Semester Gasal
(Periode Juli s.d Desember 2019)
Nama :
Kelas : XI TKR 1
Mata Pelajaran : PKN
● Orde Baru
Orde Baru adalah suatu orde yang memiliki sikap dan tekad untuk
mengabdi pada kepentingan rakyat dan nasional dengan dilandasi oleh
semangat dan jiwa Pancasila serta UUD 1945.
● Masa Reformasi
Reformasi arti perubahan sistem pada massa. Di Indonesia, reformasi
berujuk pada gerakan menjatuhkan Presiden Soeharto di tahun 1998
pada masa Orde Baru. Pelaksanaan masa reformasi dimulainya dengan
pemindahan kekuasaan dari Presiden Soeharto kepada Presiden BJ
Habibie pada 21 Mei 1998. Pada masa reformasi, Indonesia
menggunakan Demokrasi Pancasila.
B. Jelaskan kelebihan dan kekurangan pelaksanaan demokrasi orde
lama,orde baru,orde reformasi:
→● Orde lama adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden
Soekarno di Indonesia. Pada saat orde lama, terjadi demokrasi liberal
lalu berganti menjadi demokrasi terpimpin yang condong ke sosialis.
Ciri-ciri demokrasi pada Orde Lama:
1. Presiden dan wakil presiden tidak dapat diganggu gugat, jadi
perannya dominan.
2. Menteri bertanggung jawab atas kebijakan pemerintahan.
3. Presiden berhak membubarkan DPR.
4. Perdana Menteri diangkat oleh Presiden.
5. Terbatasnya partai politik
6. Berkembangnya pengaruh komunis
7. Meluasnya peran ABRI sebagai unsur sosial politik.
● Orde baru merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk
memisahkan antara kekuasaan masa Sukarno dengan masa Suharto.
Ciri-ciri demokrasi pada Orde baru:
1. Pemusatan kekuasaan di tangan presiden.
2. Pembatasan hak-hak politik rakyat dengan penggunaan intimidasi
bagi lawan politik yang merupakan tindakan pelanggaran HAM
3. Pemilu yang tidak demokratis dan kurang bersih karena adanya upaya
intervensi dari pihak yang berkuasa
4. Pembentukan lembaga ektrakonstitusional dan penafsiran tunggal
konstitusi oleh penguasa.
5. Maraknya Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN)
6. Hak kebebasan berpendapat dan berorganisasi dibatasi dan juga
dikekang.
Kepala Biro Humas KPK, Febri Diansyah mengungkapkan, dari 43 orang yang
telah berhasil ditangani kasusnya, 15 orang di antaranya adalah hakim, 11 orang
advokat, tujuh orang panitera, tujuh jaksa, dan tiga orang lainnya berlatar
belakang polisi.
"Dari polisi tiga ini sebenernya salah satu adalah mantan penyidik KPK juga,
Suparman, jadi kami sendiri yang menangani saat itu dari temuan di
pengawasan internal," ujar Febri di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, kemarin
(24/1/). Modus yang dilakukan pun beragam. Sebanyak 36 orang tertangkap
karena modus penyuapan, dua orang dengan modus pemerasan, dua orang
lainnya karena pengadaan barang dan jasa, sisanya karena pencucian uang.
Secara lebih rinci, Febri mengatakan, sebagian besar hakim yang sudah
diproses adalah hakim yang mendapatkan tugas di pengadilan tindak pidana
korupsi. Salah satunya kasus yang menjerat mantan Ketua Mahkamah Konstitusi
(MK), Akil Mochtar.
"Jadi, ada enam hakim tipikor. Kemudian empat hakim di Tata Usaha Negara, di
Mahkamah Konstitusi ada satu, waktu itu Ketua MK, Akil Mochtar, di Pengadilan
Hubungan Industrial (PHI) satu, dan di Peradilan Umum ada sekitar empat
orang," kata Febri.
Pada kesempatan yang sama, Todung Mulya Lubis, Ketua Ikatan Advokat
Indonesia (Ikadin), mengungkapkan hal yang serupa. Apabila ingin mengubah
dan mentransformasikan lembaga penegakkan hukum, terutama peradilan, kata
Todung, peran dari Komisi Yudisial seharusnya dioptimalkan.
Todung juga berharap Mahkamah Agung dalam beberapa kasus strategis dapat
membuat sidang terbuka agar tidak hanya memeriksa berkas. Hal itu diperlukan
untuk menjamin akuntabilitas dan sebagai bentuk tanggung jawab serta
transparantasi.