DI INDONESIA 1942-1945
Adhe Lia Nirmalasari, Bagas Gifari Eko Saputra, Isvi Rahmatul Mustafa,
Meru Pangesthi Aji, Moch Nizam Alfahmi
adhelianirmala@gmail.com
S1 Pendidikan Sejarah Offering C 2017, Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial,
Univesitas Negeri Malang.
Abstrak: Pendudukan Jepang di Indonesia banyak memberi dampak baik negatif maupun
positif bagi rakyat Indonesia. Tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui
dampak kebijakan Pendudukam Jepang di Indonesia kepada gerakan organisasi Islam
pada masa 1942-1945. Pada masa kolonialisme Belanda, organisasi Islam banyak
dihalangi kemajuannya oleh pemerintah Belanda. Berbeda dengan masa pendudukan
Jepang yang mendukung terbentuknya organisasi Islam di Indonesia, namun tujuan
utamanya adalah untuk menggunakan potensi umat Islam untuk kepentingan mendirikan
Asia Timur Raya.
Bangsa Indonesia adalah satu dari sekian bangsa yang memiliki sejarah
masa lalu sebagai bangsa yang terjajah. Setelah sekian lama dikuasai oleh
kolonialisme Belanda, kemudian wilayah Indonesia kembali diduduki oleh bangsa
Jepang yang menguasai selama 3,5 tahun lamanya. Bangsa Jepang yang
menggantikan kolonialisme Belanda menguasai Indonesia pada tahun 1942
hingga tahun 1945. Meskipun singkat namun masa pemerintahan Jepang di
Indonesia dinilai lebih kejam dari masa kolonialisme Belanda.
PEMBAHASAN
Pada masa ini juga Islam dihadapkan pada masuknya gagasan ajaran
komunisme yang menjadikan umat islam mengalami persntuhan gagasan serta
ideologi secara politis. Walaupun ajaran komunisme dianggap sangat
bertentangan dengan ajaran islam yang banyak dianut oleh masyarakat, namun
gagasan ini mampu mempengarhi beberapa golongan dari masyarakat Islam di
Hindia Belanda untuk kemudian dijadikan sebagai sikap politik. Gagasan yang
lain juga muncul sebagai pemahaman akan Nasionalisme. Gagasan Nasionalisme
ini kemudian mengalami perkembangan dengan memunculkan berbagai dinamika
yang pada akhirnya juga turut membentuk respon dan posisi umat Islam dalam
percaturan politik pada masa Hindia Belanda. Sehingga umat Islam juga
mengalami dinamika berupa pertikaian terhadap pemerintah Belanda melalui
praktik adu domba yang menyebabkan konflik antar praktik keagamaan dari
golongan pembaharu dan tradisional.
Maka dari itu dalam konteks pembahasan ini Islam sangat banyak
memainkan peran dalam menentukan perkembangan pemikiran kebangsaan
Indonesia pada masa Hindia Belanda dibawah Pemerintahan Kolonial. Islam
berfungsi sebagai mata rantai yang menyatukan rasa persatuan nasional
menentang kolonialisme Belanda. Dengan sejarah perjalanan pergerakan umat
Islam ini serta diiringi dengan berakhirnya masa pemerintahan Kolonial Belanda
dan digantikan dengan masa pendudukan Jepang, menjadikan permasalahan ini
sebagai senjata Jepang untuk menrik simpatisan rakyat Indonesia dengan
merangkul umat Islam dalam meluaskan pergerakannya dalam menjalankan
syariat serta kegiatan beribadah.
Jepang mengetahui bahwa umat Islam Indonesia sangat tidak senanag pada
Belanda. Oleh karena itu kebencian tersebut dijadikan alat oleh Jepang untuk
memuluskan pendaratannya di bumi Indonesia. Pada hari-hari menjelang
pendaratan Jepang ke Indonesia, radio Tokyo menyiarkan bahwa mereka akan
datang membebaskan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda dan akan
menghormati serta menjunjung tinggi Islam. Pesawat-pesawat udara Jepang pun
menyebarkan pamflet-pamflet yang isinya sama dan juga bendera merah putih
Shiddiqi (dalam Hadidjah, 2007:145).
2. Masyumi
3. Hizbullah
Pada zaman Jepang, akhir tahun 1944, juga dibentuklah Hizbullah, yaitu
sejenis organisasi militer bagi pemuda-pemuda muslim Indonesia. K.H. Zainul
Arifin dipercaya menjadi ketua panglima Hizbullah, dengan tugas utamanya
mengkoordinasi pelatihan-pelatihan semi meliter. K.H. Zainul Arifin adalah salah
satu utusan dari Nahdatul Ulama dalam kepengurusan Masyumi. Di antara
pemimpinnya terdapat Muhammad Roem, Anwar Tjokro Aminoto, Jusuf
Wibisono, dan Prawoto Mangkusaswito yang kemudian terkenal menjadi
politikus-politikus terkenal. Jadi seluruh masa pendudukan Jepang ini, ternyata
umat Islam telah memperoleh keuntungan-keuntungan besar (Husni, 2015:62).
4. Pembentukan MAIBKARTA
Majelis Agama Islam untuk Bantuan Kemakmuran Asia Timur Raya.
Organisasi ini dibangun oleh Jepang di Aceh yang didukung oleh PUSA
(Persatuan Ulama Seluruh Aceh). Pada intinya usaha Jepang menggaet hati umat
Islam adalah untuk: (1) menanamkan semangat Nippon di hati masarakat muslim;
(2) menumbuhkan loyalitas Ulama kepada Jepang; (3) meyakinkan kebencian
Ulama kepada sekutu; (4) meyakinkan Umat Islam bahwa perang Asia Timur
Raya adalah perang suci; dan (5) menanamkan keyakinan bahwa Jepang dan
Indonesia adalah satu nenek moyang dan satu ras (Hadidjah, 2007:147).
Perjuangan para tokoh NU masih terus berlanjut bahkan saat Indonesia dijajah
oleh Jepang. Amin (2016: 265-266) menjelaskan bahwa jauh sebelumnya, yaitu
masa pendudukan Jepang, kaum ulama dan santrinya sudah bersiap-siap
menyusun kekuatan. Laskar Hizbullah (Tentara Allah) dan Sabilillah (Jalan Allah)
didirikan pada akhir kedudukan Jepang, dan mendapatkan latihan kemiliteran di
Cibarusah, sebuah desa di daerah Bekasi, Jawa Barat. Laskar Hizbullah berada
dibawah komando spiritual KH. Hasyim Asy’ari dan secara militer dipimpin oleh
KH. Zaenul Arifin. Adapun Laskar Sabilillah dipimpin oleh KH. Masykur, dia
adalah pemuda pesantren dan anggota Ansor NU (ANU) sebagai pemasok paling
besar dalam keanggotaan Hizbullah.
2. Peran Masyumi pada masa pendudukan Jepang
KESIMPULAN
Masa pendudukan Jepang di Indonesia berjalan cukup singkat yakni dari
1942-1945. Dalam melancarkan pendaratannya di Indonesia, Jepang
mempergunakan siasat-siasat cerdik untuk menarik simpati masyarakat Indonesia.
Hal pertama yang dilancarkan Jepang untuk menarik perhatian masyarkat
Indonesia adalah melalui sikap-sikap baik yang diberikan kepada umat Islam
karena mayoritas masyarakat Indonesia beragama Islam. Pada akhirnya umat
Islam mengizinkan pendaratan Jepang di Indonesia karena menganggap bahwa
Jepang tidak akan menyebarluaskan ajarannya di Indonesia, bahkan Jepang
memberi kebebasan kepada umat Islam dalam melaksanakan ibadah. Hal ini
berbeda ketika masa Kolonialisme Belanda yang mempersempit ruang gerak umat
Islam.
DAFTAR RUJUKAN
1. Isnaeni, Hendri F & Apid. 2008. Romusa: Sejarah Yang Terlupakan
(1942-1945). Yogyakarta: Penerbit Ombak.
2. Hadidjah, St. 2007. Kontribusi Pendudukan Jepang Bagi Persatuan Umat
Islam di Indonesia. Jurnal Hunafa Vol.4, No.2, Juni 2007. (online)
garuda.ristekdikti.go.id. Diakses pada 7 Oktober 2019.
3. Hasim. H. 2018. Perkembangan Politik Ketatanegaraan Islam Di
Indonesia. Bilancia Vo. 12 No. 2, Juli-Desember 2018
4. Husni. M. 2015. Kondisi Umat Islam Masa Penjajahan Jepang. Jurnal
Rihlah Vol. III No. 1 Oktober 2015
5. Syafii, Maarif. 1985. Islam dan Masalah Kenegaraan. Jakarta: LP3ES.
6. Effendi. 2012. Politik Kolonial Belanda Terhadap Islam di Indonesia
Dalam Prespektif Sejarah (Studi Pemikiran Snouck Hurgronye).
Jurnal TAPIs. Vol.8 No.1 Januari-Juni 2012. (online)
(http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/TAPIs
/article/download/1546/1286) . Diakses 3 Oktober 2019.
7. Ahsan Ivan A. 2017. Taktik Belanda Mengendalikan Islam Melalui Gelar
Haji. Tirto.id. (online) (https://tirto.id/taktik-belanda
mengendalikan-islam-melalui-gelar-haji-cvHx). Diakses 3 Oktober
2019.
8. Amin Farih. 2016. Nahdlatul Ulama (NU) Dan Kontribusi Dalam
Memperjuangkan Kemerdekaan Dan Mempertahankan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). (Online)
file:///C:/Users/This%20PC/Downloads/969-2759-1-PB.pdf.
Diakses pada 08 Oktober 2019 pukul 17.00 WIB.
9. Dwikurniarini D., dkk. 2012. Peran Organisasi Islam: Dari Perjuangan
Menuju Kemerdekaan Sampai Masa Perang Kemerdekaan (1936
1949). (Online)
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132305856/penelitian/penlt-2012
peran-orgnsasi-islam.pdf. Diakses pada 08 Oktober 2019.