Anda di halaman 1dari 11

PERADABAN ISLAM PADA ERA

PRA KEMERDEKAAN

kelompok 12
Anggota Kelompok

AGISTA SARBIA / 2023010104033

DIAN LATRI MEKUO / 2023010104036

TRIANA NUR SOLEHAH / 2023010104018


Latar Belakang
Agama di Indonesia yang penyiarannya cepat dan dinamis salah satunya adalah
agama Islam. Hal ini disebabkan karena Islam disampaikan dengan jalan damai serta ajaran-
ajaran yang terkandung didalamnya bersifat terbuka dan tidak memberatkan. Ketika Islam
datang, sebenarnya kepulauan Nusantara sudah mempunyai peradaban yang bersumber
kebudayaan asli pengaruh dari peradaban Hindu-Budha dari India, yang penyebaran
pengaruhnya tidak merata.

Walaupun demikian, Islam dapat cepat menyebar. Islam tersebar


ke seluruh Indonesia melalui beberapa saluran diantaranya perdagangan, dakwah,
perkawinan, pendidikan, tasawuf dan tarekat, serta kesenian. Dalam perjalanannya, Islam
memberikan pengaruh bagi Nusantara baik dalam bidang agama, politik maupun sosial.

Di tengah proses islamisasi, datang para pedagang Barat yang ingin membawa nafsu
kolonialisme bidang ekonomi-politik, mereka ingin menaklukkan kerajaan-kerajaan Islam
dan menguasai Nusantara menggunakan kekerasan, terutama dengan teknologi persenjataan
yang lebih unggul. Itulah sebabnya sejak abad XVI M Nusantara mulai kehilangan
kemerdekaan dan sejak saat itu Islam menjadi lambang perlawanan menghadapi
kolonialisme.
Tujuan penulisan
a. Mengetahui dengan jelas Peradaban Islam Pra Kemerdekaan di
Indonesia.
b. Memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam
Rumusan masalah
a. Bagaimana sikap pemerintah belanda kepada
pemeluk agama Islam di Indonesia?
b. Apa yang di lakukan oleh pemerintah jepang
kepada pemeluk agama islam di indonesia?
c. Bagaimana kondisi agama dan kekuatan politik
pada masa kolonialisme?
A.Zaman belanda
Keberhasilan umat Islam dalam menunda keinginan Belanda untuk membentuk pemerintahan penuh sebagian besar
disebabkan oleh perlawanan dari kesultanan. Salah satu negara Eropa yang pernah menjajah nusantara adalah Belanda.
Dialah satu-satunya yang berhasil membangun pemerintahan yang kuat di Indonesia. Hal ini memungkinkan Belanda
berhasil mengembangkan kebijakan politik, termasuk kebijakan Islam.
Pada awal bulan April 1595, empat armada Belanda di bawah komando Cornelis De Houtman berlayar menuju
Kepulauan Melayu dan mencapai Jawa Barat (pelabuhan Banten) pada bulan Juni 1596. Menurut Dr. Muqaddam Khalil
M.A., mereka sengaja mendarat di Banten, karena dianggap wilayah tersebut bebas dari pengaruh Portugis. Tujuan
mereka datang ke Indonesia adalah untuk mengembangkan kegiatan komersial, terutama mencari rempah-rempah untuk
dijual di negaranya. Keberhasilan Belanda di bawah komando De Houtman membuat Belanda semakin tertarik
mengembangkan perdagangannya di Indonesia. Maka pada tahun 1598 generasi kedua di bawah pimpinan Van Nede Van
Heemskerck dan Van Warwijk tiba di Indonesia.
Pada tahun 1859, Gubernur Jenderal berhak campur tangan dalam urusan agama, bahkan mengawasi seluruh gerak-gerik
para ulama jika dianggap perlu demi ketertiban dan keamanan. Ketakutan Belanda terhadap Islam bermula dari kenyataa
bahwa umat Islam sering menentang pemerintah Belanda, sehingga dapat membahayakan kekuasaan pemerintah Belanda
di nusantara. Berdasarkan latar belakang tersebut, pada tahun 1889 seorang negarawan kolonial Belanda, “Snouck
Hurgronje”, yang memiliki pemahaman mendalam tentang Islam, diangkat sebagai penasehat urusan orang Arab pribumi
Pemahaman Snouck Hurgronje tentang hakikat Islam di Indonesia turut membantu keberhasilan Hindia Belanda dalam
membentuk kebijakan politiknya terhadap Islam.
B.Zaman jepang
Islam mendapat perhatian khusus pada masa pendudukan Jepang. Hal ini terbukti ketika Jepang mengadopsi pendekatan tertentu. Tepat pada tahun 1943, tujuh bulan
pertama, Jepang sibuk mengkampanyekan Islam Indonesia di tingkat pedesaan. Masyarakat Jepang memperlakukan kiai dengan sopan di desa karena mereka sadar betul
akan besarnya pengaruh kiai. Jepang telah berhasil melakukan perdamaian antara kelompok pembela (ulama mengikuti mazhab) dan kelompok maju (ulama menolak taqlid),
antara ulama ketergantungan (penghulu) dan ulama independen (kiai). Elit Muslim lebih banyak berbagi dibandingkan pada masa Hindia Belanda dalam urusan politik-
administrasi baru, khususnya di Shumubu dan Shumuka.
Di beberapa daerah di Indonesia, ulama menduduki posisi keagamaan, sosial dan politik. Salah satunya di Minangkabau yang kedudukan Tuanku lebih tinggi dari masyarakat
adat. Kedudukan dan peran ulama pedesaan di Indonesia lebih penting dibandingkan penguasa yang hanya berlandaskan nasionalisme sehingga Jepang berusaha menarik
ulama untuk memihaknya. Sebelum Jepang mendarat di Indonesia, Jepang mengumumkan bahwa mereka akan datang untuk membebaskan bangsa Indonesia dari penjajahan
Belanda dan akan menghormati serta melindungi agama Islam. Di Aceh, Jepang disambut oleh PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Aceh) yang melakukan sabotase untuk
membuka jalan bagi Jepang untuk lewat. Untuk meyakinkan umat Islam di Indonesia, Jepang telah mengambil tindakan tegas terhadap Gereja. Sekolah-sekolah dan rumah
sakit yang dikelola Belanda ditutup atau berada di bawah pemerintahan Belanda.
Sebagai bagian dari upaya politik Jepang terhadap umat Islam di Indonesia, Jepang ingin menjadikan Indonesia menyerupai Mansyuria, Korea, dan Formosa (sekarang
Taiwan) sebelum Perang Dunia II. Jepang berusaha meniru Indonesia dengan memberikan posisi dominan di bidang politik, ekonomi, dan budaya. Kebudayaan Indonesia
telah tergantikan oleh kebudayaan Jepang. Hal ini dapat kita lihat pada contoh berikut:

1. Umat Islam, termasuk para ulama, wajib melakukan seikeirei yang artinya membungkukkan badan terhadap terbitnya matahari setiap pagi. Setiap pertemuan harus dibuka
oleh seikirei. Setiap kali nama Tenno disebutkan, harus dilakukan dengan seikirei. Heiha menelepon ya, Setiap pertemuan diakhiri dengan mengucapkan sesuatu kepada
Banzai Dai Nippon dan Allahu Akbar sebanyak tiga kali. 2. Membersihkan pengaruh budaya Barat dan Arab dan menggantinya dengan budaya Jepang. Ketahui cara
menjadikan bahasa Jepang sebagai bahasa resmi. Setiap hari di Asia Raya memiliki bagian khusus yang dikhususkan untuk pelajaran bahasa Jepang. Di semua buku teks,
istilah resmi Jepang harus digunakan. Bahasa Jepang adalah mata pelajaran utama. 3. Jepang tidak mengizinkan pembukaan kembali sekolah berbahasa Arab. Bahasa Arab
tidak bisa diajarkan di pesantren. Aksara Arab yang menjadi aksara Melayu juga dilarang untuk diajarkan. Penggunaan buku berbahasa Arab harus mendapat izin dari
Shumubu. Al-Quran dan Hadits tidak dapat dipelajari dalam bahasa Arab tetapi harus diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia atau bahasa daerah agar dapat dipahami.
Orang Jepang mengatakan bahwa mereka akan membantu orang ketika mereka pergi berziarah.
4. Jepang mendirikan Seinendan (Persatuan Pemuda). Setiap anak muda mengenal tradisi dan budaya Jepang.
5. Jepang menyelenggarakan pelatihan yang disebut Pelatihan Kiai. Setiap batch memakan waktu 30 hari. Dalam pelatihan ini, setiap misionaris dijiwai dengan ideologi dan
propaganda Jepang dan harus menerima obat yang cukup untuk memiliki “jiwa baru”. Jepang berharap semua kyai dilatih. Sejak Juli 1943 hingga Mei 1945, modernisasi
terjadi sebanyak 17 kali di Jakarta. Setiap undian diikuti oleh 60 biksu dari 20 lingkungan di Pulau Jawa.
C.Agama dan kekuatan politik kolonialisme
Signifikansi politik Islam di Indonesia, termasuk Islam di Jawa, sebagian besar disebabkan oleh tipisnya garis antara agama dan politik dalam Islam. Islam adalah jalan hidup dan agama. Seperti masyarakat
Muslim lainnya, ustadz, kyai, dan ulama telah menjadi komponen sosial yang penting dalam masyarakat Indonesia sejak awal. Ancaman umat Islam yang ditimbulkan oleh kaum priyayi, meski sudah masuk
Islam, tetap memupuk budaya aristokrat mereka sendiri, yang seringkali bertentangan dengan budaya santri dan ulama yang berkembang. Kemunduran ini merupakan akibat yang tak terhindarkan dari
pemerintahan Belanda di Indonesia, yang secara efektif menjadikan raja-raja Indonesia sebagai instrumen kekuasaan Kristen. Sejak pertengahan abad ke-19, Islam di Indonesia secara bertahap mulai melepaskan
ciri-ciri campurannya. Pada awal abad ke-20, masyarakat Indonesia mulai mengalami perubahan sosial, politik, ekonomi, dan budaya yang pesat serta dipengaruhi oleh dunia luar. Dalam konteks perubahan atau
pembaharuan inilah umat Islam di Indonesia merasa perlunya sebuah organisasi yang mampu mengayomi masyarakat di bidang agama dan politik. Berikut empat organisasi Islam yang berkembang di Indonesia
dan mengelola ranah keagamaan dan politik umat Islam di Indonesia:

SATU. muhammadiyah
Ketika Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tahun 1912, umat Islam sedang mengalami krisis. Seperti seluruh Indonesia, mereka terbelakang dan mempunyai tingkat pendidikan yang sangat
rendah. Selain itu, kemakmuran ekonomi sangat buruk dan kapasitas politik sangat lemah. Yang lebih mengkhawatirkan lagi, identitas Muslim menjadi salah satu aspek negatif dalam kehidupan masyarakat.
Islam pada masa itu identik dengan gambaran para santri yang masih tertarik pada akhirat namun seolah-olah tidak peduli dengan kejadian dan permasalahan zaman. Sementara itu, organisasi keagamaan masih
bergelut dengan isu-isu yang tidak banyak kaitannya dengan dinamika realitas sosial, apalagi berupaya mempromosikannya. B. Persis (Persatuan Islam)
Sama persis dengan apa yang disebut sebagai organisasi modernis yang memberikan warna baru terhadap dinamisme peradaban Islam di Indonesia saat itu. Persis yang lahir pada abad ke-20 merupakan respon
terhadap sifat bercampurnya keberagaman masyarakat muslim di Indonesia yang diakibatkan oleh pengaruh keberagaman dalam perilaku masyarakat Indonesia. Indonesia, sebelum adanya ormas Islam,
memang merupakan lahan subur bagi kegiatan-kegiatan yang berbau campuran, karena sikap permisif para propagandis Islam di Indonesia terhadap adat-istiadat yang sudah ada sebelumnya. Meskipun tidak
dapat dipungkiri bahwa keberhasilan penyebaran Islam tidak lepas dari sikap permisif. Bagi Persis, praktik sinkretisme merupakan sebuah kesatuan yang tidak boleh tumbuh dan harus segera dibuang karena
dapat merusak sendi-sendi fundamental agama Islam.
vs Nahdatul Ulama (NU)
NU lahir pada tanggal 31 Januari 1926 di Surabaya. Organisasi ini dirintis oleh sejumlah akademisi terkemuka. Lahirnya NU bisa dilihat sebagai kebangkitan ulama. NU didirikan untuk mengadaptasi pemikiran
keagamaan para ulama tradisional atau menyikapi capaian ideologi gerakan modernisasi Islam yang mengusung gagasan Puritanisme. Berdirinya NU merupakan upaya organisasi, dan peran para ulama,
merenungkan hal yang sudah ada sebelumnya. Agar bidang kegiatan ulama semakin disempurnakan, dikembangkan dan diperluas. Dengan kata lain, berdirinya NU dimaksudkan untuk menjadi wadah upaya
mempersatukan dan mempersatukan langkah para ulama dan kiai pesantren.
D. Masyumi
Masyumi didirikan pada tanggal 24 Oktober 1943 menggantikan MIAI karena pada saat itu Jepang membutuhkan suatu lembaga yang dapat memperoleh dukungan masyarakat Indonesia melalui organisasi
keagamaan Islam. Namun Jepang kurang tertarik dengan partai-partai Islam yang sudah ada sejak zaman Belanda, yang sebagian besar berada di perkotaan dan mempunyai pemikiran modern, sehingga dalam
minggu-minggu pertama Jepang melarang Gereja “Partai Syarikat” Indonesia (PSII). dan Partai Islam Indonesia (PSII). Pada tanggal 7 dan 8 Oktober, 7 kongres umat Islam diadakan di Yogyakarta dan
mempertemukan hampir seluruh pimpinan organisasi Islam lama.
Kesimpulan
Pada masa pra kemerdekaan, Islam juga berkembang
dalam bidang politik. Hal itu dilakukan atas dasar perlunya
menghimpun kekuatan untuk mempertahankan Islam dan
juga dalam upaya meraih kemerdekaan. Islam sangat
berperan besar dalam proses mengusir penjajah, partai-
partai besar Islam yang ada pada masa itu diantaranya NU,
Muhammadiyah, Persis, dan Masyumi.
- Terima Kasih -

Anda mungkin juga menyukai