


2. Assaat = pemangku sementara jabatan presiden RI (27 Desember 1949 - 15 Agustus
1950)

Pada tanggal 23 Agustus sampai dengan 2 september 1949 dikota Den Hagg
(Netherland) diadakan konferensi Meja Bundar (KMB). Delegasi RI dipimpin oleh Drs. Moh.
Hatta, Delegasi BFO (Bijeenkomst voor Federale Overleg) dipimpin oleh Sultan Hamid
Alkadrie dan delegasi Belanda dipimpin olah Van Harseveen. Adapun tujuan diadakannya
KMB tersebut itu ialah untuk meyelesaikan persengketaan Indonesia dan Belanda selekas-
lekasnya dengan cara yang adil dan pengakuan kedaulatan yang nyata, penuh dan tanpa
syarat kepada Republik Indonesia Serikat (RIS). Salah satu keputusan pokok KMB ialah
bahwa kerajaan Balanda mengakui kedaulatan Indonesia sepenuhnya tanpa syarat dam tidak
dapat dicabut kembali kepada RIS selambat-lambatnya pada tanggal 30 Desember 1949.
Demikianlah pada tanggal 27 Desember 1949 Ratu Juliana menandatangani Piagam
Pengakuan Kedaulatan RIS di Amesterdam. Bila kita tinjau isinya konstitusi itu jauh
menyimpang dari cita-cita Indonesia yang berideologi pancasila dan ber UUD 1945 karena :

1. Konstitusi RIS menentukan bentuk negara serikat (federalisme) yang terbagi dalam 16
negara bagian, yaitu 7 negara bagian dan 9 buah satuan kenegaraan (pasal 1 dan 2
Konstitusi RIS).

2. Konstitusi RIS menentukan suatu bentuk negara yang leberalistis atau pemerintahan
berdasarkan demokrasi parlementer, dimana menteri-menterinya bertanggung jawab
atas seluruh kebijaksanaan pemerintah kepada parlemen (pasal 118, ayat 2 Konstitusi
RIS)

3. Mukadimah Konstitusi RIS telah menghapuskan sama sekali jiwa atau semangat
pembukaan UUD proklamasi sebagai penjelasan resmi proklamasi kemerdekaan
negara Indonesia (Pembukaan UUD 1945 merupakan Decleration of independence
bangsa Indonesia, kata tap MPR no. XX/MPRS/1996). Termasuk pula dalam
pemyimpangan mukadimah ini adalah perubahan kata- kata dari kelima sila pancasila.
Inilah yang kemudian yang membuka jalan bagi penafsiran pancasila secara bebas
dan sesuka hati hingga menjadi sumber segala penyelewengan didalam sejarah
ketatanegaraan Indonesia.

3. Sistem Pemerintahan Periode 1950-1959


- Bentuk Negara : Kesatuan
- Bentuk Pemerintahan : Republik
- Sistem Pemerintahan : Parlementer
- Konstitusi : UUDS 1950
- Lama periode : 15 Agustus 1950 5 Juli 1959
- Presiden dan Wapres : Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta

UUDS 1950 adalah konstitusi yang berlaku di negara Republik Indonesia sejak 17
Agustus 1950 hingga dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 . UUDS 1950 ditetapkan
berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1950 tentang Perubahan Konstitusi Sementara
Republik Indonesia Serikat menjadi Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia,
dalam Sidang Pertama Babak ke-3 Rapat ke-71 DPR RIS tanggal 14 Agustus 1950 di Jakarta.
Konstitusi ini dinamakan "sementara", karena hanya bersifat sementara, menunggu
terpilihnya Konstituante hasil pemilihan umum yang akan menyusun konstitusi baru.
Pemilihan Umum 1955 berhasil memilih Konstituante secara demokratis, namun
Konstituante gagal membentuk konstitusi baru hingga berlarut-larut. Dekrit Presiden 1959
dilatarbelakangi oleh kegagalan Badan Konstituante untuk menetapkan UUD baru sebagai
pengganti UUDS 1950. Anggota konstituante mulai bersidang pada 10 November 1956.
Namun pada kenyataannya sampai tahun 1958 belum berhasil merumuskan UUD yang
diharapkan. Sementara, di kalangan masyarakat pendapat-pendapat untuk kembali kepada
UUD '45 semakin kuat. Dalam menanggapi hal itu, Presiden Soekarno lantas menyampaikan
amanat di depan sidang Konstituante pada 22 April 1959 yang isinya menganjurkan untuk
kembali ke UUD '45. Pada 30 Mei 1959 Konstituante melaksanakan pemungutan suara.
Hasilnya 269 suara menyetujui UUD 1945 dan 199 suara tidak setuju. Meskipun yang
menyatakan setuju lebih banyak tetapi pemungutan suara ini harus diulang, karena jumlah
suara tidak memenuhi kuorum. Pemungutan suara kembali dilakukan pada tanggal 1 dan 2
Juni 1959. Dari pemungutan suara ini Konstituante juga gagal mencapai kuorum. Untuk
meredam kemacetan, Konstituante memutuskan reses yang ternyata merupkan akhir dari
upaya penyusunan UUD. Pada 5 Juli 1959 pukul 17. 00, Presiden Soekarno mengeluarkan
dekrit yang diumumkan dalam upacara resmi di Istana Merdeka. Isi dekrit presiden 5 Juli
1959.

4. Sistem Pemerintahan Periode 1959-1966 (Demokrasi Terpimpin)


- Bentuk Negara : Kesatuan
- Bentuk Pemerintahan : Republik
- Sistem Pemerintahan : Presidensial
- Konstitusi : UUD 1945
- Lama periode : 5 Juli 1959 22 Februari 1966
- Presiden dan Wapres : Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta

Pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden. Latar belakang
dikeluarkannya dekrit ini adalah:

1. Kehidupan politik yang lebih sering dikarenakan sering jatuh bangunnya kabinet dan
persaingan partai politik yang semakin menajam.

2. Kegagalan konstituante dalam menyusun Undang-undang dasar

3. Terjadinya gangguan keamanan berupa pemberontakan bersenjata di daerah-daerah

Berikut Isi Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959:

1. Tidak berlakunya UUDS 1950 dan berlakunya kembali UUD 1945.

2. Pembubaran Badan Konstitusional

3. Membentuk DPR sementara dan DPA sementara

Pelaksanaan Demokrasi Terpimpin

1. Bentuk pemerintahan Presidensial Ir. Soekamo sebagai Presiden dan Perdana menteri
dengan kabinetnya dinamakan Kabinet Kerja.
2. Pembentukkan MPR sementara dengan penetapan Presiden No. 2 tahun 1959.
Keanggotaan MPRS terdiri dari 583 anggota DPR ditambah dengan utusan-utusan
daerah dan 200 wakil-wakil golongan.

3. Pembentukkan DPR sementara berdasarkan penetapan Presiden No. 3 tahun 1959


yang diketuai oleh Prcsiden dengan 45 orang anggotanya.

4. Pembentukkan Front Nasional melalui penetapan Prcsiden No. 13 tahun 1959.


tertanggal 31 Desember 1959. Tujuan Front Nasional adalah: a. Menyelesaikan
Revolusi Nasional b. Melaksanakan pembangunan semesta nasional c.
Mengembalikan Irian Barat dalam wilayah RI. Front Nasional banyak dimanfaatkan
oleh PKI dan simpatisannya sebagai alat untuk mencapai tujuan politiknya.

5. Pembentukkan DPRGR Presiden Soekarno pada 5 Maret 1959 melalui penetapan


Presiden No. 3 tahun 1959 membubarkan DPR hasil Pemilu sebagai gantinya melalui
penetapan Presiden No. 4 tahun I960 Presiden membentuk DPRGR yang
keanggotaannya ditunjuk oleh Soekarno.

6. Manipol USDEK Manifesto politik Republik Indonesia (Manipol) adalah isi pidato
Presiden Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1959. Atas usul DPA Manipol dijadikan
GBHN dengan Ketetapan MPRS No. 1 MPRS/I960, Menurut Presiden Soekano
intisari dari Manipol ada lima yaitu : UUD 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi
Terpimpin, Ekonomi Terpimpin dan Kepribadian Indonesia. Disingkat menjadi
USADEK. Berkembang pula ajaran Presiden Soekano yang dikenal dengan
NASAKOM (Nasionalisme, Agama dan Komunis).

7. Berdasarkan Keputusan Presiden No. 200 dan 201 tahun 1960 Presiden membubarkan
Partai Masyumi dan PSI dengan alasan para pemimpin partai tersebut mendukung
pemberontakan PRRI/Permesta.

Keadaan Ekonomi Mengalami Krisis, terjadi kegagalan produksi hampir di semua sektor.
Pada tahun 1965 inflasi mencapai 65 %, kenaikan harga-harga antara 200-300 %. Hal ini
disebabkan oleh

1. penanganan dan penyelesaian masalah ekonomi yang tidak rasional, lebih bersifat
politis dan tidak terkontro.

2. adanya proyek merealisasikan dan kontroversi.

Pada masa demokrasi terpimpin ini, terdapat berbagai penyimpangan UUD 1945,
diantaranya:

1. Presiden mengangkat Ketua dan Wakil Ketua MPR/DPR dan MA serta Wakil Ketua
DPA menjadi Menteri Negara

2. MPRS menetapkan Soekarno sebagai presiden seumur hidup

3. Pemberontakan Partai Komunis Indonesia melalui Gerakan 30 September Partai


Komunis Indonesia
5. Sistem Pemerintahan Periode 1966-1998 (Orde Baru)
- Bentuk Negara : Kesatuan
- Bentuk Pemerintahan : Republik
- Sistem Pemerintahan : Presidensial
- Konstitusi : UUD 1945
- Lama periode : 22 Februari 1966 21 Mei 1998
- Presiden dan Wapres :

1. Soeharto (22 Februari 1966 27 Maret 1968)

2. Soeharto (27 Maret 1968 24 Maret 1973)

3. Soeharto dan Adam Malik (24 Maret 1973 23 Maret 1978)

4. Soeharto dan Hamengkubuwono IX (23 Maret 1978 11 Maret 1983)

5. Soeharto dan Try Sutrisno (11 Maret 1983 11 Maret 1988)

6. Soeharto dan Umar Wirahadikusumah (11 Maret 1988 11 Maret 1993)

7. Soeharto dan Soedharmono (11 Maret 1993 10 Maret 1998)

8. Soeharto dan BJ Habiebie (10 Maret 1998 21 Mei 1998)

Pada masa Orde Baru (1966-1998), Pemerintah menyatakan akan menjalankan UUD
1945 dan Pancasila secara murni dan konsekuen. Namun pelaksanaannya ternyata
menyimpang dari Pancasila dan UUD 1945 yang murni, terutama pelanggaran pasal 23
(hutang Konglomerat/private debt dijadikan beban rakyat Indonesia/public debt) dan 33 UUD
1945 yang memberi kekuasaan pada fihak swasta untuk menghancur hutan dan sumberalam
kita. Pada masa Orde Baru, UUD 1945 juga menjadi konstitusi yang sangat "sakral", diantara
melalui sejumlah peraturan:

1. Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983 yang menyatakan bahwa MPR berketetapan


untuk mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak akan melakukan perubahan
terhadapnya

2. Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum yang antara lain


menyatakan bahwa bila MPR berkehendak mengubah UUD 1945, terlebih dahulu
harus minta pendapat rakyat melalui referendum.

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Referendum, yang merupakan


pelaksanaan TAP MPR Nomor IV/MPR/1983.

6. Sistem Pemerintahan Periode 1998 sekarang


- Bentuk Negara : Kesatuan
- Bentuk Pemerintahan : Republik
- Sistem Pemerintahan : Presidensial
- Konstitusi : UUD 1945
- Lama periode : 21 Mei 1998 sekarang
- Presiden dan Wapres :
1. B. J Habiebie (21 Mei 1998 20 Oktober 1999)

2. Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarnoputri (20 Oktober 1999 23 Juli 2001)

3. Megawati Soekarnoputri dan Hamzah Haz (23 Juli 2001 20 Oktober 2004)

4. Susilo Bambang Yudhoyono dan Muhammad Jusuf Kalla (20 Oktober 2004 20
Oktober 2009)

5. Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono (20 Oktober 2009 2014)

6. Joko Widodo dan Muhammad Jusuf Kalla (20 Oktober 2014 20 Oktober 2019)

Salah satu tuntutan Reformasi 1998 adalah dilakukannya perubahan (amandemen)


terhadapUUD 1945. Latar belakang tuntutan perubahan UUD 1945 antara lain karena pada
masa Orde Baru, kekuasaan tertinggi di tangan MPR (dan pada kenyataannya bukan di
tangan rakyat), kekuasaan yang sangat besar pada Presiden, adanya pasal-pasal yang terlalu
luwes (sehingga dapat menimbulkan multitafsir), serta kenyataan rumusan UUD 1945
tentangsemangat penyelenggara negara yang belum cukup didukung ketentuan konstitusi.
Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar seperti
tatanannegara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara demokrasi
dannegara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan perkembangan aspirasi dan
kebutuhanbangsa. Perubahan UUD 1945 dengan kesepakatan diantaranya tidak mengubah
PembukaanUUD 1945, tetap mempertahankan susunan kenegaraan (staat structuur) kesatuan
atau selanjutnya lebih dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta
mempertegas sistem pemerintahan presidensial.
I.Lembaga Negara
Sebagai negara demokrasi, pemerintahan Indonesia menerapkan teori trias
politika. Trias politika adalah pembagian kekuasaan pemerintahan menjadi tiga bidang yang
memiliki kedudukan sejajar. Ketiga bidang tersebut yaitu :

1. Legislatif bertugas membuat undang undang. Bidang legislatif


adalah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

2. Eksekutif bertugas menerapkan atau melaksanakan undang-undang. Bidang eksekutif


adalah presiden dan wakil presiden beserta menteri-menteri yang membantunya.

3. Yudikatif bertugas mempertahankan pelaksanaan undang-undang. Adapun unsur


yudikatif terdiri atas Mahkamah Agung(MA) dan Mahkamah Konstitusi (MK).

Lembaga-lembaga negara Indonesia diposisikan sesuai dengan ketiga unsur di depan.


Selain lembaga tersebut masih ada lembaga yang lain. Lembaga tersebut antara lain Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR), Komisi Yudisial (KY), dan Mahkamah Konstitusi (MK).
Lembaga-lembaga negara seperti Komisi Yudisial (KY) dan Mahkamah Konstitusi
merupakan lembaga baru. Selain itu amandemen UUD 1945 juga menghapuskan Dewan
Pertimbangan Agung (DPA). Sebagai penggantinya, Presiden membentuk suatu dewan
pertimbangan yang bertugas memberi nasihat dan pertimbangan pada Presiden. Berikut
adalah nama lembaga-lembaga negara hasil amandemen UUD'45, fungsi, tugas dan
wewenangnya.
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Anggota MPR terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD yang dipilih melalui
pemilihan umum untuk masa jabatan selama lima tahun dan berakhir bersamaan pada saat
anggota MPR yang baru mengucapkan sumpah/janji yang dipandu oleh Ketua Mahkamah
Agung dalam sidang paripurna MPR. Sebelum UUD 1945 diamandemen, MPR
berkedudukan sebagai lembaga tertinggi negara. Namun, setelah UUD 1945 istilah lembaga
tertinggi negara tidak ada yang ada hanya lembaga negara. Dengan demikian, sesuai dengan
UUD 1945 yang telah diamandemen maka MPR termasuk lembaga negara. Sesuai dengan
Pasal 3 Ayat 1 UUD 1945 MPR amandemen mempunyai tugas dan wewenang sebagai
berikut :

1. mengubah dan menetapkan undang-undang dasar;

2. melantik presiden dan wakil presiden;

3. memberhentikan presiden dan wakil presiden dalam masa jabatannya menurut


undang-undang dasar.

MPR bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibu kota negara. Dalam menjalankan
tugas dan wewenangnya, anggota MPR mempunyai hak berikut ini:

1. mengajukan usul perubahan pasal-pasal undang-undang dasar;

2. menentukan sikap dan pilihan dalam pengambilan keputusan;

3. memilih dan dipilih;

4. membela diri;

5. imunitas;

6. protokoler;

7. keuangan dan administratif.

Anggota MPR mempunyai kewajiban sebagai berikut:


a. mengamalkan Pancasila;
b. melaksanakan UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan;
c. menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan kerukunan nasional;
d. mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan;
e. melaksanakan peranan sebagi wakil rakyat dan wakil daerah.
2. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
DPR merupakan lembaga perwakilan rakyat yang berkedudukan sebagai lembaga
negara. Anggota DPR berasal dari anggota partai politik peserta pemilu yang dipilih
berdasarkan hasil pemilu. DPR berkedudukan di tingkat pusat, sedangkan yang berada di
tingkat provinsi disebut DPRD provinsi dan yang berada di kabupaten/kota disebut DPRD
kabupaten/kota.
Berdasarkan UU Pemilu N0. 10 Tahun 2008 ditetapkan sebagai berikut:
a. jumlah anggota DPR sebanyak 560 orang;
b. jumlah anggota DPRD provinsi sekurang-kurangnya 35 orang dan sebanyak- banyak 100
orang;
c. jumlah anggota DPRD kabupaten/kota sedikitnya 20 orang dan sebanyak- banyaknya 50
orang.
Keanggotaan DPR diresmikan dengan keputusan presiden. Anggota DPR berdomisili
di ibu kota negara. Masa jabatan anggota DPR adalah lima tahun dan berakhir pada saat
anggota DPR yang baru mengucapkan sumpah/janji yang dipandu oleh Ketua Mahkamah
Agung dalam sidang paripurna DPR.
Lembaga negara DPR mempunyai fungsi berikut ini :

1. Fungsi legislasi, artinya DPR berfungsi sebagai lembaga pembuat undang-undang.

2. Fungsi anggaran, artinya DPR berfungsi sebagai lembaga yang berhak untuk
menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

3. Fungsi pengawasan, artinya DPR sebagai lembaga yang melakukan pengawasan


terhadap pemerintahan yang menjalankan undang-undang.

DPR sebagai lembaga negara mempunyai hak-hak, antara lain sebagai berikut.

1. Hak interpelasi adalah hak DPR untuk meminta keterangan kepada pemerintah
mengenai kebijakan pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas bagi
kehidupan masyarakat.

2. Hak angket adalah hak DPR untuk melakukan penyelidikan terhadap suatu kebijakan
tertentu pemerintah yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

3. Hak menyatakan pendapat adalah hak DR untuk menyatakan pendapat terhadap


kebijakan pemerintah mengenai kejadian yang luar biasa yang terdapat di dalam
negeri disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya atau sebagai tindak lanjut
pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket. Untuk memudahkan tugas anggota DPR
maka dibentuk komisi-komisi yang bekerja sama dengan pemerintah sebagai mitra
kerja.

3. Dewan Perwakilan Daerah


Dewan Perwakilan Daerah (DPD) merupakan lembaga negara baru yang sebelumnya
tidak ada. DPD merupakan lembaga perwakilan daerah yang berkedudukan sebagai lembaga
negara. DPD terdiri atas wakil-wakil dari provinsi yang dipilih melalui pemilihan
umum. Jumlah anggota DPD dari setiap provinsi tidak sama, tetapi ditetapkan sebanyak-
banyaknya empat orang. Jumlah seluruh anggota DPD tidak lebih dari 1/3 jumlah anggota
DPR. Keanggotaan DPD diresmikan dengan keputusan presiden. Anggota DPD berdomisili
di daerah pemilihannya, tetapi selama bersidang bertempat tinggal di ibu kota Republik
Indonesia. Masa jabatan anggota DPD adalah lima tahun. Sesuai dengan Pasal 22 D UUD
1945 maka kewenangan DPD, antara lain sebagai berikut.
a. Dapat mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR yang berkaitan dengan otonomi
daerah, hubungan pusat dengan daerah, pembentukan dan pemekaran, serta penggabungan
daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, perimbangan
keuangan pusat dan daerah.
b. Ikut merancang undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat
dengan daerah, pembentukan dan pemekaran, serta penggabungan daerah, pengelolaan
sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, perimbangan keuangan pusat dan
daerah.
c. Dapat memberi pertimbangan kepada DPR yang berkaitan dengan rancangan undang-
undang, RAPBN, pajak, pendidikan, dan agama.

d. Dapat melakukan pengawasan yang berkaitan dengan pelaksanaan undang-undang


otonomi daerah, hubungan pusat dengan daerah, pembentukan dan pemekaran serta
penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya,
perimbangan keuangan pusat dengan daerah, pajak, pendidikan, dan agama.
4. Presiden dan Wakil Presiden
Presiden adalah lembaga negara yang memegang kekuasaan eksekutif yaitu presiden
mempunyai kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan. Presiden mempunyai kedudukan
sebagai kepala pemerintahan dan sekaligus sebagai kepala negara. Sebelum adanya
amandemen UUD 1945, presiden dan wakil presiden dipilih oleh MPR, tetapi setelah
amandemen UUD1945 presiden dan wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat
melalui pemilihan umum. Presiden dan wakil presiden memegang jabatan selama lima tahun
dan sesudahnya dapat dipilih kembali hanya untuk satu kali masa jabatan. Presiden dan wakil
presiden sebelum menjalankan tugasnya bersumpah atau mengucapkan janji dan dilantik oleh
ketua MPR dalam sidang MPR. Setelah dilantik, presiden dan wakil presiden menjalankan
pemerintahan sesuai dengan program yang telah ditetapkan sendiri. Dalam menjalankan
pemerintahan, presiden dan wakil presiden tidak boleh bertentangan dengan UUD 1945.
Presiden dan wakil presiden menjalankan pemerintahan sesuai dengan tujuan negara yang
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.
Sebagai seorang kepala negara, menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, Presiden mempunyai wewenang sebagai berikut:

1. membuat perjanjian dengan negara lain dengan persetujuan Dewan


Perwakilan Rakyat.

2. mengangkat duta dan konsul. Duta adalah perwakilan negara Indonesia di


negara sahabat. Duta bertugas di kedutaan besar yang ditempatkan di ibu kota
negara sahabat itu. Sedangkan konsul adalah lembaga yang mewakili negara
Indonesia di kota tertentu di bawah kedutaan besar kita.

3. menerima duta dari negara lain

4. memberi gelar, tanda jasa dan tanda kehormatan lainnya kepada warga
negara Indonesia atau warga negara asing yang telah berjasa mengharumkan nama
baik Indonesia.
Sebagai seorang kepala pemerintahan, presiden mempunyai kekuasaan tertinggi
untukmenyelenggarakan pemerintahan negara Indonesia. Wewenang, hak dan
kewajiban Presiden sebagai kepala pemerintahan, diantaranya:

1. memegang kekuasaan pemerintah menurut Undang-Undang Dasar

2. berhak mengajukan Rancangan Undang-Undang (RUU) kepada DPR

3. menetapkan peraturan pemerintah


4. memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala Undang- Undang
dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa

5. memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan


Mahkamah Agung. Grasi adalah pengampunan yang diberikan oleh kepala negara
kepada orang yang dijatuhi hukuman. Sedangkan rehabilitasi adalah pemulihan
nama baik atau kehormatan seseorang yang telah dituduh secara tidak sah atau
dilanggar kehormatannya.

6. memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR.


Amnesti adalah pengampunan atau pengurangan hukuman yang diberikan oleh
negara kepada tahanan-tahanan, terutama tahanan politik. Sedangkan abolisi
adalah pembatalan tuntutan pidana.
Selain sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, seorang presiden juga merupakan
panglima tertinggi angkatan perang. Dalam kedudukannya seperti ini, presiden mempunyai
wewenang sebagai berikut:

1. menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain dengan
persetujuan DPR

2. membuat perjanjian internasional lainnya dengan persetujuan DPR

3. menyatakan keadaan bahaya


5. Mahkamah Agung
Mahkamah Agung merupakan lembaga negara yang memegang kekuasaan kehakiman.
Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Mahkamah Agung adalah pengadilan
tertinggi di negara kita. Perlu diketahui bahwa peradilan di Indonesia dapat dibedakan
peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer, dan peradilan tata usaha negara (PTUN).
Kewajiban dan wewenang Mahkamah Agung, antara lain sebagai berikut:

1. berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundangundangan di


bawah undang-undang terhadap undang-undang, dan mempunyai wewenang lainnya
yang diberikan oleh undang-undang;

2. mengajukan tiga orang anggota hakim konstitusi;

3. memberikan pertimbangan dalam hal presiden memberi grasi dan rehabilitasi.

6. Mahkamah Konstitusi
Keberadaan Mahkamah Konstitusi diatur dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 24 tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi. Mahkamah Konstitusi berwenang
mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yangputusannya bersifat final untuk:
Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa
Presiden dan/atau Wakil Presiden diduga:
7. Komisi Yudisial
Komisi Yudisial adalah lembaga negara yang mempunyai wewenang berikut ini:

1. mengusulkan pengangkatan hakim agung;


2. menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.

Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai pengetahuan dan pengalaman di bidang


hukum serta memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela. Anggota Komisi Yudisial
diangkat dan diberhentikan oleh presiden dengan persetujuan DPR. Anggota Komisi Yudisial
terdiri atas seorang ketua merangkap anggota, seorang wakil ketua merangkap anggota, dan
tujuh orang anggota. Masa jabatan anggota Komisi Yudisial lima tahun.
8. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
Kedudukan BPK sejajar dengan lembaga negara lainnya. Untuk memeriksa pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara diadakan satu Badan Pemeriksan Keuangan yang bebas
dan mandiri. Jadi, tugas BPK adalah memeriksa pengelolaan keuangan negara.
Hasil pemeriksaan BPK diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD sesuai dengan
kewenangannya. Berdasarkan UUD 1945 Pasal 23 F maka anggota BPK dipilih oleh DPR
dengan memperhatikan pertimbangan DPD dan diresmikan oleh presiden. BPK
berkedudukan di ibu kota negara dan memiliki perwakilan di setiap provinsi.

Anda mungkin juga menyukai