Anda di halaman 1dari 10

BAB IV

DEMOKRASI INDONESIA

A. Demokrasi dan Implementasinya

Pembahasan tentang peranan Negara dan masyarakat tidak dapat dilepaskan dari
telaah tentang demokrasi dan hal ini karena dua alasan. Pertama, hamper semua
Negara di dunia ini telah menjadikan demokrasi sebagai asasnya yang fundamental
sebagai telah ditunjukkan oleh hasil studi UNESCO pada awal 1950-an yang
mengumpulkan lebih dari 100 sarjana barat dan timur, sementara di Negara-negara
demokrasi itu pemberian peranan kepada Negara dan masyarakat hidup dalam porsi
yang berbeda-beda (kendati sama-sama Negara demokrasi). Kedua, demokrasi
sebagai asas kenegaraan secara esensial telah memberikan arah bagi peranan
masyarakat untuk menyelenggarakan Negara sebagai organisasi tertingginya tetapi
ternyata demokrasi itu berjalan dalam jalur yang berbeda-beda (Rais, 1995:1).

Dalam hubungannya dengan implementasi ke dalam system pemerintahan,


demokrasi juga melahirkan sistem yang bermacam-macam seperti: pertama, sistem
presidensial yang menyejajarkan antara parlemen dan presiden dengan memberi dua
kedudukan kepada presiden yakni sebagai kepala Negara dan kepala pemerintahan.
Kedua, sistem parlementer yang meletakkan pemerintah dipimpin oleh perdana mentri
yang hanya berkedudukan sebagai kepala pemerintahan dan bukan kepala Negara,
sebab kepala negaranya bisa diduduki oleh raja atau presiden yang hanya menjadi
symbol kedaulatan dan persatuan dan; Ketiga, system referendum yang meletakkan
pemerintah sebagai bagian (badan pekerja) dari parlemen. Di beberapa Negara ada
yang menggunakan system campuran antara presidensial dengan perlementer, yang
antara lain dapat dilihat dari system ketatanegaraan di Perancis atau di Indonesia
berdasar UUD 1945.

Dengan alasan tersebut menjadi jelas bahwa asas demokrasi yang hampir
sepenuhnya disepakati sebagai model terbaik bagi dasar penyelenggaraan Negara
ternyata memberikan implikasi yang berbeda di antara pemakai-pemakaiannya bagi
peranan Negara.

 
B. Arti dan Perkembangan Demokrasi

Secara etimologis istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani, “demos” berarti
rakyat dan “kratos/kratein” berarti kekuasaan. Konsep dasar demokrasi berarti “rakyat
berkuasa” (government of rule by the people). Ada pula definisi singkat untuk istilah
demokrasi yang diartikan sebagai pemerintahan atau kekuasaan dari rakyat oleh rakyat
dan untuk rakyat. Demokrasi mempunyai arti yang penting bagi masyarakat yang
menggunakannya, sebab dengan demokrasi hak masyarakat untuk menentukan sendiri
jalannya organisasi Negara dijamin. Demokrasi sebagai dasar hidup bernegara
memberi pengertian bahwa pada tingkat terakhir rakyat memberikan ketentuan dalam
masalah-masalah pokok mengenai kehidupannya, termasuk dalam menilai
kebijaksanaan Negara, karena kebijaksanaan tersebut menentukan kehidupan rakyat
(Noer, 1983: 207). Jadi, Negara demokrasi adalah Negara yang diselenggarakan
berdasarkan kehendak dan kemauan rakyat, atau jika ditinjau dari sudut organisasi, ia
berarti suatu pengorganisasian Negara yang dilakukan oleh rakyat sendiri atau asas
persetujuan rakyat karena kedaulatan berada ditangan rakyat.

Dalam hubungan ini menurut Henry B.Mayo bahwa system politik demokrasi adalah
system yang menunjukkan bahwa kebijaksanaan umum ditentukan atas dasar
mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-
pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan
dalam suasana terjaminnya kebebasan politik (Mayo, 1960:70). Meskipun dari berbagai
pengertian itu terlihat bahwa rakyat diletakkan pada posisi sentral “rakyat berkuasa”
(government or role by the people) tetapi dalam praktiknya oleh Unesco disimpulkan
bahwa ide demokrasi itu dianggap ambiguous atau mempunyai arti ganda, sekurang-
kurangnya ada ambiguity atau ketaktentuan mengenai lembaga-lembaga atau cara-
cara yang dipakai untuk melaksanakan ide, atau mengenai keadaan kultural serta
historis yang mempengaruhi istilah ide dan praktik demokrasi (Budiardjo, 1982:50).

Konsep demokrasi semula lahir dari pemikiran mengenai hubungan Negara dan
hukum di Yunani Kuno dan dipraktikkan dalam hidup bernegara antara abad ke 4
sebelum masehi sampai abad 6 masehi. Pada waktu itu, dilihat dari pelaksanaannya,
demokrasi yang dipraktekkan bersifat langsung (direct democracy), artinya hak rakyat
untuk membuat keputusan-keputusan politik dijalankan secara langsung oleh seluruh
warga Negara yang bertindak berdasarkan prosedur mayoritas, sifat langsung ini dapat
dilaksanakan secara efektif karena Negara kota (city state) Yunani Kuno berlangsung
dalam kondisi sederhana dengan wilayah Negara yang hanya terbatas pada sebuah
kota dan daerah sekitarnya dan jumlah penduduk yang hanya lebih kurang 300.000
orang dalam satu Negara. Lebih dari itu ketentuan-ketentuan demokrasi hanya berlaku
untuk warga Negara yang resmi yang merupakan sebagian kecil dari seluruh penduduk.
Sebagian besar yang terdiri dari budak belian, pedagang asing, perempuan, dan anak-
anak tidak dapat menikmati hak demokrasi (Budiardjo, 1982:54).

Gagasan demokrasi Yunani boleh dikatakan lenyap dari muka dunia barat ketika
bangsa Romawi dikalahkan oleh suku Eropah barat dan benua eropah memasuki abad
pertengahan (600-1400). Masyarakat abad pertengahan terbelenggu oleh kekuasaan
feudal dan kekuasaan pemimpin-pemimpin agama, sehingga tenggelam dalam apa
yang disebut sebagai masa kegelapan. Ranaissarice adalah aliran yang menghidupkan
kembali minat pada sastra dan budaya Yunani kuno. Masa Renaissance adalah masa
ketika orang mematahkan semua ikatan yang ada dan menggatikan dengan kebebasan
bertindak yang seluas-luasnya sepanjang sesuai dengan yang dipikirkan, karena dasar
ide ini adalah kebebasan berpikir dan bertindak bagi manusia tanpa boleh ada orang
lain yang menguasai atau membatasi dengan ikatan-ikatan. Selain Renaissance,
peristiwa lain yang mendorong timbulnya kembali “demokrasi” yang dahulu tenggelam
dalam abad pertengahan adalah terjadinya Reformasi, yakni revolusi agama yang te
inirjadi di Eropah barat pada abad ke16 yang pada mulanya menunjukkan sebagai
pergerakkan perbaikan keadaan dalam gereja katolik tetapi kemudian berkembang
menjadi asas-asas Protestanisme. Reformasi dimulai pada pintu gereja Wittenberg (31
oktober 1517), yang kemudian segera memancing terjadinya serangan terhadap gereja.

Dua kejadian (Renaissance dan Reformasi) ini telah mempersiapkan eropah masuk
kedalam Aufkjarung (abad pemikiran) dan Rasionalisme yang mendorong mereka untuk
memerdekakan pikiran dari batas-batas yang ditentukan gereja untuk mendasarkan
pada pemikiran atau akal (rasio) semata-mata yang gilirannya kebebasan berfikir ini
menelorkan lahirnya pikiran tentang kebebasan politik. Kecaman dan dobrakan
terhadap absolutism monarki didasarkan pada teori rasionalistis sebagai “social-
contract” (perjanjian masyarakat) yang salah satu asasnya menentukan bahwa dunia ini
dikuasai oleh hukum yang timbul dari alam (natural). Tampak bahwa teori hukum alam
merupakan usaha untuk mendobrak pemerintah absolut dan menetapkan hak-hak
politik rakyat dalam suatu asas yang disebut demokrasi (pemerintah rakyat). Dua filsuf
besar yaitu John Locke dan Montesquieu. John Locke (1632-1704) mengemukakan
bahwa hak-hak politik rakyat mencakup hak atas hidup kebebasan dan hak memiliki
(live, liberal, property), sedangkan Montesquieu (1689-1955) mengemukakan system
pokok yang menurutnya dapat menjamin hak-hak politik tersebut melalui “Trias
Politika”-nya. Dari pemikiran tentang hak-hak politik rakyat dan pemisahan kekuasaan
inilah terlihat munculnya kembali ide pemerintahan rakyat (demokrasi).

C. Bentuk-bentuk Demokrasi

Menurut Torres demokrasi dapat dilihat dari dua aspek yaitu, Formal democracy
dan substantive democracy. Formal democracy menunjuk pada demokrasi dalam arti
system pemerintahan, sedangkan Substantive democracy menunjuk pada bagaimana
proses demokrasi itu dilakukan. Selain bentuk demokrasi sebagaimana dipahami diatas
terdapat beberapa system demokrasi yang mendasarkan pada prinsip filosofi Negara.

1. Demokrasi Perwakilan Liberal

Prinsip demokrasi ini didasarkan pada suatu filsafat kenegaraan bahwa manusia
adalah sebagai makhluk individu yang bebas. Oleh karena itu dalam system demokrasi
ini kebebasan individu sebagai dasar fundamental dalam pelaksanaan demokrasi.

Menurut Held (2004:10), bahwa demokrasi perwakilan liberal merupakan suatu


pembaharuan kelembagaan pokok untuk mengatasi problem keseimbangan antara
kekuasaan memaksa dan kebebasan. Dalam prinsip demokrasi ini apapun yang
dikembangkan melalui kelembagaan Negara senantiasa merupakan suatu manifestasi
perlindungan serta jaminan atas kebebasan individu dalam hidup bernegara. Rakyat
harus diberikan jaminan kebebasan secara individual baik di dalam kehidupan politik,
ekonomi,social,keagamaan bahkan kebebasan anti agama.

Konsekuensi dari implementasi system dan prinsip demokrasi ini adalah


berkembang persaingan bebas, terutama dalam kehidupan ekonomi sehingga
akibatnya individu yang tidak mampu menhadapi persaingan tersebut akan tenggelam.
Akibatnya kekuasaan kapitalislah yang menguasai kehidupan Negara, bahkan berbagai
kebijakan dalam Negara sangat ditentukan oleh kekuasaan kapital. Hal ini sesuai
dengan analisis P.L. Berger bahwa dalam era global dewasa ini dengan semangat
pasar bebas yang dijiwai oleh filosofi demokrasi liberal, maka kaum kapitalislah yang
berkuasa (Berger,1988).
2. Demokrasi Satu Partai dan Komunisme
Demikrasi satu partai ini lazimnya dilaksanakan di negara – negara komunis
seperti, Rusia, China, Vietnam, dan lainnya. Dalam hal ini Marx mengembangkan
pemikiran system demokrasi “commune structure” (structure persekutuan). Menurut
system demikrasi ini masyarakat tersusun atas komunitas-komunitas yang terkecil.
Komunitas yang paling terkecil ini mengatur urusan mereka sendiri, yang akan memilih
wakil-wakil untuk unit-unit administrative yang besar misalnya distrik atau kota.
Berdasarkan teori serta praktek demokrasi sebagaimana dijelaskan diatas maka
pengertian demokrasi secara filosofis menjadi semakin luas, artinya masaing-masing
paham mendasarkan pengertian bahwa kekuasaan ditangan rakyat.

D. Demokrasi di Indonesia

1. Perkembagan Demokrasi di Indonesia


Perkembangan demokrasi di Indonesia dapat dibagi dalam empat periode :
a. Periode 1945-1959, masa demokrasi parlementer yang mengonjolkan parlemen
serta partai-partai. Pada masa ini kelemahan demokrasi parlementer memberi
peluang untuk dominasi partai-partai politik dan DPR.
b. Priode 1959-1965, masa demokrasi terpimpin yang dalam banyak aspek telah
menyimpang dari demokrasi konstitusional dan lebih menampilkan beberapa aspek
dari demokrasi rakyat.
c. Periode 1966-1998, masa demokrasi pancasila era orde baru yang merupakan
demokrasi konstitusional yang menonjolkan system presidensial.
d. Periode 1999-sekarang, masa demokrasi pancasila era reformasi dengan berakar
pada kekuatan multi partai yang berusahan mengembalikan perimbangan kekuatan
antar lembaga negara antara eksekuif, legislative, dan yudikatif.

2. Pengertian Demokrasi menurut UUD 1945


a. Seminar angkatan darat II (Agustus 1966)
1). Bidang politik dan konstitusional
Demokrasi Indonesia seperti yang dimaksud dalam undang-undang dasar1945
berarti menegakkan kembali asas-asas negara hukum dimana kepastian hukum
dirasakan oleh segenap warga negara, hak-hak asasi manusia baik dalam aspek
kolektif maupun dalam aspek perseorangan, dan penyalahgunaan kekuasaan dapat
dihindarkan secara institusional.
2). Bidang ekonomi
Demokrasi ekonomi sesuai dengan asas-asas yang menjiwai ketentuan-ketentuan
mengenai ekonomi dalam UUD 1945 yang pada hakikatnya berarti kehidupan yang
layak bagi warga negara.
b. Munas III Persahi : The Rule of Law (Desember 1966)
Asas negara hukum pancasila mengandung prisip :
1). Pengakuan dan perlindungan hak asasi yang mengandung persamaan dalam
bidang politik, hukum, sosial, ekonomi, kultural dan pendidikan.
2). Peradilan yang bebas dan tidak memihak, tidak terpengaruh oleh sesuatu
kekuasaan/kekuatan lain apa pun.
3). Jaminan kepastian hukum dalam semua persoalan. Yang dimaksud kepastian
hukum yaitu jaminan bahwa ketentuan hukumnya dapat dipahami, dapat dilaksanakan
dan aman dalam melaksanakanya.
c. simposium hak-hak asasi manusia (Juni 1967)
persoalan hak-hak asasi manusia dalam kehidupan kepartaian untuk tahun-tahun
mendatang harus ditinjau dalam rangka keharusan kita untuk mencapai keseimbangan
yang wajar diantara tiga hal :
1). Adanya pemerintah yang mempunyai cukup kekuasaan dan kewibawaan
2). Adanya kebebasan yang sebesar-besarnya.
3). Perlunya untuk membina suatu “rapidly expanding econoy” ( pengembangan
ekonomi secara cepat).

3. Demokrasi Pasca Reformasi


Dalam suatu negara yang menganut system demokrasi harus berdasarkan suatu
kedaulatan rakyat. Dengan lain perkataan kekuasaan tertinggi dalam suatu negara
adalah ditangan rakyat. Kekuasaan dalam negara itu dikelola oleh rakyat, dari rayat,
untuk rakyat.
Berdasarkan esensi pengertian tersebut maka hakikat kekuasaan ditangan rakyat
adalah menyangkut baik penyelenggaraan negara maupun pemerintahan.

Struktur Pemerintahan Indonesia berdasarkan UUD 1945


1. Demokrasi Indonesia Sebagaimana Dijabarkan dalam Undang-Undang Dasar
1945 Hasil Amandemen 2002
Secara umum didalam system pemerintahan yang demokratis senantiasa
mengandug unsur-unsur yang paling penting dan mendasar, yaitu :
1). Keterlibatan warga negara dalam pembuatan keputusan politik.
2). Tingkat persamaan tertentu diantara warganegara.
3). Tingkat kebebasan atau kemerdekaan tertentu yang akui dan dipakai oleh
warganegara.
4). Suatu system perwakilan
5). Suatu system pemilihan kekuasaan mayoritas.
Demokrasi mengandung ciri yang merupakan patokan, yaitu setiap system demokrasi
adalah ide bahwa warganegara seharusnya terlibat dalam hal tertentu dalam bidang
pembuatan keputusan-keputusan politik, baik secara langsung maupun tidak langsung
dangan melalui wakil pilihan mereka.
Negara Indonesia dibawah system Undang-Undang Dasar 1945, lembaga-lembaga
negara atau alat-alat perlengkapan negara adalah :
 Majelis Permusyawaratan Rakyat
 Dewan Perwakilan Rakyat
 Presiden
 Mahkamah Agung
 Badan Pemeriksa Keuangan
Adapun infra struktur politik suatu negara terdiri atas lima komponen sebagai berikut :
 Partai Politik
 Golongan (yang tidak berdasarkan pemilu)
 Golongan penekanan
 Alat Komunikasi Politik
 Tokoh-tokoh Politik
Dengan demikian dalam sistem demokrasi proses pembuatan kebijaksanaan atau
keputusan politik merupakan keseimbangan dinamis antara prakarsa pemerintah dan
partisipasi aktif rakyat atau warga negara.

2. Penjabaran Demokrasi menurut UUD 1945 dalam system Ketatanegaraan


Indonesia Pasca Amandemen 2002
Adapun rincian struktural ketentuanketentuan yang berkaitan dengan demokrasi
menurut UUD 1945 adalah sebagai berikut.

1.     Konsep Kekuasaan


Konsep kekuasaan Negara menurut demokrasi sebagai terdapat dalam UUD 1945
sebagai berikut:
A.  Kekuasaan di Tangan Rakyat
a)    Pembukaan UUD Alinea IV
b)   Pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 1945
c)    Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 ayat (1)
d)   “Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik”.
e)    Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 Ayat (2)
f)    “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang
Dasar”.
Berdasarkan ketentuan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam negara
Republik Indonesia pemegang kekuasaan tertinggi atau kedaulatan tertinggi adalah
ditangan rakyat dan realisasinya diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara. Sebelum
dilakukan amandemen kekuasaan tertinggi dilakukan oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat
B.   Pembagian Kekuasaan
Sebagai dijelaskan bahwa kekuasaan tertinggi adalah ditangan rakyat, dan
dilakukan munurut Undang-Undang Dasar, oleh karena itu pembagian kekuasaan
menurut demokrasi sebagaimana tercantum dalam UUD 1945 adalah sebagai berikut:
a)    Kekuasaan Ekskutif, didelegasikan kepada Presiden (Pasal 4 ayat 1 UUD 1945).
“Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-
Undang Dasar”.
b)   Kekuasaan Legislatif, didelegasikan kepada Presiden dan DPR dan DPD (Pasal 5
ayat 2, pasal 19 dan pasal 22 C UUD 1945).
“Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang
sebagaimana mestinya”. (pasal 5 ayat(2)).
“Susunan dan kedudukan Dewan Perwakilan Daerah diatur dengan undang-undang.)”
(pasal 22 C ayat 4)
c)    Kekuasaan yudikatif, didelegasikan kepada Makhamah Agung (pasal 24 ayat 1
UUD 1945).
“Kekuasaan Kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.”
d)   Kekuasaan Inspektif, atau pengawasan didelegasikan kepada Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Hal ini termuat dalam UUD
1945 pasal 20 ayat 1.
Dalam UUD 1945 hasil amandemen tidak ada kekuasaan Konsultatif, yang
dalam UUD lama. Didelegasikan kepada Dewan Pertimbangan Agung (DPA), (pasal 16
UUD 1945) Mekanisme pendelegasian kekuasaan yang demikian ini dalam khasanah
ilmu hukum tatanegara dan ilmu politik dikenal dengan istilah ‘Distribution Of Power’
yang merupakan unsur mutlak dari negara demokrasi.

C.   Pembatasan Kekuasaan


Pembatasan kekuasaan menurut konsep UUD 1945, dapat dilihat melalui proses
atau mekanisme 5 tahunan kekuasaan dalam UUD 1945 sebagai berikut
a)    Pasal 1 ayat 2 UUD 1945, kedaulatan politik rakyat dilaksanakan lewat pemilu
untuk membentuk MPR dan DPR setiap 5 tahun sekali. Majelis Permusyawaratan
Rakyat memiliki kekuasaan melakukan perubahan terhadap UUD, melantik Presiden
dan wakil Presiden, serta melakukan impeachment terhadap presiden jika kalau
melanggar konstitusi
b)   Pasal 20 A ayat 1
c)    Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi
pengawasan.)
d)   Rakyat kembali mengadakan pemilu setelah membentuk MPR dan DPR

2.     Konsep Pengambilan Keputusan


Pengambilan Keputusan menurut UUD 1945 dirinci sebagai berikut:
a)    Penjelasan UUD 1945 tentang Pokok ke III
b)   Putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) ditetapkan dengan suara
terbanyak, misal pasal 7B ayat 7.
keputusan yang dianut dalam hukum tata negara Indonesia adalah berdasarkan :
a.    Keputusan didasarkan pada suatu musyawarah sebagai asasnya, artinya segala
keputusan yang diambil sejauh mungkin diusahakan dengan musyawarah untuk
mencapai mufakat
b.    Namun demikian jika kalau itu tidak tercapai, maka dimungkinkan pengambilan
keputusan itu melalui suara terbanyak.

3.     Konsep Pengawasan


Konsep pengawasan menurut UUD 1945 ditentukan sebagai berikut:
a)    Pasal 1 ayat 2, rakyat memiliki kekuasaan tertinggi namun dilaksanakan dan
didistribusikan berdasarkan UUD. Berbeda dengan UUD lama sebelum dilakukan
amandemen, MPR yang memiliki kekuasaan tertinggi sebagai penjelmaan
kekuasaan rakyat. Maka menurut UUD hasil amandemen MPR kekuasannya
menjadi terbatas, yaitu meliputi presiden dan wakil presiden dan memberhentikan
presiden sesuai dengan masa jabatannya atau jikalau melanggar UUD.
b)   Pasal 2 ayat 1, MPR terdiri atas DPR dan Anggota DPD. Berdasarkan ketentuan
tersebut maka menurut UUD 1945 hasil amandemen MPR hanya dipilih melalui
Pemilu.
c)    Penjelasan UUD 1945 tentag DPR
Berdasarkan ketentuan tesebut maka konsep pengawasan menurut demokrasi
Indonesia sebagai tercantum UUD 1945 pada dasarnya adalah sebagai berikut:
a)    Dilakukan oleh seluruh warga negara. Karena kekuasaan didalam system
ketatanegaraan Indonesia adalah di tangan rakyat
b)   Secara formal negara pengawasan berada pada DPR.

4.     Konsep Partisipasi


Konsep partisipasi menurut UUD 1945 adalah:
a)    Pasal 27 ayat 1.
Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan
dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
b)   Pasal 28.
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan
tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang
c)    Pasal 30 ayat 1.
Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara).

Demokrasi Indonesia sebagaimana tertuang dalam UUD 1945 beserta penjelasannya


mengandung suatu pengertian bahwa rakyat adalah sebagai unsur sentral, oleh karena
itu pembinaan dan pengembangannya harus ditunjang oleh adanya orientasi baik pada
nilai-nilai yang universal yakni rasionalisasi hukum dan perundang-undangan juga
harus ditunjang norma-norma kemasyarakatan yaitu tuntunan dan kehendak yang
berkembang dalam masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai