Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setelah berakhirnya Perang Dunia konflik baru semakin muncul. Konflik yang
sering terjadi tidak lagi merupakan konflik antar negara melainkan konflik yang terjadi
dalam suatu wilayah negara yang berbentuk konflik bersenjata, perang saudara, gerakan
separatis, dan peperangan domestik lainnya. Walaupun konflik-konflik tersebut
mempunyai masalah di tingkat internal, akan tetapi konflik tersebut bisa menyebar
hingga jauh keluar perbatasan geografisnya sendiri. Karena saling ketergantungan antar
negara semakin besar dengan begitu masyarakat dunia telah menyadari betapa pentingnya
menciptakan suatu kerjasama internasional yang dapat menjamin perdamaian di dunia.

Peperangan pun telah lama terjadi di wilayah Afrika. Setelah negara-negara di


Afrika lepas dari jajahan negara-negara Eropa, negara-negara di Afrika jatuh kepada para
pemimpin yang diktator. Konflik di negara-negara Afrika pun sulit untuk dicarikan solusi
menuju kepada suatu perdamaian. Konflik di Afrika masih terus bergejolak hingga kini,
Afrika merupakan wilayah yang tidak lepas dari keterbelakangan, kemiskinan, dan
kebodohan akibat dari konflik yang terus-menerus melanda. Begitu juga yang terjadi di
negara Somalia, sebagai sebuah negara yang sering dilanda konflik Somalia tidak lepas
dari kekerasan, kekacauan, dan juga Somalia merupakan negara dengan jumlah
pengungsi yang besar.

1.2 Rumusan Masalah

a) Bagaimana Konflik Kongo?

b) Bagaimana Konflik Sudan?

c) Bagaimana Konflik Somalia?


1.3 Tujuan

a) Untuk mengetahui sejarah terjadinya konflik di Kongo.

b) Untuk mengetahui sejarah terjadinya konflik di Sudan.

c) Untuk mengetahui sejarah terjadinya konflik di Somalia.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konflik Kongo I dan II

Perang Kongo adalah rangkaian konflik yang terjadi di Republik Demokratik


Kongo (dulunya Zaire). Perang ini dibagi menjadi 2 periode,yaitu periode pertama yang
berlangsung pada tahun 1996-1997 dan periode kedua yang berlangsung pada tahun
1998-2003.Total,ada sekitar sekitar 8 negara Afrika dan puluhan kelompok milisi yang
terlibat dalam perang ini.Karena banyak pihak yang terlibat dalam perang Kongo imi dan
besarnya jumlah kerugian yang muncul,perang ini kerap disebut sebagai “ Perang Besar
Afrika” atau “Perang Dunianya Afrika”. Perang kongo pertama dimulai dari kelompok
pemberontak dari etnis Banyamulenge keluar dari wilayah Kongo secara besar-besaran.
Untuk etnis Banyamulenge yang tidak meninggalkan Kongo dalam waktu 2 minggu akan
diesekusi di tempat.Pada awal oktober 1996 wilayah Kongo Timur berhasil dikuasai oleh
kelompok pemberontak anti Presiden Mobutu Sese Seko dan Tentara nasional
Rwanda.Sampai PBB mengirimkan pasukan multinasional.

Perang Kongo Kedua dimulai pada 2 Agustus 1998,etnis Banyamulenge


membentuk kelompok pemberontak anti presiden Laurent-Desire Kabila yang bernama
Rassemblement Congolais pour la Democratie (RCD) dan melakukan pemberontakan di
kota Goma,RDK timur. Alur peperangan diikuti menitu alur perang Kongo pertama.
Mobutu telah mengeksploitasi sumber kekayaan negeri Zaire selama 30 tahun dan
hasilnya hanya di nikmati oleh segelintir elit dan rezim yang berkuasa.Munculah
kekecewaan dan ketidakpuasan dari rakyat terhadap rezim Mobutu yang korup di tambah
dengan kondisi ekonomi Zaire yang hancur.

Lalu,perang yang berlarut – larut dan tidak jelas akhirnya menemui jalan buntu.
Pihak – pihak yang terlibat perang sepakat untuk berunding pada Juni 1999 di Lusaka,
Zambia. Negara yang mengikuti Perundingan (RDK, Angola, Namibia, Zimbabwe,
Rwanda dan Uganda) Kemudia sepakat untuk mengakhiri konflik senjata. meskipun
demikian, baku tembak dalam skala kecil masih terus terjadi antara milisi Pro-Kabila
melawan milisi Anti-Kabila.Penyelesaiannya,pihak – pihak yang terlibat perang sepakat
untuk berunding pada Juni 1999 di Lusaka, Zambia. Negara yang mengikuti Perundingan
(RDK, Angola, Namibia, Zimbabwe, Rwanda dan Uganda) Kemudia sepakat untuk
mengakhiri konflik senjata. meskipun demikian, baku tembak dalam skala kecil masih
terus terjadi antara milisi Pro-Kabila melawan milisi Anti-Kabila.

2.2 Konflik Sudan

Konflik mulai muncul antara pemerintah Sudan pusat utara dengan para
kelompok bersenjata dari sudan selatan yang menginginkan keadilan. Kelompok
bersenjata tersebut bernama Sudan People’s Liberation Army (Tentara Pembebasan
Rakyat Sudan) dan di Pimpin oleh Jhon Garang de Mabior. Awal konflik di picu oleh
Keputusan Presiden Nimeiry pada tahun 1983 yang mengumumkan akan menjalankan
hukum islam sebagai peraturan nasional dan berlaku untuk seluruh wilayah Sudan. hal ini
membuat kelompok SPLA mengangkat senjata dan menuduh presiden Nameiry memicu
perpecahan etnis di Sudan.Konflik dan Pertempuran antara pemerintah Sudan dan SPLA
terus berlansung hingga memasuki tahun 90-an. Pemerintah Sudan mendapat Suplai
persenjataan dari Uni Soviet dan selanjutnya mendapatkan suplai persenjataan baru dari
China. sementara SPLA mengandalkan suplai persenjataan dari Israel dan dari negara
tetangga Sudan di selatan seperti Uganda, Ethiopia, dan Eritrea bahkan Amerika.

Penyebanya di picu oleh ,Pembangunan dan tingkat pendidikan di Sudan Selatan


juga relatif rendah dengan Sudan bagian Utara. Hal inilah yang membuat wilayah Sudan
Selatan kurang maju dan tertinggal.Awal konflik di picu oleh Keputusan Presiden Nimeiry
pada tahun 1983 yang mengumumkan akan menjalankan hukum islam sebagai peraturan
nasional dan berlaku untuk seluruh wilayah Sudan.

Upaya untuk mencapai kesepakatan damai terus di lakukan dari berbagai pihak.
Tepatnya pada Januari 2002, di Putuskan untuk melakukan gencatan senjata antara
pemerintahan Sudan dengan SPLA dan untuk selanjutnya di lakukan perundingan Damai
bersama. Perjanjian damai pun tercapai pada tahun 2005 di Nairobi, Kenya, Afrika
Timur. Pada Januari 2011 diadakan referendum yang menghasilkan keputusan
kemerdekaan bafi Sudan Selatan Salva Kiir Mayardit sebagai Presidennya. Meskipun
antara Sudan Utara dan Sudan Selatan telah melakukan perdamaian, namun Sudan masih
di banyangi oleh beragam konflik dan perang sipil akibat beragam perbedaan,
Ketidakpuasan dengan pemerintah, maupun adanya motif kepentingan asing yang ingin
mengambil keuntungan dari kekayaan alam Sudan.

2.3 Konflik Somalia

Konflik di Somalia sudah berlansung sejak 1988 dan berkembang menjadi perang
sipil pada tahun 1991 yang bahkan masih berlansung hingga sekarang. Konflik yang
berujung perang sipil di Somalia ini dapat dikatakan sangat rumit dan kompleks karena
banyaknya pihak yang terlibat perang dengan kepentingan masing – masing. Perang
antarsempalan negara dan kelompok – kelompok militer tersebut diperparah dengan
keterlibatan negara yang menerjunkan pasukan untuk menangkal peperangan yang
merembet ke negaranya di antaranya adalah negara Kenya dan Negara Ethiopia yang
beraliansi dengan TFG.

Faktor penyebabnya yaitu,perbedaan dan keragaman suku di Somalia cenderung


manjadi penyebab munculnya konflik dan perang sipil. Ketidakharmonisan ini antara lain
di sebabkan oleh perebutan kekuasaan , Pasokan air, dan derah yang memiliki sumber
daya alam. Perang antarsempalan negara dan kelompok – kelompok militer tersebut
diperparah dengan keterlibatan negara yang menerjunkan pasukan untuk menangkal
peperangan yang merembet ke negaranya di antaranya adalah negara Kenya dan Negara
Ethiopia yang beraliansi dengan TFG. Pasukan perdamaian PBB maupun pasukan
perdamaian yang di bentuk Afrika yang di sebut An African Union Mission in
Somali (AMISOM) pun belum mampu menyelesaikan perang sipil yang terjadi di
Somalia. Jadi akhir dari perang ini belum ada titik temuny
BAB III
PENUTUP

3.3 Kesimpulan
Otoritas secara de facto berada di tangan pemerintah yang tidak diakui, yaitu Somali
Land, Punt Land, serta gembong militan kecil (klan) yang saling bermusuhan dan ketiganya
memimpin pemerintahan oposisi. Terjadi gonta-ganti rezim, mulai dari junta militer,
berkuasanya Ziad Barre yang otoriter, sampai perebutan pengaruh oleh berbagai klan. Sejak
ditumbangkannya pemerintahan Mohammed Siad Barre, Somalia terus dilanda konflik.
Somalia tidak pernah memiliki pemerintahan yang fungsional.

Somalia kerap diasosiasikan dengan kekerasan, konflik, kekacauan, dan kemiskinan.


Beberapa kekuatan asing baik regional maupun internasional memberikan pengaruh secara
politis di Somalia, namun tidak ada yang berhasil. Beberapa kali pemerintahan transisi telah
dibentuk namun gagal semua, karena tidak didukung oleh penduduk Somalia sendiri
walaupun telah didanai oleh lembaga internasional. Somalia adalah tanah strategis, yang
merupakan kunci regional. Di samping memiliki sumber daya alam, seperti minyak, gas dan
uranium, pantai Somalia mencakup Laut Merah sebagai jalur transportasi maritim
internasional yang penting.

3.2 Saran
Kami sebagai penulis menyatakan bahwa  hasil makalah ini belum lengkap dan
masih jauh dari pengharapan, Hal ini disebabkan karena keterbatasan ilmu dan literatur yang
penulis miliki pada saat ini. Penulis sangat mengharapkan kritikan terutama dari pembaca
dan teman-teman. Adanya kritikan  yang membangun  yang bisa melengkapi makalah ini di
masa mendatang.

Anda mungkin juga menyukai