1
PBB, Libya pun mengangkat bendera hijau sebagai lambang kemerdekaannya.
Bermula dari kepemimpinan raja Idris inilah Libya mulai mengembangkan sayapnya dengan
Negara-negara tetangga baik barat maupun dunia Islam secara menyeluruh. Ditambah lagi
pada saat ditemukannya sumber minyak Libya sekitar tahun 1953, dan dimualinya eksploitasi
pada tahun 1956, dan Libya mulai melakukan aksi penjualan minyak ke eropa sejak tahun
1967.
Secara lebih mendasar ekonomi Libya lebih bersandar pada hasil minyak bumi dari
pada sumber lain seperti pertanian, hasil laut, pertambangan selain minyak, dan perdagangan.
Melalui hasil minyak inilah perkembangan Libya nampak begitu pesat, dapat disaksikan dari
keberlangsungan hidup masyarakat yang samakin mapan, pembangunan yang terus bergilir di
setiap tempat, dan perkembangan lainnya.
2
Bahasa pergaulan: Arab Libya, dialek Arab lainnya, Berber.
Pemerintahan : Pemerintahan Sementara
Presiden Kongres Nasional Umum : Nouri Abusahmain
Perdana Menteri : Ali Zeidan
Kemerdekaan
Dilepaskan oleh Italia : 10 Februari 1947
Dari Britania Raya dan Perancis dibawah Perwalian PBB : 24 Desember 1951
Luas : 1,759,541 km2
Penduduk
Perkiraan 2011 : 6,6 juta jiwa
Sensus 2006: 5.670.688
Kepadatan : 3,6/km2
PDB (KKB) perkiraan 2010
Total : $90,571 miliar
Perkapita : $43.846
PDB (nominal)
Total : $331,336 miliar
Perkapita : $40.873
Mata Uang : Dinar (LYD)
Zona waktu : CET (UTC+1)
Musim Panas (DST) : CEST(UTC+2)
Lajur Kemudi : Kanan
m. Ranah Internet : .ly
Kode telepon : 218
3
1961, Qaddafi dikeluarkan dari Sebha karena aktivitas politiknya, namun kemudian ia masuk
di Universitas Libya dan lulus dengan nilai yang sangat baik. Pada 1963 ia masuk Akademi
Militer di Benghazi bersama beberapa rekan militannya, dan ia pun membentuk kelompok
rahasia dengan tujuan menjatuhkan monarki yang pro-Barat. Pada 1965 setelahnya lulus dari
Akademi Militer, ia dikirim ke Britania (Inggris) untuk mengikuti latihan militer lanjutan dan
kembali pada 1966 sebagai seorang perwira dalam Korp Sinyal.
Qaddafi memiliki delapan anak, tujuh diantaranya laki-laki, putra yang paling tua
Muhammad Qaddafi menjadi ketua komite olimpiade Libya. Putra kedua, Al-Saadi Qaddafi
menjabat sebagai Ketua Federasi Sepak Bola Libya yang bermain di tim Seri-A Perugia dan
juga sebaik artis film. Satu-satunya anak perempuannya Ayesha Qaddafi berprofesi sebagai
pengacara yang tergabung dalam tim pengacara Saddam Hussein. Bahkan beliau juga
memiliki saham sekitar 7,5% di klub sepak bola Italia Yuventus, namun tidak banyak yang
tahu masalah tersebut.
4
politik Libya banyak mengalami pasang surut, hubungan yang awalnya sangat baik dengan
barat (Inggris dan Amerika) dimasa raja Idris, setelah revolusi ternyata Muammar qaddafi
bersama 12 anggota dewan revolusinya menginginkan kiblat politiknya ke soviet.
Secara langsung konsekuensi besar yang harus dihadapi oleh para Revolusioner adalah harus
kontrak serta memusuhi Inggris dan Amerika, dengan bukti segala kepentingan dua Negara
tersebut di depak dari Libya, serta ditambah lagi dengan aksi-aksi terorisme dan penindasan
terhadap kaum oposan yang dilakukan Libya menurut kaca mata serta tuduhan Amerika dan
Inggris, keadaan itu semakin memperuncing hubungan Libya dengan kedua Negara tersebut.
Sehingga dalam perkembangannya berbagai tuduhan beruntun selanjutnya diarahkan ke
Libya, mulai aksi pengeboman pesawat Lockerbie, pembunuhan polisi Inggris dari gedung
kedutaan Libya di London, mensponsori terorisme dan aksi revolusi Negara-negara di Afrika
dan Asia, mengembangkan proyek senjata biologi dan kimia pemusnah massal, sampai pada
pembelaan terhadap palestina yang nyatanya merugikan sekutu amerika sendiri yaitu Israel.
Semua itu berujung dengan serangan terhadap Libya pada 1986 serta keputusan embargo
PBB dan Amerika terhadap Libya pada 1989 sampai 90-an yang mengakibatkan terisolasinya
Libya dari pergaulan dunia.
5
Eksplorasi berskala besar dilakukan berbagai perusahaan minyak, seperti BP (British
Petroleum), Exxon, Total, Occidental Petroleum, Marathon Oil maupun Oil and Amerada
Hess setelah menandatangani perjanjian kerjasama dengan pemerintah Libya.
Kerjasama semakin terbuka sejak 2003 ketika PBB mencabut sanksi atas Libya serta
Amerika Serikat mencabut status Libya sebagai negara teroris pada 2006. Setelah selama 19
tahun absen, beberapa perusahaan raksasa Barat dan Amerika kembali melakukan invansi dan
eksploitasi besar-besaran minyak di Libya, sehingga saat ini mereka menguasai ladang-
ladang minyak negara itu.
Jika krisis politik berlanjut tanpa berkesudahan, ini akan memiliki dampak global,
khususnya pasokan minyak kepada negara Barat dan Amerika. Harga minyak di pasaran
dunia saat ini meroket mencapai lebih dari USD100/barel. Apalagi minyak Libya yang
diekspor, merupakan jenis terbaik dan banyak dibutuhkan perusahaan maupun industri di
Barat dan Amerika.
Demonstrasi berbuntut kekerasan berdarah menyebabkan banyak perusahaan minyak
yang berinvestasi di Libya menghentikan produksi. Situasi yang semakin genting juga
memaksa dilakukannya evakuasi terhadap para staf, pekerja beserta keluarga mereka.
Selain krisis minyak, situasi Libya dapat menganggu sejumlah langkah recovery ekonomi
Barat dan Amerika yang kini dilanda resesi. Barat dan Amerika juga harus menghadapi krisis
politik dalam negeri masing-masing, juga di seluruh Timur Tengah tengah menuju pergantian
rezim yang belum dapat diprediksi.
Barack Obama, secara khusus memberikan perhatian lebih kepada situasi di Timur
Tengah, termasuk di Libya, karena selain harus menyelamatkan dirinya yang bakal
menghadapi pemilu tahun depan, juga Obama dituntut memenuhi kebutuhan energi dan
mengembalikan ekonomi negaranya yang runtuh. Minyak dan gas Libya sangat penting bagi
kelangsungan industri Barat dan Amerika. Sementara Mesir dipandang penting bagi ekonomi
Amerika dan Barat karena terusan Suez menjadi urat nadi bagi perekonomian mereka.
Jika krisis berlarut di dunia Arab, terutama di Bahrain, maka dampaknya akan sangat
mengancam stabilitas keamanan dunia serta ekonomi global. Semuanya tergantung siapa
yang akan menjadi penguasa baru serta sikap mereka terhadap Barat Dan Amerika ke depan.
Jika, Amerika dan Barat sangat berambisi menguasai Libya karena kekayaan minyaknya,
maka untuk di Bahrain, mereka sengaja membiarkan rakyat Bahrain dibantai rejim diktator,
karena ini berkaitan dengan keberlangsungan masa depan Amerika dan Barat di dunia.
Bahrain adalah palang pintu masuknya kekuatan Amerika dan Barat ke Timur Tengah.
Jatuhnya kekuasaan rejim diktator Bahrain ke tangan rakyat revolusioner, itu berarti
6
mengharuskan runtuhnya pilar-pilar penyanggah kekuatan keamanan Amerika dan Barat di
Timur Tengah secara keseluruhan. Dan itu bermakna, titik mula rontoknya hegemoni
arogansi dan hansip dunia.
7
DAFTTAR PUSTAKA
Referensi :
http://hikmat.web.id/sejarah-dunia/sejarah-negara-libya/
http://id.wikipedia.org/wiki/Libya
http://luar-negeri.kompasiana.com/2013/09/04/kebangkrutan-minyak-libya-588806.html
Mohtar. 1990. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi.
Jakarta:LP3ES.Geis, Anna. 2007. “From Democratic Peace to Democratic War?”. Peace
Review: A Journalof Social Justice. 19:157
Mutia. “Geopolitik dan Geostrategi Dunia Arab: Libya, Mesir, Tunisia, Bahrain, dan
Fenomena Arab Spring”
World Politics, Vol. 52, No. 1 (Oct., 1999), pp. 1-37Penerbangan Pan Am
(http;//id.m.wikipedia.org/wiki/Pan_Am_Penerbangan_103 diakses padatanggal 13/06/2013
pukul 20:43 WIB)