Anda di halaman 1dari 16

PERADABAN ISLAM DI INDONESIA DAN PERAN ORGANISASI

ISLAM DI INDONESIA

Disusun Oleh:

Cut Nisa Ulkhaira Muly

Dosen Pengampu:

Anna Miswar, S. Pd. I. M. Ag

JURUSAN TADRIS MATEMATIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LHOKSEUMAWE

2017 M / 1439 H

1
1. Peradaban Islam di Indonesia.
A. Sejarah Masuknya Islam di Indonesia
Negara Indonesia mengikhtisarkan asal kedatangan Islam menjadi tiga
teori besar. Pertama, teori Gujarat, India. Islam dipercayai datang dari wilayah
Gujarat – India melalui peran para pedagang india muslim pada sekitar abad ke-13
M. kedua, teori makkah. Islam dipercaya tiba di Indonesia langsung dari timur
tengah melalui jasa para pedagang arab muslim sekitar abad ke-7 M.ketiga, teori
Persia. Islam tiba di Indonesia melalui peran para pedagang asal Persia yang
dalam perjalanannya singgah ke Gujarat sebelum ke nusantara sekitar abad ke-13
M.melalui kesultanan tidore yang juga menguasai tanah papua, sejak abad ke-17,
jangkauan terjauh penyebaran Islam sudah mencapai semenanjung onin di
kabupaten fakfak, papua barat, Hamka berpendapat bahwa pada tahun 625 M
sebuah naskah tiongkok mengkabarkan bahwa menemukan kelompok bangsa arab
yang telah bermukim di pantai barat Sumatra. 1

Islam telah dikenal di Indonesia pada abad pertama hijriah atau 7 masehi,
meskipun dalamfrekuensi tidak terlalu besar hanya melalui perdagangan dengan
para pedagang muslim yang berlayar ke Indonesia untuk singgah untuk beberapa
waktu. Islam masuk ke indonesia melalui beberapa saluran antara lain sebagai
berikut:
1. Saluran Perdagangan.
Pada taraf permulaan, saluran Islamisasi adalah perdagangan. Kesibukan
lalu lintas perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16 M membuat pedagangan-
pedangan muslim (Arab, Persia dan India) turut ambil bagian dalam perdangan
dari negeri-negeri bagian barat, tenggara dan timur benua asia. Saluran Islamisasi
melalui perdagangan ini sangat menguntungkan karena para raja dan bangsawan
turut serta dalam kegiatan perdagangan, bahkan mereka menjadi pemilik kapal
dan saham.

1 . Ira Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam, Ed. 1 (Cet. 1 ; Jakarta : PT. Raja Grapindo Persada,
1997), h. 93

2
2. Saluran Perkawinan.
Dari sudut ekonomi, para pedagang muslim memiliki status sosial yang
lebih baik dari pada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumu terutama
putri-putri bangsawan, tertarik untuk menjadi istri saodagar-saodagar itu. Sebelum
kawin, mereka di Islamkan lebih dahulu. Setelah mereka mempunyai keturunan,
lingkungan mereka makin luas. Akhirnya, timbul kampung-kampung, daerah-
daerah, dan kerajaan-kerajaan muslim. Dalam perkembangan berikutnya, adapula
wanita muslim yang dikawini oleh keturunan bangsawan, tentu saja setelah yang
terakhir ini masuk Islam terlebih dahulu. 2

3. Saluran Tasawuf.
Pengajar-pengajar Tasawuf atau para sufi, mengajarkan teosofi yang
bercampur dengan ajaran yang sudah di kenal luas oleh masyarakat Indonesia.
Diantara ahli-ahli Tasawuf yang memberikan ajaran mengandung persamaan
dengan alam pikiran Indonesia pra-Islam itu adalah Hamzah Fansuruh di Aceh,
Syaik Lemah Abang, dan Sunan Panggung di Jawa. Ajaran mistik seperti ini
berkembang di abad ke-19 M bahkan di abad ke-20 M ini.
4.  Saluran Pendidikan.
Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun
pondok yang di selenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai, dan ulama-ulama.
Di pesantren atau pondok itu, calon ulama, guru agama dan kiai mendapat
pendidikan agama. Setelah keluar dari pesantren, mereka pulang ke kampung
masing-masing kemudian berdakwa ke tempat tertentu mengajarkan Islam.
Misalnya, pesantren yang didirikan oleh Raden Rahmat di Ampel Denta Surabaya
dan Sunan Giri di Giri.
5.  Saluran Kesenian
Saluran Islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal adalah
pertunjukan wayang. Dikatakan, Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir
dalam mementaskan wayang. Dia tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi
ia meminta para penonton untuk mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat.

2 . Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Ed. 1 (Cet. 1 ; Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1993),
h. 227

3
Sebagian besar cerita wayang masih di petik dari cerita Mahabharata dan
Ramayana, tetapi didalam cerita itu disisipkan ajaran dan nama-nama pahlawan
Islam. Kesenian-kesenian lain juga dijadikan adalah Islamisasi, seperti sastra
(hikayat, badad, dan sebagainya), seni bangunan, dan seni ukir.
6.  Saluran Politik.
Di Maluku dan Sulawesi Selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah
rajanya memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu
tersebarnya Islam di daerah ini. Kebangkitan Islam semakin berkembang
membentuk organisasi-organisasi sosial keagamaan.
Pengetahuan mereka akan kemiskinan, kebodohan, dan ketertindasan
masyarakat Indonesia, pada saatnya mendorong lahirnya organisasi sosial, seperti
Budi Utomo, Taman Siswa, Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon,
Jong Selebes, dan lain sebagainya. 3

B. Perjuangan Kemerdekaan Umat Islam.


1. Masa Kolonial Belanda.
Nasionalisme dalam pengertian politik, baru muncul setelah H.
Samanhudi menyerahkan tampuk pimpinan SDI pada bulam Mei 1912 kepada
HOS Tjakroaminoto yang mengubah nama dan sifat organisasi serta memperluas
ruang geraknya. Sebagai organisasi politik pelopor nasinalisme Indonesia, SI pada
dekade pertama adalah organisasi politik besar yang merekrut anggotanya dari
berbagai kelas dan aliran yang ada di Indonesia. Waktu itu, ideologi bangsa
memang belum beragam, semua bertekat ingin mencapai kemerdekaan.
Tjokroaminoto dalam pidatonya pada Kongres Nasional Sarekat Islam yang
berjudul “Zulfbetuur” tahun 1916 di Bandung mengatakan:
Tidak pantas lagi Hindia di perintah oleh negeri Belanda, bagaikan tuan tanah
yang menguasai tanah-tanahnya. Tidak pada tempatnya, menganggap Hindia
sebagai seekor sapi perahan yang hanya diberi makan demi susunya. Tidaklah
pantas, untuk menganggap negeri ini sebagai tempat kemana orang berdatangan
hanya untuk memperoleh keuntungan dan sekarang sudah tidak pada tempatnya

3. Ibid.

4
lagi bahwa penduduknya, terutama anak negerinya sendiri, tidak mempunyai hak
turut bicara dalam soal-soal pemerintahan yang mengatur nasib mereka. 4

Demikianlah SI memperjuangkan pemerintahan sendiri bagi penduduk


Indonesia, bebas dari pemerintahan Belanda. Namun demikian, dalam perjalanan
sejarahnya, dikalangan tokoh-tokoh dan organisasi-organisasi pergerakan, mulai
terjadi perbedaan-perbedaan taktik dan program; golongan revolusioner
berhadapan dengan golongan moderat; dan politik koperasi tidak sejalan dengan
politik non-koperasi dan dilakukan oleh golongan tertentu. Puncak perbedaan itu
terjadi didalam tubuh SI sendiri, yang memunculkan kekuatan baru dengan
ideologinya sendiri, komonisme.
Banyak kalangan pergerakan yang kecewa terhadap perpecahan itu.
Mereka kecewa lagi, karena perpecahan itu bukan saja menunjukkan perbedaan
taktik, tapi lebih itu, masing-masing golongan semakin mempertegas ideologinya.
Sejak itu, SI dengan tegasnya menyatakan ideologi Islamnya. Nasionalisme yang
dikembangkannya adalah nasionalisme yang berdasarkan ajaran-ajaran Islam.
‘… perpecahan antara ketiga golongan tersebut, menurut Abuddin,
disebabkan oleh pendidikan yang mereka terima bersifat barat. Pendidikan
Belanda memang diusahakan agar menimbulkan antisipasi dari agama kalangan
pelajar, …’ 5

Perpecahan itu lebih merupakan kelanjutan wajar dari latar belakang


budaya masyarakat, terutama Jawa. Proses Islamisasi damai di Indonesia, dengan
ajaran Islam dan nilai-nilai budaya. 6

Usaha-usaha untuk mempersatukan kembali partai-partai politik dengan


aliran-aliran ideologi itu, meskipun dalam benuk federasi, selalu berakhir dengan
kegagalan. Sementara itu, konflik ideologi terus berkembang dan kadang-kadang
mengeras. Ada pula yang mempertanyakaan lembaga-lembaga Islam, seperti
poligami, dan ibadah haji. Tuduhan lain, Islam Arab merupakan suatu bentuk
imperialisme yang tidak kalah jeleknya dari Belanda.
4. Ibid, h. 230
5. Nata Abuddin, Metodologi Studi Islam, Ed. 1 (Cet. 2 ; Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003),
h. 72

6. Badri Yatim, Op. Cit, h. 230

5
Di awal tahun 1940an, Soekarno yang pernah mendalami ajaran Islam,
mencoba mendamaikan konflik-konflik itu dengan berusaha mengutip pendapat
pemikir-pemikir pembaharu di negara-negara Islam timur tengah, termasuk Turki.
Namun, konsep politik Islamnya lebih banyak merupakan penerapan sekularisme,
sebagaimana yang di praktekkan oleh Kemal Attaturk di Turki. 7

2. Masa Pendudukan Jepang


Kemunduran progresif yang dialami oleh partai-partai Islam seakan
mendapatkan dayanya kembali setelah Jepang datang menggantikan posisi
Belanda. Jepang berusaha mengakomodasi dua kekuatan.
Jepang kemudian menjanjikan kemenrdekaan Indonesia dengan
mengeluarkan maklumat Gunseikan No. 23/29 April 1945, tentang pembentukan
badan penyelidik usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Berbeda dengan situasi sebelumnya, yang kalangan Islam mendapat pelayanan
lebih besar dari Jepang, keanggotaan BPUPKI di dominasi oleh golongan
nasionalis “Sekular”, yang ketika itu lazim disebut golongan kebangsaan. Didalam
badan inilah, Sukarno mencetuskan ide pancasilanya.
Setelah itu, dialog resmi ideologis antara dua golongan terjadi dengan
terbuka dalam suatu forum. Panitia sembilan, semacam sebuah komisi dari forum
itu, membahas hal-hal yang sangat mendasar, preambul UUD. Lima orang
mewakili golongan nasionalis “Sekular” (Sukarno, Muh.Hatta, Muh. Yamin,
Maramis dan Subardjo) dan empat orang lainnya mewakili Islam (Abdul Kahar
Muzakkir, Wachid Hasyim, Agus Salim dan Abikusno Tjokrosujoso). Kompromi
yang dihasilkan panitia ini kelak dikenal sebagai piagam Jakarta. Pada prinsip
ketuhanan terdapat anak kalimat dengan kewajiban melaksanakan syariat Islam
bagi pemeluk-pemeluknya. 8

C. Wujud Akulturasi Kebudayaan Islam Indonesia

7. Ira Lapidus, Loc. Cit.


8 . Nurcholish Madjid, Islam Agama Peradaban Membangun Makna dan Relevansi Doktrin Islam
dalam Sejarah, Ed. 1 (Cet. 1 ; Jakarta : Paramadina, 1995), h. 135

6
Sebelum Islam masuk dan berkembang, Indonesia sudah memiliki corak
kebudayaan yang di pengaruhi oleh agama hindu dan budha. Dengan masuknya
Islam, Indonesia kembali mengalami proses akulturasi yang meluruskan
kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam Indonesia. Masuknya Islam tersebut
tidak berarti kebudayaan hindu dan budha hilang.bentuk budaya sebagai hasil dari
proses akulturasi. Sedikit memberikan uraian berikut ini yaitu:
1. Seni Bangunan, wujud akulturasi dalam seni bangunan dapat dilihat dari
bangunan masjid, makam, istana.
2.  Seni Rupa, tradisi Islam tidak menggambarkan bentuk manusia/ hewan. Seni
ukui relief yang menghias masjid, makam Islam berupasaluran tumbuh-
tumbuhan namun terjadi pula sinkretisme, agar dapat keserasian.
3.  Aksara dan Seni Sastra, tersebarnya agama Islam ke Indonesia maka
berpengaruh terhadap bidang aksara atau tulisan, yaitu masyarakat mulai
mengenal tulisan Arab, bahkan berkembang tulisan arab melayu atau biasa
dikenal dengan istilah arab gundul.
Dengan demikian wujud akulturasi dalam seni sastra tersebut terlihat dari
tulisan atauaksara yang dipergunakan yaitu menggunakan huruf arab melayu (arab
gundul) dan isi ceritanya juga ada yang mengambil hasil sastra yang berkembang
pada jaman hindu. 9

2. Peran Organisasi Islam. 


1. Pengertian Organisasi Islam (ORMAS).
Organisasi massa atau disingkat ormas adalah suatu istilah yang digunakan
di Indonesia untuk bentuk organisasi berbasis massa yang tidak bertujuan politis.
Bentuk organisasi ini digunakan sebagai lawan dari istilah partai politik. Ormas
dapat dibentuk berdasarkan beberapa kesamaan atau tujuan, misalnya: agama,
pendidikan, sosial. Maka ormas Islam dapat kita artikan sebagai organisasi
berbasis massa yang disatukan oleh tujuan untuk memperjuangkan tegaknya
agama Islam sesuai al-qur’an dan as-sunnah serta memajukan umat Islam dalam
bidang agama, pendidikan, ekonomi, sosial, dan budaya. 10

9. Nata Abuddin, Op. Cit, h. 77


10. Sumber: www.blog.umy.ac.id

7
2. Beberapa Contoh Ormas, Sejarah dan Ajarannya
Berikut ini merupakan contoh-contoh Ormas Islam yang eksis di Indonesia
sebagai gambaran adanya gerak ormas di kalangan umat Islam dalam melakukan
dakwahnya.
a. Nahdlatul Ulama (NU).
1. Latar Belakang Lahirnya Nahdlatul Ulama (NU).
Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama atau Kebangkitan
Cendekiawan Islam), disingkat NU, adalah sebuah organisasi Islam besar di
Indonesia. Organisasi ini berdiri pada 31 Januari 1926 dan bergerak di
bidang pendidikan, sosial, dan ekonomi. Sebab jauh sebelum NU lahir
dalam bentuk jam’iyyah (organisasi), ia terlebih dahulu mewujud dalam
bentuk jama’ah (community) yang terikat kuat oleh aktivitas sosial
keagamaan yang mempunyai karakter tersendiri. 11

Dalam Anggaran Dasar hasil Muktamarnya yang ketiga pada tahun 1928 M,
secara tegas dinyatakan bahwa kehadiran NU bertujuan membentengi
artikulasi fiqh empat madzhab di tanah air. Sebagaimana tercantum pada
pasal 2 Qanun Asasi li Jam’iyat Nahdhatul al-Ulama (Anggaran Dasar NU),
yaitu :
a.       Memegang teguh pada salah satu dari madzhab empat (yaitu madzhabnya
Imam Muhammad bin Idris Al-Syafi’I, Imam Malik bin Anas, Imam Abu
Hanifah an-Nu’man, dan Imam Ahmad bin Hanbal);
b.      Menyelenggarakan apa saja yang menjadikan kemaslahatan agama Islam.
2. Manhaj Fikrah Nahdliyah (Metode berpikir ke-NU-an).
Dalam merespon persoalan, baik yang berkenaan dengan persoalan
keagamaan maupun kemasyarakatan, Nahdlatul Ulama memiliki manhaj Ahlis
Sunnah Wal-Jama’ah sebagai berikut :
1.  Dalam bidang Aqidah/teologi, Nahdlatul Ulama mengikuti Manhaj dan
pemikiran Abu Hasan Al-Asy’ari dan Abu Mansur Al-Maturidi.

11. Ridwan, 2004: hal.169

8
2.    Dalam bidang Fiqih/Hukum Islam, Nahdlatul Ulama bermadzhab secara qauli
dan manhaji kepada salah satu al-Madzahib al-‘Arba’ah (Hanafi, Maliki,
Syafi’i, Hanbali)
3.   Dalam Bidang Tasawuf, Nahdlatul Ulama mengikuti Imam al-Junaid al-
Baghdadi (w.297H) dan Abu Hamid al-Ghazali (450-505 H/1058-1111 M). 12

b. Muhammadiyah (MD).
1. Berdirinya Muhammadiyah (MD).
Muhammadiyah merupakan sebuah organisasi Islam modern yang berdiri di
Yogyakarta pada 18 November 1912. Organisasi ini terbentuk karena masyarakat
islam yang berpandangan maju menginginkan terbentuknya sebuah organisasi
yang menampung aspirasi mereka dan menjadi sarana bagi kemajuan umat islam.
Keberadaan tokoh-tokoh Islam yang berpandangan maju tersebut terbentuk karena
pendidikan serta pergaulan dengan kalangan Islam di seluruh dunia melalui
ibadah haji. Salah seorang tokoh tersebut ialah KH. Ahmad Dahlan yang
kemudian mendirikan organisasi ini.
Muhammadiyah didirikan atas dasar agama dan bertujuan untuk melepaskan
agama Islam dari adat kebiasaan yang jelek yang tidak berdasarkan Al-Qur’an dan
sunnah Rasul.
2. Macam Paham Muhammadiyah.
Hal-hal yang berkaitan dengan paham agama dalam Muhammadiyah secara
garis besar dan pokok-pokoknya ialah sebagai berikut:
a)        ‘Aqidah; untuk menegakkan aqidah Islam yang murni, bersih dari gejala-
gejala kemusyrikan, bid’ah dan khurafat, tanpa mengabaikan prinsip
toleransi menurut ajaran Islam;
b)        Akhlaq; untuk menegakkan nilai-nilai akhlaq mulia dengan berpedoman
kepada ajaran-ajaran Alquran dan Sunnah Rasul, tidak bersendi kepada
nilai-nilai ciptaan manusia;
c)        ‘Ibadah; untuk menegakkan ‘ibadah yang dituntunkan oleh Rasulullah
S.A.W. tanpa tambahan dan perubahan dari manusia;

12. Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur, 2012: 161-169).

9
d)       Mu’amalah dunyawiyat; untuk terlaksananya mu’amalah dunyawiyat
(pengolahan dunia dan pembinaan masyarakat) dengan berdasarkan ajaran
Agama serta menjadikan semua kegiatan dalam bidang ini sebagai ‘ibadah
kepada Allah SWT.
c. Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII).
1. Awal Mula Berdirinya LDII.
Penggagas dan penghimpun tertinggi pertama LDII (Lembaga Dakwah
Islam Indonesia) adalah Al-Imam NurHasan Ubaidah Lubis Amir (nama
kebesaran dalam jama’ahnya). Nama kecilnya ialah Madekal/Madigol atau
Muhammad Madigol, keturunan asli pribumi Jawa Timur.
Faham yang dianut oleh LDII telah dilarang oleh Jaksa Agung Republik
Indonesia pada tahun 1971. Setelah aliran tersebut dilarang, kemudian berganti
nama dengan Lembaga Karyawan Islam (LEMKARI) pada tahun 1972. Lalu pada
tahun 1981 berganti nama dengan Lembaga Karyawan Dakwah Islam yang juga
di singkat dengan LEMKARI.
Kemudian LEMKARI berganti nama lagi sesuai keputusan
kongres/muktamar tahun 1990 dengan nama Lembaga Dakwah Islam Indonesia
(LDII). Perubahan nama tersebut dengan maksud menghilangkan citra lama
LEMKARI yang tidak baik dimata masyarakat. 13

2.   Ajaran-Ajaran LDII.
Sebagian ajaran-ajaran dan konsepsi LDII :
1.      Kalau disuatu wilayah (negara) minimal ada 3 orang dan salah satunya tidak
mau mengangkat imam, maka dikatakan bahwa hidupnya tidak halal
(nafasnya haram, shalatnya haram, hajinya haram, dan bahkan jima’nya
haram), dan kemudian statusnya disamakan dengan orang-orang kafir.
2.      Dikatakan bahwa presiden bukanlah seorang imam, karena presiden hanya
mengurusi masalah dunia saja, tidak pernah mengajak rakyatnya, meramut
rakyatnya untuk mengaji Al-Qur’an dan al-Hadits yang hal itu berbeda
dengan imam-imam mereka.
3.      Mengharamkan taqlid dalam fiqh.

13. M. Amin Djamaluddin, 2008: 1-2

10
4.     Mengharamkan budaya-budaya seperti yasinan, tahlilan, maulid Nabi
Muhammad dan lain-lain.
5.      Mereka hanya mau mendengar pengajian isi kandungan/arti Al-Qur’an dan
Al-Hadits hanya dari orang-orang yang mengaji dengan guru/imam mereka.
Bagi mereka arti yang disampaikan oleh imamnya adalah bak wahyu yang
tidak boleh dibantah. Keluar dari pemahaman yang diartikan oleh imamnya
adalah sesat. 14

d. Salafi.
1. Mengenal Salafi.
Kata Salafi adalah sebuah bentuk penisbatan kepada as-salaf. Kata as-salaf
sendiri secara bahasa bermakna orang-orang yang mendahului atau hidup sebelum
zaman kita.
Adapun makna teminologis As-Salaf adalah generasi yang dibatasi oleh
sebuah penjelasan Rasulullah SAW. Dalam haditsnya, “Sebaik-baik manusia
adalah (yang hidup) di masaku, kemudian yang mengikuti mereka (tabi’in),
kemudian yang mengikuti mereka (tabi’at-tabi’in).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kelompok yang sekarang mengaku-aku sebagai Salafi ini, dahulu dikenal
dengan nama Wahabi. Tidak ada perbedaan antara Salafi yang ini dengan Wahabi.
Mereka lebih tepat jika disebut Salafi Wahabi, yakni pengikut Muhammad ibnu
Abdul Wahab yang lahir di Uyainah, Najd, Saudi Arabia tahun 1115 H (1703 M)
dan wafat tahun 1206 H (1792 M). Pendiri Wahabi ini sangat mengagumi Ibnu
Taimiyah, seorang ulama kontroversial yang hidup di abad ke-8 H dan banyak
mempengaruhi cara berpikirnya.
2.   Ajaran-Ajaran Salafi
1.      Mengkafirkan sufi seperti Ibnu Arabi, Ibnu Sab’in, Ibnu Faridh, Abu Yazid
al-Busthami, Ma’ruf al-Karkhi dan lain-lain.
2.      Mengkafirkan dan menganggap sesat pengikut madzab Asy’ariyah dan
Maturidiyyah.
3.      Sebagian dari mereka ada yang anti qiyas.

14. Nur Hidayat Muhammad, 2012: hal. 15).

11
4.      Menolak segala bentuk bid’ah meskipun yang kategori baik (hasanah), karena
menurut mereka, semua bid’ah adalah sesat.
5.      Menolak sholat qabliyah jum’at, yang menurut mereka tidak ada dalil dan
hadistnya.
6.      Mereka menilai acara yasinan dan tahlilan adalah ritual bid’ah.
7.      Mereka juga ada yang menolak ziarah kubur,
8.      Mereka menolak qunut subuh, dengan alas an hadist tentang qunut adalah
dhaif semua.
9.      Mereka memvonis syirik akbar terhadap pengamal tawassul dengan lewat
manusia. 15

e. Majelis Tafsir Al-Qur’an (MTA)


1. Awal Mula Munculnya MTA
Majelis Tafsir Al-qur’an adalah kelompok islam yang berpusat di kota Solo
yang didirikan oleh Abdullah Thufail Saputra pada tanggal 19 September 1972.
Karena tidak ada kecocokan dengan ajaran Muhammadiyah, ia mendirikan
sekolah organisasi MTA. Dan Abdullah Thufail pun menjabat sebagai ketuanya.
Dan ajaran NU, seperti yasinan, membaca maulid Nabi, adalah objek utama
mereka dalam berdakwah.
Dalam menyampaikan dakwahnya, mereka memang tidak pernah
mengkritik NU secara langsung, amaliyyah Nahdhiyyin yang sudah mengakar erat
di masyarakat lah yang mereka kritik dan cela dengan ungkapan yang sangat
menyakiti pengamalnya.
2. Faham-Faham MTA
Berikut beberapa faham MTA :
1.      Menolak semua hadist dhaif secara mutlak.
2.      Mengharamkan maulidan, yasdinan dan tahlilan.
3.      Mengharamkan walimah kematian 7 hari, 40 hari, 100 hari, dll.
4.     Memahami hadist dan Al-qur’andengan pemahaman pribadinya sehingga
banyak sekali hukum yang dicetuskan secara ngawur.

15 . Nur Hidayat Muhammad, 2012: 24-27

12
5.      Tidak percaya adanya ilmu santet dan tenung (sihir).
6.      Menghalalkan anjing dan memperbolehkan memakannya, meski akhir-akhir
lebih melunak karena mendapat kritikan hebat.
7.      Memperbolehkan zakat diberikan orang kafir.
8.      Mengharamkan adzan dan iqamah saat bayi dilahirkan.
f. Persatuan Islam (Persis)
1. Sejarah Singkat Persis (Persatuan Islam)
Persatuan Islam (Persis) berdiri pada permulaan tahun 1920-an, tepatnya
tanggal 12 September 1923 di Bandung. Idenya bermula dari seorang alumnus
Dâr al-‘Ulûm Mekkah bernama H. Zamzam yang sejak tahun 1910-1912 menjadi
guru agama di sekolah agama Dâr al-Muta'alimîn.
Persatuan Islam menghendaki apa yang seharusnya disakralkan dan apa
yang tidak seharusnya disakralkan oleh umat Islam. Karena penilaian terhadap
sesuatu yang bersifat sakral itu berkaitan erat dengan kualitas ketauhidan dan
bahkan pula berkaitan dengan wawasan keislaman yang dimiliki. Jika setiap
berbahasa Arab identik dengan Islam, disitu wawasan keislaman yang dimiliki
seseorang adalah tergolong awam.
2. Metode Ijtihad Persis
1.      Mendahulukan zhahîr ayat al-Qur’an daripada ta’wîl dan memilih cara-cara
tafwîdl dalam hal-hal yang menyangkut masalah i’tiqâdiyah.
2.      Menerima dan meyakini isi kandungan al-Qur’an sekalipun tampaknya
bertentangan dengan ‘aqli dan ‘ady, seperti masalah Isra dan Mi’raj.
3.      Mendahulukan makna haqîqi daripada makna majâzi kecuali jika ada alasan
(qarînah), seperti kalimat: “Aw lamastumun nisa” dengan pengertian
bersetubuh.
4.      Apabila ayat al-Qur’an bertentangan dengan al-Hadits, maka didahulukan
ayat al-Qur’an sekalipun Hadits tersebut diriwayatkan oleh Muttafaq ‘Alaih,
seperti dalam hal menghajikan orang lain.
5.      Menerima adanya nasîkh dalam al-Qur’an dan tidak menerima adanya ayat-
ayat yang mansûkh (naskh al-kulli).

13
6.      Menerima tafsîr  dari para  sahabat dalam memahami ayat-ayat al-Qur’an
(tidak hanya penafsiran ahl al-bait), dan mengambil penafsiran sahabat yang
lebih ahli jika terjadi perbedaan penafsiran di kalangan para sahabat.
7.      Mengutamakan tafsîr bi al-Ma’tsûr dari pada bi al-Ra’yi.
8.      Menerima Hadits-hadits sebagai bayan terhadap al-Qur’an, kecuali ayat yang
telah diungkapkan dengan shighat hasr, seperti ayat tentang makanan yang
diharamkan.
C. Peran Ormas Dalam Islam
1.      Melakukan pemurnian akidah umat Islam yang selama ini mengalami
penyimpangan dan menjurus kepada kesyirikan yang dilakukan dengan
menyebarkan kesadaran dan pemahaman tentang akidah Islam yang benar di
tengah-tengah kaum Muslimin.

2.      Membentengi umat Islam untuk tetap berpegang teguh pada aqidah salimah
dengan ilmu syar’i yang mantap dari serangan musuh-musuh Islam yang
ingin menghancurkan umat Islam lewat pemikiran mereka.

3.      Membentengi umat Islam dari serangan kristenisasi.

4.      Mengarahkan umat Islam kepada peningkatan keilmuan ummat agar mereka
mampu membela Islam dan menjaga identitas keislaman dan akidah mereka
secara benar.

5.      Menyelamatkan umat Islam dari rencana-rencana penyebar aliran-aliran sesat


dan menghadapi mereka dengan cara-cara yang legal dan berusaha
menyingkap tujuan-tujuan mereka dan membedah kesalahan ideologi mereka.

6.      Melakukan penyadaran kepada umat Islam mengenai bahaya dan kesalahan
keyakinan aliran-aliran sesat itu serta mengungkapkannya kepada publik
dengan argumen yang jelas dan atas dasar pemahaman dan ilmu yang benar.

7.      Membentengi semua kalangan baik generasi muda wanita orang dewasa atau
anak-anak yang menjadi incaran budaya-budaya pendatang yang mengajak
orang kepada permisifme dan memberontak terhadap nilai-nilai akhlak yang

14
luhur dan mendorong terjadinya kekerasan tindak kejahatan dan prilaku
amoral lainnya.

8.      Meningkatkan kualitas hidup umat Islam dalam bidang agama, pendidkan,
ekonomi, sosial, dan budaya.
D. Sikap Umat Islam Terhadap Munculnya Ormas
a)      Sikap fanatik, Menolak atau membenci organisasi lain. Sikap ini ditujukan
oleh seseorang atau sekelompok orang yang menganggap bahwa organisasi
lain yang diluar organisasinya sendiri itu tidak benar dan merasa bahwa hanya
organisasinya sendirilah yang benar baik dalam pergerakan, pemahaman,
manhaj, dan lain sebagainya.
b)      Lebih membanggakan organisasi lain daripada organisasinya sendiri. Sikap
ini ditujukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang menganggap bahwa
organisasi lain selain organisasinya sendiri itu lebih baik dari pada
organisasinya sendiri, hal ini terjadi karena ada kekecewaan atau
ketidakpuasan yang ia dapatkan dalam organisasinya yang ia berkecimpung
di dalamnya.
c)      Sikap pertengahan. Yaitu tidak mengklaim hanya organisasinya sendiri yang
benar (fanatik) dan tidak mengklaim bahwa organisasi lain itu tidak benar.
Sikap pertengahan ini diawali dengan sebuah kesadaran penuh bahwa
perbedaan dalam berorganisasi masyarakat itu adalah sebuah rahmat yang
perlu disatukan dalam bentuk kerjasama dan menjalin hubungan yang baik
antar ormas-ormas islam, tidak menganggap mereka adalah lawan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ira Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam, Ed. 1 (Cet. 1 ; Jakarta : PT. Raja Grapindo
Persada, 1997)

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Ed. 1 (Cet. 1 ; Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
1993)

Nata Abuddin, Metodologi Studi Islam, Ed. 1 (Cet. 2 ; Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
2003)

Nurcholish Madjid, Islam Agama Peradaban Membangun Makna dan Relevansi Doktrin
Islam dalam Sejarah, Ed. 1 (Cet. 1 ; Jakarta : Paramadina, 1995)

16

Anda mungkin juga menyukai