Anda di halaman 1dari 7

PERAN UMAT ISLAM DALAM KEMERDEKAAN

Oleh : Triat Adi Yuwono

‫ت‬ َ ْ‫ش ُر ْو ِر أَ ْنفُ ِس َنا َومِن‬


ِ ‫س ِّي َئا‬ ِ ‫إِنَّ ا ْل َح ْمدَ هَّلِل ِ َن ْح َم ُدهُ َو َن ْس َت ِع ْي ُن ُه َو َن ْس َت ْغفِ ُر ْه َو َن ُعو ُذ ِبا‬
ُ ْ‫هلل مِن‬

ُ‫ش َه ُد أَنْ الَ إِ َل َه إِالَّ هللا‬


ْ َ‫ أ‬.‫ِي َل ُه‬
َ ‫ضلِلْ َفالَ هَاد‬ ْ ‫ َمنْ َي ْه ِد ِه هللاُ َفالَ ُمضِ ل َّ َل ُه َو َمنْ ُي‬،‫أَ ْع َمالِ َنا‬
‫س ّل ْم َعلى ُم َح ّم ٍد‬ َ ‫ص ل ّ َو‬ ُ ‫ش َه ُد أَنَّ ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َر‬
َ ‫ اَل ّل ُه ّم‬.‫س ْولُ ُه‬ ْ َ‫ش ِر ْي َك َل ُه َوأ‬ َ َ‫َو ْحدَ هُ ال‬
‫ َيا أَ ُّيه ا َ ا َّل ِذ ْينَ َءا َم ُن وا ا َّتقُ وا‬.‫ان إِ َلى َي ْو ِم الدّ ْي ِن‬
ٍ ‫س‬ َ ‫ص َحاب ِه َو َمنْ َت ِب َع ُه ْم ِبا ِْح‬ ْ َ‫َو َعلى آلِ ِه َوأ‬
ُ ‫ َياأَ ّي َها ال َن‬. َ‫هللا َح َّق ُت َقا ِت ِه َوالَ َت ُم ْو ُتنَّ إِالَّ َوأَن ُت ْم ُّم ْسلِ ُم ْون‬
ْ‫اس ا ّتقُ ْوا َر ّب ُك ُم ا ّلذِي َخ َل َق ُك ْم مِن‬ َ
َ ‫ِس ا ًء َوا ّتقُ وا‬
‫هللا ا َل ذِي‬ َ ‫س َواحِدَ ٍة َو َخ َل َق ِم ْن َها َز ْو َج َه ا َو َب ّث ِم ْن ُه َم ا ِر َج االً َك ِث ْي ًرا َون‬ ٍ ‫َن ْف‬
‫هللا َوقُ ْولُ ْوا‬ َ ّ‫اءلُ ْونَ ِب ِه َو ْاألَ ْر َحام َ إِن‬
َ ‫ َياأَ ّي َها ا ّل ِذ ْينَ آ َم ُن ْوا ا ّتقُ وا‬.‫هللا َكانَ َع َل ْي ُك ْم َرقِ ْي ًبا‬ َ ‫س‬َ ‫َت‬
‫از َف ْو ًزا‬
َ ‫س ْو َل ُه َف َقدْ َف‬ َ ‫صل ِْح َل ُك ْم أَ ْع َما َل ُك ْم َو َي ْغف ِْر َل ُك ْم ُذ ُن ْو َب ُك ْم َو َمنْ ُيطِ ِع‬
ُ ‫هللا َو َر‬ َ ً‫َق ْوال‬
ْ ‫س ِد ْيدًا ُي‬
.‫َعظِ ْي ًما‬
Jama’ah sidang jum’at rahimakumullah

Puji syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita dapat berkumpul dalam majelis yang mulia yang Insya
Allah dirahmati oleh Allah. Sholawat serta salam tak lupa kita haturkan kepada rosul akhir zaman
Muhammad Saw. Beliaulah barometer umat yang telah menuntun umat manusia menuju
kemuliaan dengan keimanan dan ke-Islaman. Tak lupa Khotib mengajak kepada diri pribadi
khotib, juga kepada para jamaah sekalian, marilah kita perbaharui niat kita untuk senantiasa
meningkatkan ketaqwaan kita sehingga kita berada dalam jarak yang paling dekat dengan Allah.
Tak lupa kita mendoakan saudara-saudara kita yang pada kesemptan kali ini belum bisa
menghadiri majelis ini baik karena sakit ataupun belum dibukakan pintu hidayah oleh Allah Swt,
sermoga pada kesempatan yang akan datang mereka bisa berkumpul untuk melaksaakan sholat
Jum’at. Pada kesempatan kali ini khotib akan menyampaikan khutbah dengan tema
“Mewujudkan Masjid sebagai Pusat Kegiatan Umat”.
Jama’ah jum’at Rahimakumullah.
Saat ini kita memasuki bulan Agsutus dan di bulan ini Bangsa Indonesia akan
memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI yang ke-73. Ketika kita berbicara
kemerdekaan, maka kita tidak boleh lupa tentang peran umat Islam baik pra Kemerdekaan
maupun pasca kemerdekaan. Umat Islam memiliki sejarah panjang dalam perjalanan bangsa ini
dan betapa besar cintanya umat Islam terhadap bangsa dan negaranya. Diantara peran umat Islam
terhadap bangsa Indonesia antara lain:
1. Pra Kemerdekaan
Awal masuknya penjajah bangsa barat ke Nusantara dengan pendekatan kekuatan yang
represif (bersenjata), maka mereka dilawan oleh kerajaan-kerajaan Islam di kawasan
Nusantara ini. Perjuangan ini antara lain : Kerajaan Malaka melawan serangan Portugis
(1511) diteruskan oleh Ternate di Maluku, kemudian Makasar melawan serangan
Belanda(VOC), Banten melawan serangan Belanda (VOC), dan Mataram Islam juga
melawan pusat kekuasaan Belanda(VOC) di Batavia (1628-1629) dan masih banyak lagi
kerajaan Islam yang melakukan perlawanan terhadap penjajah. . Penguasa kerajaan-
kerajaan Muslim melakukan penyerangan karena motivasi dari agama mereka untuk
melawan penjaajahan. Allah SWT dalam Al-qur’an Surat Al Hajj [22]:39

‫ير‬ ‫د‬‫ق‬َ َ ‫ل‬ ۡ‫م‬ ‫ه‬ ‫ر‬ۡ


‫ص‬ ‫ن‬ ‫ى‬ َ ‫َل‬ ‫ع‬ ‫ه‬ َّ ‫لل‬‫ٱ‬ ‫ن‬ ‫إ‬ ‫و‬ ْ
‫ا‬ ۚ ‫أُذن لِلَّذين ي َقٰتلُون بأَنه مۡ ظُلِمو‬
ٌ ِ ِ ِ َ ٰ َ َّ َِ ُ ُ َّ ِ َ َ ُ َ ِ َ ِ
Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi/ dijajah, karena
sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha
Kuasa menolong mereka itu,
Perlawanan kerajaan-kerajaan Islam itu membuat Belanda kalang kabut. Maka kemudian
mereka melakukan politik “Devide Et Impera” (pecah belah), maka satu persatu kerajaan-
kerajaan ini dapat dikuasai. Namun apakah perjuangan umat Islam padam? Tidak!
Setelah kaum kolonial berhasil menguasai kerajaan-kerajaan di Indonesia, umat
Islam bersama para ulamanya tidak berhenti melawan penjajahan. Munculah era Gerakan
Sosial merata di seluruh pelosok tanah air. Ulama sebagai pemimpin Agama Islam
memimpin umat melawan penindasan dan kedloliman penjajah. Sejak dari Aceh muncul
perlawanan rakyat dipimpin oleh Tengku Cik Di Tiro, Teuku Umar, Cut Nya’ Dhien; di
Sumatera Barat muncul Perang Paderi dipimpin oleh Imam Bonjol; di Jawa juga muncul
perlawanan P. Diponegoro,  dan masih banyak lagi perlawanan umat Islam yang dipimpin
oleh para Ulama.
Dari berbagai perlawanan itu, pihak Belanda pun mulai goyah kekuasaaanya,
sebagai bukti dari tiga perlawanan : Rakyat Aceh, Sumatera Barat, dan Perang Jawa
(Dipanegoro) telah mengorbankan : 8000 tentara Belanda mati dan 20.000.000 Gulden
kas kolonial habis. Oleh karena itu, mereka kemudian mencari jalan lain, yaitu mengubah
politik kolonialnya dengan pendekatan “ Politik balas budi” (Politik Kemakmuran) untuk
menarik simpati rakyat jajahan. Namun, pada kenyataannya politik itu dijalankan dengan
perang kebudayaan dan idiologi, terutama untuk memecah dan melemahkan potensi umat
Islam Indonesia yang dianggapnya musuh utama pemerintah kolonial.
2. Pergerakan Nasional
Kelihatannya politik balas budi yang dicanangkan Belanda itu humanis untuk
kesejahteraan rakyat, namun karena landasannya tetap kolonialisme, maka jadinya tetap
eksploitatif dan menindas rakyat. Maka muncullah kesadaran untuk berjuang melawan
penjajah dengan cara terorganisir. Sehingga muncullah organisasi-organisasi pergerakan
yang tidak lagi bersifat kedaerahan, lebih tertata dan tidak tergantung kepada satu orang
pemimpin. Mereka sadar pentingnya perjuangan yang lebih rapi lagi. Allah SWT
berfirman dalam QS. Ash Shaf [61]:4

‫ن‬ٞ َٰ ‫أَنَّهُم ب ُ ۡني‬###َ ‫ ّفٗا ك‬###‫ص‬


َ ‫بِيلِهِۦ‬###‫س‬ َ ‫و‬###ُ ‫ين ي ُ َقٰتِل‬
َ ‫ن فِي‬ َ ِ‫ب ٱلَّذ‬
ُّ ‫ح‬ َ َّ ‫ن ٱلل‬
ِ ُ‫ه ي‬ َّ ِ ‫إ‬
‫ص‬ٞ ‫صو‬ ُ ‫م ۡر‬ َّ
Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang
teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.
Maka muncullah organisasi-organisasi Islam di Indonesia. Maka pelopor awal
Pergerakan Nasional di Indonesia ialah umat Islam, yaitu pada tanggal 16 Oktober 1905,
lahir Sarekat Dagang Islam (SDI), yang kemudian th. 1912 jadi Sarekat Islam (SI),
sebagai gerakan Ekonomi dan politik.  Pada Tanggl 18 November 1912 lahir
Muhammadiyah sebagai gerakan Sosial Keagamaan, kemudian selanjutnya Al Irsyad
(1914), Persatuan Islam (Persis) th. 1920, Nahdlatul Ulama ( 1926 ), dan organisasi-
organisasi lainnya yang termasuk dalam kategori nasionalis Islami, yang kesemuanya
punya andil dalam melawan penjajah Belanda.
3. Perumusan Dasar Negara
Pada saat mempersiapkan kemerdekaan dalam BPUPKI dan PPKI pun banyak
perwakilan umat Islam yang duduk dalam perumusan konsep dasar negara. Bahkan
anggota Panitia Sembilan, delapan diantaranya adalah muslim, diantaranya empat orang
adalah ulama. Dari panitia itu lahirlah piagam Jakarta yang diantaranya adalah penerapan
syariat Islam yang berbunyi: Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syareat Islam
bagi pemeluknya. Namun, pada tanggal 18 Agustus 1945, perwakilan yang
mengatasnamakan utusan dari Indonesia Timur, yang menyatakan bahwa bila kalimat “
Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syareat Islam bagi pemeluknya” tidak diubah,
maka Indonesia Timur akan memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia .
Dengan demikian Bung Hatta melakukan lobi dengan para ulama agar dapat mengubah
Piagam Djakarta demi persatuan Nasional RI. Pada awalnya para ulama tidak setuju,
sebab itu sudah keputusan BPUPKI sebagai konsensus nasional, namun demi toleransi
dan menjaga negara RI dari perpecahan, akhirnya disepakati dengan kalimat : “
Ketuhanan Yang Maha Esa “ disana ada peranan salah seorang ulama Ki Bagus Hadi
Kiusumo yang menempatkan Yang Maha Esa sebagai Tauhid bagi Rakyat Indonesia.
Yang dilandaskan Firman Allah SWT QS. Al Ikhlas :1-4

‫ح ۢ ُد‬ َ َ َّ ‫قُ ۡل هُو ٱلل‬


ُ َّ ‫مد ُ ل َ مۡ يَل ِ ۡدوَل َ مۡ يُول َ ۡدوَل َ مۡ يَكُن ل‬
َ ‫هۥ كُفُوًا أ‬ َ ‫ص‬ ُ َّ ‫حد ٌ ٱلل‬
َّ ‫ه ٱل‬ َ ‫هأ‬ُ َ
Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung
kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan. dan tidak
ada seorangpun yang setara dengan Dia
4. Perang Mempertahankan Kemerdekaan
Setelah bangsa Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, pasukan
belanda ingin tetap menguasai Indonesia maka Belanda membonceng sekutu dan
mendarat di Surabaya. Kh. Hasyim Asy’ari dan Tokoh-tokoh NU menyerukan resolusi
jihad kepada umat Islam dan mengobarkan perlawanan menghadapi sekutu. Dengan
pekikan takbir Bung tomo membakar semangat juang penduduk surabaya. Kermudian
Saat Belanda melakukan agresi militernya yang menyerang Yogyakarta, Ki Bagus Hadi
Kusumo dan tokoh-tokoh Muhammadiyah membentuk Angkatan Perang Sabil untuk
membantu TNI mengusir Belanda dari tanah jogjakarta. Begitulah Umat Islam sangat
cintanya terhadap tanah airnya sehingga rela mengorbankan harta dan jiwanya untuk
mengeluarkan bangsanya dari kegelapan penjajahan menuju cahaya kemerdekaan.
Perjuangan Umat Islam membebaskan diri dari penjajahan didodorong oleh firman Allah
dalam QS. Ibrahim [14]:1
ۡ َ
ِ ‫ت إِلَى ٱلنُّورِ بِإ ِ ذ‬
‫ن‬ َٰ ُ ‫ن ٱلظُّل‬
ِ ‫م‬ َ ‫م‬
ِ ‫س‬ َ ِ‫ك لِت ُ ۡخر‬
َ ‫ج ٱلنَّا‬ ُ َٰ ‫ب أن َز ۡلن‬
َ ‫ه إِل َ ۡي‬ ٌ َٰ ‫ال ٓ ۚر كِت‬
ِ‫ميد‬ ِ ‫ح‬َ ‫ط ۡٱلعَزِيزِ ۡٱل‬ ِ ‫ص َٰر‬
ِ ‫ى‬ َ
ٰ ‫َربِّهِ مۡ إِل‬
Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu
mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin
Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji
Begitulah umat Islam dalam sepanjang sejarah bangsa ini terus berjuang membela
agama dan bangsanya. Mempertahankan Bangsa dan negaranya dari serangan luar dan
dalam negeri, seperti idiologi Komunis, liberalisme dan kapitalisme. Dan umat Islam akan
terus cinta terhadap bangsa dan negaranya. Maka marilah kita Berupaya untuk tidak
‫‪melupakan peran umat Islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang‬‬
‫‪menyebabkan Republik ini masih tetap ada.‬‬

‫ك هللاُ ِلي َو َل ُك ْم في ْالقُ رُأَ ِن ْال َعظِ ي ِْم‪َ ،‬و َن َف َِع ني َوإِيَّا ُك ْم ِبم ا َ ِف ْي ِه م َِن ْاآلي ا َ ِ‬
‫ت َوال ِّذ ْك ِر‬ ‫ار َ‬ ‫َب َ‬
‫لح ِكي ِْم‪ .‬أَقُ ْو ُل َق ْوليِ َه َذا َوأَ ْس َت ْغ ِفر َ‬
‫ُهللا ْال َعظِ ي ِْم ِلي َو َل ُك ْم َول َِس ائ ِِر ْالم ُْس لِ ِمي َْن ِمنْ ُك ِّل َذ ْنبٍ‪.‬‬ ‫ْا َ‬
‫َفاسْ َت ْغ ِفرُوهُ‪ ،‬إِ َّن ُه ه َُو ْال َغفُو ُر الرَّ ِحي ِْم‪.‬‬

‫‪KHUTBAH KEDUA :‬‬


‫يِّئَاتِ‬ ‫شرُورِ أَنْفُسِنَا َومِنْ سَ‬
‫إِنَّ الحَمْدَ ِهللِ نحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ َونَعُوذُ بِاهللِ مِنْ ُ‬
‫أَعْمَالِناَ‪َ ،‬منْ يَهْدِهِ اهللُ فَالَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَالَ هَادِيَ لَهُ‪.‬‬

‫شرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ محَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوُْلهُ‪ .‬وَالصَّالَة‬


‫وَأَشْهَدُ اَن الَ إِلَهَ اِالَّ اهللُ َوحْدَهُ الَ َ‬
‫ُوَالسَّالَمُ عَلَى محَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِه‬

‫‪Hadirin Jamaah Jumat Yang Dimuliakan Alloh‬‬

‫‪Umat Islam memiliki peran yang besar dalam sejarah panjang bangsa ini, bahkan tidak hanya umat Islam‬‬
‫‪yang ada di negara ini. Umat Islam pula yang pertama kali mengakui kemerdekaan bangsa ini, melelui‬‬
‫‪Liga Arab sejak 18 November 1946 karena ada rasa persaudaraan sesama Muslim. Maka marilah jangan‬‬
‫‪kita lupakan peranan umat Islam di negara ini. Dan marilah kita menjaga persatuan dan kesatuan‬‬
‫‪(ukhuwah Islamiyah) ditengah-tengah kita dalam menghadapi berbagai cobaan yang menimpa umat‬‬
‫‪Islam, bangsa dan negara. Mudah-mudahan Allah SWT memberikan rahmat dan berkahnya kepada‬‬
‫‪Bangsa Indonesia yang kita cintai.‬‬

‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬


‫ص ِّل َعلَى‬ ‫َّبي‪ ،‬يَاأ َُّي َها الَّذيْ َن أ ََمنُوا َ‬
‫صلُّوا َعلَْيه َو َس لِّ ُموا تَ ْس ل ْي ًما‪.‬اَللّ ُه َّم َ‬ ‫لى الن ِّ‬
‫لو َن َع َ‬ ‫إِ َّن اهللَ َو َمالَئ َكتَهُ يُ َ‬
‫ص ُّ‬
‫مح َّم ٍد‬
‫آل َ‬ ‫مح َّم ٍد و َعلَى ِ‬
‫َ َ‬
‫ات‪َ .‬ر َّبنَ ا‬ ‫ات اْالَ ْحي ِاء ِم ْن ُهم واْالَ ْم و ِ‬ ‫ات واْلم ْؤ ِمنِْين واْلم ْؤ ِمنَ ِ‬ ‫اَللّ ُه َّم ا ْغ ِف ر لِلْمس لِ ِم ْين واْ ِ ِ‬
‫َْ َ‬ ‫َ‬ ‫ََ ُ‬ ‫لم ْس ل َم َ ُ‬ ‫ْ ُْ ََ ُ‬
‫ْم ْؤ ِمنِْي َن َي ْو َم َي ُق ْو ُم‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫اجعلْن ام ِقي ِمين َّ ِ ِ‬
‫اء‪َ .‬ربَّن اَ ا ْغف ْرلَنَ ا َول َوال َد ْينَا َولل ُ‬
‫الص الَة َوم ْن ذُ ِّريَّتنَ ا‪َ ،‬ربَّن اَ َوَت َقبَّ ْل ُد َع ً‬ ‫َْ َ ُ ْ َْ‬
‫ْمت َِّق ْي َن إِ َم ًاما‪.‬‬ ‫ِ‬ ‫اب ر َّبنَا َهب لَنَا ِمن أَ ْزو ِ‬
‫اجنَا َوذُ ِّريَّاتِنَا ُق َّرةَ أَ ْعيُ ٍن َو ْ‬
‫ِ‬
‫اج َعلْنَا لل ُ‬ ‫ْ َ‬ ‫ْ‬ ‫س ِ َ‬‫الح َ‬

‫س نَةً‬
‫الد ْنيَا َح َ‬‫فى ُّ‬ ‫فى أ َْوطَِان ِه ْم‪َ .‬ر َّبنَا آتِنَا ِ‬
‫آم ْن ُه ْم ِ‬‫ال اْلمس لِ ِمين وأَر ِخص أَس عا ِر ِهم و ِ‬
‫َح َو َ ُ ْ ْ َ َ ْ ْ ْ َ ْ َ‬
‫اَللّه َّم أ ِ‬
‫َص ل ْح أ ْ‬
‫ُ ْ‬
‫لم ْر َس لِ ْي َن‬ ‫ِ‬ ‫ب اْلِ َّ ِ‬ ‫اب النَّا ِر‪ُ .‬س ْب َحا َن َربِّ َ‬ ‫ِ‬ ‫و ِ ِ ِ‬
‫عزة َع َّما يَص ُفو َن‪َ ،‬و َس الَ ٌم َعلَى اْ ُ‬ ‫ك َر ِّ‬ ‫سنَةً َوقنَا َع َذ َ‬
‫فى اْآلخ َرة َح َ‬ ‫َ‬
‫ب اْ َلعاَ ِ‬
‫لم ْي َن‪.‬‬ ‫واْلحم ُد ِ‬
‫ِهلل َر ِّ‬ ‫َ َْ‬
‫ث‪ :‬ي أْمر ُكم بِاْلع ْد ِل واْ ِالح ِ ِ ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِعبَ َ ِ ِ‬
‫بى َو َي ْن َهى َع ِن‬
‫س ان َوإيْت آئ ذى اْل ُق ْر َ‬ ‫اد اهلل‪ ،‬إ َّن اهللَ يَ أ ُْم ُر ُك ْم ب الثَّالَ َ ُ ُ ْ َ َ ْ َ‬
‫اس أَلُْواهُ ِم ْن‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫اْل َفح َ ِ‬
‫لم ْن َك ِر َواْ َلبغْ ِي يَعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّك ُر ْو َن‪ ،‬فَ اذْ ُك ُروا اهللَ اْ َلعظ ْي ِم يَ ْذ ُك ْر ُك ْم َو ْ‬
‫ش آء َواْ ُ‬ ‫ْ‬
‫ضلِ ِه ي ْع ِط ُكم وا ْش ُكرواهُ َعلى نِع ِام ِه ي ِز ْد ُكم ولَ ِذ ْكر ِ‬
‫اهلل أَ ْكَب ُر‪َ .‬وأَقِ ُم ْوا َّ‬
‫الصالَةَ!‬ ‫َ َ َ َْ ُ‬ ‫فَ ْ ُ ْ َ ُ ْ‬

Anda mungkin juga menyukai