Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Setelah berakhirnya perang Dunia konflik baru semakin mengemuka. Konflik

yang sering terjadi tidak lagi merupakan konflik antar negara melainkan konflik yang

terjadi dalam suatu wilayah negara yang berbentuk konflik bersenjata, perang

saudara, Gerakan separatis, dan peperangan domestic lainnya. Konflik – konflik

tersebut merupakan suatu ancaman besar terhadap stabilitas dan perdamaian. Sejarah

sendiri telah membuktikan bahwa perang telah mengakibatkan banyaknya korban

jiwa yang berjatuhan.

Walaupun konflik – konflik tersebut mempunyai masalah ditingkat internal, akan

tetapi konflik tersebut bisa menyebar hingga jauh keluar perbatasan geografisnya

sendiri. Karena saling ketergantungan antar negara semakin besar dengan begitu

masyarakat dunia telah menyadari betapa pentingnya menciptakan suatu Kerjasama

internasional yang dapat menjamin perdamaian di dunia.

Peperangan pun telah lama terjadi di wilayah Afrika. Setelah negara negara di

Afrika lepas dari jajahan negara – negara Eropa, negara – negara di Afrika jatuh

kepada para pemimpin yang dictator. Konflik di negara – negara Afrika pun sulit

untuk dicarikan solusi menuju kepada suatu perdamaian. Negara – negara di Afrika

yang kental dengan konflik yaitu antara lain Rwanda, Kongo, Sudan, Kenya, dan

Somalia yang sudah menelan korban jiwa yang cukup mengenaskan.

Konflik di Afrika masih terus bergejolak hingga kini, Afrika merupakan wilayah

yang tidak lepas dari keterbelakangan, kemiskinan, dan kebodohan akibat dari konflik

1
yang terus menerus melanda. Begitu juga yang terjadi di negara Somalia, sebagai

sebuah negara yang sering dilanda konflik Somalia tidak lepas dari kekerasan,

kekacauan,, dan juga Somalia merupakan negara dengan jumlah pengungsi yang

besar. Somalia terus- menerus dilanda konflik sejak tahun 1991 saat pemerintahan

Siad Barre yang otoriter jatuh dan sejak saat itu belum ada pemerintahan yang

sungguh-sungguh dapat mengatur Somalia dengan baik

Republic Demokratik Somalia adalah sebuah negara yang terletak disebelah timur

Afrika, di Samudera Hindia dan Teluk Aden. Negara ini berbatasan dengan Djibouti,

Ethipia dan Kenya. Keseluruhan populasi Somalia diperkirakan sekitar 6.000.000

jiwa.

2
BAB II
PEMBAHASAN
Konflik Kongo

A. Sebab / Latar Belakang

Mobutu telah mengeks[loitasi sumber kekayaan negara Zaire selama 30 Tahun dan

hasilnya hanya di nikmati oleh segenlintir elit dan rezim yang berkuasa. Muncullah

kekecewaan dan ketidakpuasan dari rakyat terhadap rezim Mobutu yang korup

ditambah dengan kondisi ekonomi Zaire yang hancur.

B. Pihak Yang Terlibat

Mobutu Sese Seko (Presiden Kongo)

Laurent – Desire Kabila (Presiden zaire)

C. Jalan Konflik

Pada Dekade 90-an, muncullah kekecewaan dan ketidakpuasan dari rakyat

terhadap rezim Mobutu yang korup ditambah dengan kondisi ekonomi Zaire yang

3
hancur. Ketidakpuasan tersebut melahirkan sikap berontak dari pihak – pihak oposisi,

salah satunya adalah pemberontakkan popular Revolutionary Party (PRK : Partai

Revolusioner Populer) dibawah pimpinan Laurent – Desire Kabila. PRP kemudian

bergabung dengan kelompok pemberontak dan milisi suku Tustsi yang anti – Mobutu

dan membentuk aliansi baru Bernama Alliance des forces Democratiques du Congo –

Zaire ( AFDL – CZ : Aliansi pasukan Demokratik untuk pembebasan Kongo – Zaire).

AFDL ini juga mendapatkan dukungan pasukan tentara dari negara Angola, Burundi,

Rwanda, Uganda untuk menumbangkan Rezim Mobutu.

Perang tak terhindarkan antara pasukan gabungan AFDL dengan pemerintahan Zaire.

Konflik Kongo ini secara garis besar terbagi menjadi dua periode, yaitu perang

Kongo I dan perang Kongio II.

D. Waktu

Kongo I (1996 – 1997)

Kongo II (1996 – 1997)

E. Upaya Penyelesaian

Perang yang berlarut larut dan tidak jelas akhirnya menemui jalan buntu. Pihak –

pihak yang terlibat perang sepakat untuk berunding pada juni 1999 di Lusaka, Zambia.

Negara yang mengikuti perundingan ( RDK, Angolia, Nambia, Zimbabwe, Rwanda dan

Uganda) kemudian sepakat untuk mengakhiri konflik senjata. Meskipun demikian, baku

tembak dalam skala kecil masih terus terjadi antara milisi Pro – Kabila melawan milisi

Anti-kabila.

F. Akhir Konflik

4
Pihak – pihak yang terlibat perang sepakat untuk berunding pada tahun 1999 di

Lusaka, Zambia. Negara yang mengikuti perundingan (RDK, Angola, Nambia,

Zimbabwe, Rwanda dan Uganda) kemudian sepakat untuk mengakhiri konflik senjata.

Meskipun demikian, baku tembak dalam skala kecil masih terus terjadi antara milisi Pro-

Kabila melawan milisi Anti-Kabila.

5
Konflik Sudan

A. Sebab / Latar Belakang

Pembangunan dan tingkat pendidikan di Sudan Selatan juga relative rendah dengan

Sudan Bagian Utara. Hal inilah yang membuat wilayah Sudan Selatan kurang maju

dan tertinggal. Awal konflik di picu oleh keputusan Presiden Nimeiry pada tahun

1983 yang mengumumkan akan menjalankan hukum islam sebagai peraturan nasional

dan berlaku untuk seluruh wilayah Sudan.

B. Pihak Yang Terlibat

Jhon Garang de Mabior Pemimpin Sudan People’s Liberation Army (SPLA :

Tentara Pembentukan Rakyat Sudan ) Nameiry ( Presiden Sudan)

C. Jalan Konflik

Konflik mulai muncul antara pemerintah Sudan Pusat utara dengan kelompok

bersenjata dar Sudaan Selatan yang menginginkan keadilan. Kelompok bersenjata

tersebut Bernama Sudan People’s Liberation Armi ( SPLA : Tentara Pembebasan

Rakyat Sudan) dan dipimpin oleh Jhon Garang de Mabior. Awal konflik di pieu oleh

Keputusan Presiden Nimeiry pada tahun 1983 yang mengumumkan akan

6
menjalankan hukum islam sebagai peraturan Nasional dan berlaku untuk seluruh

wilayah Sudan. Hal ini membuat kelompok SPLA mengangkat senjata dan

memenuhi presiden Nameiry memicu perpecahan etnis di Sudan.

Konflik dan pertempuran antara pemerintah Sudan dan SPLA terus berlangsung

hingga memasuki tahun 90-an. Pemerintah Sudan mendapat Suplai persenjataan dari

Uni Soviet dan selanjutnya mendapatkan Suplai persenjataan baru dari China.

Sementara SPLA mengandalkan suplai persenjtaan dari Israel dan dari negara

tetangga Sudan di selatan seperti Uganada, Ethipia, Eritrea bahkan Amerika.

D. Waktu

Konflik dan pertempuran antara pemerintah Sudan Dan SPLA terus berlangsung

hingga memasuki Tahun 90-an.

E. Upaya Penyelesaian

Terlepas dari semakin kompleknya perang di Sudan. Upaua untuk mencapai

kesepakatan damai terus di lakukan dari berbagai pihak tepatnya pada januari 2002

diputuskan untuk melakukan genjatan senjata antara pemerintahan Sudan dengan

SPLA dan untuk selanjutnya dilakukan perundingan damai Bersama. Perjanjian

damai pun tercapai pada tahun 2005 di Narirobi, Kenya, Afrika Timur. Pada Januari

2011 diadakan referendum yang menghasilkan keputusan kemerdekaan bagi Sudan

Selatan Salva Kiir Masyardit Sebagai Presidennya.

F. Akhir Konflik

Meskipun antara Sudan Utara dan Sudan Selatan telah melakukan perdamaian,

namun Sudan masih dibayangi oleh beragam konflik dan perang sipil akibat

7
beragam perbedaan, ketidakpuasan dengan pemerintah, maupun adanya motif

kepentingan asing yang ingin mengambil keuntungan dari kekayaan Sudan.

Konflik Somalia

A. Sebab / Latar Belakang

Keragaman suku yang tinggal di Somalia tidak di imbangi dengan persatuan dan

keharmonisan.

Perbedaan dan keragaman suku di Somalia cenderung menjadi penyebab

munculnya konflik dan perang sipil. Ketidakharmonisan ini antara lain disebabkan

oleh perebutan kekuasaan, pasoka Air, dan daerah yang memiliki sumber daya alam.

Kondisi domestic Somalia juga semakin memburuk akibat merosotnya

perekonomian negara dan semakin jenuhnya rakyat terhadap gaya pemerintahan

otoriter rezim Barre.

B. Pihak Yang Terlibat

Muhammad Siad Barre (Presiden Somalia)

8
C. Jalan Konflik

Konflik di Somalia sudah berlangsung sejak tahun 1988 dan berkembang

menjadi perang sipil pada tahun 1991 yang bahkan masih berlangsung hingga

sekarang. Konflik yang berujung perang sipil di Somalia ini dapat dikatakan sangat

rumit dan kompleks karena banyaknya pihak yang terlibat perang dengan

kepentingan masing – masing.

Kepemimpinan Barre ini kemudian memunculkan kelompok pemberontak yang

berusaha menggulingkannya. Beberapa kelompok pemberontak yang menentang

rezim Barre di antaranya :

1) Somalia Salvation Democratic Front (SSDF : Front Demokratik Keselamatan

Somalia)

2) Somalia National Movement ( SNM : Gerakan Nasional Somalia)

3) Somalia Patriot Movement ( SPM : Gerakan Patriot Somalia)

4) United Somali Congress (USC : Dewan Somalia Bersatu)

Perang antarsempalan negara yang menerjunkan pasukan untuk menangkal

peperangan yang beraliansi dengan TFG. Pasukan perdamaian PBB maupun

pasukan perdamaian yang di bentuk Afrika yang di sebut An African Union Mission

In Somali (AMISOM) pun belum mampu menyelesaikan perang sipil yang terjadi di

Somalia. Sedangkan korban terus berjatuhan akibat perang, kelaparan dan penyakit

buruknya kondisi di Somalia.

9
D. Waktu

Konflik di Somalia sudah berlangsung sejak 1988 dan berkembang menjadi

perang sipil pada tahun 1991 yang bahkan berlangsung hingga sekarang.

E. Upaya Penyelesaian

Perang antar sempalan negara dan kelompok - kelompok militer tersebut

diperparah dengan keterlibatan negara yang menerjunkan pasukan untuk menangkal

peperangan yang merembet ke negaranya diantaranya adalah negara kenya dan

Ethipia yang beraliansi dengan TFG. Pasukan perdamaina PBB maupun pasukan

perdamaian yang di bentuk Afrika yang di Sebut An African Union Mission in

Somali (AMISOM) pun belum mampu menyelesaikan perang sipil yang terjadi di

Somalia. Sedangkan korban terus berjatuhan akibat perang, kelaparan dan penyakit

akibat buruknya kondisi di Somalia.

F. Akhir Konflik

Pasukan perdamaian PBB maupun pasukan perdamaian yang dibentuk Afrika

yang di sebut An African UnionMission in Somali (AMISOM) pun belum mampu

menyelesaikan perang sipil yang terjadi di Somalia. Sedangkan korban terus

berjatuhan akibat perang, kelaparan dan penyakit akibat buruknya kondisi Somalia

belum ada titik temunya.

10
Konflik Afrika Tengah

A. Sebab / Latar Belakang

Naiknya Bozize menjadi penguasa Afrika Tengah, Memunculkan respon

ketidakpuasan dan pemberontakan dari kelompok – kelompok kontra Pemerintah

tersebut, juga di latarbelakangi atas ketidakpuasan mereka atas isu praktik Korupsi,

Kolusi, dan Nepotisme (KKN) serta Tindakan Eksploitasi tambang berlian di Afrika

Tengah untuk kepentingan Bozize sendiri. Aksi pemberontakan kelompok tersebut,

kemudian di respon oleh rezim Bozize dengan mengerahkan pasukan militer dan

meletuslah “Perang Belukar Afrika Tengah”.

B. Pihak Yang Terlibat

Faranois Bozize ( PresidenAfrika Tengah)

Para kelompok pemerintah UFDR, ETnis, Guola, CPJP

11
C. Jalan Konflik

Beberapa kelompok yang melakukan pemberontakan terhadap rezim Bozize di

antaranya adalah Unions des Foreces Democratiques le Rsassemblement ( UFDR :

Persatuan Pasuka Perdamaian Untuk Kesatuan) yang berasal dari Etnis Ronga dan

Convention Of Patriots for Justice and Peace ( CPJP : Konvensi Patriot Untuk

Keadilan Dan Perdamaian Yang Berasal Dari Etnil Goula).

Perang belukar akhirnya berhenti pada tahun 2007 dengan perjanjian damai di

kota Birao antara pihak pemerintah Afrika dengan pemberontak, dalam perjanjian

damai yang tidak kunjung melakukan perekrutan bekas pasukan pemberontakan

menjadi tentara Afrika Tengah.

D. Waktu

Seleka memulai aksi pemberontakannya sejak Desember 2012 dengan berturut –

turut menyerang dan menguasai kota – kota strategis di Afrika Selatan. Sejak 2003

berlangsung sampai sekarang.

E. Upaya Penyelesaian

Perjanjian damai ditandatangani di Librreville, Gabon dengan point penting

bahwa pasukan Seleka harus di rekrut menajdi tentara Afrika Tengah dan Presiden

Bozize harus mengundurkan diri dari presdien Afrika Tengah, serta segera

diadakannya pemilu legislative baru. Setelahnya perjanjian damai berhasil di

wujudkan, muncul konflik Kembali dari internal Seleka untuk memutuskan

pemimpin baru bagi Afrika Tengah.

12
F. Akhir Konflik

Hingga saat ini pun negara Afrika Tengah masih di landa konflik akbiat

perbuatan kekuasaan dan SARA. Berlangsung sampai sekarang.

13
BAB III
KESIMPULAN & SARAN
Kesimpulan

Dari pembahasan yang sudah penulis sampaikan pada bab – bab sebelumnya, dapat

ditarik kesimpulan ada beberapa penyebab mengapa Sudan dan Sudan Selatan masih

berkonflik pasca referendum pemisahan diri Sudan Selatan yang dilaksanakan pada

2011. Penyebab pertama adalah adanya ketidaksepakatan dalam hal biaya

penggunaan pipa minyak milik Sudan oleh Sudan Selatan. Sudan menawarkan harga

transit yang terlampau tinggi untuk menutupi penurunan pendapatan negara dari

sektor minyak dikarenakan ladang minyak Sudan banyak yang berubah status dan

menjadi bagian dari teritori Sudan Selatan. Penyebab kedua, Sudan dan Sudan

Selatan saling menuduh mendanai pemberontak di wilayahnya. Ketiga, adanya

perbedaan pendapat tentang wilayah perbatasan. Sudan dan Sudan Selatan masih

berselisih mengenai perbatasan antar negara. Abyei masih belum jelas statusnya,

apakah masuk dalam teritori Sudan atau Sudan Selatan. Seharusnya, Abyei

melakukan referendum untuk memutuskan akan masuk negara mana, namun sampai

sekarang belum dilakukan referendum karena belum ditentukan siapa yang berhak

menjadi voter dari referendum tersebut. Lalu konflik di Heglig, kota yang kaya

minyak di Sudan yang diklaim oleh Sudan Selatan. Klaim Sudan Selatan atas Heglig

menimbulkan konflik bersenjata antara Sudan dan Sudan Selatan pada 2012.

14
Saran

Untuk Sudan dan Sudan Selatan Penulis menyarankan agar Sudan dan Sudan

Selatan segera membahas perbatasan antar kedua negara terutama di daerah yang

menjadi tempat konflik khususnya di wilayah Abyei yang sampai sekarang belum

jelas statusnya. Dalam hal voter referendum Abyei, penulis menyarankan yang

berhak menjadi voter adalah penduduk asli Abyei, baik yang lahir dan tinggal di

Abyei maupun di luar Abyei, penduduk Abyei yang kedua atau salah satu orang

tuanya lahir dan/atau tinggal di Abyei dan penduduk yang tinggal di Abyei secara

permanen sebelum tahun 2011. b. Untuk Uni Afrika Uni Afrika perlu mengawasi

jalannya kesepakatan – kesepakatan bilateral antar Sudan dan Sudan Selatan dan

bagaimana kedua negara mengimplementasikannya. Uni Afrika juga sebaiknya

selalu hadir dalam pertemuan bilateral kedua negara. c. Untuk PBB PBB hendaknya

menempatkan lebih banyak penjaga perdamaian di daerah yang menjadi konflik

antara Sudan dan Sudan Selatan seperti di Heglig, Abyei, Kordofan Selatan dan Nil

Biru. d. Untuk Penelitian Selanjutnya Agar mencari data lebih banyak terutama

sejarah Sudan sampai terbentuknya Sudan Selatan dengan referendum pemisahan

diri, juga lebih banyak mencari narasumber yang kompeten di bidang konflik

maupun studi Afrika.

15
DAFTAR ISI

BAB I. …………………………………………………………………………………. 1
PENDAHULUAN……………………………………………………………………... 1
Latar Belakang…………………………………………………………………………..1

BAB II…………………………………………………………………………………. 3
PEMBAHASAN………………………………………………………………………. 3
KONFLIK KONGO………..………………………………………………….3
KONFLIK SUDAN………….……………………………………………….. 6
KONFLIK SOMALIA………………………………...……………………….8
KONFLIK AFRIKA TENGAH ……………………...……………………….11

BAB III…………………………………………………………………………………. 14
PEBUTUP……………………………………………………………………………….14
Kesimpulan……………………………………………………………………………. 15
Saran……………………………………………………………………………............16

16

Anda mungkin juga menyukai