PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
ada di Indonesia yang pada akhirnya secara perlahan budaya tersebut akan mulai di
lupakan oleh masyarakat, karena lebih memilih sistem modrn. Dari kajian tersebut, maka
islam tidak mengetahui tentang peradaban tesebut. Hal ini dikarenakan kurangnya
informasi yang diperoleh. Untuk mengkaji kembali peradaban tersebut, maka perlu di
susun suatu tulisan yang membahas tentang masalah peradaban islam di Indonesia. Salah
satu bentuk tulisan itu adalah penulisan makalah ini, yang diharapkan mampu
b. Permasalahan
Dari perumusan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penulisan makalah
c. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang peradaban islam
di Indonesia.
d. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan ini adalah untuk memberikan informasi kepada para
PEMBAHASAN
Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama hijriyah atau abad ke tujuh sampai abad
ke delapanmasehi. Ini mungkin didasarkan kepada penemuan batu nisan seorang wanita
muslimah yang bernama Fatimah binti Maimun dileran dekat Surabaya bertahun 475 H
atau 1082 M. Sedang menurut laporan seorang musafir Maroko Ibnu Batutah yang
mengunjungi Samudera Pasai dalam perjalanannya ke negeri Cina pada tahun 1345 M.
Agama islam yang bermahzab Syafi’I telah mantap disana selama se abad, oleh karena itu
berdasarkan bukti ini abad ke XIII di anggap sebagai awal masuknya agama islam ke
Indonesia. Daerah yang pertama-pertama dikunjungi ialah pesisir Utara pulau Sumatera,
yaitu di peureulak Aceh Timur, kemudian meluas sampai bisa mendirikan kerajaan islam
pertama di Samudera Pasai, Aceh Utara. Pesisir Utara pulau Jawa kemudian meluas ke
Maluku yang selama beberapa abad menjadi pusat kerajaan Hindu yaitu kerajaan Maja
Pahit. Pada permulaan abad ke XVII dengan masuk islamnya penguasa kerajaan
Mataram, yaitu: Sultan Agung maka kemenangan agama islam hampir meliputi sebagai
besar wilayah Indonesia. Pada tahun 1601 kerajaan Hindia Belanda datang ke Nusantara
untuk berdagang, namun pada perkembangan selanjutnya mereka menjajah daerah ini.
Belanda datang ke Indonesia dengan kamar dagangnya, VOC, sejak itu hampir seluruh
wilayah Nusantara dikuasainya kecuali Aceh. Saat itu antara kerajaan-kerajaan Islam di
Nusantara belum sempat membentuk aliansi atau kerja sama. Hal ini yang menyebabkan
Dengan sumuliayatul (kesempurnaan) Islam yang tidak ada pemisahan antara aspek-
aspek kehidupan tertentu dengan yang lainnya, ini telah diterapkan oleh para ulama saat
itu. Ketika penjajahan datang, para ulama mengubah pesantren menjadi markas
perjuangan, para santri (peserta didik pesantren) menjadi jundullah (pasukan Allah) yang
tumbuh dan berkembang di abad ke-13 menjadi kekuatan perlawanan terhadap penjajah.
Ini dapat dibuktikan dengan adanya hikayat-hikayat pada masa kerajaan Islam yang syair-
syairnya berisi seruan perjuangan. Para ulama menggelorakan jihad melawan penjajah
Politik devide et impera, yang pada kenyataannya memecah-belah atau mengadu domba
antara kekuatan ulama dengan adat, contohnya perang Padri di Sumatera Barat dan
Mendatangkan Prof. Dr. Snouk Cristian Hourgonye alias Abdul Gafar, seorang Guru
Besar ke-Indonesiaan di Universitas Hindia Belanda, yang juga seorang orientalis yang
membiarkan umat Islam hanya melakukan ibadah mahdhoh (khusus) dan dilarang
berbicara atau sampai melakukan politik praktis. Gagasan tersebut dijalani oleh
pemerintahan Belanda dan salah satunya adalah pembatasan terhadap kaum muslimin
yang akan melakukan ibadah Haji, karena pada saat itulah terjadi pematangan pejuangan
terhadap penjajahan.
Di akhir abad ke-19, muncul ideologi pembaruan Islam yang diserukan oleh Jamal-al-
Din Afghani dan Muhammad Abduh. Ulama-ulama Minangkabau yang belajar di Kairo,
Mesir banyak berperan dalam menyebarkan ide-ide tersebut, diantara mereka ialah
Muhammad Djamil Djambek dan Abdul Karim Amrullah. Pembaruan Islam yang tumbuh
(1909), Diniyah Putri (1911), dan Sumatera Thawalib (1915). Pada tahun 1906, Tahir bin
Jalaluddin menerbitkan koran pembaruan al-Iman di Singapura dan lima tahun kemudian,
di Padang terbit koran dwi-mingguan al-Munir.
Sejak pertengahan abad ke XIX, agama islam di Indonesia secara bertahap mulai
yang mengadakan hubungan dengan Mekkah dengan cara menunaikan ibadah haji, dan
Ada tiga tahapan “masa” yang dilalui atau pergerakan sebelum kemerdekaan, yakni :
daerah Aceh, Minangkabau di Sumatera Barat dan Banten di Jawa. Agama islam
menunjukkan dalam bentuk yang lebih murni. Dikerajaan tersebut agama islam
tertanam kuat sampai Indonesia merdeka. Salah satu buktinya yaiut banyaknya
selanjutnya tidak begitu sulit, raja menunjukkan fasilitas dan kemudahan lainnya
diwujudkan dengan adanya Mufti dan Qadhi atas jasa Muhammad Arsyad Al-
Hindu-Budha. Hal ini memberikan kemudahan dalam islamisasi atau paling tidak
mendengar penjelasan Sunan Ampel dan sunan Giri, maksud agam islam dan
agama Budha itu sama, hanya cara beribadahnya yang berbeda. Oleh karena itu ia
tidak melarang rakyatnya untuk memeluk agama baru itu (agama islam), asalkan
dilakukan dengan kesadaran, keyakinan, dan tanpa paksaan atau pun kekerasan.
dan bahasa Arab, juga belum mengetahui sistem social islam. Pada tahun 1808
tahun 1867 campur tangan mereka lebih tampak lagi, dengan adanya instruksi
Lalu pada tahun 1882, mereka mengatur lembaga peradilan agama yang
dan perwakafan.
islamnya. Dengan politik itu, ia membagi masalah islam dalam tiga kategori :
pemerintah Belanda.
c. Bidang politik
1) Departemen Agama
Sebagaimana telah disebutkan, sejak awal kebangkitan nasional, posisi agama
sudah mulai dibicarakan kaitannya dengan politik atau Negara. Ada dua pendapat
yang didukung oleh dua golongan yang bertentangan tentang hal itu. Satu golongan
“sekuler”, negara yang dengan jelas memisahkan persoalan agama dan politik,
berpendapat, Negara Indonesia merdeka adalah “Negara Islam”. Kedua pendapat itu
Agus Salim, kemudian dengan M. Natsir di akhir tahun 1930-an dan awal 1940-an;
Jakarta. Setelah kemerdekaan, persoalan itu juga terangkat kembali di dalam siding-
sidang konstituante hasil pemilihan umum 1955 M yang berakhir dengan keluarnya
tengah” dari dua [endapat tersebut. Mereka menganjurkan suatu Negara yang
keagamaan yang positif, karena itu akan memajukan kegiatan keagamaan. Dalam
Tujuan dan fungsi Departemen Agama yang dirumuskan pada tahun 1967 adalah
sebagai berikut
perguruan-perguruan agama
2. mengikuti dan memperhatikan hal yang bersangkutan dengan agama dan keagamaan
4. mengurus dan mengatur peradilan agama serta mengelesaikan masalah yang
5. mengurus dan memperkembangan IAIN, perguruan tinggi agama swasta dan pesantren
luhur, serta mengurus dan mengawasi pendidikan agama pada perguruan-perguruan tinggi
2) Pendidikan
Sebagaimana telah disebutkan, salah satu tugas penting yang dilakukan Departemen
Islam zaman penjajahan Belanda. Salah satu bentuk pendidikan Islam tertua di Indonesia
adalah pesantren yang tersebar di berbagai pelosok. Tidak ada hubungan antara satu dengan
yang lain. Lembaga ini dipimpin oleh seseorang ulama atau kiai. Untuk tingkat kelanjutan,
tidak ada kurikulum yang jelas pada lembaga ini. Kemajuan seorang penuntut sangat
pendidikan agama Islam mulai mendapat perhatian lebih serius. Badan Pekerja Komite
Nasional Pusat dalam bulan Desember 1945 menganjutkan agar pendidikan madrasah
diteruskan. Badan ini juga mendesak pemerintah agar memberikan bantuan kepada madrasah.
Departemen Agama dengan segera membentuk seksi khusus yang bertugas menyusun
pelajaran dan pendidikan agama Islam dan Kristen, mengawasi pengangkatan guru-guru
Agama, dan mengwasi pendidikan agama. Pada tahun 1946, Departemen Agama
mengadakan latihan 90 guru agama, 45 orang diantaranya kemudian diangkat sekolah guru
Salah saatu lembaga Islam yang sangat penting yang juga ditangani oleh Departemen
Agama adalah hokum atau syariat. Pengadilan Islam di Indonesia membatasi dirinya pada
soal-soal hokum muamalat bersifat peribadi. Hokum muamalat pun terbatas pada masalah
nikah, cerai, rujuk; hokum waris itu. (paraid/manicure faraidh, wakaf hibah dan baitul mal.
Keberadaan lembaga keadilanagama di masa Indonesia merdeka adalah kelanjutan dari masa
colonial belanda. Pada masa pendudukan adalah kelanjutan dari masa colonial Belanda. Pada
masa pendudukan Jepang, pengadilan agama tidak mengalami perubahan. Setelah Indonesia
diperbaiki. Para hakim Islam tampak keta dan kaku, karena hanya berpegang pada ahab
Syafi’i. Sementara itu, belum ada kitab undang-undang yang seragam yang dapat dijadikan
pegangan para hakim dan pengadilan Agama didominasi oleh golongan tradisionalis. Karena
itulah, sekolah Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN) dan Fakultas Syariah di perguruan-
pemerintah, apalagi yang berkenan dengan agama, hanya bisa berhasil dengan baik bila
disokong oleh ulama. Karena itu, kerja sa,a antara pemerintah da ulama perlu terjalin dengan
baik. Pertama kali Majelis Ulama didirikan pada masa pemerintahan Soekarno. Majelis ini
Jawa Barat berdiri pada tanggal 12 Juli 1958 diketuai oleh seorang panglima Militer. Setelah
keamanan sudah pulih dari pemberontakan DI-TII tahun 1961, Majelis Ulama ini bergerak
Dalam pedoman Dasar Majelis Ulama Indonesia yang disahkan dalam kongres
1. memberi fatwa dan nasehat mengenai masalah keagamaan dan kemasyarakatn kepada
pemerintahan dan umat Islam umumnya sebagau amar ma’ruf nahi mungkar, dalam usaha
4. penghubung antara ulama dan umara (pemerintahan) serta menjadi penerjemah timbal
balik
2) Terdapat asumsi yang senantiasa melekat dalam setiap penelitian sejarah bahwa masa
kini sebagian dibentuk oleh masa lalu dan sebagian masa depan dibentuk hari ini.
Demikian pula halnya dengan kenyataan umat islam Indonesia pada masa kini, tentu
Islam di Indonesia telah diakui sebagai kekuatan cultural, tetapi islam dicegah untuk
merumuskan bangsa Indonesia menurut versi islam. Sebagai kekuatan moral dan
budaya, islam diakui keberadaannya, tetapi tidak pada kekuatan politik secara riil
Seperti halnya pada masa penjajahan Belanda, sesuai dengan pendapat Snouck
Hurgronye, islam sebagai kekuatan ibadah (sholat) atau soal haji perlu diberi
pada masa Orde Lama, islam telah diberi tempat tertentu dalam konfigurasi
(bentuk/wujud) yang paradoks, terutama dalam dunia politik. Sedangkan pada masa
Orde Baru, tampaknya islam diakui hanya sebatas sebagai landasan moral bagi
1. Pra Kemerdekaan
Ajaran islam pada hakikatnya terlalu dinamis untuk dapat dijinakkan begitu saja.
organanisasi. Seperti :
Menurut Deliar Noer, selain yang tersebut diatasmasih ada organisasi islam lainnya
Muhammadiyah yang didirikan oleh K.H Ahmad Dahlan, dan Nadhatul Ulama yang
suatu federasi islam yang baru yang disebut Majelis Islan Ala Indonesia ( Majelis
Islam Tertinggi di Indonesia ) yang disingkat MIAI, yang didirikan di Surabaya pada
tahun 1937.
Masa pemerintahan Jepang, ada tiga pranata sosial yang dibentuk oleh pemerintahan
a. Shumubu, yaitu Kantor Urusan Agama yang menggantikan Kantor Urusan Pribumi
zaman Belanda, yang dipimpin oleh Hoesein Djayadiningrat pada 1 Oktober 1943.
dibubarkan pada bulan oktober 1943, Tujuan didirikannya adalah selain untuk
c. Hizbullah, ( Partai Allah atau Angkatan Allah ) semacam organisasi militer untuk
pemuda-pemuda muslimin yang dipimpin oleh Zainul Arifin. Organisasi inilah yang
d. Indonesia (TNI).
2. Pasca Kemerdekaan
lain lain. Namun ada gerakan-gerakan islam yang muncul sesudah tahun 1945 sampai akhir
Orde Lama. Gerakan ini adalah DI/TII yang berusaha dengan kekerasan untuk merealisasikan
Gerakan kekerasan yang bernada islam ini terjadi diberbagai daerah di Indonesia
diantaranya :
PENUTUP
A. Kesimpulan
Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama hijriyah atau abad ke tujuh
sampai abad ke delapan masehi. Ini mungkin didasarkan kepada penemuan batu nisan
seorang wanita muslimah yang bernama Fatimah binti Maimun dileran dekat
Surabaya bertahun 475 H atau 1082 M. Sedang menurut laporan seorang musafir
negeri Cina pada tahun 1345 M. Agama islam yang bermahzab Syafi’I telah mantap
disana selama se abad, oleh karena itu berdasarkan bukti ini abad ke XIII di anggap
B. Saran
Diharapkan bagi umat muslim khususnya agar mengkaji peradaban islam lebih
ke masa.