Anda di halaman 1dari 6

SEJARAH DAN KEBUDAYAAN PRA ISLAM

Abdul Kadir Jaelani


Program studi pendidikan agama islam
Email : abdulkadirjaelani200@gmail.com

PENDAHULUAN
Sejarah merupakan sebuah peristiwayang terjadi pada masa lampau, peristiwa dikatakan
sebagai sejarah karena berkaitan dengan manusia sesungguhnya objek kajian sejarah yaitu hal-hal
yang berkaitan dengan manusia. Setiap peristiwa yang terjadi meninggalkan bekas yangyang
kemudian digunakan sebagai “Saksi” atau “Bukti” bahwa kejadian itu sungguh –sungguh terjadi,
Sejarah sangat berperan dalam berbagai hal seperti pada diri sendiri, benda dan sebagainya. Sejarah
Peradaban Islam merupakan segala peristiwa yang dialami manusia pada masa lalu sebagai manifestasi
atau penjelmaan kegiatan muslim yang didasari ajaran Islam. Dengan demikian, peristiwa-peristiwa
yang dialami umat Islam sejak lahirnya agama Islam sampai sekarang merupakan kajian Sejarah
Peradaban Islam. Tentunya banyak permasalahan yang dijumpai pada bangsa arab pra islam dari segi
politik, kemasyarakatan serta kebudayaan bangsa Arab pra islam itu bagaimana.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan sistem atau metode penelitian studi pustaka, karena penelitian ini
menggunkan sumber utama yaitu buku. Dan sumber lainnya seperti artikel, jurnal, e-book.

PEMBAHASAN
1. Sejrah bangsa arab
Sejarah bangsa Arab kuno hampir tidak dikenal sama sekali karena dua faktor penyebab.
Pertama, karena tidak adanya kesatuan politik. Masyarakat Arab sebelum Islam pada umumnya
adalah orang-orang yang tinggal didusun sebagai nomadenyang terpencar diberbagai penjuru,
berseteru, bermusuhan, tidak terhimpun sebagaikesatauan, dan tidak mempunyai raja yang kuat.
Kedua, Karena mereka tidakmengenal tulisan. Mayoritas masyarakat adalah orang-orang yang
tidak pandai baca tulis, sehingga berbagai peristiwa yang terjadi dan mereka alami tidak
dibukukankecuali pada akhir masa pemerintahan Amawi saja. Sedangkan sebelum itu
beritatentang mereka hanya bersandar pada periwayatan yang disampaikan secara
lisan.Terkecuali dari keadaan seperti ini, keadaan masyarakat Arab yang berada di ujungselatan
Jazirah Arab, seperti masyarakat kerajaan Saba' dan Bu'in Berita prikeadaankedua bangsa Arab
ini dapat dilacak pada berbagai peninggalan mereka yang masihutuh terpelihara sampai
sekarang1.

1
Hasan, Sejarah Dan Kebudayaan Islam, 1.
Ahmad Syalabi menyebutkan, sejarah bangsahanya dapat diketahui dari masa kira-kira Ahmad
Syalabi menyebutkan, sejarah bangsahanya dapat diketahui dari masa kira-kira 150 tahun
menjelang lahirnya agamaIslam.2
Pengetahuan itu diperoleh melalui syair-syair yang beredar dikalang paraPerawi Syair. Dengan
begitulah sejarah dan sifat masyarakat Arab dapat diketahui, antara lain, bersemangat tinggi
dalam mencari nafkah,sabar menghadapi kekerasanalam, dan juga dikenal sebagai masyarakat
yang cinta kebebasan3.
Jika dilihat secara asal usul keturunan, masyarakat Arab dapat terbagi kepada dua
golongan besar. Golongan pertama adalah Qathâniyun atau keturunan Qathan dan golongan
kedua adalah ‘Adnâniyûn atau keturunan Ismail bin Ibrahim. Saat itu, letak wilayah yang
diduduki terbagi menjadi wilayah Utara diduduki oleh ‘Adnâniyûn dan wilayah Selatan oleh
Qathâniyun. Seiring perjalanan waktu pada akhirnya kedua golongan ini berbaur disebabkan
perpindahan-perpindahan antara satu dengan yang lain4. Dengan ini terbukti bahwa pada masa itu
masyarakat Arab masih terbiasa untuk berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain.
Lingkungan masyarakat Arab pra-Islam telah terbentuk kabilah (clan) yang kemudian
dari beberapa kabilah terbentuk tribe atau suku5. Dengan demikian, sebetulnya sejak masa pra-
Islam masyarakat Arab sudah memiliki keorganisasian dan identitas sosial yang cukup jelas.
Akan tetapi, disebabkan penekanan hubungan kesukuan yang begitu kuat, setia dan solid, maka
sering sekali terjadi peperangan antar-suku. Mereka berdomisili disekitar wilayah barat daya
benua Asia (al-Janub al-Gharbi min Asia), atau yang biasa dikenal dengan Semenanjung Arabia.
Semenanjung Arabia sebagian besar terdiri dari gurun pasir dan stepa (padang rumput luas di
gurun pasir. Di wilayah Semenanjung Arabia pernah terdapat beberapa kerajaan yang pernah ada,
antara lain kerajaan Kindah, kerajaan Ma’in dan kerajaan Qatban, kerajaan Saba’, kerajaan
himyar, pendudukan Romawi di Yaman, Pendudukan orang-orang Persia atas Yaman, kerajaan
Hijrah, Kerajaan Ghassan, dan kerajaan Hijaz.

2. Kebudayaan bangsa arab


a. Keagamaan

Secara umum sistem kepercayaan religius yang berkembang di masyarakat Arab pra
Islam, terdapat sepuluh Tuhan yang disembah. Tiga diantaranya diidentifikasi sebagai Tuhan
feminim, yaitu al-Lat, al-Uzzah, dan Manat. Merekaberada di tempat-tempat suci di sekitar
Makkah, Thaif, Nakhla dan Qudaid. Tujuh lainnya berkarakter Tuhan maskulin antara lain
Wadd yang disembah oleh suku Kalb, Suwa’ disembah suku Yanbu, Yaghuts disembah oleh
suku Madhij, Yauq oleh suku Khiwan dan Nasr oleh suku di Yaman dan Himyar. Disamping
itu ada juga masyarakat Arab yang memiliki kepercayan Yahudi, Nasrani dan juga Hanif,
agama yang dibawa oleh Nabi Ibrahim6.

2
Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, 1 (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1983), 29.
3
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam: Dirasat Islamiyah II (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), 11.
4
Yatim., 10.
5
Yatim., 11.
6
Muhammad In’am Esha, Percikan Filsafat Sejarah dan Peradaban Islam (Malang: UIN-Maliki Press,2011), 64-68.
b. Fanatisme Suku

Fanatik kesukuan juga timbul akibat masyarakat Arab pra Islam yang belum begitu
mengenal sistem kesatuan umat. Mereka cenderung hidup berkelompok sesuai kabilah atau
sukunya. Fanatisme kesukuan ini termanifestasikan dalam perilaku yang kerap kali dijumpai
dalam rutinitas kehidupan sehari – hari masyarakat Arab Jahiliah. Seperti membanggakan
nasab. Sejak masa jahiliyah orang-orang Arab sangat memperhatikan dan memelihara
pengetahuan tentang nasab.7 Saling mengagungkan atau membanggakan-banggakan leluhur
beserta peninggalan-peninggalan leluhur mereka, dominan terjadi di masyarakat Arab
Jahiliah. Bahkan unsur paling kuat yang menghubungkan seseorang dengan kelompoknya
bukanlah kemampuan melainkan nasab. Sehingga bagi mereka, nasab dianggap sebagai
puncak dari kemuliaan dan keluhuran. Semakin tinggi nasabnya, maka semakin mulia dan
terkadang tradisi ini membuat mereka bersikap berlebihan. Mengganggap bahwa tidak ada
nasab lain yang lebih mulia dari mereka. Mereka tidak rela jika ada seseorang diluar yang
mengklaim bahwa nasab dialah yang paling tinggi derajatnya. Tidak jarang terjadi cekcok
bahkan perang hanya karena saling klaim soal nasab siapa yang paling luhur.
Bangsa Arab pra Islam, mereka membeda-bedakan masyarakat kedalam beberapa kelas
sesuai kedudukan dan derajatnya. Misalnya, para pimpinan suku, pemuka agama, pedagang,
penyair masuk dalam kategori kelas atas. Para elit ini diklaim sebagai yang paling mulia
diantara yang lainnya. Kemudian ada kategori kelas bawah, seperti orang fakir, miskin, budak
dan pekerja serabutan. Sebagai orang mulia, kelas atas tidak mengerjakan apa yang
dikerjakan masyarakat kelas bawah. Bahkan sekelas manasik haji pun para orang di strata
atas ini mendapat kekhususan tersendiri.
Memiliki tradisi balas dendam yang terkesan aneh. Jika biasanya balas dendam ditujukan
untuk oknum pembunuh atau penganiaya, ini tidak berlaku jika tersangka memiliki nasab
luhur atau dianggap tidak sekelas dengan yang dibunuh. Bisa juga balas dendam dialihkan
kepada orang kelas bawah padahal orang tersebut tidak melakukan apa-apa. Terkadang alasan
pembunuhan pun dilandasi hanya karena korban adalah keluarga kabilah fulan. Tradisi balas
dendam ini cukup mengakar dalam diri masyarakat Arab Jahiliah. Bahkan mereka akan terus
memburu tersangka tidak peduli bagaimanapun kondisinya. Bagi mereka, saat warga nya
dizalimi balas dendam adalah kehormatan diri yang harus dijaga. Menjaga kehormatan diri
sama dengan menjaga hidup itu sendiri. Artinya, sebuah kewajiban. Maut pun rela mereka
tempuh jika diperlukan. Informasi ini diabadikan dalam bentuk syair mapun prosaprosa yang
diselingi syair-syair. Syair inilah yang kemudian melestarikan perpindahan dan
mendiseminasikan berita tersebut.8 Memilih peperangan untuk menyelesaikan permasalahan
dengan berduel fisik di medan perang. Ini tidak terlepas dari tabiat warganya yang dikenal
pemberani dan pantang menyerah. Jika satu kabilah telah mendeklarasikan perang, maka
baginya tidak ada jalur kembali. Atau bisa saja ia mengurungkan niat yangsudah ia utarakan
tapi konsekuensinnya ia telah melucuti adat dan itu dianggap aib.

7
Aris Muzhiat, Historiografi Arab Pra Islam, dalam Jurnal Agama dan Budaya, Vol. 17 No 2 Desember 2019
(Jakarta: Tsaqôfah, 2019), 134.
8
Muzhiat., 133.
c. Rasa Kemanusiaan

Kondisi masyarakat Arab pra Islam pada saat itu ialah orang-orang arab menyekutukan
Allah / musyrik yaitu mereka menyembah patung-patung berhala karena dianggap suci dan
membantu mereka. Mereka menguburkan anak perempuan mereka hidup-hidup karena malu
dan cela. Mereka menganggap perempuan membawa kemiskinan dan kesengsaraan serta
tidak bisa dibanggakan karena tidak bisa diandalkan untuk berperang. Budak diperlakukan
majikannya secara tidak manusiawi, memperlakukannya seperti binatang dan barang
dagangan, dijual atau dibunuh. Para budak tidak mendapatkan kebebasan untuk hidup
layaknya sebagai manusia biasa dan merdeka. Namun demikian, kondisi dan tradisi seperti
ini tidak seluruh masyarakat Arab melakukannya.9

d. Kesusasteraan

Bangsa arab adalah bangsa pecinta syair. Penyair-penyair mereka sangat berpengaruh
terhadap masyarakat. Mereka mempunyai pergelaran puisi yang diselenggarakan di pasar-
pasar seperti Ukaz dan Zulmajz. Puisi Jahiliyah (pra Islam) tidak menggambarkan tentang
konflik pribadi, melainkan nyanyian kemenangan suku dan mengekspresikan etos keberanian,
kemurahan hati, kehormatan dan keunggulan keturunan. Kabilah-kabilah Arab meriwayatkan
al ayyam (hari-hari penting) yang terdiri dari peperangan dan kemenangan, untuk tujuan
membayangkan atau membanggakan diri terhadap kabilah-kabilah lain, baik dalam bentuk
syair maupun prosa yang diselang-selingi syair. Syair inilahyang kemudian melestarikan
perpindahan dan mendiseminasikan berita tersebut.10
Meskipun pada waktu itu di negeri-negeri Arab pendidikan belum tersebar, karena
bangsa Arab dari sebelumnya tidak dikenal sebagai menara gading. Kita tidak mempunyai
data yang bisa menjadikan acuan bahwa negeri-negeri Arab terutama Makkah saat itu sudah
menaruh perhatian terhadap pendidikan (Kesusastraan) dan pengajaran tentang baca tulis bagi
para puteranya. Pendidikan yang berlangsung pada saat itu hanya berdasarkan hajat mereka.
Anak-anak langsung diajari oleh orang tuanya.11 Adapun tentang pengetahuan masyarakat
Arab yang bersifat murni yang lahir karena dorongan lingkungan dan karakter negeri Arab itu
sendiri adalah seperti : Ilmu Meteorologi, Ilmu arkeologi, Ilmu Nasab.12

e. Politik

Kondisi sosial politik sebelum kedatangan Islam di masyarakat arab diwarnai oleh intrik
politik perbuatan pengaruh diantara tiga kekuatan dunia pada saat itu. Pertama, Kekuatan
KeKedua, Kekuatan Persia Zoroaster pengaruhnya mencapai sebelah timur arabiyah dan
sepanjang pantai selatan Yaman. Ketika kerajaan arab selatan dibawah kekuasaan dinasti
himyar, kondisi sosial politik saat itu benar-benar menggambarkan adanya persaingan dalam
konteks keagamaan antara kekaisaran Bizantium dan Persia. risten Bizantium yang
berpengaruh kuat di sekitar laut merah bahkan sampai di abisiniah.
Bangsa Arab merupakan bangsa yang besar dan memiliki kemampuan hebat, baik dalam
bidang seni, sastra, maupun strategi perang. Maka tak heran jika bangsa Arab mampu

9
Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, 1 (Jakarta: Kalam Mulia, 2015), 115
10
Muzhiat, Historiografi Arab Pra Islam, dalam Jurnal Agama dan Budaya vol. 17 No 2 Desember 2019, 133
11
Hasan, Sejarah kebudayaan Islam, 118.
12
Hasan., 121.
menjadi penguasa di dunia selama berabad-abad lamanya. Bangsa Arab juga dikenal sebagai
penakluk dunia. Kekuasaannya membentang dari lautan Atlantik hingga perbatasan Cina. Ini
merupakan wilayah kekuasaan terbesar dalam sejarah dunia, melebihi kekuasaan kerajaan
Romawi pada masa kejayaannya. Selain menguasai wilayah, bangsa Arab juga menguasai
ajaran, bahasa, literatur, dan sejarah warisan dari penguasa terdahulunya, seperti Romawi,
Persia, dan Yunani. Banyak buku-buku atau literatur yang dialihbahasakan ke dalam bahasa
Arab. Hal inilah yang menjadikan bangsa Arab mampu bertahan menjadi penguasa dunia,
hingga berabad-abad lamanya.
Bangsa Arab bukan hanya membangun kerajaan, mereka juga membangun peradaban
dan kebudayaan. Mereka menyerap beberapa unsur kebudayaan Romawi, Persia dan Yunani.
Mereka juga sebagai pembawa gerakan intelektual ke Eropa pada abad pertengahan yang
memicu kebangkitan dunia Barat pada waktu itu. Gerakan intelektual tersebut memberikan
kontribusi yang sangat besar bagi manusia. Tidak ada gerakan besar lain yang bisa
memberikan kontribusi besar bagi kehidupan manusia di dunia selain bangsa Arab.
Setidaknya ada beberapa tahapan sebelum bangsa Arab mampu menjadi penakluk dunia.
Tahapan-tahapan tersebut dilalui secara perlahan dan struktural.. Sederhananya, bangsa Arab
mampu membaur dengan bangsa lain, termasuk penguasa, sehingga mempermudah mereka
mendirikan kerajaan-kerajaan kecil dibawah naungan penguasa. Namun pada saat yang tepat,
kerajaan kecil tersebut mampu menjadi kambing hitam bagi penguasa dan pada akhirnya
menghancurkan kekuasaan penguasa tersebut.13
f. Perdagangan
Secara umum wilayah Arab hanya merupakan tanah gersang berbatu yang tidak
ditumbuhi tanam-tanaman sehingga penduduk bangsa Arab beraktifitas dengan perdagangan.
Terlebih dengan adanya Ka’bah di kota Makkah yang selalu dikunjungi bangsa Arab,
menjadikan wilayah tersebut sebagai pusat perdagangan antara Yaman dengan Syam dan
Habsyi.14 Suku Quraisy terkenal dalam urusan perdagangan, bahkan begitu besar
perhatiannya terhadap aspek perdagangan. Aktifitas masyarakat Arab dalam berdagang bukan
hanya untuk meraih kekayaan materi saja tetapi juga meraih kekayaan yang bersifat non
materi. Karena aktifitas yang dilakukan dengan perjalanan ke negara bangsa lain seperti
bangsa Persia dan Romawi, membantu mereka menjadi orang-orang yang memiliki
pengetahuan tentang hal ihwal bangsa-bangsa tersebut dalam aspek politik, sosial
kemasyarakatan, dan kesusateraan.

PENUTUP
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa bangsa Arab adalah salah satu
entitas yang berasal dari keturunan Qathan dan ‘Adnâniyûn. Mereka berdomisili disekitar wilayah barat
daya benua Asia atau yang biasa dikenal dengan Semenanjung Arabia. Semenanjung Arabia sebagian
besar terdiri dari gurun pasir dan stepa (padang rumput luas di gurun pasir). Adanya berbagai perilaku
menyimpang terdapat pada masyarakat Arab sebelum datangnya Islam sebagaimana diisyaratkan dalam
ayat-ayat Al-Qur’an.

13
5 Ahmad Agis Mubarok, Sejarah Sosial-Politik Arab: Dari Hegemoni Romawi-Persia Hingga Kebangkitan Arab
Islam dalam Jurnal Peradaban dan Pemikiran Islam, Vol. 4 No 1 Juni 2020 (Yogyakarta: Nalar, 2020), 73.
14
Hasan, Sejarah kebudayaan Islam, 108-109.
Ungkapan tersebut menggambarkan adanya kerusakan sistem kehidupan ummat manusia, baik
dalam bidang aqidah, ibadah, akhlaq yang selanjutnya berpengaruh terhadap rusaknya sistem ekonomi,
sosial, politik, budaya, hukum, pendidikan, dan lain sebagainya. Walaupun adanya beberapa perilaku
menyimpang dari bangsa Arab, Namun ada sisi-sisi positif yang bisa diambil seperti pemberani, etos
dalam bekerja, kecerdasan dalam berpolitik sehingga membuat bangsa Arab menjadi bangsa yang
memiliki peradaban.

DAFTAR FUSTAKA
Esha, Muhammad In’am. Percikan Filsafat Sejarah dan Peradaban Islam. Malang: UIN-Maliki, 2011.
Hasan, Ibrahim Hasan. Sejarah dan Kebudayaan Islam,1. Jakarta: Kalam Mulia, 2015.
Mubarok, Ahmad Agis. Sejarah Sosial-Politik Arab: Dari Hegemoni Romawi-Persia Hingga Kebangkitan
Arab Islam Nalar : Jurnal Peradaban dan Pemikiran Islam .Yogyakarta: Nalar, 2020.
Muzhiat, Aris. Historiografi Arab Pra Islam. Tsaqôfah : Jurnal Agama dan Budaya. Jakarta : Tsaqôfah,
2019.
Syalabi, Ahmad. Sejarah dan Kebudayaan Islam, 1. Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1983. Yatim, Badri.
Sejarah Peradaban Islam: Dirasat Islamiyah II. Jakarta: Raja Grafindo Persada ,2000.

Anda mungkin juga menyukai