Makalah ini disusun guna memenuhi tugas kelompok Mata kuliah Sejarah
Kebudayaan Islam
Dosen Pengampu : Musmuallim, S.Pd.I, M.Pd.i.
Disusun oleh :
Muhammad Chaerudin H (1917405028)
Aldila Oktaviyani (1917405022)
Oriza Sativa (1917405049)
Alifia Rahmawati (1917405042)
6 PGMI A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UIN PROF. KH. SAIFUDDIN ZUHRI
2021
Kondisi Dan Situasi Jazirah Arab Pra Islam : Keadaan Alam, Sosial,
Politik, dan Ekonomi Masyarakat Arab Pra Islam
Abstrak
Tujuan tulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana keadaan Jazirah Arab pra Islam
berdasarkan keadaan alamnya, kemudian sosial, politik serta kondisi ekonominya. Di dalam
penulisan ini juga bertujuan untuk mengetahui kondisi dan seberapa besar perubahan atau
pengaruh yang dialami Jazirah Arab setelah masuknya islam. Untuk itu sebelum mengetahui
hal tersebut maka di dalam penulisan ini akan dijelaskan beberapa kondisi dan situasi Jazirah
Arab pra Islam atau sebelum masuknya islam ke tanah Jazirah Arab.
Pendahuluan
Bangsa Arab sebelum Islam merupakan masyarakat yang bekebudayan dalam
berbagai bidang. Mereka menganut agama dan mempercayai keberedaan Tuhan. Namun,
pengabdian dan pemujaan mereka terhadap tuhan telah dinodai.
Dalam kehidupan bermasyarakat, mereka tidak terikat dengan aturan standar etika dan
moral. Mereka mengikuti hawa nafsu sehingga tidak memiliki sikap saling menghargai antar
sesama manusia, seperti hal nya memperbudak kaum lemah, kemudian merendahkan
martabat kaum wanita, merampok, membunuh, berzina. Pada saat itu, hukum yang berlaku
adalah hukum rimba, dimana yang kuat, ia yang menang.
Pola struktur masyarakat mereka berdasarkan ikatan kabilah. Anggotanya mempunyai
hubungan nasah (pertalian darah) sehingga semangat 'ashabivvah (fanatisme suku) sangat
menonjol. Masing-masing kelompok suku merasa paling benar, sementara suku lain yang
merupakani musuh harus dimarginalkan, bahkan jika perlu dimusnahkan. Oleh sebab itu,
sering terjadi konflik antarsuku dan peperangan yang berkepanjangan. Demikian juga halnya
keadaan bangsa bangsa lain di berbagai belahan dunia telah lepas lari kendali nilai-nilai
agama samawi, moral. dan kemanusiaan.
Islam datang membawa ajaran dan paham monoteisme murni yang meliputi konsep
ketuhanan (akidah), ibadah, kemasyarakatan, nilai-nilai dasar etika dan moral, nilai-nilai
ajaran universal kemanusiaan, serta hal lainnya yang terkait dengan seluruh aspek kehidupan.
Singkatnya, Islam adalah ajaran tentang hablun minallah (hubungan vertikal antara manusia
dan Tuhan untuk mengabdi kepada-Nya) dan hahlu minannas (hubungan horizontal
antarsesama manusia untuk membuat dirinya bermakna). Kesempurnaan ajaran Islam yang
memadukan ajaran spiritual dan kemakmuran dunia membimbing manusia untuk
memperoleh kehidupan sempurna, yaitu keselamatan hidup di dunia dan kebahagiaan hidup
di akhirat.
Dengan konsep ajaran Islam yang bersifat universal dan diaktualisasikan oleh Nabi
Muhammad melalui uswah hasanah dengan didukung oleh para sahabat, telah berhasil
mengadakan perubahan besar dan mendasar atas keadaan umat manusia. Mereka
membebaskan umat manusia dari nilai-n
ilai destruktif, seperti kemusyrikan, kebodohan, ketidakadilan, kejahatan, dan kerakusan;
menjadi manusia yang bertauhid, bertakwa, bermoral, dan berpengetahuan. Dengan
demikian, terbentuklah masyarakat Arab menjadi masyarakat baru yang beridentitaskan
iman, Islam, dan takwa.
Pergerakan penyebaran Islam yang demikian cepat tentunya menghasilkan berbagai
pertemuan dengan berbagai budaya atau tradisi lokal yang memang telah ada sebelumnya.
Hampir dipastikan bahwa tidak ada wilayah yang tanpa budaya.Tanpa ada ranah kosong
budaya. Semua masyarakat dalam keadaan apapun tentunya sudah memiliki budayanya
sendiri-sendiri. Makanya ketika Islam datang ke sesuatu tempat juga akan bertemu dengan
budaya setempat yang mengharuskanya untuk “bernegoisasi” dengan budaya atau tradisi
lokal dimaksud. Itulah sebabnya di dunia ini banyak varian dalam beragama -termasuk Islam-
yang disebabkan oleh dialog budaya antara yang datang dan yang lama dan sebaliknya.
Di dalam perjumpaan ini tentunya tidak ada yang kalah atau menang. Keduanya
berada di dalam suatu dialog yang saling memberi dan menerima bahkan saling menguatkan.
Inilah barangkali keunikan dunia manusia dengan kebudayaanya. Sebagai agama, Islam sama
dengan agama lainnya. Artinya memiliki seperangkat ajaran normatif yang dapat dijadikan
pedoman dalam bertingkah laku. Memang harus diakui tentunya ada perbedaan antara agama
yang satu dengan yang lainnya, terutama terkait dengan sisi normatif ajarannya. Sisi ajaran
normatif –keyakinan dan ibadah- pasti menyisakan perbedaan yang tidak bisa dipertemukan.
Namun demikian tetap ada dimensi universal ajaran, seperti pesan humanisme, kerja keras,
kejujuran, kesabaran dan kebaikan lainnya.
Muhammad, SAW telah mewariskan Islam dalam bentuknya yang sekarang
bervariasi. Maka di dunia ini kemudian ada yang disebut dengan Islam Jawa, Islam Malaysia,
Islam Thailand, Islam Eropa, Islam Afrika, Islam Amerika dan sebagainya. Hal ini adalah
konsekuensi dari semakin intensifnya relasi umat Islam dengan berbagai budaya seperti ini,
maka sahlah Islam dalam varian yang berbeda tersebut.
Kondisi politik masyarakat Arab pra-islam pada saat itu mereka hidup berkelompok
atau yang biasa kita sebut dengan kabilah atau suku.Dikarenakan banyak adanya kelopok-
kelompok maka kemungkinan terjadinya peperangan atau permusuhan antar kelompok sangat
mungkin terjadi.Selain banyaknya kelompok atau suku ini menjadi salah satu penyebab
sering terjadinya pepecahan dikalangan masyarakat setemoat yaitu karena rasa fanatisme
terhadap kelompok atau sukunya masing-masing. Sehingga ketika ada salah satu anggota
suku yang sedang terlibat pertikaian dengan suku lain maka teman atau anggota dari suku
tersebut pasti akan membela dan menolong temannya tanpa perduli dan melihat terlebih
dahulu akar masalahnya.
Seblum adanya islam, dahulu ada 3 kekuatan politik besar yang mempengaruhi politik
Arab yaitu kekaisaran nasrani byzantin, kekaisaran Persia yang memeluk agama Zoroaster,
dan dinasti himyar yang berkuasa di Arab bagian selatan.
Sesuai dengan tanah Arab yang sebagian besar terdiri dari padang sahara, ekonomi
mereka yang terpenting yaitu perdagangan. Masyarakat Quraisy berdagang sepanjang tahun.
Di musim dingin mereka mengirim kafilah dagang ke Yaman, sedangkan di musim panas
kafilah dagang mereka menuju ke Syiria. Perdagangan yang paling ramai di Kota Mekkah
yaitu selama musim “Pasar Ukaz”, yaitu pada bulan Zulqaidah, Zulhijjah, dan Muharram.
Dengan demikian, perdagangan merupakan dasar perekonomian bangsa Arab sebelum
Islam datang. Berkenaan dengan hal tersebut, prasyarat untuk melakukan suatu transaksi
adalah adanya alat pembayaran yang dapat di percaya. Pada saat itu, jazirah Arab dan
sekitarnya mempergunakan mata uang dinar dan dirham yang merupakan satuan nama uang
Romawi dan Persia, dua kerajaan besar yang sangat berpengaruh diwilayah tersebut.
Disamping itu karena ekspansi perdagangan yang dilakukan sangat luas, bangsa Arab juga
mempergunakan alat pembayaran kredit. Akan tetapi, volume sirkulasi alat pembayaran ini
masih sangat sedikit jika dibandingkan dengan uang karena Jazirah Arab dan sekitarnya
ketika itu berada dalam suasana ketidakpastian. (QADARIYAH, 2018, HAL. 10-13).
Kesimpulan
Sebelum Islam datang, masyarakat Arab merupakan komunitas yang mengabaikan
atau mengingkari fitrah manusia. Peperangan yang terjadi antara suku dan kabilah yang
berlangsung selama puluhan tahun, penguburan anak-anak perempuan hidup-hidup,
penyembahan kepada berhala, serta penindasan terhadap warga yang mempunyai status sosial
rendah oleh para bangsawan merupakan bagian dari hidup mereka. Seolah-olah itu semua
merupakan pandangan hidup mereka.
Tidak itu saja, kegemaran mereka terhadap khamar, fanatisme kesukuan yang tinggi,
dan penempatan kaum perempuan pada derajat yang rendah adalah cara hidup yang lazim
dijumpai. Kondisi masyarakat yang demikian tentunya tidak dapat dikatakan sebagai
masyarakat ideal mengingat hal-hal tersebut tidak mencerminkan masyarakat yang beradab.
Referensi
Syamsudini, 2014, “Peradaban Arab Pr-Islam Dan Dialektika Gaya Bahasa Al-Qur’am”,
Vol. 6 No. 1
Amin, 1975 “Fajr al-Islam” (Cet. XI; Kairo: Maktabah al-Nahdlah al-Misriyah)
muhamad Satir, 2019 “ Kehidupan Sosial Masyarakat Arab Masa Awal Kehadiran
Pendidikan Islam”, Vol. 5, No. 1,.
Ahmad Jamin, “Kondisi sosial masyarakat arab pra-islam”Vol.11, no.2
Yuangga Kurnia Yahya “pengaruh penyebaran islam di Timur Tengah dan Afrika Utara”
Vol.16 No.1
Hasan Ibrahim 1979,”Sejarah Kebudayaan Islam” (Jakarta:Kalam Mulia,),
Ahmad agis mubarok, “sejarah sosial-politik arab,” vol.4 no.1
Lailatul Qadariyah, S.E.I., M.E.I., 2019 “Buku Ajar Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam”
(Pamekasan: Duta Media Publishing