Anda di halaman 1dari 3

Nama : Erdiansyah

Kelas : elektro b1
Npm : 2107220051
1) Hasil Resume Pengayaan Materi 2
A. Corak Awal Islam Nusantara Sampai Abad 17 Islam datang ke Nusantara diperkirakan sekitar
abad ke-7, kemudi- an mengalami perkembangan dan mengislamisasi diperkirakan pada abad ke-13.
Awal kedatangannya diduga akibat hubungan dagang antara pedagang-pedagang Arab dari Timur Tengah
atau dari wilayah sekitar India, dengan kerajaan-kerajaan di Nusantara. Perkembangannya pada abad ke-
13 sampai awal abad ke-15 ditandai dengan banyak-nya pemukiman muslim baik di Sumatera maupun di
Jawa. Kemunculan dan perkembangan Islam di kawasan Nusantara menimbulkan transformasi
kebudayaan (peradaban) lokal. Terjadinya transformasi kebudayaan (peradaban) dari sistem keagamaan
lokal kepada sistem keagamaan Islam bisa disebut revolusi agama. Transformasi masyarakat kepada
Islam terjadi berbarengan dengan “masa perdagangan,” masa ketika Asia Tenggara mengalami
peningkatan posisi dalam perdagangan Timur-Barat. Kota-kota wilayah pesisir muncul dan berkembang
menjadi pusat-pusat perdagangan, kekayaan dan kekuasaan. Konversi massal masyarakat Nusantara
kepada Islam pada masa perdagangan terjadi karena beberapa sebab sebagai berikut: 1) Portabilitas (siap
pakai) sistem keimanan Islam. Sebelum Islam datang, sistem kepercayaan lokal berpusat kepada
penyembah-an arwah nenek moyang yang tidak siap pakai. 2) Portabilitas (siap pakai) sistem keimanan
Islam. Sebelum Islam datang, sistem kepercayaan lokal berpusat kepada penyembah-an arwah nenek
moyang yang tidak siap pakai. 3) Kejayaan militer. Orang Muslimdipandang perkasa dan tangguhdalam
peperangan. Hal ini bisa dilihat dari beberapa pertempuran yang dialami dan dimenangkan oleh kaum
Muslim. 4) Memperkenalkan tulisan. Agama Islam memperkenalkan tulisanke berbagai wilayah Asia
Tenggara (Nusantara) yang sebagian belum mengenal tulisan, dan sebagian sudah mengenal tulisan
sanskerta. Tulisan yang diperkenalkan adalah tulisan Arab. 5) Mengajarkan penghapalan. Para penyebar
Islam menyandark- an otoritas sakral. Ajaran Islam yang mengandung kebenaran dirancang dalam
bentuk– bentuk yang mudah dipahami dan dihafalkan oleh penganut baru. 6) Kepandaian dalam
penyembuhan. Karena penyakit selalu dikaitkan dengan sebab-sebab spiritual, maka agama dipandang
mempunyai jawaban terhadap berbagai penyakit dan ini men- jadi jalan untuk pengembang sebuah agama
yang baru (Islam). 7) Pengajaran tentang moral. Islam menawarkan keselamatan dariberbagai kekuatan
jahat. Ini terangkum dalam moral dunia yangdiprediksi bahwa orangorang yang taat akan dilindungi
Tuhan darisegala kekuatan jahat dan akan diberi imbalan surga di akhirat. Melalui sebab sebab itu, Islam
cepat mendapat pengikut yang banyak. Adapun corak awal Islam dipengaruhi oleh tasawuf, antara lain
terlihat dalam berbagai aspek berikut: a) Aspek Politik Dengan cara perlahan dan bertahap, tanpa
menolak dengan keras terhadap sosial kulturalmasyarakat sekitar, Islam memperkenalkan toleransi dan
persamaan derajat. b) Aspek Hukum Adanya sebuah kerajaan, akan melahirkan undang-undang untuk
mengatur jalannya kehidupandi sebuah kerajaan. Karena dengan un-dangundang inilah masyarakat akan
diatur. c) Aspek Bahasa Kedalaman pengaruh bahasa Arab dalam politik Islam di Asia Tenggara
(nusantara) tidak diragukan lagi banyak berkaitan dengan sifat penyebaran Islam di kawasan, khususnya
pada masa-masa awal. B. Corak Sufistik, Tasawuf Falsafi Sampai Abad 17 1. Pengertian Tasawuf
merupakan bagian terpenting dan tak terpisahkan dengan keberadaan dan kehadiran Islam di Nusantara.
Hal ini dapat ditelusuri dari praktek-praktek sufisme yang menjadiajaran tasawuf, terutama tarekat yang
tumbuh dan berkembang di tanah air. Bahkan, hampir ti- dak ada seorangpun sejarawan di tanah air yang
mengingkari, bahwa tasawuf merupakan aspek terpenting dalam menopang keberhasilan penyebaran
Islam di tanah air. Peran penting tasawuf mengemuka dalam proses perkembangan Islam diseluruh
Nusantara. Penyebaran Islam bercorak tasawuf terus mewarnai sejarah perkembangan Islam di tanah
air.Falsafah Islam dalam pengertian falsafah yang dicetuskan oleh filosof Islam, seperti Al- Kindi, Al-
farabi, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, dan lain-lain secara murni tidak pernah datang dan berpengaruh di
Indonesia. Kalaupun ada hanyalah aspek falsafah yang mempen- garuhi tasawufyang kemudian dikenal
dengan istilah tasawuf falsafi. Tasawuf falsafi adalah tasawuf yang menggunakan terminologi falsafah
dalam pengungkapan ajarannya. Tasawuf falasafisecara sederhana dapat didefenisikan sebagai kajian dan
jalan esoteris dalam Islam untuk mengembangkan kesucian batin yang kaya dengan pandanganpandangan
filosofis. 2. Pengaruh Tasawuf Falsafi Di Nusantara Wacana tasawuf falsafi di Nusantara sepertinya
dipelopori olehHamzah Fansuri dan Syamsuddin Sumatrani, dua tokoh sufi yang datang dari pulau
Andalas (Sumatera) pada abad ke17 M. Sekalipun pada abad ke 15 sebelumnya telah terjadi peristiwa
tragis berupa eksekusi mati terhadap Syekh Siti Jenar atas fatwa dari Wali Songo, karena ajarannya
dipandang menganut doktrin sufistik yang bersifat bid’ahberupa pengakuan akan kesatuan wujud manusia
dengan wujud Tuhan, Zat Yang Maha Mutlak. C. Perkembangan Islam Masa Penjajahan Di Nusantara 1.
Masa penjajahan Portugis Perjalanan bangsa Portugis hingga benua Asia tidak terlepas dari watak
sebagian besar bangsa Eropa (beragama Kristen) yang membenci umat Islam. Seperti yang telah kita
ketahui bahwa pernah terjadi peperangan besar yang terjadi antara umat Islam dan Kristen yang disebut
“Perang Salib” (1096-1270 M). Penguasaan besar-besaran oleh umat Islam di daerah Timur Tengah dan
beberapa wilayah Eropa pada saat itu memancing umat Kristen di sekitarnya untuk segera mengambil alih
kedudukan itu. Walaupun perang Salib berhasil dimenangkan oleh umat Islam, namun beda halnya
dengan yang terjadi di belahan Dunia Islam sebelah barat. 2. Masa Penjajahan Belanda Penindasan
Belanda atas Islam justru menjadikan Islam mampu meletakkan dasar-dasar identitas bangsa Indonesia.
Selain itu Islam juga dijadikan lambang perlawanan bagi imperialisme. Bagi para penguasa pribumi,
memeluk agama Islam berarti memiliki dua senjata. Pertama, mendapat dukungan dari rakyat, karena
rakyat banyak dari kalangan petani dan pedagang yang telah menjadikan Islam sebagai agamanya. Kedua,
selain para penguasa dengan memeluk agama Islam mendapatkan dukungan rakyat, juga dapat memiliki
senjata dalammelawan agresi agama dan perdagangan dari imperialis barat. Kehadiran ulama dalam
masyarakat telah diterima sebagai pelopor pembaharu dan pengaruh ulama pun semakin mendalam
setelah berhasil membina pesantren. Ternyata pesantren itu tidak hanya merupakan lembaga pendidikan,
tetapi juga merupakan lembaga penyemaiankader-kader pemimpin rakyat, sekaligus berfungsi sebagai
wahana merekrut prajurit sukarela yang memiliki keberanian moral yang tinggi. Belandamelihat kegiatan
umat Islam yang mempunyai dwifungsisebagai pedlar missionaries (da’i dan pedagang). Akibatnya,
usaha perdagangan Belanda menghadapi ancaman dari umat Islam. Pemberontakan Santri Abad ke-19
Kondisi yang demikian itu mengubah kondisi pesantren yang tadinya sebagai lembaga pendidikan,
berubah menjadia center of anti ducth sentiment (sebagai pusat pembangkit anti Belanda). Dalam abad ini
saja Belanda menghadapi empat kali pemberontakan santri yang besar. Pertama, perang Cirebon (1802-
1806). Kedua,perang Diponogoro sebagai peperangan terbesar yang dihadapi pemerintah kolonial
Belanda di Jawa (1825-1830). Ketiga, perang Padri di Sumatra Barat (1821-1838). Keempat, di Aceh
sebagai pemberontakan santri yang terpanjang atau terlama (1873-1908). 1. Perlawanan-perlawanan yang
dilakukan untuk membebaskan diri dari pengaruh Belanda tidak pernah putus. Akan tetapi, usaha-usaha
itu selalu gagal karena beberapa sebab, diantaranya: Belanda diperlengkapi dengan organisasi dan
persenjataan modern sementara kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia masih bersifat tradisional, 2.
Penduduk Indonesia sangat tergantung kepada wibawa seorang pemimpin, sehingga ketika pemimpinnya
tertangkap atau terbunuh praktis perang atau perlawanan terhenti dengan kemenangan di pihak Belanda,
3. Tidak ada kesatuan antara kerajaan-kerajaan Islam dalam melawan Belanda, karena 4. Belanda berhasil
menerapkan politik adu domba, dan 5. Dengan politik adu domba itu, banyak penduduk pribumi yang
ikut memerangi rekan-rekannya sendiri. 3. Masa Penjajahan Jepang Kemunduran progresif yang dialami
partai-partai Islam seakan mendapat dayanya kembali setelah Jepang datang menggantikan posisi
Belanda. Jepang berusaha mengakomodasi dua kekuatan, Islam dan nasionalis “sekuler” ketimbang
pimpinan tradisional (maksudnya raja dan bangsawan lama). Dalam menghadapi umat Islam, Jepang
sebenarnya mempunyai kebijaksanaan politik yang sama dengan Belanda. Hanya dalam awal
pendekatannya, Jepang memperlihatkan sikap bersahabat, karena Jepang berpendirian bahwa umat
Islammerupakan powerful forces dalam menghadapi sekutu. Latar belakang sejarah umat Islam yang anti
imperialisme Barat, memiliki kesamaan tujuan dengan perang Asia Timur Raya. Sikap umat Islam yang
yang demikian itu akan dimanfaatkan oleh pemerintahan kolonial Jepang. Tetapi tentara Jepang tidak
menghendaki adanya parpol Islam. Mereka lebih menyukai hubungan langsung dengan ulama dari pada
dengan pemimpin parpol. Oleh karena itu, Jepang mengeluarkan maklumat pembubaran parpol. Dalam
menghadapi tentara Jepang, umat Islam bertindak untuk sementara menyetujui pembubaran tersebut
dengan mengeluarkan maklumat juga. Tindakan Jepang ini jelas menunjukkanrasa takutnya terhadap
Islam sebagai partai politik. Tapi di suatu pihak, Jepang menyadari potensi umat Islam dalam menunjang
tujuan perang. Sekalipun Jepang tidak menyetujui dan tidak menyukai berhubungan dengan pemimpin
parpol Islam, namun Jepang memerlukanpara ulama untuk membentuk wadah organisasi baru untuk
membina ulama dan umat Islam. Tujuan penguasa militer Jepang sebenarnya tidak akan menciptakan
kesatuan, tetapi hanya menginginkan kerja sama lebih mudah denganumat Islam Indonesia.adapun usaha
Jepang bertujuan: a. Menanamkan semangat Nippon b. Menumbuhkan loyalitas ulama terhadap Jepang c.
Meyakinkan kebencian ulama terhadap sekutu d. Perang asia Timur Raya adalah perang suci e.
Menambahkan keyakinan bahwa Jepang dan Indonesia adalahsatu nenek moyang dan satu ras. Tujuan di
atas menumbuhkan sikap takut Jepang akan timbulnya kesatuan umat Islam. Peta selain diharapkan
bantuannya, juga disiapkan untuk memecah belah struktur organisasinya. Namun ulama masih sanggup
memanfaatkan Peta untuk membangkitkan semangat keprajuritan. Usaha ulama inilah yang menjadikan
peta sebagai wadahpembibitan pemimpin TNI nanti di kemudian hari. Bait A-Mal dan JawaHokokai
MIAI dalam memanfaatkan perubahan selama penduduk Jepang, digunakan pula untuk menghimpun
dana. Dari dana ini diharapkan dapat membiayai pembinaan umat. Untuk itu MIAI diluar KUA
mengadakan gerakan pengumpulan zakat Bait Al-Mal (BAM). Usaha initerlihat nyata di Bandung yang
dipelopori oleh bupati Wiranta Kusuma dan meluas di seluruh Jawa terbentuk 35 cabang (BAM).
Tampaknya Jepang tidak sejalan dengan tindakan MIAI membentuk BAM tanpa Backing dari KUA.
Untuk mengimbangi atau mematikan BAM, Jepang melancarkan kegiatan Jawa Hokokai (kebangkitan
rakyat), dan Tonari Gumi (rukun tetangga) usaha ini benar-benar berhasil tertunjang oleh kondisi
peperangan sehingga BAM tidak bisa melanjutkan usahanya. Cita-cita pemberontakan tersebut
menginginkan tegaknya kebahagiaan dan negara Islam. Jepang pun segera memberikan janji
kemerdekaan yang sejalan dengan cita-cita tersebut. Perdana Menteri dalam sidang Teikoku Gikai ke-85
di Tokyo tanggal 7 september 1944mengumumkan janji kemerdekaan. Berita ini disampaikan secara
resmi kepada rakyat Indonesia dengan menyebutkan gambaran pembentukan “negara Indonesia yang
berdasarkan Islam”. Kaum politis Islam setelah pemberontakan terjadi, mereka sibuk dengan
menyambutperkenan kemerdekaan. Tetapi Jepang lupa mengulur waktu pelaksa-naan janji. Bagi yang
menantikan sekalipun baru satu tahun, dirasakanterlalu lama. Apalagi dilakukan tindakan pemerasan yang
dilakukan diluar peri kemanusiaan. Tepat satu tahun setelah pembentukan santri sukamah, di Blitar timbul
pemberontakan Peta yang dipimpin oleh Supriyadi (14 februari 1945). Adapun motivasi yang mendorong
pemberontakan tersebut yaitu: 1. Tidak tahan melihat penderitaan rakyat, 2. Tidak tahan
melihatkesombongan dan kesewenangan Jepang, 3. Janji kemerdekaan itu omong kosong. Sebenarnya
baik pemberontakan santri dan Peta dilancarkan pada saat Jepang sedang menghadapi kehancuran. Bila
hal tersebut telah diketahui oleh rakyat banyak, kemudian didukung oleh politis termasuk bung Karno dan
bung Hatta, riwayat Jepang tamat lebih awal dari penyerahan di Amerika

Anda mungkin juga menyukai