Anda di halaman 1dari 8

NEGARA SUDAN

Aspek Geografis
Secara geografis Sudan merupakan bagian dari sub-regionalisme

maghribi. Maghribi adalah Afrika Utara kawasan Timur Tengah yang terletak

di benua Afrika bagian Utara, meliputi: Maghrib Aqsa (Paling Barat), Maghrib

Wusta (Tengah) dan Maghrib Adna (Paling Timur). Apabila diklasifikasikan ke

dalam sub-regionalisme maka Sudan menjadi bagian dari sub-regionalisme

maghrib Adna. Sudan terletak di bagian Timur Laut benua Afrika,

terbentang antara 4º dan 23º Lintang Utara, serta 22º dan 38º Bujur Timur.

Sudan merupakan negara terluas kedua di benua Afrika. Total wilayah

2
Sudan mencakup 1.882.000 km dan

merupakan 8,3% dari seluruh luas benua Afrika. Luas wilayah laut dan
2
sungat 129,813 km
2
serta luas daratan 1.752.187 km . Dari keanekaragaman geografis yang

terdapat di Sudan, tidak terlepas dari adanya sumber-sumber konflik yang bisa

berakibat terjadinya konflik antar negara di wilayah perbatasan. Ibukota Sudan,

Khartoum, yang terletak di jalur pertemuan antara dua Sungai Nil, yaitu Nil

Putih dan Nil Biru. Sungai Nil dapat menjadi sumber konflik apabila

1
sungai tersebut melintasi berbagai negara.

Biasanya negara yang berada di bagian lebih hilir atau bawah merasa

terancam kepentingan suplai air maupun keamanannya tatkala kawasan yang

lebih hulu membangun bendungan dan saluran air yang dapat mengurangi

debit air sungai secara signifikan. Sungai Nil ini melintasi negara

Rwanda, Kenya, Uganda, Eithiopia, Mesir, Sudan dan Sudan Selatan. Pada

hakikatnya, air sebagai sumber kehidupan manusia. Tidak salah apabila di

kawasan Timur Tengah sering terjadi konflik Air Tawar karena secara

geografis Sungai Nil melintasi 6 negara dari hulu ke hilir.

Aspek Penduduk
Pertumbuhan populasi rata-rata 2,5% tingkat kelahiran 36,12 per 1.000

populasi dan tingkat kematian mencapai 11 per 1.000 penduduk. Sedangkan

penduduk ibukota Khatoum mencapai sekitar 8 juta jiwa di tahun 2012.

Populasi secara nasional Sudan memiliki 35.482.233 penduduk (Juli 2014). Di

mana penduduk Sudan terdiri atas berbagai etnis yaitu, Afrika kulit hitam (52%),

Arab (39%), Beja dan Nubian (6%) dan lain-lain (1%). Wilayah kependudukan

Sudan termasuk kedalam penduduk bersuku Arab yang tersebar di sub-kawasan

Arab Pinggiran (Peripheral Arab) meliputi Yaman, Suriah, Lebanon, Sudan;

dan Afrika Utara meliputi Libya, Chad, Tunisia, Aljazair, Maroko dan

Mauritania. Di negara-negara yang berlatar belakang budaya Arab tersebut

mayoritas penduduk pengikut aliran Islam Sunni.

Sudan memiliki 95% jumlah penduduk yang menganut agama Islam

Sunni dan 5% jumlah penduduk yang menganut agama Kristen. Sudan


2
termasuk negara berkembang (Developing Contry) meskipun pernah

dikategorikan ke dalam negara miskin (The Least Developing Countries)

di kawasan Timur Tengah sebelum tahun 1993. Sejak tahun 1993, Sudan

memasuki babak reformasi ekonomi yang dirumuskan dalam program

pembangunan nasional tiga tahunan. Disisi lain, Sudan memiliki potensi

alam yang cukup besar seperti pertambangan, minyak, pertanian,

peternakan dan perikanan. Pendapatan per kapita sebesar US$ 2,700 (est. 2011)

dan satuan dasar mata uang Sudan adalah Sudanese Pound (SDG) dengan nilai

tukar rata-rata US$ 1 = SDG 5,7 (Januari, 2013).

Aspek Ideologi

Mayoritas penduduk Sudan menganut agama Islam sunni. Sunni atau

Ahl al-Sunnah wal Jama’ah dan lebih sering disingkat Ahlul-Sunnah adalah

mereka yang senantiasa tegak di atas Islam berdasarkan Al-Quran dan Hadits

yang shahih dengan pemahaman para sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in.

Penganut Islam sunni di Sudan tergolong ke dalam kelompok penganut

Wahabbi Salafi. Istilah “Wahabbi” dan “Salafi” (serta ahl al-hadith,

orang-orang hadits) sering digunakan secara bergantian, tapi Wahabi juga

telah disebut “orientasi terterntu dalam Salafisme”. Doktrin Wahabbi adalah

Tauhid; Keesaan dan kesatuan Allah. Tokoh ulama Wahabbi Salafi Sudan

antara lain;

Muhammad Hasyim Al-Hadiyah, Muhammad Hamzah, Khalid

Abdurrahman Al-Latif Muhammad Nur, Hasan Al-Hawari, Muhammad Sayyid

Muhammad Hajj, Muhammad Musthafa Abdul Qadir dan Muhammad Al-

3
Amin Ismail. Di sisi lain, Sudan memiliki problema dalam lingkup domestik

terfokus mengenai terklasifikasinya masyarakat Sudan ke dalam empat kasta;

Kelas pertama ditempati warga Arab-Muslim-Sunni yang kebanyakan tinggal

di ibukota Sudan, Khartoum. Kelompok yang jumlahnya sekitar 39% inilah

yang mengontrol sistem politik dan ekonomi Sudan sejak merdeka dari

pemerintahan Inggris pada tahun 1956. Hal inilah yang mengakibatkan mereka

mendapatkan fasilitas, privileges dan kekuasaan. Kelas kedua ditempati warga

Muslim non- Arab terutama keturunan Afrika dan tinggal di Khartoum

(Sudan Utara). Kelas ketiga diduduki non-Muslim, tetapi tinggal di Sudan

Utara.

Dan Kelas keempat diduduki non-Muslim (Kristen dan kepercayaan

lokal) yang tinggal di Sudan Selatan. Dari klasifikasinya masyarakat sosial di

Sudan ini tidak jarang akan memicu konflik etnis dan suku serta agama.

Terlihat dalam kelas pertama Muslim-Arab-Sunni yang dominan dalam proses

pembuatan kebijakan dipemerintah pusat mengakibatkan etnis lain di

Sudan merasa ketidakadilan. Konflik yang sempat tercuat yakni mengenai

konflik pemberontak di Darfur dengan otoritas Sudan meletus sejak 2003, telah

menewaskan 300.000 orang dan menyebabkan lebih dari 2 juta warga terusir

dari kampung halaman. Disinyalir bahwa konflik itu bukan hanya berlatar

belakang etnis; antara etnis Arab dan etnis Afrika. Akan tetapi, akar

konflik sebenarnya sangat kompleks. Tidak hanya soal kesenjangan

ekonomi dan perebutan kekayaan alam melainkan pula adanya faktor

perebutan sumber penghidupan dapat menjadi pemicu konflik tersebut.

Aspek Identitas
4
Dilihat dari aspek identitas Sudan termasuk dalam keanekaragaman

kesetiaan Qaummiyah yang berarti bahwa semangat untuk lebih

mengutamakan kesetiaan terhadap suku tertentu. Salah satu contoh kongkrit

dari semangat qaummiyah adalah dengan berdirinya organisasi Liga Arab.

Liga Arab atau Liga Negara-Negara Arab adalah organisasi yang terdiri dari

negara-negara Arab. Pusat pemerintahan Liga Arab berada di Doha,

dengan 22 negara anggota. Organisaasi ini didirikan pada 22 Maret 1945

oleh tujuh negara.Tujuan Liga Arab ini untuk mempererat persahabatan

bangsa Arab, memerdekakan negara di kawasan Arab yang masih dijajah,

mencegah berdirinya negara Yahudi di daerah Palestina dan membentuk kerja

sama dalam bidang politik, militer dan ekonomi. Sudan bergabung menjadi

anggota Liga Arab pada tanggal 19 Januari 1956. Selain Liga Arab, Sudan

telah tergabung dalam keanggotaannya di Organisasi Kerja Sama Islam (OKI)

pada tahun 1969. OKI sebuah organisasi internasional dengan 57 negara

anggota yang memiliki seorang perwakilan tetap di Perserikatan Bangsa-

Bangsa. OKI didirikan pada 25 September 1969 di Rabat, Maroko. Saat ini

pusat administrasi OKI berada di Jeddah, Arab Saudi.

Aspek Legitimasi, Ekualitas dan Kontinuitas


Krisis politik para penguasa di Sudan dapat dilihat di dalam krisis

Otoritas (krisis keabsahan) yakni keabsahan untuk berkuasa dan memerintah

yang diakui oleh rakyat sendiri maupun bangsa lain. Dalam kenyataannya

banyak penguasa di Sudan yang mengalami pemberontakan dalam

negeri. Disisi studi kasus yang berkaitan dengan krisis Otoritas adalah
5
mengenai konflik pemberontakan di Darfur dengan otoritas Sudan. Menurut

catatan PBB, krisis Darfur sejak meletus pada 2003 telah menewaskan 300.000

orang dan menyebabkan lebih dari 2 juta warga terusir dari kampung halaman.

Krisis Darfur dijuluki sebagai salah satu krisis kemanusiaan terparah

sepanjang masa. Beberapa pejabat tinggi Sudan, termasuk Presiden

Omar al-Bashir, dinyatakan oleh Mahkamah Kriminal Internasional

(ICC) sebagai penjahat perang. Akan tetapi, Bashir dan otoritas di Khartoum

menolak tegas dakwaan tersebut.

Kawasan Darfur berlokasi di sebelah barat Khartoum, ibukota Sudan,

berbatasan dengan Chad (barat), Republik Afrika Tengah dan Sudan Selatan

(selatan), serta Libya (barat laut). Konflik Pemberontak di Darfur selain

dipicu oleh latar belakang etnis juga dipengaruhi oleh kesenjangan ekonomi

dan upaya perebutan kekayaan alam. Saat ini Pemerintah Sudan berupaya

menyediakan kebutuhan pangan, tempat tinggal, air minum, pendidikan,

kesehatan, keamanan dan sumber penghidupan bagi pengungsi IDP

(Internally Displaced Person) di kamp-kamp pengungsi.

Kesimpulan
Sudan berbentuk Negara Republik dengan sistem pemerintahan federasi

yang terdiri atas 15 Negara Bagian. Sudan memperoleh kemerdekaannya pada

1 Januari 1956 setelah melepaskan diri dari protektorat Inggris-Mesir. Sejak

tahun 1989, pemerintah Sudan dibawah kepemimpinan Presiden Omer

Hassan Ahmed El Bashir memberlakukan syariah Islam. Nama “Sudan”

berasal dari bahasa Arab “Billad As Sud” yang berarti Land of the Black atau
6
negeri orang hitam. Dari sisi geografis Sudan termasuk negara di kawasan sub-

regionalisme yang memiliki luas wilayah yang cukup luas. Tidak

dipungkiri bahwa Sudan memiliki sumber kekayaan alam yang cukup

berlimpah termasuk pertambangan dan minyak serta hasil pertanian dan

peternakan. Akan tetapi, keanekaragaman etnis yang tidak berbaur menjadi

satu kesatuan karena adanya kelas kasta yang memisahkan mereka,

mengakibatkan adanya perebutan sumber kekayaan alam sebagai salah satu

cara sumber penghidupan selanjutnya. Ideologi yang berkembang di Sudan

didominasi oleh Muslim-Arab-Sunni yang notabennya memiliki kekuasaan dan

tempat terbaik di pemerintahan Khartoum. Hal ini juga mengakibatkan

ideologi yang dianut masyarakat Sudan lainnya merasakan adanya

ketidakadilan kemudian muncullah adanya Krisis Darfur dengan otoritas

Sudan.

Sebagai sebuah negara merdeka Sudan telah menjadi anggota tetap

dibeberapa organisasi kawasan dan internasional seperti PBB, Liga Arab dan

OKI yang menandakan Identitas yang dibentuk Sudan lebih mengarah kepada

kesetiaan Qaummiyah. Kemudian apabila dilihat dari aspek legitimasi dan

politik para penguasa Sudan, Sudan diidentifikasi masuk ke dalam Krisis

Otoritas, di mana banyak penguasa di Sudan yang mengalami pemberontakan

dalam negeri. Seperti yang terjadi dalam studi kasus Krisis Darfur 2003.

Sudan memiliki keunikan, keanekaragaman etnis dan kekayaan alam

melimpah. Akan tetapi, Sudan saat ini belum bisa terlepas dari otoritas

kepemimpinan dan suara mayoritas di pemerintahan Khartoum.

7
DAF TAR PUSTAKA

Buku

Dr. Sidik Jatmika, M. (2014). Pengantar Studi Kawasan Timur Tengah.


Yogyakarta: MaharsaPublishing House.

Website
(2011, Desember). Dipetik Juni 20, 2015, dari Daftar Nama Ulama
Wahabi Salafi Sudan: http://www.alkhoirot.net/2011/12/nama-ulama-wahabi-
salafi.html#4g

KBRI Khartoum. (2011, Februari 2). Dipetik Juni 19, 2015, dari Tinjauan
Ekonomi Negara
Akreditasi:http://www.kemlu.go.id/khartoum/Pages/TipsOrIndonesiaGlanceDisp
lay.aspx?IDP=2&IDP2=6&l=id

Surat Kabar

Hadi, M. S. (2015). Laporan dari Sudan; Semalam di Kawasan Pengungsi


Darfur. KOMPAS Edisi Senin
13 April, 15.

Ucu, K. R. (2015). Darfur tak lagi Hancur. REPUBLIKA Edisi Selasa 14 April,
1.

Anda mungkin juga menyukai