Anda di halaman 1dari 7

Pancasila dan Kewarganegaraan

DEMOKRASI
Tim Dosen Pancasila dan Kewarganegaraan.
Universitas Brawijaya
Email : anas_phil@ub.ac.id


1. Pokok Bahasan: Demokrasi
2. Deskripsi:
Dalam perkuliahan ini Anda akan mempelajari
pengertian, manfaat dan jenis-jenis demokrasi. Pada
tahap selanjutnya persoalan mengenai demokrasi di
Indonesia apakah sudah sejalan dengan demokrasi
permusyawaratan menjadi diskusi menarik untuk
diperdalam. Tahap lanjut dari materi ini adalah
bagaiman mengembangkan sikap-sikap yang
demokratis dalam kehidupan berbangsa dan
bermasyarakat.

3. Tujuan Instruksional Khusus:
a. Mahasiswa mampu memahami dan menjalaskan
makna dan hakikat demokrasi
b. Mahasiswa mampu memahami dan mengurai
prinsip-prinsip dasar demokrasi.
c. Mampu menyebutkan jenis-jenis demokrasi
d. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan
demokrasi permusyawaratan
e. Mahasiswa dapat memahami dan mengembangkap
sikap demokratis dalam bermasyarakat

4. Isi Pokok Bahasan:
A. Pendahuluan

kita tiada membuang apa yang baik pada asas-
asas lama, tidak mengganti demokrasi asli
Indonesia dengan barang impor. Demokrasi asli itu
kita hidupkan kembali, akan tetapi tidak pada
tempat yang kuno, melainkan pada tingkat yang
lebih tinggi, menurut kehendak pergaulan hidup
sekarang (Bung Hatta)
Kutipan dari Bung Hatta ini memberikan
pengertian kepada kita mengenai bagaimana kita
memperlakukan demokrasi yang muncul dari
Barat. Namun, kita juga harus menggali kearifan
berdemokrasi yang asli dari kita. Dialektika antara
demokrasi Barat dan nilai-nilai dalam demokrasi
permusyawaratan menjadi titik tolak kita dalam
menjalankan kehidupan berbangsa secara
demokratis.
Pokok
Bahasan
VII:
Pertemuan
Ke-11



4


Page 2 of 7

Pancasila dan KWN/Demokrasi 2012 Brawijaya University


A. Hakikat Demokrasi
Istilah demokrasi berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di
Athena kuno pada abad ke-5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap
sebagai contoh awal dari sebuah sistem yang berhubungan dengan
hukum demokrasi modern. Namun, arti dari istilah ini telah berubah
sejalan dengan waktu, dan definisi modern telah berevolusi sejak abad
ke-18, bersamaan dengan perkembangan sistem demokrasi di
banyak negara.
Kata demokrasi berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti
rakyat, dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat
diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal
sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
(Erwin, 2012: 130). Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci
tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar, sebab
demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator perkembangan
politik suatu negara.
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan rakyat, karena itu
kekuasaan pemerintahan itu melekat pada diri rakyat diri orang banyak
dan merupakan hak bagi rakyat atau orang banyak untuk mengatur,
mempertahankan dan melindungi dirinya dari paksaan dan
pemerkosaan orang lain atau badan yang diserahi untuk memerintah.
Menurut Henry B. Mayo, Sistem politik demokratis adalah sistem
yang menunjukkan bahwa kebijaksanaan umum ditentukan atas dasar
mayoritas oleh wakil-wakil yang secara diawasi secara efektif oleh
rakyat dalam pemilihan-pemilihan yang didasarkan atas prinsip
kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana terjalinnya
kebebasan politik (Erwin, 2012: 130)
Secara substantif, prinsip utama dalam demokrasi ada dua
(Maswadi Rauf, 1997) yaitu:
a. Kebebasan/persamaan (freedom/equality)
Kebebasan dan persamaan adalah pondasi demokrasi.
Kebebasan dianggap sebagai sarana mencapai kemajuan dengan
memberikan hasil maksimal dari usaha orang tanpa adanya
pembatasan dari pengguasaan.
b. Kedaulatan rakyat (peoples soverignty)
Dengan konsep kedaulatan rakyat, pada hakikatnya kebijakan
yang dibuat adalah kehendak rakyat dan untuk kepentingan
rakyat.

B. Sejarah Demokrasi
Berbicara demokrasi dalam pandangan barat tidak bisa dilepaskan
dari konteks historis, karena konsep demokrasi sendiri memang berasal
dari barat yang kemudian berkembang menjadi beberapa fase, yaitu:
Fase Klasik
Pada fase ini ditandai dengan munculnya pemikiran-pemikiran
filosofis dan praksis politik dan ketatanegaraan sekitar abad ke 5 SM
yang menjadi kebutuhan dari negara-negara kota (city states) di
Yunani, khususnya Athena. Munculnya pemikiran yang mengedepankan
demokrasi (democratia, dari demos + kratos) disebabkan gagalnya
sistem politik yang dikusai para Tyrants atau autocrats untuk


Page 3 of 7

Pancasila dan KWN/Demokrasi 2012 Brawijaya University
memberikan jaminan keberlangsungan terhadap Polis dan perlindungan
terhadap warganya. Filsuf-filsuf seperti Thucydides (460-499 SM),
Socrates (469-399 SM), Plato (427-347SM), Aristoteles (384-322 SM)
merupakan beberapa tokoh terkemuka yang mengajukan pemikiran-
pemikiran mengenai bagaimana sebuah Polis seharusnya dikelola
sebagai ganti dari model kekuasaan para autocrats dan tyrants.
Dari buah pikiran merekalah prinsip-prinsip dasar sistem
demokrasi, yaitu persamaan (egalitarianism) dan kebebasan (liberty)
individu diperkenalkan dan dianggap sebagai dasar sistem politik yang
lebih baik ketimbang yang sudah ada waktu itu. Tentu saja para filsuf
Yunani tersebut memiliki pandangan berbeda terhadap kekuatan dan
kelemahan sistem demokrasi itu sendiri. Plato, misalnya, dapat
dikatakan sebagai pengritik sistem demokrasi yang paling keras karena
dianggap dapat mendegenerasi dan mendegradasi kualitas sebuah Polis
dan warganya. Kendati Plato mendukung gagasan kebebasan individu
tetapi ia lebih mendukung sebuah sistem politik dimana kekuasaan
mengatur Polis diserahkan kepada kelompok elite yang memiliki
kualitas moral, pengetahuan, dan kekuatan fisik yang terbaik atau
yang dikenal dengan nama the philosopher Kings. Sebaliknya,
Aristoteles memandang justru sistem demokrasi yang akan
memberikan kemungkinan Polis berkembang dan bertahan karena para
warganya yang bebas dan egaliter dapat terlibat langsung dalam
pembuatan keputusan publik, dan secara bergiliran mereka memegang
kekuasaan yang harus dipertanggungjawabkan kepada warga.
Pada fase Pencerahan (Abad 15 sampai awal 18M)
Yang mengemuka pada fase ini adalah gagasan alternatif
terhadap sistem Monarki Absolut yang dijalankan oleh para raja Eropa
dengan legitimasi Gereja. Tokoh-tokoh pemikir era ini antara lain
adalah Niccolo Machiavelli (1469-1527), Thomas Hobbes (1588-1679),
John Locke (1632-1704), dan Montesquieu (1689-1755). Era ini
ditandai dengan munculnya pemikiran Republikanisme (Machiavelli)
dan liberalisme awal (Locke) serta konsep negara yang berdaulat dan
terpisah dari kekuasan eklesiastikal (Hobbes). Lebih jauh, gagasan
awal tentang sistem pemisahan kekuasaan (Montesquieu)
diperkenalkan sebagai alternative dari model absolutis.
Fase Modern (awal abad 18-akhir abad 20)
Pada fase modern ini dapat disaksikan dengan bermunculannya
berbagai pemikiran tentang demokrasi berkaitan dengan teori-teori
tentang negara, masalah kelas dan konflik kelas, nasionalisme,
ideologi, hubungan antara negara dan masyarakat dan seterusnya.
Disamping itu, terjadi perkembangan dalam sistem politik dan
bermunculannya negara-negara baru sebagai akibat Perang Dunia I
dan II serta pertikaian ideologi khusunya antara kapitalisme dan
komunisme.

Menurut Yudi Latief, ada 4 Model demokrasi di abad XX, (Latief, 2011):
1. Demokrasi dipahami sebagai metode (prosedural), cara bukan
tujuan untuk perbaikan nasib rakyat. Pemahaman ini diperlukan
agar dalam menjalankan demokrasi tidak terjebak pada sisi
procedural semata. Dalam analisa Habermas, ini disebut nalar
instrumental, yakni cara menjadi tujuan. Nalar ini terjebak pada
sisi alat semata bukan tujuan yang sebenarnya.
2. Konsep politik dianalogikan dengan ekonomi pasar.


Page 4 of 7

Pancasila dan KWN/Demokrasi 2012 Brawijaya University
Politisi=pengusaha; wakil rakyat=saudagar; pemilih=konsumen.
Ini menjadi realitas yang tidak jauh dari realitas keseharian.
Politik yang sebetulnya merupakan seni pengabadian diri
(Hannah Arent) berubah menjadi ajang untuk memperkaya diri.
Politik sesungguhnya harus diarahkan pada level aksi. Pada level
ini manusia dibebaskan diri dari melulu kebutuhan biologis dan
bebas menjalankan hal yang baru. Manusia juga dapat secara
langsung berhubungan dengan orang lain tanpa perantara,
manusia sebagai zoon politik bukan sebagai kodrat social, tetapi
suatu yang diusahakan dan dicapai.
3. Demokrasi totalitarianisme; kondisi ini terjadi saat Orde Baru
berkuasa.
4. Rakyak berperan sangat minimal; hanya berperan saat pemilihan
umum

C. Sejarah Demokrasi di Indonesia
Dalam sejarah Negara Republik Indonesia, perkembangan demokrasi
telah mengalami pasang surut. Masalah pokok yang dihadapi oleh
bangsa Indonesia adalah bagaimana meningkatkan kehidupan ekonomi
dan membangun kehidupan social dan politik yang demokratis dalam
masyarakat. Masalah ini berkisar pada penyusunan suatu system politik
dengan kepemimpinan cukup kuat untuk melaksanakan pembangunan
ekonomi serta character and nation building dengan partisipasi rakyat
sekaligus menihindarkan timbulnya diktator perorangan, partai atau
militer.
Perkembangan demokrasi di Indonesia dibagi dalam 4 periode:
1. Periode 1945-1959 (Masa Demokrasi Parlementer)
Demokrasi parlementer menonjolkan peranan parlementer serta
partai-partai. Akibatnya, persatuan yang digalang selama
perjuangan melawan musuh bersama menjadi kendor dan tidak
dapat dibina menjadi kekuatan konstruktif sesudah
kemerdekaan.
2. Periode 1959-1965 (Masa Demokrasi Terpimpin)
Demokrasi terpimpin ini telah m,enyimpang dari demokrasi
konstitusional dan lebih menampilkan beberapa aspek dari
demokrasi rakyat. Masa ini ditandai dengan dominasi presiden,
terbatasnya peran partai politik, perkembangan pengaruh
komunis dan peran ABRI sebagai unsur social-politik semakin
meluas.
3. Periode 1966-1998 (Masa Demokrasi Pancasila Era Orde Baru)
Demokrasi pancasila merupakan demokrasi konstitusional yang
menonjolkan sistem presidensial. Landasan formal periode ini
adalah pancasila, UUD 1945 dan Tap MPRS/MPR dalam rangka
untuk meluruskan kembali penyelewengan terhadap UUD 1945
yang terjadi di masa Demokrasi Terpimpin, dalam
perkembangannya, peran presiden semakin dominan terhadap
lembaga-lembaga Negara yang lain. Melihat praktek demokrasi
pada masa ini, nama pancasila hanya digunakan sebagai
legitimasi politik penguasa saat itu sebab kenyataannya yang
dilaksanakan tidaka sesuai dengan nilai-nilai pancasila.
4. Periode 1999- sekarang (Masa Demokrasi Pancasila Era
Reformasi)
Pada masa ini, peran partai politik kembali menonjol sehingga


Page 5 of 7

Pancasila dan KWN/Demokrasi 2012 Brawijaya University
demokrasi dapat berkembang. Pelaksanaan demokrasi setelah
Pemilu banyak kebijakan yang tidak mendasarkan pada
kepentingan rakyat, melainkan lebih ke arah pembagian
kekuasaan antara presiden dan partai politik dalam DPR. Dengan
kata lain, model demokrasi era reformasi dewasa ini kurang
mendasarkan pada keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
(walfare state) (Srijanti dkk, 2011: 59-63).


E. Demokrasi Permusyawaratan
Menurut Mohammad Hatta, desa-desa di Indonesia sudah
menjalankan demokrasi, misalnya dengan pemilihan kepala desa dan
adanya rembug desa. Itulah yang disebut demokrasi asli.
Demokrasi desa memiliki lima unsur atau anasir, yaitu:
1. Rapat
2. Mufakat
3. Gotong-royong
4. Hak mengadakan proses bersama
5. Hak menyingkirkan dari kekuasaan raja absolut
Rapat merupakan terminologi khas dalam tradisi nusantara, rapat
merupakan ruang di mana setiap permasalahan harus dibicarakan
tanpa harus memaksakan kehendak. Dalam konteks komunikasi antara
pemimpin desa dengan warga diperlukan ruang untuk membicarakan
segala hal yang menyangkut permasalahan desa. Semangat rembuk
desa ini mencerminkan adanya komunikasi yang baik antara pemimpin
dan warga. Dalam rapat ataupun rembuk desa yang dikedepankan
adalah sikap saling menghargai pendapat untuk memperoleh kata
mufakat. Sementara gotong royong merupakan tradisi yang
menekankan pada upaya kerjasama antar warga untuk mencapai
tujuan bersama. Pada point keempat terdapat hak mengadakan protes
bersama, peristiwa ini pernah dilakukan oleh masyarakat Jogja
terhadap rajanya. Hak menyingkir dari kekuasaan raja absolut
mengandung arti bahwa sebuah penyingkiran adalah perlawanan dan
sekaligus kritik.
Demokrasi pancasila dapat diartikan secara luas maupun sempit,
sebagai berikut:
1. Secara luas demokrasi pancasila berarti kedaulatan rakyat
yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dalam bidang
politik, ekonomi dan sosial.
2. Secara sempit demokrasi Pancasila berarti kedaulatan rakyat
yang dilaksanakan menurut hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.
Secara ringkas, demokrasi Pancasila memiliki beberapa pengertian
sebagai berikut:
1. Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang berdasarkan
kekeluargaan dan gotong-royong yang ditujukan kepada
kesejahteraan rakyat, yang mengandung unsur-unsur
berkesadaran religius, berdasarkan kebenaran, kecintaan dan
budi pekerti luhur, berkepribadian Indonesia dan
berkesinambungan.
2. Dalam demokrasi Pancasila, sistem pengorganisasian negara
dilakukan oleh rakyat sendiri atau dengan persetujuan rakyat.
3. Dalam demokrasi Pancasila kebebasan individu tidak bersifat


Page 6 of 7

Pancasila dan KWN/Demokrasi 2012 Brawijaya University
mutlak, tetapi harus diselaraskan dengan tanggung jawab
sosial.
4. Dalam demokrasi Pancasila, keuniversalan cita-cita demokrasi
dipadukan dengan cita-cita hidup bangsa Indonesia yang
dijiwai oleh semangat kekeluargaan, sehingga tidak ada
dominasi mayoritas atau minoritas.

Demokrasi permuyawaratan yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan, legitimasi demokrasi tidak ditentukan oleh
banyaknya dukungan atas suatu keputusan. Melainkan
seberapa luas dan dalam melibatkan proses-proses
musyawarah-mufakat (deliberatif) secara inklusif. Konsep
demokrasi permusyawaratan itu mendahului model demokrasi
diliberatif yang pertama kali diperkenalkan Josep M. Bessette
tahun 1980 yang kemudian dikembangan oleh Jurgen
Habermas.
Demokrasi dileberatif mengkritik demokrasi kini yang hanya
mencerminkan pertempuran kepentingan pribadi, politik selebritis
dan debat omong kosong yang tanpa membawa kebaikan bersama
Demokrasi deliberatif meletakkan keutamaan diskusi dan
musyawarah dengan kekuatan argumentasi berlandaskan daya-daya
konsesus (hikmah/kebijaksanaan/wisdom) di atas keputusan
berdasar voting
Kebebasan individu dan kesetaraan politik penting sejauh
mampu mendorong manusia membentuk tatanan kolektif yang adil
melalui deliberasi rasional dan bersifat persuasi
Dalam masyarakat majemuk (agama, bahasa, budaya, etnis)
dan juga multipartai seperti Indonesia sulit menemukan kehendak
bersama (common will). Model demokrasi mayoritas (majoritation
democracy) tidaklah tepat. Terjadi semacam hegemoni mayoritas
atas minoritas. Pilihannya adalah demokrasi konsesus (demokrasi
permusyawaratan)
Demokrasi musyawarah dibangun berlandaskan akal-kearifan
tinimbang kuasa. Bersandar pada prosedur musyawarah sebagai
cita-cita kebenaran politik. Kesertaan dialog antara mayoritas
dengan minoritas. Partisipasi publik diukur dari tingkat partisipasinya
dalam musyawarah
Demokrasi musyawarah bukan menjadi sarana perwakilan atau
pengumpulan berbagai kepentingan, tetapi menjadi arena di mana
persoalan diselesaikan melalui proses dialog. Dialog yang tulus
harus melepaskan segala atribut di setiap individu. Dialog yang
menekankan substansi dan melampaui kepentingan kelompok.
Dialog ini dipandu orientasi etis hikmah-kebijaksanaan. Kearifan
yang menerima perbedaan pendapat dan memuliakan apa yang
disebut kebajikan keberadaban








Page 7 of 7

Pancasila dan KWN/Demokrasi 2012 Brawijaya University

5. Referensi
Erwin, Muhammad, (2010), Pendidikan Kewarganegaraan Republik
Indonesia,PT. Refika Aditama, Bandung

Latief, Yudi, 2011, Negara Paripurna: Historisitas, Rasionalitas dan
Aktualitas Pancasila, Jakarta, Gramedia

Noor Syam, Mohammad, (2000), Pancasila, Dasar Negara Republik
Indonesia: Wawasan Sosi-Kultural, Filosofis dan
Konstitusional, Lab Pancasila UM, Malang

Srijanti dkk, 2011, Pendidikan Kewarganegaraan di PT:
Mengembangkan Etika Berwarga Negara, Penerbit Salemba
Empat, Jakarta

TIM Dosen Pancasila Undip, Kewarganegaraan, UPT Bidang Studi
Universitas Padjajaran, Bandung
6. Evaluasi

Pertanyaan (Evaluasi mandiri)

1. Jelaskan hakikat dari demokrasi!
2. Jelaskan norma-norma apa saja yang menjadi pandangan hidupp
demokrasi?
3. Jelaskan mengenai model-model demorasi, bandingkan dengan
demokrasi permusyawaratan!
4. Bagaimana perkembangan demokrasi di Indonesia?

Anda mungkin juga menyukai