Latar Belakang:
a) Kalimat Takbir sering diucapkan tapi jarang/tidak pernah dihayati/ditadabburi
b) Dalam Islam kita dianjurkan untuk banyak mengagungkan asma Allah
c) Takbir adalah kalimat dzikir yang agung, besar pahalanya, namun tak sedikit orang yang
masih keliru melafazkan Takbir (termasuk ketika sholat/mengimami sholat berjamaah).
Kalimat dzikir Takbir ini sendiri dianjurkan untuk diamalkan dalam syariat agama kita, dan
mengamalkannya dengan ikhlas dan penuh penghayatan mendapatkan pahala yang sangat
besar. Sebagaimana Allah firmankan dalam Al-Qur’an’;
ْ َ ع ل َ ىٰ َه ا ه َ ذَ ا كُ ْن َو ل َ َع ل ه كُ ْن ت
ُ ُش ك
QS.2/Al-Baqarah: 185; { َر وى } َو ل ِ ت ُ كَ ب ِّ ُر وا ه
َ َ َّللا
“...dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu,
supaya kamu bersyukur”.
QS.17/Al-Isra: 111; {} َو َكبِّ ْريُ تَ ْك ِبي ًرا
“dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya”
Dan sabda Nabi Sholallahu ‘Alaihi Wassalam;
{ م ب ين }
“Orang mukmin yang melafazkan 'Allahuakbar' itu pahalanya bisa memenuhi Langit-Bumi”
Sehingga jumlah takbir dalam sholat seluruhnya ada sebanyak 94 kali takbir, yakni 17
raka’at X 5 =85, Takbiratul Ihram= 5, Takbir menuju tahiyyatul awwal= 4 (Untuk sholat
Shubuh tidak ada tahiyyatul awal).
Belum lagi ketika wiridan sehabis sholat fardhu kita membaca dzikir Tasbih 33X, Tahmid
33X, dan Takbir 33X. Jadi dalam sehari kita wiridan sehabis sholat fardhu membaca dzikir
kalimat takbir sebanyak 5X 33= 165 kali. Kalau jumlahkan semuanya, maka menjadi
sebanyak 94 + 165= 259 kali kita larfazkan kalimat takbir dalam sehari. Jadi cukup banyak,
ya...!
Maka pertanyaan selanjutnya yang kemudian muncul adalah pernahkah kita menyelami,
menghayati, mentafakuri, dan mentadabburi kalimat dzikir Takbir ini?
Mentadabburi kalimat TAKBIR – page: 2
Cara Yang benar, yakni Lafaz Hamzah dan Alif Lam harus dibaca tipis sesuai makhraj/sifat
hurufnya, dan dibadca dengan jelas dan konsisten. Jelas bunyi lafaz A-nya dan bunyi AL-
nya. Tidak ditebalkan bunyinya (bukan Aw-loh / Ow-loh tapi AL-LOHU AKBAR). Maka yang
ditebalkan bukanlah Hamzah/Alif Lam-nya, melainkan bunyi LA pada lafadz Jalalah (yakni
dengan cara mengangkat/meninggikan pangkal lidah, sehingga bunyi LA terkesan/ menjadi
seperti bunyi LO; AL-LOHU AKBAR).
-
Artinya: “Maka tipiskanlah huruf-huruf yang memiliki sifat istifal, dan hati-hati (jangan)
menebalkan alif; Seperti hamzah pada kata ( )ﷲ,( ), ( ), ( ), kemudian jangan
menebalkan Lam Jalalah pada kata ( )”.
Maksudnya huruf-huruf istifal (tipis) harus (konsisten) dibaca tipis, dan agar kita
berhati-hati untuk (jangan sampai) mengubah/menebalkan huruf hamzah/alif, (yakni
yang seharusnya dibaca A tapi dilafazkan O).
3) Kesalahan Men-sukun huruf Ra’ kala dibaca washol/disambung (misal pada saat
mengumandangkan Adzan atau takbiran hari raya).
Jika Menilik pada qoidah Nahwu/I’rob kalimat (هلل أَ ْكبَ ُر ُ َ )اadalah mubtada’-khobar.
Lafzhul-Jalālah (هلل َ
ُ )اkedudukannya marfu, sebagai Mubtadā. Dan ( )أكبرmenjadi
Khobar, mabni dengan dhommah, (1) karena harus konsisten / mengikuti kondisi
Mubtada-nya. Ia juga mabni dengan dhommah karena (2) merupakan isim tafdhīl,
yaitu isim yang ikut rumus أَ ْف َع ُلyang bermakna “lebih” atau “paling”. Ia bermakna
“lebih” jika perkiraannya ada pembanding (َي ٍء ْ )أَ ْكبَ ُر ِمهْ ُك ِّل ش, dan bermakna “paling” jika
perkiraannya tidak ada pembanding (شيَاء ْ َ)أَ ْكبَ ُر األ. Dan untuk Allah diartikan
Mahabesar.
Maka Ra’ pada أكبرbukan huruf mati, tapi berharokat dhommah= “RU” ()أَ ْكبَ ُر. Maka
ketika dibaca washol saat Adzan atau Takbiran, bukanlah disukun Allahu-Akbar Allahu-
Akbar atau difathah Allahu-Akbarallahu-Akbar, tetap;i: Allahu Akbarullahu Akbar,
kecuali diwaqof/berhenti dulu, maka huruf Ra’-nya mati/dibaca sukun: Allahu Akbar,
Allahu Akbar.
Mentadabburi kalimat TAKBIR – page: 3
*) Untuk point (3), dalilnya adalah QS. Al Hajj: 28: {ََللا فِي أَيّامَ َمعْ لُو َمات
َِّ } َو َي ْذ ُكرُوا اسْ ََم, artinya:
“Dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan”.
“Ayyamim-ma’lumaat”, yakni sepuluh hari pertama Dzulhijjah. Ini adalah pendapat jumhur
‘ulama seperti: Ibnu ‘Umar, Ibnu ‘Abbas, Al Hasan Al Bashri, ‘Atho’, Mujahid, ‘Ikrimah, Qotadah
dan An Nakho’i. Termasuk pula pendapat Abu Hanifah, Imam Asy Syafi’i dan Imam Ahmad
(pendapat yang masyhur dari beliau). (Ibnu Rajab Al Hambali dalam Lathoif Al Ma’arif, hal. 462
dan 471).
Imam Bukhari rahimahullah menyebutkan pada Bab “Keutamaan beramal di hari tasyriq”;
Takbir yang dimaksud disini adalah sifatnya muthlaq, (bukan muqoyyad), artinya tidak dikaitkan pada
waktu dan tempat tertentu. Sedang takbir yang sifatnya muqoyyad, artinya dikaitkan dengan waktu
tertentu yaitu dilakukan setelah shalat wajib berjama’ah, bagi orang yang tidak berhaji dilakukan mulai
dari shalat Shubuh pada hari „Arofah (9 Dzulhijah) hingga waktu „Ashar pada hari tasyriq yang terakhir.
Adapun bagi orang yang berhaji dimulai dari shalat Zhuhur hari Nahr (10 Dzulhijah) hingga hari tasyriq
yang terakhir.
Salah satu caranya ialah dengan mengajarkan membaca Allahu Akbar ('Allah Mahabesar')
di hampir setiap perpindahan dari rukun shalat.
3) Menghapus kecemasan, kesedihan dan rasa takut, dan sebaliknya bisa Menumbuhkan
kekuatan, ketenangan bathin, juga mengobarkan keberanian/heroisme.
(Ingat, Bagaimana Bung Tomo kobarkan semangat perlawanan rakyat Surabaya
terhadap tentara penjajah Belanda pada tanggal 10 November 1945.
Dan beberapa waktu yang lalu juga, belum lama ini kita menyaksikan melalui video di
medsos, seorang Mahasiswi Muslimah India (bernama Muskan Khan) yang awalnya
sempat khawatir karena seorang diri dikepung 100-an pria kafir Hindu, maka ia ingat
Allah Mahabesar, dan secara heroik dan berani ia lafazkan takbir, “Allahu Akbar, Allahu
Akbar, Allahu Akbar!”. Dengan keimanan yang kuat terhadap keagungan Allah Azza
Wajalla, hilang rasa takutnya dan timbul keberanian untuk menghadapi seorang diri
merobos kepungan para pria kafir Hindu itu hingga ia bisa masuk ke kampusnya.)
4) Menguatkan Tauhid dan Menjauhkan dari Syirik. Bahkan menurut Gus Baha, bisa
menghapus dosa yang ada unsur syiriknya. Firman Allah SWT QS.17 Al-Isra ayat 111;
Oleh karena itu, yuk saya mengajak terutama pada diri saya sendiri dan juga kepada ikhwah
fillah yang dirahmati Allah Ta’ala, mari kita amalkan dan hayati kalimat Takbir dalam segala
aktivitas sehari-hari, dengan penuh keikhlasan. Sebab, jika mengamalkannya secara
terpaksa, main-main nanti akan sia-sia. Meski sampai 1000X membacanya akan percuma,
apalagi dengan jumlah banyak seperti itu justru mungkin kita malah jadi tidak konsen,
membaca dzikir Allahu Akbar ini harus dengan hadirnya hati, Karna “Saat hati kita hadir”
kita bisa benar-benar takut pada Allah SWT.