Anda di halaman 1dari 5

Ila Syabab Wa Ila Thalabati Khasah

Risalah Ila Syabab Wa Ila Thalabati Khasah (Kepada Para Pemuda dam Secara Khusus
Para Mahasiswa) ditulis oleh Hasan Al-Banna, Mursyid Aam Al-Ikhwa Al-Muslimun (IM), sekitar
tahun 1940 – 1941.

Kandungan Risalah

1. Ajakan kepada para pemuda untuk turut serta dalam proyek kebangkitan.
2. Penegasan bahwa fikrah/gagasan yang harus menjadi dasar perjuangan dalam proyek
kebangkitan itu adalah Islam.
3. Penjelasan langkah-langkah perjuangan yang dilakukan IM.
4. Berbagai jawaban dan penegasan tentang berbagai isu: syumuliyatul Islam, nasionalisme,
tuduhan memecah persatuan/kesatuan bangsa, dan tuduhan sebagai kaki tangan asing).

Tanggung Jawab Pemuda dalam Kebangkitan

Dalam risalah ini Hasan Al-Banna menyebutkan bahwa‘awamilu an-najah (faktor-faktor


kesuksesan) sebuah fikrah (gagasan/pemikiran) ada empat: al-iman (keyakinan), al-
ikhlash (ikhlash), al-hamasah (semangat), dan al-amal (amal/kerja).

Keempat hal tersebut tenyata adalah min khashaisis syabab (bagian dari karakteristik
pemuda). Maka—dalam kebangkitan ini—pemuda harus menjadi: pilar kebangkitan, rahasia
kekuatan, dan pengibar panji fikrah.

Pemuda yang tumbuh dalam situasi bangsa yang sejuk dan tenang—menurut Al-Banna—
wajar bila aktivitasnya lebih banyak tertuju kepada diri sendiri daripada untuk umatnya. Namun
pemuda yang tumbuh dalam suasana bangsa yang keras dan bergejolak, di mana bangsa itu
sedang dikuasai oleh lawan, dan semua urusan diperbudak oleh musuhnya, maka kewajibannya
semakin banyak; besar tanggung jawabnya, berlipat hak umat yang harus ditunaikan, semakin
berat amanat yang terpikul di pundaknya.

Ancaman Berbahaya

Namun, sebelum para pemuda terjun dalam proyek kebangkitan ini, mereka harus
waspada terhadap ancaman yang cukup berbahaya. Di sekitar mereka ada ikhtilafu
da’awat (beragam pertentangan seruan isme), ikhtilathu shaihat (campur baurnya
suara/ide), ta’addudu manahij (berbilangnya manhaj), tabayunu khuthathi wa tharaaiqi (perbedaan
strategi dan metode), dan katsratul mutashaddina li-ttaza’ummi wal qiyadah (banyaknya orang
yang berambisi menjadi pemimpin dan penguasa).

Fikrah Islam

Para pemuda harus menyadari, tidak ada fikrah yang benar kecuali satu saja, yaitu fikrah
Islam. Maka kewajiban pertama bagi para pejuang di dalam proyek kebangkitan ini adalah
menyampaikan kepada manusia tentang fikrah Islam ini.
Syiar Perjuangan Al-Ikhwan

Di dalam risalah ini Hasan Al-Banna menyebutkan syiar perjuangan IM, yaitu: Allahu
ghayatuna (Allah tujuan kami), ar-rasuulu za’iimuna (Rasul pemimpin kami), al-qur’anu
dustuuruna (Al-Qur’an undang-undang kami), al-jihaadu sabiluna (Jihad jalan kami), dan al-mautu
fi sabilillahi asma amaaniina (Mati di jalan Allah adalah cita-cita kami yang tertinggi)

Hasan Al-Banna juga mengingatkan para pemuda tentang kemuliaan mereka


sebagai khairu ummah, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Ta’ala,

‫اّلل‬ َ ُ‫وف َوت َ ْن َه ْو َن ع َِن ا ْل ُم ْنك َِر َوت ُ ْؤ ِمن‬


ِ َّ ‫ون ِب‬ َ ‫اس تَأ ْ ُم ُر‬
ِ ‫ون ِبا ْل َم ْع ُر‬ ِ َّ‫ُك ْنت ُ ْم َخي َْر أ ُ َّم ٍة أ ُ ْخ ِر َجتْ ِللن‬
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf,
dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imran, 3: 110)

Hasan Al-Banna berkata: “Hendaklah kalian yakin akan eksistensi kalian, mengetahui
posisi kalian, percaya bahwa kalian adalah pewaris kekuasaan, meskipun musuh-musuh kalian
menghendaki agar kalian tetap hina. Kalian adalah guru bagi dunia, meski pihak-pihak lain
berusaha mengunggulinya dengan gebyar kehidupan dunia. Perbaharuilah iman, kemudian
tentukan sasaran dan tujuan langkah kalian.”

Manhaj Al-Ikhwan Menuju Kebangkitan Ummat

Hasan Al-Banna menyebutkan langkah-langkah Ikhwan dalam proyek kebangkitan:

1. Membentuk rijal (pribadi-pribadi) yang islami dalam pemikiran, aqidah, akhlak, ‘athifah
(perasaan), amal, dan perilakunya.
2. Membentuk al-baitul muslim (rumah tangga islami).
3. Mewujudkan asy-sya’b muslim (bangsa yang muslim).
4. Mewujudkan al-hukumah al-muslimah (pemerintahan Islam).
5. Membina persatuan negeri-negeri muslim.
6. Mengibarkan tinggi panji Allah di setiap negeri.
7. Mendeklarasikan dakwah ke seluruh penjuru bumi, dan memaksa setiap penguasa diktator
untuk tunduk kepadanya.

I’dad (persiapan)

Hal-hal yang harus dipersiapkan dalam proyek kebangkitan ini adalah:

1. Iimaanan la yataza’za-u (keimanan yang tidak goyah)


2. ‘Amalan La yatawaqqof (amal yang tidak henti)
3. Tsiqatu bi-Llah La Tadh’uf (kepercayaan kepada Allah yang tidak melemah)
4. Arwaahan as’ada ayyamiha yauma talqa-Llah syahiidatan fii sabilih (jiwa-jiwa yang rindu
bertemu Allah dalam keadaan syahid di jalan-Nya).

Penjelasan Tentang Beberapa Isu

Dalam gerakan kebangkitan ini, sebagian orang menduga IM tidak ada bedanya dengan
jama’ah darwis di mana para pengikutnya membatasi diri dalam masalah ibadah (shalat, puasa,
zikir, dan tasbih). Padahal pemahaman IM tidaklah seperti itu, karena mereka memahami Islam
sebagai sistem paripurna yang melingkupi seluruh aspek kehidupan. IM berusaha ihsan dalam
shalat, tilawah, dan zikir namun tetap memperhatikan urusan dunia secara proporsional.

Sebagian orang juga menyangka IM apatis terhadap masalah nasionalisme. Hasan Al-
Banna kemudian menegaskan bahwa kaum muslimin adalah orang-orang yang paling ikhlas
berkorban bagi negara, mau berkkhidmat kepadanya, dan menghormati siapa saja yang mau
berjuang dengan ikhlas dalam membelanya.

Hasan Al-Banna juga menyatakan bahwa asas nasionalisme Islam adalah akidah islamiah.
Para penyeru nasionalisme berhenti hanya sebatas urusan negaranya saja, sedangkan kaum
muslimin memperhatikan setiap jengkal tanah milik muslim dimana pun berada.

IM juga dituduh sebagai du’atu tafriqin ‘unsuriyyin baina thabaqaatil ummah (penyeru
diskriminasi anggota masyarakat). Hasan Al-Banna membantah hal itu, dan menegaskan bahwa:

Pertama, Islam menyuruh umatnya untuk menghormati ikatan kemanusiaan sebagaimana firman
Allah SWT dalam Al-Hujurat ayat 13,

‫ارفُوا إِ َّن أ َ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد‬ ُ َّ‫يَا أَيُّ َها الن‬


ُ ‫اس إِنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن َذك ٍَر َوأ ُ ْنثَى َو َجعَ ْلنَا ُك ْم‬
َ َ‫شعُوبًا َوقَبَائِ َل ِلتَع‬
ٌ ِ‫ع ِلي ٌم َخب‬
‫ير‬ َ َّ ‫َّللا أَتْقَا ُك ْم إِ َّن‬
َ ‫َّللا‬ ِ َّ
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang
yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.”

Kedua, Islam datang untuk mewujudkan rahmatan lil ‘alamin.

Ketiga, Islam melarang perbuatan tidak adil kepada siapa pun.

Keempat, Islam tidak melarang perbuatan baik kepada sesama meskipun berbeda agama,

‫ِين َولَ ْم يُ ْخ ِر ُجو ُك ْم ِم ْن ِديَ ِار ُك ْم أ َ ْن تَبَ ُّرو ُه ْم‬


ِ ‫ِين لَ ْم يُقَاتِلُو ُك ْم فِي الد‬ َّ ‫ََل يَ ْن َها ُك ُم‬
َ ‫َّللاُ ع َِن الَّذ‬
َ ‫س ِط‬
‫ين‬ ِ ‫ب ا ْل ُم ْق‬ ُ ‫س‬
َ َّ ‫طوا ِإلَي ِْه ْم ِإ َّن‬
ُّ ‫َّللا يُ ِح‬ ِ ‫َوت ُ ْق‬
“Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada
memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al-Mumtahanah, 60: 8)

Kelima, Islam memerintahkan umatnya untuk bergaul dengan kafir dzimi secara baik.

Hasan Al-Banna kemudian menegaskan, “Namun demikian, kami tidak akan membeli
kesatuan ini dengan iman kami, tidak akan melakukan tawar menawar dalam masalah aqidah
untuk merealisasikannya, dan kami juga tidak akan mengorbankan kemaslahatan kaum muslimin
demi terwujudnya kesatuan yang semu…
Sebelum berbicara mengenai isi dari Ila Syabab itu sendiri, perlu diketahui hal apa yang melatarbelakangi
ditulisnya risalah ini.

1. Revolusi Mesir yang terjadi tahun 1940-an.

Revolusi Mesir terjadi pada tahun 1940-an saat Mesir masih dijajah oleh Inggris. Saat itu terbit buletin mingguan
Ikhwanul Muslimin yang sebelumnya hanya diterbitkan sebulan sekali. Namun karena tuntutan kebutuhan,
buletin tersebut diterbitkan mingguan bahkan pernah selama beberapa bulan diterbitkan harian. Buletin tersebut
dibredel pemerintah karena dianggap membahayakan pemerintahan yang berkuasa. Konon katanya Risalah Ila
Syabab ini diterbitkan diam-diam, dan merupakan risalah terakhir.

2. Revolusi tidak akan berjalan tanpa pemuda

Hasan Al-Banna menyadari bahwa revolusi tidak akan berjalan tanpa adanya peran pemuda di sana. Maka
perlu adanya risalah khusus dan adanya pengorganisasian terhadap pemuda.

3. Pemudalah yang harus menjadi orang pertama yang tidak setuju terhadap jeratan penjajahan dan
kediktatoran rezim, saat itu pemerintahan kolonial Inggris. Al-Qur’an juga sering menyebut peran
pemuda yang tangguh dan mampu menjadi pelopor kebangkitan, seperti Ashabul Kahfi, Ashabul
ukhdud, begitu juga Nabi Ibrahim as.

Pemuda seperti apakah yang pantas untuk mengemban amanah revolusi?

Dalam Ila Syabab, Hasan Al-Banna menyebutkan pemuda harus memimiliki muwasofat. Muwashofat-
muwashofat yang harus dimiliki oleh seorang pemuda.

Beliau membuka risalah ini dengan penggalan Qur’an surat Saba’ ayat 46-50. Dalam penggalan ayat
tersebut terdapat penekanan bahwa setiap perjuangan harus dilandasi niat karena Allah SWT. Perjuangan
tersebut bisa dilakukan dalam bentuk kelompok atau bahkan sendiri-sendiri. Dikarenakan setiap perjuangan
harus diniatkan karena Allah semata, maka tidak ada jerih payah yang pejuang harapkan dari manusia, kecuali
balasan jerih payah dari Allah semata. Selalin itu juga bertafakur dengan figur Nabi Muhammad.

Berbekal penggalan ayat ini, Hasan Al-Banna menggaris bawahi bahwa revolusi akan berhasil jika
penggerak revolusi itu memiliki 4 kriteria: (1) iman, (2) ikhlas, (3) semangat, (4) kerja keras yang
berkesinambungan. Dan keempat kriteria tersebut hanya ditemukan pada diri seorang pemuda. Keempat kriteria
inilah yang kemudian menjadi dasar untuk pembinaan pemuda.

“Sesungguhnya, sebuah pemikiran itu akan berhasil diwujudkan manakala kuat rasa keyakinan kepadanya,
ikhlas dalam berjuang di jalannya, semakin bersemangat dalam merealisasikannya, dan kesiapan untuk
beramal dan berkorban dalam mewujudkannya. Sepertinya keempat rukun ini, yakni iman, ikhlas, semangat,
dan amal merupakan karakter yang melekat pada diri pemuda, karena sesungguhnya dasar keimanan itu
adalah nurani yang menyala, dasar keikhlasan adalah hati yang bertaqwa, dasar semangat adalah perasaan
yang menggelora, dan dasar amal adalah kemauan yang kuat. Itu semua tidak terdapat kecuali pada diri
para pemuda.” (Paragraf Pertama Ila Syabab)

Selain itu hendaknya gerakan heroisme kepemudaan, tidak hanya bertumpu pada pengasahan aspek pemikiran
dan Interlektualitas semata namun perlu adanya penanaman hal yang lebih fundamental yaitu memberikan
Iman kedalam hati-hati setiap pemuda dan membersihkan hati

Dasar terpenting dari segalanya adalah IMAN dan pembersihan hati untuk IKHLAS. Iman menjadi landasan
penting karena jika pembahasan iman di dalam diri pemuda belum selesai, maka pasti akan ditemui masalah
saat ia berada di ranah organisasi atau ranah publik. Asas Keimanan ini adalah kecerdasan hati yang
merupakan proses

pembersihan jiwa.
Iman membuahkan petunjuk

Iman ‘saja’ tidak akan cukup untuk menyelesaikan persoalan, namun iman ini menjadi syarat untuk
mendapatkan petunjuk dari Allah SWT. Petunjuk yang merupakan modal iman.Hal ini terdapat pada Q.s Al-
Kahfi:13 Beriman Kepada Rabb akan menambahkan petunjuk kepada mereka. Dan pada ayat selanjutnya Allah
akan memberikan kekuatan dan peneguhan

“Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan
kepada mereka petunjuk.” (Al-Kahfi: 13)

Karena itu tarbiyah qalbiyah menjadi prioritas utama untuk melahirkan semangat besar terhadap ummat.
Jika iman seorang pemuda tidak beres, maka ia tidak akan memiliki tanggung jawab, di mana tanggung jawab
terhadap ummat itulah yang akan menimbulkan semangat untuk memperbaiki ummat. Di sinilah kemudian
denyut nadi ummat, hidup matinya ummat, diserahkan di tangan pemuda.

“Beranjak dari sini, sesungguhnya banyak kewajiban kalian, besar tanggung jawab kalian, semakin berlipat hak-
hak umat yang harus kalian tunaikan, dan semakin berat amanat yang terpikul di pundak kalian. Kalian harus
berpikir panjang, banyak beramal, bijak dalam menentukan sikap, maju untuk menjadi penyelamat, dan
hendaklah kalian mampu menunaikan hak-hak umat ini dengan sempurna.”

Apa yang harus dilakukan oleh pemuda?

Hasan Al-Banna menekankan pentingnya seorang pemuda untuk berpikir panjang. Pemuda identik
dengan cara berpikir yang pendek, karena dipengaruhi oleh emosi. Oleh sebab itu pemuda akan mudah disulut
emosinya, mudah dipengaruhi dan diprovokasi, mudah ditunggangi oleh pihak lain, dan mudah dibelokkan
kepada fikrah-fikrah yang menyimpang.

Berpikir panjang memerlukan ilmu sebagai landasan berpikir. Seorang pemuda tidak akan mampu
berpikir panjang jika ilmu yang ia punya tidak luas. Karena itu, ilmu menjadi prioritas utama yang harus dipupuk
terlebih dahulu, mendahului amal.

Setidaknya, ada tiga ilmu yang harus dikuasai,

1) ilmu normatif dan ilmu-ilmu yang berkaitan dengannya;

2) ilmu tentang strategi pemenangan, mengenai langkah taktis seorang pemuda di lapangan; dan

3) ilmu tentang pola kerja (manhaj) untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, yaitu asasi (Al-Qur’an dan Sunnah)
dan amali (pola kerja, cara, panduan)

Ilmu tersebut yang akan digunakan sebagai landasar untuk mengkomunikasikan tiga generasi, generasi
tua, generasi muda, dan generasi anak-anak. Pemuda sebagai poros tengah berkewajiban menghubungan
kedua generasi tersebut agar sinkronisasi pergerakan, sinkronisasi revolusi bisa berjalan dengan membawa
perubahan yang lebih baik.

Wallahulam.

Anda mungkin juga menyukai