Anda di halaman 1dari 27

SURAT KABAR ADIL

TERHADAP TRANSFORMASI PERGERAKAN


MUHAMMADIYAH TAHUN 1934-1942

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan


Guna Melengkapi Gelar Sarjana Humaniora Program Studi Ilmu Sejarah
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sebelas Maret

Disusun Oleh
Mochamad Ridwan
B0419037

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem politik etis di Hindia Belanda membantu dalam perkembangan sektor-

sektor kehidupan masyarakat pribumi. Diketahui pada abad XX,sebuah zaman

baru muncul yang dikenal dengan Zaman Etis. Zaman tersebut memiliki

semboyan yaitu kemajuan.1 Hal tersebut ditandai dengan tumbuhnya

“kemandirian” dalam usaha pertumbuhan dan pemberdayaan sosial di kalangan

masyarakat “pribumi” di Hindia Belanda. Kondisi perubahan sosial yang bermula

dari keterikatan tradisi serta adanya tekanan penetrasi dari sistem kolonial

memberikan kekuatan untuk berubah. Organisasi seperti Boedi Oetomo, Sarekat

Islam, Indische Partij,dan organisasi pergerakan lainnya turut membantu dalam

memaksimalkan sarana-dan prasarana demi tercapainya kemerdekaan. Adapun

tumbuhnya progresivitas melalui terciptanya organisasi-organisasi pergerakan

pada kala itu dikarenakan adanya reaksi spontan terhadap kondisi sosial, politik,

dan kultural rakyat pribumi.2

1 Takashi Shiraishi. Zaman bergerak: Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1926


(terjemahan Hilmar Farid). (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti,1997) hlm.

2 Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah


Pergerakan Nasional (Yogyakarta: Penerbit Ombak,2014) hlm. 115.
Pengaruh kolonialisme memberikan situasi buruk bagi masyarakat pribumi di

Hindia Belanda. Keberjalanan nasib rakyat ditentukan oleh kebijakan pemerintah

kolonial. Hal ini berdampak pada pola pikir dan moral rakyat yang mengalami

penindasan.Dinamika tersebut kemudian memberikan jalan bagi para kaum-kaum

revolusioner untuk melakukan gerakan perlawanan.Terwujudnya gerakan

perlawanan berpusat pada suatu frase baru yang dinamakan Nasionalisme.3 Frase

tersebut memberikan suatu dampak besar bagi pola pemikiran masyarakat

pribumi. Hal tersebut memberikan dimensi baru dalam arus pergerakan nasional

pada permulaan abad XX.

Situasi politik kemudian dipengaruhi oleh Eropa dengan berbagai macam

pemikiran. Pada pemikiran tentang nasionalisme dipengaruhi oleh Eropa yang

menyebar hingga ke Asia. Hal tersebut mendapatkan dukungan yang kuat

dikarenakan wilayah tersebut terpusat pada kehidupan sosial kultural.

Kecenderungan tersebut yang mendukung perkembangan nasionalisme di Asia,

salah satunya di Hindia Belanda.

Secara bertahap, pemikiran tersebut mengalami gelombang pasang surut

seiring dengan kebudayaan yang sudah ada di Hindia Belanda. Namun, unit –unit

kebudayaan masyarakat secara internal memiliki keterkaitan yaitu tradisi, agama

3 Pada abad XX, sudah bermunculan istilah seperti sosialisme, komunisme,


nasioanalisme, hingga Pan-Islamisme. Hal tersebut melekat pada tren dan sifat yang
terorganisir dalam bentuk perkumpulan atau partai.Lebih jauh mengenai nasionalisme
lihat J.H. Peter Blumberger, De Nationalische Beweging In Nederlandsche-Indie
(Groningen: J.B.Wolters,1967) hlm.4.
dan bahasa. Pada komponen tersebut mengarah pada pertumbuhan pembangunan

politik modern. Propaganda yang dilakukan adalah memperjuangkan hak atas

kebangsaan secara mandiri serta menghindari politik kolonial. Hal tersebut

bertujuan untuk terwujudnya persatuan yang dilandasi oleh nasionalisme .

Pada titik puncak pergerakan nasional, ditandai dengan munculnya “Gerakan

Pribumi”. Gerakan tersebut dapat diartikan sebagai gerakan perlawanan terhadap

kolonial bahkan gerakan anti-Belanda. Pendirian gerakan tersebut juga dilandai

oleh prinsip nasionalisme yang berkembang di Hindia Belanda. Prinsip tersebut

menjadi klimaks dalam dinamika pergerakan nasional karena berarti melawan

pada otoritas asing yang membelenggu kebebasan rakyat.

Kemunculan gerakan modern tidak terlepas dari prinsip nasionalisme. Prinsp

tersebut dinilai sebagai komponen penting dalam metode perjuangan. Prinsip

tersebut kemudian menciptakan sebuah ideologi politik bagi masyarakat pribumi.

Hal tersebut kemudian merubah arah pandangan rakyat dalam menyikapi

persoalan kolonial dengan membentuk kelompok/ perkumpulan. Perwujudan

tersebut membuahkan berbagai bentuk gerakan rakyat pribumi, seperti gerakan

spiritual, gerakan utopis, serta gerakan yang bersifat eskatologis politis.4

Pada gerakan spiritual, ditandai dengan hadirnya sebuah peradaban. Salah satu

peradaban yang mengikat masyarakat pribumi adalah peradaban Islam yang. Hal

tersebut dibuktikan dengan adanya bentuk –bentuk pergerakan islam.. Sebelum

abad ke-20 , secara keseluruhan pergerakan islam diekspresikan ke dalam konflik.

4 Ibid, hlm.7
Landasan semangat jihad fisabilillah (perjuangan islam) melawan tindakan

kolonial menjadi suatu ciri khas.5 Fakta itu terjadi dalam beberapa persitiwa

konflik di abad 19 seperti Perang Cirebon (1802-1806), Perang Diponegoro

(1825-1830), Perang Padri (1821-1838), dan Perang Aceh (1872-1902). Adanya

peristiwa–peristiwa tersebut dilatarbelakangi oleh semangat kaum jihad melawan

penjajahan kolonialisme.

Semangat melawan kolonialisme dilakukan semakin masif di berbagai daerah.

Faktor yang berpengaruh dalam contoh-contoh konflik sebelumnya adalah

kepemimpinan para ulama dan kyai dalam kehidupan beragama memberikan

peranan dalam pergolakan yang terjadi. Pergerakan para ulama dalam

memberikan ajaran Islam kepada umatnya justru memberikan ruang untuk

berkembang.

Kewaspadaan pemerintah kolonial dalam menghadapi umat Islam di Hindia

Belanda bersifat serius. Situasi tersebut kemudian memberikan tekanan bagi umat

islam dalam menghadapi politik kolonial. Akibat pergolakan tersebut, aktivitas

keagamaan diawasi secara ketat tanpa pandang bulu. Salah satu wujud

pengawasan pemerintah kolonial terhadap islam ditujukan pada pelaksanaan

5 Semangat jihad fi sabilillah dalam pandangan islam merupakan suatu ikrar


untuk melawan kezaliman dan bagi yang melakukannya akan mendapat balasan
berupa surga. Hal itu yang disebut sebagai mati syahid. Lihat Sartono Kartodirjo,
Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia : Suatu Alternatif (Jakarta:
Gramedia. 1982). hlm.30.
tradisi ibadah, seperti ibadah haji.6 Orang islam yang sudah bepergian haji

kemudian diawasi oleh pemerintah.7 Hal tersebut dimaksudkan oleh pemerintah

untuk menjauhkan pengaruh pemikiran progresif dari luar.

Kemerosotan islam juga terjadi akibat adanya hubungan erat antara elemen

masyarakat, seperti sultan-sultan, raja-raja dan kepala adat dengan pemerintah

kolonial. Kedekatan tersebut bagi pemerintah untuk melawan dan membendung

gerakan islam secara radikal. Fanatisme bagi pemerintah merupakan suatu

bencana

baik cepat atau lambat akan mengancurkan kekuasaanya. Oleh karena itu,

berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah kolonial dalam melawan

radikalisasi Islam tersbbut. Salah satu bentuk usaha pemerintah kolonial adalah

6 Umat islam yang sudah berpergian haji, ketika telah berada di Hindia
Belanda akan mendapat perlakuan ketat. Salah satu bentuk pengawasan yaitu
diterbitkan peraturan tahun 1825 bahwa umat Islam yang akan pergi haji harus
membayar sejumlah f 100 untuk memperoleh surat izin keberangkatan. Apabila
melaggar peraturan tersebut dikenakan denda sejumlah dua kali lipat ketika
kepulanganya dari ibadah haji. Lihat C.Snouck Hurgronje, “De Hadji Politiek der
Indische Regeering”, Bijvoesel van de Javabode, No.149 (1 Juli 1909).

7 Peraturan tahun 1825 tentang ibadah haji bagi umat islam di Hindia Belanda
kemudian dihapuskan pada tahun 1852. Namun kemudian pemerintah kolonial
menerbitkan kembali Peraturan tahun 1859 menyebutkan bahwa umat Islam yang
melaksanakan ibadah haji harus memiliki kekuatan ekonomi. Selain itu, peraturan
tersebut menetapkan bahwa umat islam yang telah melaksanakan ibadah haji harus
menjalani ujian mengenai persoalan Mekkah dan Islam. Apabila dinyatakan lulus
dalam ujian tersebut maka mendapatkan status atau gelar haji . Lihat Deliar Noer.
Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942 (Jakarta:PT Pustaka LP3ES
Indonesia.1980) hlm. 32.
mempercepat proses kristenisasi di wilayah jajahanya, termasuk di Hindia

Belanda. 8

Maka Snouck Hurgronje ditunjuk menjadi penasehat badan yang dibentuk

oleh pemerintah kolonial Belanda untuk melakukan penelitian pada tahun 1899.

terhadap kehidupan religius masyarakat pribumi. Pada penelitiannya, ia

menekankan bahwa islam merupakan wujud religiusitas yang tidak perlu

dikhawatirkan oleh pemerintah. Hal tersebut dikarenakan bahwa agama menjadi


9
bagian dari kehidupan pribumi. Snouck Hurgornje kemudian memberikan

pandangan pada pemerintah kolonial dalam menghadapi fenomena keislaman di

Hindia Belanda dengan menggunakan politik asosiasi. 10

8 Upaya pemerintah kolonial tersebut dicantumkan dalam pidato tahunan raja


pada bulan September tahun 1901. Pada pidato tersebut menyatakan bahwa
pemerintah kolonial mempunyai kewajiban etis dan bertanggung jawab secara moral
terhadap pribumi, yaitu dengan memberikan bantuan lebih banyak kepada
penyebaran agama kristen. Lihat Robert van Niel, The Emergence of The Modern
Indonesia Elite,(The Hague,1960) hlm. 31-32.

9 Agama islam menjadi sebuah kepercayaan yang terikat dengan masyarakat


pribumi. Maka, Snouck Hurgronje memberikan pandangan bahwa pemerintah
kolonial harus memberikan ruang bagi umat islam di Hindia Belanda. Lihat C.
Snouck Hurgronje, Kumpulan Karangan Snouck Hurgronje (Terjemahan Sutan
Maimun dan Rahayu S. Hidayat), (Jakarta : INIS,1994). hlm.50.

10 Dalam politik asosiasi, pemerintah kolonial menghilangkan rintangan antara


masyarakat pribumi dengan bangsa Barat. Hal tersebut berlaku juga dalam kehidupan
beragama di Hindia Belanda. Ide konsep tersebut menghendaki bahwa pemerintah
kolonial berfungsi sebagai wali. Menurut Snouck, kolonial Belanda berkewajiban
mendidik wilayah jajahannya. Lihat Elsbeth Locher=Schoulten, Ethiek In
Fragmenten, Utrecht, 1981. hlm. 184.
Gerakan islam mengalami perubahan pada konsepnya. Perubahan yang

terjadi diwujudkan dalam beberapa aspek. Pertama,aspek bentuk perlawanan

islam terhadap kolonialisme mengarah pada bentuk perkumpulan.Aspek tersebut

diberikan ruang sejak masa kebijakan Politik Etis. Kedua, persoalan utama tidak

hanya bersifat religiusitas tetapi juga pada problema sosial. Ketidakpuasan

terhadap situasi sosial, ekonomi serta politik yang belum stabil menjadi faktor

tambahan dalam membentuk perkumpulan . Ketiga, perkumpulan islam tidak

terbatas pada inspirasi islam melainkan juga berdasar isnpirasi barat sebagai

akibat dari kebijakan Politik Etis. 11

Organisasi Muhammadiyah menjadi salah satu contoh organisasi yang

tumbuh di masa “Politik Etis”. Kondisi sosial ekonomi yang tergerus akibat

penjajahan kolonial serta pemikiran islam di kalangan masyarakat pribumi yang

terikat dengan kepercayaan mistik dan takhayul menjadi faktor terdepan dalam

pembentukannya. Muhammadiyah terbentuk pada 18 November 1912 atau

bertepatan dengan 8 Dzulhijah 1330 H. 12 K.H. Ahmad Dahlan yang saat itu

menjalani kehidupan dakwahnya,kemudian mendirikan perkumpulan yang

11 Politik Etis resmi dimulai pada tahun 1901 dengan tujuan menggantikan
liberalisme serta eksploitasi. Kebijakan tersebut adalah upaya pemerintah kolonial
dalam mengurusi masalah –masalah di Hindia Belanda, seperti sosial,
ekonomi,serta politik dengan tujuan akhir yaitu kesejahteraan dan kemakmuran.
Lihat Furnivall. Netherlands India : A Study in Plural Economy (New York:
Macmilan,1944) hlm.226 dan 258.

12 Abdul Mu’thi, Abdul Munir, et al., K.H. Ahmad Dahlan 1868-1923 (Jakarta:
Museum Kebangkitan Nasional Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2015), hlm.197.
bersifat sosial keagamaan bersama para murid-muridnya. Inisiatif yang

dilakukannya tersebut kemudian meluas dan menjadi pioneer bagi gerakan islam

lainnya, seperti Nurul Islam di Pekalongan, Almunir di Makassar, Alhidayah di

Garut, serta Siddiq Amanah Tableg Fathonah di Solo.13

Aktivitas Muhammadiyah sebagai suatu gerakan pembaharuan islam di

Nusantara setelah Sarekat Islam.14 Pandangan Muhammadiyah tentang bagaimana

islam dapat dijalankan dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan. Hal tersebut

memiliki arti bahwa Muhammadiyah mensyiarkan islam secara progresif dan

kemajuan agar dapat dipelajari secara baik oleh umat islam di Hindia Belanda.

Hal itu terjadi ketika harus mendapatkan izin berbadan hukum agar

perkumpulan tersebut diakui secara sah. Dengan situasi tersebut, maka jalan yang

ditempuh adalah menggunakan strategi bertahap, yaitu bantuan dari orang-orang


15
yang bergabung ke Boedi Oetomo dan simpati kepada Muhammadiyah. Pada

kenyataanya, hal tersebut sangat berlawanan terhadap pandangan islam kala itu.

Pandangan modernisme dianggap sebagai sesuatu “bikinan barat” yang

dikhawatirkan akan menyalahi tradisi beragama islam. Selain itu, pengawasan

pemerintah kolnial terhadap tujuan dan maksud serta kawasan yang digunakan

sebagai cabang organisasi sangat ketat.

13 Ibid., hlm. 198.

14 Peter Blumberger, op.cit.,hlm.209.

15 Majelis Diktilitbang dan LPI PP Muhammadiyah, 1 Abad Muhammadiyah:


Gagasan Pembaharuan Sosial Keagamaan, (Jakarta: Kompas, 2010), hlm. 37.
Pada masa K.H. Ahmad Dahlan dilakukan reformasi secara masif dalam

tahapan-tahapan pergerakan organisasi. Pasca mendapatkan kekuatan berbadan

hukum dari pemerintah kolonial, hal yang dilakukan adalah membangun dasar

gerakan, perluasan lingkup organisasi dan kegiatan, dan menata kelembagaan


16
gerakan. Pendidikan serta gerakan kepanduan menjadi bukti reformasi islam

yang dijalankan oleh Muhammadiyah. Masa kepemimpinan Ahmad Dahlan pun

berakhir pada tahun 1923, yaitu ketika beliau wafat.

Sejarah Muhammadiyah kemudian berlanjut pada kepemimpinan K.H.

Ibrahim. Pada masa kepemimpinanya, Muhammadiyah mengalami tantangan

melalui perubahan dan perluasan susunan organisasi serta adanya perubahan

dalam Anggaran Dasar. Masa kepemimpinanya yang kemudian dapat disebut

sebagai “The Years of Trial and Rapid Development” atau Tahun-tahun Cobaan
17
dan Perkembangan yang Cepat. K.H. Ibrahim pun kemudian wafat setelah 10

tahun menggantikan peran K.H. Ahmad Dahlan sebagai ketua, yaitu pada tahun

1934. Tongkat estafet kepemimpinan di Muhammadiyah kemudian berlanjut ke

K.H. Hisyam sejak tahun 1934-1937.

Muhammadiyah mencapai sebuah era yaitu di tahun 1934 sebagai “The

Years of prominence” atau tahun-tahun kepeloporan Muhammadiyah. Bukti

masifnya gerakan islam yang dilancarkan oleh Muhammadiyah tidak hanya dari

16 Ibid., hlm.50
17 Alfian, Muhammadiyah, The Political Behaviour of a Moslem Modernist
Organization Under Dutch Colonialism, (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 1989), hlm. 180.
peningkatan jumlah cabang organisasi, namun juga dari aktivitas sosial

keagamaan. Pergerakan Muhammadiyah yang begitu pesat dinilai membantu

dalam kehidupan sosial keagamaan di Hindia Belanda. Ajaran-ajaran keislaman

yang dilakukan oleh Muhammadiyah turut juga membantu dalam melawan

bentuk-bentuk keterjajahan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial, seperti

kemiskinan, kebodohan, serta berbagai bentuk keterjajahan lainnya.

Bidang literasi juga memiliki peran dalam perkembangan Muhammadiyah..

Hal tersebut diwujudkan dengan salah satunya melalui surat kabar dan majalah

(pers).18 Dinamika pers yang tumbuh pesat pada abad ke-20 menjadikan

momentum untuk menerbitkan surat kabar secara independen. Hasilnya adalah

dengan terbitnya surat kabar Suara Muhammadiyah (1922) dan surat kabar Adil

(1932). Dinamika pers Hal inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh

Muhammadiyah untuk memberitakan dan menyuarakan pandangan-pandangan

islam dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu, surat kabar yang diterbitkan

oleh Muhammadiyah juga mengidentifikasikan bahwa organisasinya mampu

berdiri secara otonomi.

Pertumbuhan Muhammadiyah dan surat kabar terbitannya menjadi suatu

fenomena munculnya praktik sosial dalam sejarah Indonesia Hal itu kemudian

18 Surat kabar merupakan lembaran-lembaran bertuliskan berita dan


sebagainya.. Biasanya disebut koran. Sedangkan majalah merupakan terbitan yang
berisi liputan jurnalistik, pandangan topik pembaca, yang penerbitannya
dibedakan atas bulanan, tengah bulanan, mingguan, dan sebagainya. Lihat Pusat
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta :
Pusat Bahasa, 2008), hlm. 969 dan 1567.
berkaitan dengan suatu istilah dalam ilmu sosial disebut strukturasi sosial.

Muhammadiyah sebagai organisasi, terlibat dalam struktur pada masa kolonial.

Organisasi-organisasi di masa pergerakan nasional lainnya juga bergerak dengan

ketentuan yang dikeluarkan oleh pemerintah kolonial, sehingga tidak dapat secara

leluasa bergerak dengan lebih radikal. Namun Muhammadiyah memiliki surat

kabar otonomi yang dapat mengisyaratkan bahwa organisasinya dapat bergerak

melalui tulisan-tulisan pemberitaanya. Maka fenomena Muhammadiyah

dilambangkan sebagai “Dualitas sosial”.

. Oleh karena itu, dalam penelitian skripsi ini mengkaji mengenai kiprah dari

surat kabar Adil, yaitu terkait dengan pergerakan Muhammadiyah di tahun 1934-

1942 atau yang disebut sebagai “The Years of Prominence”. Selain itu, juga

mengkaji mengenai fenomena surat kabar Adil dalam masa pemerintahan kolonial.

Hal ini diharapkan menarik dikarenakan dapat memberikan fakta sejarah terkait

pergerakan Muhammadiyah dalam pemberitaan surat kabar Adil tahun 1934-

1942.

B. Permasalahan

Adanya organisasi-organisasi di masa pergerakan nasional memberikan variasi

serta terobosan-terobosan baru dalam dinamika . Bebagai organisasi yang berbasis

sosial keagamaan memberikan fasilitas sosial keagamaan untuk masyarakat pribumi

Dimulainya era percetakan dan era jurnalisme di abad ke-20 membuat pergerakan
islam di Hindia Belanda semakin intensif. Hal tersebut juga yang dilakukan oleh

Muhammadiyah. Pergerakannya dalam dakwah islam secara fungsional Penerbitan

surat kabar menjadi salah satu fungsi Muhammadiyah dalam mewujudkan pergerakan

islam yang revolusioner. Namun kehadiran pembaharuan dalam agama Islam

memberikan tekanan bagi pemerintah kolonial Hindia Belanda . Tekanan tersebut

beralasan karena adanya kemajuan dari umat islam DI Hindia Belanda,

mempengaruhi posisi Belanda dalam wilayah kekuasaanya. Maka,. segala kegiatan

organisasi islam harus mendapatkan izin dari aparatur pemerintahan, termasuk juga

dalam penerbitan surat kabar.

Adanya kebijakan tersebut, menimbulkan dinamika yang terjadi dengan surat

kabar islam yang salah satunya adalah surat kabar Adil. Pendirian pers sejak tahun

1932 di Solo mengalami dinamika yang panjang. Tahun tersebut yang bersamaan

dengan periodesasi pergerakan nasional menimbulkan kewaspadaan bagi pemerintah

Hindia Belanda.Dengan hadirnya Muhammadiyah yang juga menerbitkan surat kabar

membuat kehidupan pers islam berjalan dinamis dan menghadapi tantangan yang

berat dalam pengawasan pemerintah kolonial. Latar belakang pendirian surat kabar

Adil serta tindakan pemberitaannya menjadi fokus permasalahan pada penulisn

skripsi ini. Berdasarkan fokus permasalahan tersebut, maka perumusan masalah

dalam penulisan skripsi ini sebagai berikut:

1. Apa yang memotivasi pergerakan pers islam di Hindia Belanda?

2. Apa karakteristik dari surat kabar Adil ?


3. apa yang mendasari surat kabar Adil dalam pemberitaan pergerakan

Muhammadiyah tahun1934-1942 ?

C. Batasan Ruang Lingkup


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, batasan spasial dari penelitian

skripsi ini adalah adalah wilayah Surakarta. Hal tersebut dikarenakan pada surat

kabar Adil terbit di Surakarta serta terdapat fenomena pergerakan sosial

keagamaan Muhammadiyah di berbagai wilayah, khususnya di Surakarta.

Batasan temporal adalah antara tahun 1934-1942. Pemilihan tahun dipilih

dikarenakan pada tahun 1934 hingga tahun 1942 merupakan periode

perkembangan pergerakan Muhammadiyah dalam aktivitas sosial keagamaan.

Periodesasi tersebut juga disematkan untuk pergerakan Muhammadiyah sebagai

masa-masa kepoloporan Muhammadiyah sebagai organisasi pergerakan islam di

Hindia Belanda . 19

Pada penelitian skripsi ini, difokuskan pada bidang sosial keagamaan

dikarenakan pada periode 1934 hingga 1942, Muhammadiyah berada dalam fase

perkembangan di bidang sosial keagamaan, khususnya di wilayah Surakarta. Pada

penelitian terdahulu, terdapat penelitian yang membahas mengenai surat kabar

Adil. Namun belum ada yang mebahas mengenai keterkaitannya dengan

pergerakan Muhammadiyah pada era Hindia Belanda, sehingga dipastikan pada

19 Majelis Diktilitbang dan LPI PP Muhammadiyah, 1 Abad Muhammadiyah:


Gagasan Pembaharuan Sosial Keagamaan, (Jakarta: Kompas, 2010), hlm. 37.
penulisan skripsi ini memiliki sudut pandang yang berbeda dari yang

sebelumnya.

C. Kajian Sumber

Dalam menunjang penulisan skripsi ini, penulis menyertakan beberapa

sumber primer yang akan digunakan sebagai bahan utama penulisan. Tempat

pencarian sumber yang akan digunakan adalah Khastara Perpusnas, Majelis

Pustaka Muhammadijah cabang Surakarta, Perpustakaan Muslim Surakarta,

Perpustakaan , Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Surakarta, serta

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Adapun sumber primer

yang akan dikaji adalah surat kabar Adil periode 1934-1942. Sumber tersebut

untuk menunjang topik yang berkaitan dengan pergerakan Muhammadiyah

Pada Majelis Pustaka Muhammadiyah Surakarta terdapat sumber-sumber

pendukung lainnya yang berkaitan dengan Muhammadiyah dan surat kabar Adil

yaitu arsip Congres Muhammadiyah tahun 1932 yang menjadi cikal bakal

pembentukan surat kabar Adil di Surakarta.Manfaat dari sumber tersebut adalah

mengetahui beberapa keputusan-keputusan, termasuk dalam pembentukan surat

kabar Adil. Selain itu, terdapat sumber lisan yang membantu menemukan fakta

yang terkait dengan dinamika surat kabar Adil dari awal berdiri hingga non

terbitnya.

Peneliti juga melakukan penelusuran sumber dari website perpustakaan

Muhammadiyah Yogyakarta. Arsip yang diperoleh adalah Almanak


Muhammadiyah tahun 1931-1935, serta laporan Boeah Conggres

Muhammadiyah Seperempat Abad. Arsip tersebut berisi catatan-catatan tentang

perjalanan Muhammadiyah dan informasi mengenai “ Dagblad” Adil.

D. Kajian Pustaka

Dalam rancangan penelitian ini, terdapat beberapa tinjauan pustaka yang

berkaitan dengan tema penelitian. Tinjauan pustaka digunakan sebagai acuan dan

pedoman dalam berpikir. Beberapa literatur tersebut antara lain :

Buku yang berjudul I Abad Muhammadiyah, Gagasan Pembaharuan Sosial

Keagamaan oleh tim Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan

yang bekerja sama dengan Lembaga Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah.

Dalam buku tersebut membahas mengenai sejarah dan kiprah Muhammadiyah

sebagai organisasi sosial keagamaaan. Buku tersebut menjadi dasar dalam

penulisan pergerakan Muhammmadiyah dalam masa “The Years of Prominence”

atau masa-masa kepeloporan Muhammadiyah 1934-1942. Terdapat informasi-

informasi yang berkaitan dengan topik skripsi ini, yaitu mrmbahas mengenai

sejarah dan perkembangan Muhammadiyah di berbagai wilayah cabang. Selain

itu, memberikan informasi mengenai sisi historis dan dinamika Muhammadiyah

dari para pemimpin Muhammadiyah sejak K.H.Ahmad Dahlan hingga

Muhammad Sirajuddin Syamsuddin (1912-2010). Kelemahan dari buku ini tidak

disinggung tentang surat kabar Adil sebegai salah satu jejak pergerakan
Muhammadiyah dalam bidang literasi pemberitaan. Manfaat yang diperoleh dari

sumber pustaka ini adalah dapat mengetahui mobilitas Muhammadiyah sebagai

organisasi keagamaan serta informasi tambahan mengenai jejak rekam

Muhammadiyah di tahun 1934 hingga tahun 1942.

Buku berjudul 85 Tahun H. Surono Wirohardjono (1980) oleh Basit

Adnan,dkk. Tulisan tersebut membahas mengenai jejak profil dari H.Surono

Wirohardjono sebagai pimpinan redaksi Adil di tahun-tahun awal terbit. Beliau

juga dikenal sebagai wartawan empat zaman di Surakarta. Kegemaran dalam

berorganisasi mengantarkan pada Muhammadiyah sebagai jalur pergerakannya

sebagai jurnalis. Dalam tulisan tersebut juga menerbitkan tulisan-tulisan dari

H.Surono Wirohardjono yang diambil dari penerbitan pers masa lampau,salah

satunya adalah surat kabar Adil. H.Surono Wirohardjono yang juga merupakan

anggota Muhammadiyah Surakarta menjadi pencetus munculnya surat kabar Adil.

Kelemahan dalam buku ini adalah belum adanya pemberitaan tentang pergerakan

Muhammadiyah tahun 1934-1942 yang dimuat dalam surat kabar Adil. Manfaat

dari tulisan tersebut adalah mengetahui secara historis rekam jejak surat kabar

Adil dalam pers islam di Hindia Belanda.

Skripsi berjudul Peranan Majalah Adil Sebagai Media Komunikasi Warga

Muhammadiyah (Studi Kasus di Surakarta Tahun 1969-1978) oleh Herfianto

(2013). Dalam skripsi tersebut membahas mengenai pertumbuhan dan peran pers

dari Muhammadiyah melalui penerbitan surat kabar dan majalah, salah satunya

Majalah Adil (era Orde Baru) sebagai revolusi dari tahun 1930-an. Selain itu,
membahas mengenai latar belakang historis dari surat kabar Adil dan perjalananya

menjadi majalah di era Orde Baru. Kelemahan dari tulisan skripsi tersebut adalah

belum membahas secara rinci mengenai topik atau pemberitaan yang berkaitan

dengan Muhammadiyah. Manfaat dari tulisan tersebut adalah dapat mengetahui

perspektif terkait surat kabar Adil sebelum berevolusi menjadi majalah di era

Orde Baru.

Jurnal yang berjudul Syiar di Media Massa: Potret Dakwah Organisasi

Muhammadiyah dalam Majalah Adil Tahun 1974-1979 oleh Irma Ayu Kartika

Dewi dan Khoirina Nur Khikmah (2022). Tulisan tersebut membahas mengenai

konten atau isi majalah Adil setelah berevolusi di era Orde Baru. Selain itu, di

awal menjelaskan mengenai latar belakang historis surat kabar ADIL yang lahir di

Oktober 1932 dan kemudian berhenti di tahun 1942 karena adanya pergantian

kekuasaan penjajah. Pasca kemerdekaan tahun 1945, ADIL berubah menjadi

majalah di masa Orde Baru dengan berbagai macam rubrik. Beberapa isi artikel

berisi tentang dakwah, sosial, peristiwa aktual, serta keperempuanan. Kelemahan

dari tulisan ini adalah belum adanya tulisan dalam surat kabar Adil yang memuat

tentang pergerakan Muhammadiyah tahun 1934-1942. Manfaat dari tulisan

tersebut dalam penelitian skripsi ini adalah mengetahui analisa isi dari sebuah

media, yaitu majalah terkait perkembangan pemberitaan secara publik.

E. Metodologi
Metodologi merupakan bagian penelitian yang membahas mengenai

kerangka-kerangka pemikiran tentang konsep-konsep,kategori-kategori,model-

model, hipotesis-hipotesis, dan prosedur-prosedur umum yang dipakai dalam

penyusunan teori dan testing.20 Teori yang digunakan dalam metodologi penelitian

skripsi ini adalah teori strukturasi.21

Dalam teori strukturasi, inti dasar kajian ilmu-ilmu sosial bukan berasal dari

pengalaman masing-masing aktor atau subjek, melainkan praktik-praktik sosial

yang terjadi di dalam ruang dan waktu.22. Pada dasarnya, praktik-praktik sosial

kemudian menghasilkan suatu fenomena disebut sebagai dualisme. Unsur

dualisme terdiri dari agen atau agensi, dan struktur. Dua unsur tersebut kemudian

membentuk sebuah konsep, baik bersifat subjektivisme maupun objektivisme.

Subjektivisme berpandangan bahwasanya cara memandang tindakan individu

sebagai hal yang utama dalam sebuah gejala sosial. Objektivisme merupakan cara

pandang dengan memprioritaskan gejala sosial dibandingan tindakan dari individu

atau sang agen.

Konsep pemahaman kemudian merujuk pada struktur dan agensi. Struktur

merupakan aturan dan sumber daya ,atau seperangkat relasi transformasi

terorganisasi sebagai kelengkapan-kelengkapan dari sistem sosial. 23 Agen atau


20 Helius Sjamsuddin, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Penerbit Ombak,
2012), hlm.
21 Teori strukturasi merupakan rangkaian dari perkembangan ilmu sosial yang
diciptakan oleh Anthony Giddens.
22 Antony Giddens, Teori Strukturasi: Dasar-Dasar Pembentukan Struktur
Sosial Masyarakat (Terjemahan , (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010), hlm.28.
23 Ibid
agensi merupakan suatu subjek yang berpusat pada kekuasaannya untuk

menghasilkan peristiwa. Letak perbedaan antara struktur dan agen terjadi pada

ruang lingkup tindakan. Struktur berada di luar tindakan manusia sedangkan agen

disebut sebagai tindakan yang melibatkan individu dan memunculkan sebuah

konsekuensi. Hal tersebut yang mengakibatkan dualisme sosial. Pada

perkembanganya, kedua unsur tersebut kemudian banyak disepakati oleh ahli ilmu

sosial (termasuk Antony Giddens) sebagai suatu bentuk dualitas sosial yang

disebut sebagai teori strukturasi. Dualitas terjadi pada praktik sosial yang terpola

secara berulangan.

Menganalisa secara strukturasi memiliki arti yaitu mempelajari cara tentang

bagaimana sistem yang terdiri dari aturan-aturan, diproduksi dan direproduksi

dalam interaksi. Gagasan mengenai strukturasi berpusat pada waktu dan ruang

yang dipandang sebagai suatu sifat konstitutif. Hal itu yang juga terjadi dalam

fenomena sejarah hubungan surat kabar Adil dan Muhammadiyah dalam masa

Hindia Belanda. Konsep organisasi dalam sosial masyarakat dipandang sebagai

praktik-praktik sosial pada abad ke-20. Hal itulah yang menyebabkan terjadinya

paradigma strukturasi yang melekat antara pemerintah kolonial, Muhammadiyah,

dan surat kabar Adil.

Dengan berbagai permasalahan dan teori yang terjadi, maka memunculkan

upaya untuk merekonstruksi kembali. Sejarah termasuk ilmu empiris, yang berarti
bergantung pada pengalaman manusia yang direkam dalam dokumen. 24 Dokumen-

dokumen tersebut menghasilkan fakta yang diinterpretasi , barulah menjadi tulisan

sejarah. Tahapan tersebut dinamakan sebagai metode penelitian sejarah dengan

tahapan yang terdiri dari pengumpulan sumber atau heuristik, verifikasi,

interpretasi, dan penulisan atau historiografi.25

1.. Pengumpulan sumber

yaitu tahapan mencari, menyaring serta menyeleksi sumber yang akan

menjadi bahan atau materi penulisan. Sumber sejarah terdiri dari yang bersifat

tertulis maupun tidak tertulis (lisan). Sumber sejarah yang akan menjadi materi

penulisan skripsi tersebut yaitu surat kabar Adil tahun 1934-1942 yang terkait

dengan pergerakan organisasi Muhammadiyah pada tahun tersebut.serta beberapa

arsip tambahan untuk mendukung sumber utama. Selain sumber tertulis, juga

dilakukan untuk mencari sumber lisan yang juga berfungsi sebagai sumber

pendukung. Kegiatan pengumpulan sumber dilakukan di khastara perpusnas

(website Perpustakaan Nasional), Muhammadiyah cabang Surakarta, Monumen

Pers Nasional, Sedangkan untuk sumber sekunder dilakukan pencarian di

perpustakaan- perpustakaan daerah maupun universitas.

2. Verifikasi (kritik sejarah)

24 Kuntowijoyo. 2013. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana,


hlm.46

25 Metode merupakan tahapan yang terkait dengan cara, konsep, serta teknik
yang disusun secara sistematis. Lihat Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah
(Yogyakarta:Tiara Wacana, 2013), hal. 69.
Merupakan tahapan memilih dan menyaring sumber-sumber yang sudah

didapatkan sehingga dapat digunakan sebagai bahan atau materi penulisan. Dalam

tahap verifikasi atau kritik sejarah, terdapat dua macam yaitu kritik ekstern dan

kritik intern. Tahap kritik ekstern adalah bentuk atau cara tindakan verifikasi

terhadap aspek di luar isi sumber sejarah. Hal tersebut bertujuan untuk menguji

otensitas keaslian sumber sejarah yang sudah didapat dari bentuk fisik, seperti

gambar, tulisan, dan lain sebagainya. Kritik intern adalah bentuk atau cara

tindakan verifikasi terhadap aspek di dalam isi sumber. Tujuannya adalah

menguji kredibilitas keaslian sumber sejarah dari isi, termasuk kesesuaian sumber

terhadap situasi dan kondisi dari judul penulisan skripsi.

3. Interpretasi

Merupakan tahapan memahami dan membentuk suatu narasi historis dari

pembacaan serta penelaahan yang serius terhadap sumber-sumber sejarah yang

telah dikumpulkan dan telah mengalami tahapan verifikasi. Interpretasi dilakukan

dengan menguraikan sumber yang berupa kemungkinan-kemungkinan terkait

fakta. Hal tersebut kemudian dilanjutkan dengan menyatukan fakta-fakta yang

didapat dan menemukan fakta yang lebih luas. Hal ini kemudian memunculkan

unsur subjektivitas sejarawan. Oleh karena itu, perlu ketepatan dalam

menganalisis sumber sejarah agar sesuai konteks fakta yang ada.

4. Rekonstruksi
Merupakan tahap terakhir dalam penelitian sejarah. Tahap tersebut didapat

setelah melakukan pengumpulan data yang sudah dikumpulkan dan diinterpretasi.


Data yang sudah mengalami interpretasi oleh peneliti digunakan sebagai acuan

untuk menuliskan fakta sejarah.

F. Konsepsi

Konsep mengandung karakteristik atau ciri-ciri secara umum dari suatu

kelompok. Kemunculan organisasi dalam panggung sejarah Indonesia menyatakan

ada perkembangan secara sistematis dalam pergerakan nasional. Muhammadiyah

dipandang sebagai organisasi yang berpengaruh dalam sejarah pergerakan di

Indonesia dan disusun secara sistematis. Hal tersebut yang kemudian memunculkan

konsepsi utama dalam penelitian ini, yaitu

1. Konsep Organisasi

Organisasi merupakan suatu institusi yang rasional dengan maksud

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui suatu sistem aturan

yang jelas dan otoritas yang formal. 26 Muhammadiyah dilegitimasikan

sebagai organisasi dikarenakan sudah ada ketetapan dari pemerintah

kolonial Belanda yaitu berdasar Besluit pemerintah Nomor 81 tanggal 22

Agustus 1914. Selain itu, keorganisasian Muhammadiyah dapat dirunut

dari susunan anggota yang telah terstruktur. Susunan anggota

Muhammadiyah,yaitu 27

a. K.H. Ahmad Dahlan sebagai ketua


26 Miftah Thoha, Birokrasi dan Dinamika Kekuasaan, ( Jakarta : Penerbit
Kencana, 2016). Hal.273.
27 Alfian, op.cit., hal.
b. Abdullah Sirat sebagai sekretaris

c. Hadji Ahmad

d. Raden Hadji Sarkawi

e. Hadji Muhammad

f. Raden Hadji Djaelani

g. Hadji Anis

h. Hadji Muhammad Pakih

Dari struktur tersebut, Muhammadiyah dapat dikatakan sebagai sebuah

organisasi dikarenakan memiliki sistem yang terjalin secara formal dan

terarah.

2. Organisasi Sosial

Bentuk organisasi ada beberapa bentuk dan cirinya. Pada organisasi

sosial, terdapat sebuah sistem yang memberikan pengarahan, dan didirikan

secara sukarela oleh masyarakat berdasarkan kesamaan aspirasi, kehendak,


28
dan kebutuhan. Pada keterangan tersebut, terbentuklah organisasi sosial.

Legitimasi tersebut disematkan kepada Muhammadiyah dikarenakan

tujuan serta visi dan misi yang berfokus pada isu sosial.,seperti pendidikan,

fasilitas kesehatan, gerakan kepemudaan dan lain sebagainya. Adapun

fasilitas sosial yang menjadi dasar gerakan Muhammadiyah adalah sekolah

Muhammadiyah di Kauman, Perkumpulan kecil untuk membahas seputar

28 Adi Sutrisno, et,al., Pengantar Sosial Ekonomi dan Budaya Kawasan


Perbatasan, (Malang : Intelegensia Media, 2020), hlm.92.
agama, Gerakan Kepemudaan Hizbul Wathan, pengadaan literasi

berbentuk surat kabar, serta bagian Penolong Kesengsaraan Umum (PKU)

untuk fasilitas kesehatan.

3. Organisasi keagamaan

Negara memiliki keterbatasan pada kekuasaanya. Salah satu

keterbatasan pada negara ialah soal keagamaan. Suatu negara biasanya

tidak memiliki kekuasaan atau otoritas pada di luar kekuasaanya seperti

perkumpulan keagamaan. Sebagai aturan dasar, negara memiliki watak


29
yang bersifat sekular. Ruang-ruang yang disediakan negara terpisah dari

ruang-ruang spiritual. Organisasi keagamaan kemudian dapat diartikan

sebagai organisasi yang memiliki otonomi pada bidang keagamaan. Pada

organisasi Muhammadiyah, telah memiliki otonomi pada pembentukannya.

Setelah mendapatkan kekuatan hukum, kemudian dibentuk badan-badan

yang mengurusi perihal keagamaan, seperti Majelis Tarjih.

4. Masa Kepeloporan Muhammadiyah (1934-1942)

Muhammadiyah menjadi organisasi yang tidak hanya sekedar

pelengkap dalam sejarah pergerakan nasional Indonesia, namun menjadi

suatu organisasi yang berpengaruh terhadap pergerakan islam pada abad

ke-20. Masa K.H. Ahmad Dahlan yang telah membentuk Muhammadiyah

menjadi awal perkembangan gerakan islam revolusioner tersebut.

29 Sekular berarti memisahkan antara sesuatu yang bersifat dunia dan


keagamaan.
Pergerakan Muhammadiyah disebut mencapai sutu masa yang disebut

sebagai masa kepeloporan atau “The Years Of Prominence”. 30 Periode

tersebut terjadi antara tahun 1934 hingga 1942. Tahun-tahun tersebut juga

menjadi bukti perkembangan Muhammadiyah sebagai agen perubahan

sosial serta pembaharuan kegamaan.

G. Sistematika Penulisan

30 Majelis Diktilitbang dan LPI PP Muhammadiyah, 1 Abad


Muhammadiyah: Gagasan Pembaharuan Sosial Keagamaan, (Jakarta:
Kompas, 2010), hlm. 37.
Sistematika penulisan disusun untuk mempermudah pemahaman terhadap

penulisan skripsi. Sistematika penulisan disusun terdiri dari lima bab, yaitu

Bab pertama menjelaskan latar belakang ,batasan dan ruang lingkup

penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab kedua menjelaskan Dinamika Pers Pribumi serta Pers Islam di Hindia

Belanda.

Bab ketiga menjelaskan kronologis dan karakteristik surat kabar dari surat

kabar Adil

Bab keempat menjelaskan isi surat kabar Adil mengenai tranformasi

pergerakan Muhammadiyah tahun 1934-1942.

Bab kelima menjelaskan kesimpulan dari keseluruhan bab.

Anda mungkin juga menyukai