Anda di halaman 1dari 21

SEJARAH PERADABAN ISLAM

Dosen Pembimbing : Dr. ellya Roza, M.Hum

UIN SUSKA RIAU

Sejarah Peradaban
Masyarakat Arab
Sebelum Islam

Makalah : Roni Junaidi, SE


Pendahuluan

Kajian mengenai penulisan sejarah, akan terlihat perbedaan dan ciri khas
pada setiap masa dalam corak, bentuk, metode dan isi. Kajian sejarah ini dapat
dikatakan merupakan sebuah studi tentang keanekaragaman pendekatan dalam
pelaporan hasil penelitian sejarah.

Dalam konteks Masyarakat Arab sebelum Islam, masyarakat Arab sebelum


Islam datang masih hidup dalam kondisi belum berperadaban. Begitu banyak sikap
dan sifat mereka yang jauh dari kata manusiawi, sehingga wajar jika masa tersebut
sering disebut dengan masa jahilyah. Akan tetapi, pada masa tersebut ada satu hal
yang menonjol dari mereka, yaitu kemampuan tinggi dalam bidang sastra.

Tradisi sastra yang seolah telah mendarah daging tersebut sering dilakukan
untuk sekedar menyombongkan kabilah atau suku. Bahkan, tradisi ini begitu
dihargai dan diagungkan terbukti dengan adanya perlombaan syair di pasar Ukaz.
Pada masa selanjutnya, syair-syair tersebut menjadi hal penting yang dapat
dijadikan sebagai sumber utama historis sebelum kedatangan Islam.

Berdasarkan uraian di atas, makalah ini akan mencoba untuk menguraikan


dan menjelaskan mengenai kondisi umum masyarakat Arab sebelum Islam.

1
SEJARAH PERADABAN
MASYARAKAT ARAB SEBELUM ISLAM

Sebelum kedatangan Islam, bangsa Arab sudah memiliki peradaban


tersendiri. Mempelajari sejarah peradaban Islam rasanya kurang lengkap jika tidak
disertakan mempelajari sejarah peradaban bangsa Arab. Asal Usul Bangsa Arab
Bangsa Arab adalah ras Semit yang tinggal di sekitar Jazirah Arabia. Bangsa Arab
purbakala adalah masyarakat terpencil, sehingga sulit dilacak riwayatnya. Dr.
Jawwad Ali, seorang sejarawan terkemuka di dunia mengatakan bahwa masyarakat
Arab terbagi menjadi dua. Yakni masyarakat badui dan hadhar, atau masyarakat
wabar dan madar. Klasi ikasi ini berlaku bagi orang Arab Utara maupun Arab Selatan,
serta seluruh penjuru Jazirah Arab lainnya. Sebagian sejarawan, ia membagi kategori
masyarakat Arab jahiliah menjadi dua kelompok: masyarakat Arab keturunan raja-
raja (ningrat) dan selain keturunan raja-raja. Mereka membagi kelompok
masyarakat Arab setelah keturunan raja-raja menjadi dua kategori: masyarakat
madar dan masyarakat wabar. Agama bangsa Arab sebelum Islam adalah Paganisme,
Yahudi, dan Kristen. Pagan menjadi agama mayoritas mereka. Ratusan berhala
dengan berbagai bentuk ditempatkan di sekitar Ka'bah. Agama pagan ini bahkan
sudah ada sejak sebelum Nabi Ibrahim. Masuknya Berhala Ke Mekkah Beberapa
masa setelah wafatnya Nabi Ibrahim dan Ismail, terjadi perubahan besar di tanah
Mekkah. Agama tauhid teriris oleh berbagai macam bentuk kesyirikan. Penduduk
tanah suci di sekitar Baitullah al-Haram menjadi penyembah berhala. Perubahan
besar di Jazirah Arab itu dibawa oleh tokoh kabilah Khuza'ah, Amr bin Luhai al-
Khuza'i. Ia adalah pemimpin politik dan agama di Mekkah. Ia dicintai dan disegani
oleh masyarakat. Penduduk Mekkah menganggapnya sebagai ulama besar dan wali
yang mulia. Amr pernah bersafar ke Syam. Ia melihat penduduk Syam menyembah
patung-patung. Dan ia terkesan. Saat kembali ke Mekah, ia bawa tradisi Syam ini ke
tanah Haram. Masuklah berhala Hubal ke Jazirah Arab, dan ditempatkan di sisi
Ka'bah. Baca Juga Murid Kiai Dahlan ini Nyaris Berhenti dari Muhammadiyah Setelah
Hubal, tanah Mekkah berangsung-angsur disesaki berhala-berhala besar mereka
adalah Manat, yang disembah Kabilah Hudzail dan Khuza'ah. Berhala ini termasuk
berhala tua. Kemudian Latta, berhalanya orang-orang Thaif. Dan al-Uzza, berhala
termuda namun terbesar dari dua berhala sebelumnya. Berhala ini disembah oleh

2
orang-orang Quraisy dan kabilah-kabilah lainnya. Tiga berhala ini, selain Hubal
adalah berhala terbesar masyarakat Arab. Walaupun berhala sangat mewabah pada
saat itu, namun masyarakat Arab tetap mengagungkan Ka'bah. Mereka pula yang
menaruh berhala-berhala di sekeliling Ka'bah. Namun, mereka terlalu mencintai
kehidupan bebas sehingga mereka pun ingin bebas dari aturan agama. Agama
dianggap sebagai pengikat kebebasannya, oleh karenanya mereka sering
menyelewengkan aturannya. Di antara mereka ada yang menyembah bintang-
bintang, pohon, batu-batuan, binatang, bahkan menyembah raja mereka. Ini terjadi
karena mereka sulit mempercayai Tuhan yang abstrak. Hal yang membuat bangsa
Arab menyembah berhala adalah karena setiap orang yang meninggalkan kota
Mekkah, selalu mengambil batu dari tanah sekitar Ka'bah. Setelah itu mereka merasa
dirinya lebih terhormat. Sementara Ka'bah tetap memiliki kedudukan yang tinggi.
Seni dan Budaya Pra Islam Sebelum kedatangan Islam, kesenian dan budaya di
Jazirah Arab bisa di katakan sangat berkembang. Bahasa Arab penuh dengan syair
dan kosa kata yang indah. Mereka senang berkumpul mengelilingi para penyair
untuk mendengarkan syair-syairnya. Kesusastraan bangsa Arab, baik puisi maupun
prosa, pada masa sebelum Islam sudah berkembang maju. Ini dicipta untuk
mengungkapkan dan melukiskan adat istiadat, tata susila, agama dan kepercayaan.
Di samping sebagai penyair, orang Arab Jahiliyah sangat mahir berpidato dengan
bahasa yang indah. Seperti para penyair, para ahli pidato pada masa itu memiliki
derajat yang tinggi. Baca Juga Dinasti Ottoman (4): Sultan Murad I, Syahid dan
Janisari Tidak semua negeri di Jazirah Arab memiliki kebudayaan Islam. Negeri Iran
yang tumbuh dengan budaya Persia, sangat berbeda dengan kebudayaan orang Arab
pada umumnya. Demikian juga Mesir dengan kebudayaan zaman Fir'aunnya. Kondisi
Sosial dan Peradaban Bangsa Arab Kehidupan masyarakat Arab khususnya Arab
Badui sebagian besar miskin, keras, dan kasar. Di samping itu, sempitnya wawasan
dan terbatasnya pandangan mereka tentang alam luar serta pemahaman mereka
terhadap kehidupan. Akibatnya bangsa Arab dari suku lainnya memandang Arab
badui dengan sebelah mata. Orang Arab Badui adalah salah satu suku bangsa Arab
yang dianggap paling keras dan bengis. Mereka terlalu sombong, juga ketika
berbicara menggunakan nada yang tinggi dan kasar. Sifat kasar tersebut diciptakan
oleh iklim padang sahara. Adapun karakteristik bangsa Arab, mereka terkenal
pemberani dalam membela pendirian. Mereka tidak mau mengubah pendirian serta

3
tata cara hidup yang sudah menjadi kebiasaannya. Tidak mau mengalah, namun ada
sisi kebiasaan yang baik yaitu suka menghormati dan memuliakan tamu. Persoalan
moral dan perilaku bangsa Arab sangatlah rusak. Sehingga mereka disebut kaum
jahiliyah. Diantaranya, berjudi dan minum-minuman keras dilakukan secara
bersama-sama. Bahkan tak jarang mereka merampok sehingga menimbulkan
perpecahan antar suku. Yang lebih buruk lagi moralnya adalah mengubur bayi
perempuan mereka hidup-hidup. Mereka beranggapan bahwa anak perempuan itu
tidak berguna dan hanya menyusahkan orang tua. Diantara suku yang melakukan
perbuatan keji dan tidak berperi kemanusiaan itu adalah suku Bani Tamim dan suku
Bani Asad. Aspek Politik dan Hukum Pada aspek politik dan hukum, kehidupan
mereka tidak ada persatuan antar beberapa suku. Bahkan mereka terbiasa
berperang antar suku karena hal-hal sepele, seperti memperebutkan sumber air.
Baca Juga Muhammad Abduh (1): Murid Ideologis Jamaluddin Al-Afghani Tidak ada
hukum yang disepakati untuk ditaati bersama. Karena itu siapa paling kuat dialah
yang menang dan berkuasa. Sebaliknya, yang lemah pasti pada posisi tertindas.
Masyarakat seperti ini disebut sebagai kanibal, yaitu masyarakat yang situasi
kehidupan sosialnya melakukan segala cara untuk meraih tujuan. Dalam bidang
sosial politik, masyarakat Arab pada masa jahiliyah tidak memiliki sistem
pemerintahan yang mapan dan teratur. Mereka hanya mempunyai pemimpin yang
disebut Syeikh atau Amir, yang mengurusi persoalan mereka dalam masalah perang,
pembagian harta dalam pertempuran tertentu. Di luar itu seorang Syeikh atau Amir
tidak berhak mengatur anggota kabilahnya. Adapun situasi politik di Jazirah Arab
pada awal kemunculan Islam cukup kuat dan independen, serta ditakuti kabilah-
kabilah di sekitarnya. Kemunculan Islam mengakhiri era jahiliyah sekaligus
mengawali sebuah era baru: era Islam. Dengan kemunculan Islam, tentunya sangat
mewarnai dunia politik di Jazirah Arab. Di bawah pemerintahan Islam, bangsa Arab
memiliki sistem pemerintahan yang jelas dan tegas.

4
Kehidupan bangsa Arab sebelum datangnya Islam dikenal dengan istilah Jahiliyah.
Masyarakat Jahiliyah ini identik dengan peradaban yang sangat buruk, pelacuran
dimana-mana, pertumpahan darah, perbuatan keji yang tak dapat diterima akal
sehat.
Sebelum Islam datang, orang-orang Arab menganut agama Yahudi, Nasrani,
Majusi, Shabi'ah dan penyembah berhala (paganisme). Seperti apa kondisi sosial dan
peradaban bangsa Arab masa zaman Jahiliyah? Berikut ulasan singkat yang
dirangkum dari Sirah Nabawiyah karya Syeikh Sha iyyur-Rahman Al-Mubarakfury
(bersumber dari Kitab Ar-Rahiqul Makhtum).

Kondisi sosial bangsa Arab Jahiliyah memiliki klasi ikasi berbeda-beda dimana kaum
bangsawan mendapat kedudukan terpandang. Mereka memiliki otoritas dan
pendapat yang mesti didengar.

Adapun gaya hidup masyarakat Arab Jahiliyah terbiasa bercampur baur


antara kaum laki-laki dan perempuan. Boleh dikatakan kehidupan mereka jauh dari
akal sehat. Selain pelacuran, gila-gilaan, pertumpahan darah sudah biasa di kalangan
masyarakat Arab Jahiliyah.

Para Wanita-wanita tidak menolak sedikitpun siapa pun yang


mendatanginya. Mereka ini adalah para pelacur, di pintu-pintu rumah mereka
ditancapkan bendera yang menjadi simbol siapa pun yang menghendaki mereka
maka dia bisa masuk. Jika dia hamil dan melahirkan, laki-laki yang pernah
mendatanginya itu berkumpul lalu mengundang ahli pelacak (Al-Qaafah), kemudian
si ahli ini menentukan nasab si anak tersebut kepada siapa yang mereka cocokkan
ada kemiripannya dengan si anak itu. Dalam hal ini, laki-laki yang ditunjuk tidak
boleh menyangkal. Maka ketika Allah Ta'ala mengutus Nabi Muhammad SAW, beliau
menghapuskan semua pernikahan kaum Jahiliyah itu kecuali pernikahan yang ada
saat ini.

Dalam tradisi Arab Jahiliyah, antara laki-laki dan perempuan selalu


berkumpul dan diadakan di bawah tajamnya pedang dan tombak. Pemenang dalam
perang antarsuku berhak menyandera perempuan-perempuan suku yang kalah dan
menghalalkannya. Anak-anak yang ibunya mendapatkan perlakuan semacam ini

5
akan mendapatkan kehinaan semasa hidupnya.

Kaum Jahiliyah juga terkenal dengan kehidupan dengan banyak istri (poligami)
tanpa batasan. Mereka mengawini dua bersaudara, mereka juga mengawini istri
bapak-bapak mereka apabila telah ditalak atau karena ditinggal mati oleh bapak
mereka.

Perbuatan zina merata di semua lapisan masyarakat. Namun, ada sekelompok


laki-laki dan perempuan yang terbebas dari hal tersebut. Mereka adalah orang-orang
yang memiliki jiwa besar dan menolak keterjerumusan ke dalam kemaksiatan.
Kondisi hina lebih banyak dialami para budak perempuan.

Imam Abu Daud meriwayatkan dari 'Amru bin Syu'aib, dia berkata: seorang
laki-laki Mengenai pergaulan masyarakat Arab Jahiliyah, hubungan seorang laki-laki
dengan saudaranya, anak-anak paman dan kerabatnya sangat kental dan kuat.
Mereka hidup dan mati demi fanatisme kesukuan. Semangat untuk bersatu begitu
membudaya antar sesama suku. Bahkan prinsip yang dipakai dalam sistem sosial
adalah fanatisme rasial dan hubungan tali rahim.

Mereka hidup di bawah semboyan: "Tolonglah saudaramu baik dia berbuat


zhalim ataupun dizhalimi". Mereka menerapkan semboyan ini sebagaimana adanya,
tidak seperti arti yang telah diralat oleh Islam yaitu menolong orang yang berbuat
zhalim maksudnya mencegahnya melakukan perbuatan itu.

Meskipun begitu, persaingan memperebutkan martabat dan kepemimpinan


seringkali menyebabkan perang antarsuku yang masih memiliki hubungan se-bapak.
Seperti yang terjadi antara suku Aus dan Khazraj, 'Abs dan Dzubyan, Bakr dan Taghlib,
dan lain-lain.

Di lain pihak, hubungan yang terjadi antarsuku benar-benar berantakan.


Kekuatan yang mereka miliki digunakan untuk berjibaku dalam peperangan. Satu-
satunya yang menolong mereka adalah adanya bulan-bulan yang diharamkan
berperang (Asyhurul Hurum) sehingga mereka hidup damai dan mencari rezeki
untuk kebutuhan sehari-hari.

Kesimpulannya, kondisi sosial masyarakat Arab Jahiliyah benar-benar rapuh dan


jauh dari akal sehat. Kebodohan mencapai puncaknya dan khurafat merajalela
dimana-mana. Orang-Orang hidup layaknya binatang ternak.

6
Wanita diperjualbelikan, bahkan terkadang diperlakukan seperti benda mati.
Hubungan antarumat sangat lemah, saling berperang menjadi tradisi mereka ketika
ada yang mengancam kekuasaan dan melukai kehormatan. Selain itu, kebiasaan
masyarakat Arab Jahiliyah juga tak lepas dari minum khamr, mabuk-mabukan dan
perjudian.

Masyarakat Jahiliyah memang dikenal memiliki peradaban yang buruk,


namun masih ada akhlak mulia dan terpuji yang menjadi kelebihan mereka. Di
antaranya, kemurahan hati, kedermawanan, pantang menyerah, memenuhi janji,
suka menolong orang lain.

Semua keterpurukan moral dan kelamnya peradaban Jahiliyah itu baru


berubah setelah Nabi Muhammad SAW diutus membawa risalah Islam. Perlahan
namun pasti, berkat rahmat Allah, Nabi Muhammad SAW dengan kelembutan dan
kemuliaan akhlaknya mengubah gelapnya peradaban menuju cahaya. Kemusyrikan
dihilangkan, perbudakan dihapuskan, perempuan dimuliakan, perzinaan dan
perjudian ditinggalkan. Bangsa Arab memasuki fase peradaban baru yang lebih
bermartabat dengan hadirnya Islam. Allahu A'lam.

Dari sisi perekonomian, unsur penting yang menjadi andalan masyarakat


Arab praIslam adalah perdagangan di samping bertani dan beternak. Mereka telah
lama mengenal perdagangan bukan saja dengan orang Arab, tetapi juga dengan non-
Arab. Terbukti denganadanya Mekkah sebagai kota dagang internasional. Demikian
ini karena letak daerah Hijaz, khususnya Mekkah, sangatlah strategis, yakni
penghubung jalur dagang antara Yamandengan Syiria. Di samping itu, daerah pesisir
ini juga di lewati kapal-kapal dagang Eropa danAsia melalui laut merah.Dunia politik
Arab pra Islam lebih didominasi oleh model kesukuan. Pimpinan tertinggi dari suku
dinamakan

Shaikh. Fungsi pemerintahan Shaikh ini lebih banyak bersifat penengah(arbitrasi)


dari pada memberi komando. Shaikh tidak berwenang memaksa, serta tidak
dapatmembebankan tugas-tugas atau mengenakan hukuman-hukuman. Dari
dominasi modelkesukuan ini, terbentuknya Negara kesatuan serta adanya tatanan
politik yang benar agaknyasedikit terhalangi. Sementara jika ditinjau dari sisi

7
keagamaan, masyarakat Arab pra Islam memeluk berbagai macam agama, di
antaranya Paganisme, Yahudi, Kristen dan Hani iyah. Agama-agama ini merupakan
agama warisan dari pendahu-pendahulunya. Keadaan tersebut masingterus
berlangsung sampai datangnya Islam sebagai agama yang hak, serta penyempurna
dariagama-agama samawi sebelumnya.

8
Asal Usul dan Kondisi Politik Bangsa Arab Sebelum Islam

Para sejarawan membagi Bangsa Arab berdasarkan garis keturunan asal mereka
menjadi dua bagian, yaitu:

1. Suku Arab Ba'idah, yaitu kaum-kaum Arab kuno yang sudah punah. Jejak
mereka tidak dapat diketahui kecuali hanya terdapat dalam catatan kitab-
kitab suci. Di antara kabilah mereka yang dimaksud adalah Aad, Tsamud,
Thasm, Judais, dan Imlaq.

2. Suku Arab Al-Baqiyah, yaitu bangsa Arab yang masih hidup sampai saat ini,
terdiri dari keturunan Qahthan dan Adnan

Bangsa Arab mempunyai akar panjang dalam sejarah, mereka termasuk ras
atau rumpun bangsa Kaukasoid, meliputi wilayah sekitar Laut Tengah, Afrika Utara,
Armenia, Arabiyah, dan Irania. Bangsa Arab hidup berpindah-pindah karena
tanahnya terdiri atas gurun pasir yang kering dan sangat sedikit turun hujan.
Perpindahan mereka dari satu tempat ke tempat yang lainnya mengikuti tumbuhnya
stepa yang tumbuh subur di tanah Arab sekitar oasis atau genangan air setelah turun
hujan.

Sistem Politik dan Pemerintahan Bangsa Arab sebelum Islam

Sebelum kelahiran Islam, ada tiga kekuatan politik besar yang perlu dicatat
dalam hubungannya dengan Arab, yaitu kekaisaran Nasrani Byzantium, Kekaisaran
Persia yang memeluk agama Zoroaster, serta Dinasti Himyar yang berkuasa di Arab
bagian selatan. Setidaknya ada duah hal yang bisa dianggap turut mempengaruhi
kondisi politik jazirah Arab, yaitu interaksi dunia Arab dengan dua adikuasa saat itu,
kekaisaran Byzantin dan Persia serta persaingan antara Yahudi, beragam sekte
dalam agama Nasrani dan para pengikut Zoroaster.

Pada masa sebelum Islam yang diajarkan dan disebarluaskan ke bangsa Arab oleh
Nabi Muhammad saw. sering terjadi peperangan antar suku Arab. Di antaranya
dikenal dengan Perang Fijjar karena terjadi beberapa kali antar suku, yang pertama
antara suku Kinanah dan Hawazan, lalu Quraisy dan Hawazan serta Kinanah dan
Hawazan lagi. Dan peperangan ini terjadi 15 tahun sebelum Rasul diutus.[2]

Kekaisaran Byzantium dan kekaisaran Romawi Timur dengan ibukota


Konstantinopel merupakan bekas Imperium Romawi dari masa klasik. Pada
permulaan abad ke-7, wilayah Imperium ini telah meliputi Asia Kecil, Syria, Mesir dan
sebagian daerah Italia serta sejumlah kecil wilayah di pesisir Afrika Utara juga berada

9
di bawah kekuasaannya. Saingan berat Byzantium dalam perebutan kekuasaan di
Timur Tengah adalah Persia. Ketika itu, imperium ini berada di bawah kekuasaan
Dinasti Sasanid. Ibu kota Persia adalah al-Madana'in, terletak sekitar duapuluh mil di
sebelah tenggara kota Baghdad yang sekarang. Wilayah kekuasaannya terbentang
dari Irak dan Mesopotamia hingga pedalaman timur Iran dewasa ini serta Afganistan.

Menjelang lahirnya Nabi Muhammad saw. penguasaan Abisinia (habasyah) di


Yaman, Abrahah melakukan invasi ke Mekah, tetapi gagal menaklukkan kota tersebut
karena hujan kerikil yang menimpa bala tentaranya. Ekspedisi ini pada prinsipnya
memiliki tujuan yang secara sepenuhnya berada di dalam kerangka politik
internasional ketika itu, yaitu upaya Bizantium untuk menyatukan suku-suku Arab di
bawah pengaruhnya untuk menantang Persia. Sementara para sejarawan Muslim
menambahkan tujuan lain, menurut mereka ekspedisi tersebut untuk
menghancurkan Ka'bah dalam rangka menjadikan gereja megah di San'a sebagai
pusat ziarah keagamaan di Arabia.

Pemerintah di kalangan bangsa Arab sebelum Islam, menurut para ahli


sejarah dimulai oleh golongan Arab Ba'idah. Pada periode pertama dikenal ada
kerajaan Aad di daerah Ahkaf al-Romel yang terletak antara Oman dan Yaman. Kaum
Ad juga pernah mendirikan kerajaan antara Mekah dan Yasrib. Kemudian juga
dikenal kerajaan Tsamud yang mendiami daerah Hijir dan Wadi al-Kurro antara Hijaz
dan Syria. Juga kerajaan dari kaum Amaliqah di Arab Timur. Pada periode kedua yaitu
pada masa Arab Aribah atau Bani Qahthan yang terkenal adalah kerajaan Madiniyah,
kerajaan Saba'iyah dan kerajaan Himyariah.

Bagian dari daerah Arab yang tidak pernah dijajah oleh bangsa lain adalah
Hijaz. Kota terpenting daerah ini adalah Mekah, kota suci tempat Ka'bah. Ka'bah pada
masa itu bukan saja disucikan dan dikunjungi oleh penganut-penganut bangsa asli
Mekah, tetapi juga orang-orang Yahudi yang bermukim di sekitarnya.

Untuk mengamankan para peziarah yang datang ke Mekah, diadakan


pemerintahan yang pada mulanya berada di tangan dua suku yang berkuasa, yaitu
suku Jurhum dan Ismail sebagai pemegang kekuasaan Ka'bah. Kekuasaan politik lalu
berpindah ke suku Khuza'ah dan akhirnya ke suku Quraisy di bawah pimpinan
Qushai. Suku Quraisy ini yang nantinya memegang dan mengatur politik dan juga
urusan yang berkenaan dengan Ka'bah.

10
SEBELUM kedatangan Rasulullah SAW sebagai pelita kehidupan, letak
geogra is Jazirah Arab tidaklah seperti sekarang ini. Jika kita ketahui kali ini
Jazirah Arab semakin berkembang lain halnya dengan masa lalu. Tapi, ada satu
hal yang menjadi kebanggaan di Jazirah Arab. Yakni kondisi geogra isnya yang
sangat memberikan keuntungan bagi bangsa Arab. Tapi, ada pula hal negative
dari letak geogra is yang begitu strategis ini.
Menurut bahasa kata Arab berarti padang pasir, tanah gundul dan gersang yang tiada
air dan tanamannya. Sebutan dengan istilah ini sudah diberikan sejak dahulu kepada
Jazirah Arab. Sebagaimana sebutan yang diberikan kepada suatu kaum yang
disesuaikan dengan daerah tertentu, lalu mereka menjadikannya sebagai tempat
tinggal.
Secara geogra is, Jazirah Arab dibatasi oleh Laut Merah dan Gurun Sinai di sebelah
Barat, Teluk Arab dan sebagian besar negeri Iraq Selatan di sebelah timur, laut Arab
yang bersambung dengan Samudera Hindia di sebelah selatan, dan negeri Syam dan
sebagian kecil dari Negara Iraq di sebelah utara. Meskipun ada kemungkinan sedikit
perbedaan dalam penentuan batasan ini. Luasnya membentang antara 1 x 1,3 juta
mil persegi.
Jazirah Arab memiliki peranan yang sangat besar karena kondisi alam dan letak
geora isnya. Sedangkan dilihat dari kondisi internalnya, Jazirah Arab hanya
dikelilingi gurun dan pasir di segala sudutnya. Karena kondisi seperti inilah yang
membuat Jazirah Arab seperti benteng pertahanan yang kokoh, yang tidak
memperkenankan bangsa asing untuk menjajah, mencaplok dan menguasai bangsa
Arab.
Oleh karena itu, kita bisa melihat penduduk Jazirah Arab yang hidup merdeka dan
bebas dalam segala urusan sejak zaman dahulu. Padahal pada waktu itu, mereka
hidup bertetangga dengan dua imperium besar saat itu (Romawi dan Persia), yang
serangannya tak mungkin bisa dihadang andaikan tidak ada benteng pertahanan
yang kokoh seperti itu.
Hubungannya dengan dunia luar, Jazirah Arab terletak di benua yang sudah dikenal
sejak dahulu kala, yang mempertautkan daratan dan lautan. Sebelah barat laut
merupakan pintu masuk ke Benua Afrika, sebelah timur laut merupakan kunci utama
masuk ke Benua Eropa dan sebelah timur merupakan pintu masuk bagi bangsa-
bangsa non Arab, Timur Tengan dan Timur Dekat, terus membentang ke India dan

11
Cina.
Setiap benua mempertemukan lautnya dengan Jazirah Arab dan setiap kapal
laut yang berlayar pasti akan bersandar di pinggiran wilayahnya.
Karena letak geogra is seperti itu pula, sebelah utara dan sebelah selatan Jazirah
Arab menjadi tempat berlabuh berbagai bangsa untuk saling tukar menukar
perniagaan, perdaban, agama dan seni.

Ada 5 Kebiasaan bangsa Arab hingga mereka dijuluki "Masyarakat Jahiliyah"

Kota Mekah berkembang menjadi pusat perdagangan yang makmur. Pasar-pasar


didirikan sebagai tempat berniaga ka ilah-ka ilah dagang yang datang dan pergi silih
berganti, baik pada musim panas maupun pada musim dingin.

Demikian pandainya penduduk Mekah berdagang, sampai-sampai tidak ada pihak


lain yang mampu menyaingi mereka. Akan tetapi, di samping kemajuan besar itu,
masyarakat Arab juga mengalami kemunduran luar biasa.

Itulah sebabnya mereka dijuluki masyarakat jahiliyah alias masyarakat yang diliputi
kebodohan. Itulah juga sebabnya sampai Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengutus rasul
terakhir-Nya di tempat ini. Berikut yang dilakukan bangsa Arab saat itu sehingga
mereka dijuluki " masyarakat jahiliyah":

1. Percaya Takhayul Orang-orang Arab pada masa jahiliyah amat percaya pada
takhayul.

Contohnya, mereka percaya jika burung yang mereka lihat terbang ke kiri, nasib sial
akan menimpa mereka. Sebaliknya, jika burung kebetulan terbang ke kanan nasib
baik akan datang. Kepercayaan semacam ini disebut At Tathayyur.

2. Menyembah Berhala Awal mula penyembahan berhala di Mekah adalah


ketika seorang bernama Amr bin Luhay membawa berhala besar bernama Hubal
yang dibelinya dari daerah Syam. Di Mekah, berhala Hubal ditaruh di Ka'bah dan
disuruhnya orang-orang datang menyembahnya.

Jika mereka meminta pertolongan kepada berhala, tidak segan-segan mereka


mengorbankan binatang ternak dan mengolesakan darahnya di tubuh berhala.
Bahkan, terkadang mereka sampai hati mengorbankan anak-anaknya sendiri demi
mengharapkan keridhaan berhala. Menjelang Penaklukan Mekah oleh Nabi
Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam, Ka'bah dipenuhi oleh tiga ratus enam puluh
berhala yang terbuat dari batu, kayu,perak, bahkan emas.

12
3. Gemar Mabuk dan Berjudi Judi memotong unta adalah judi yang paling
digemari orang Arab Jahiliyah.

Bilah-bilah kayu dikocok dalam kantung dan dibagikan. Orang yang mendapat undi
kosong dinyatakan kalah dan harus membayar unta yang dipotong. Daging unta
kemudian dibagikan kepada fakir miskin. Orang yang tidak suka berjudi semacam ini
dipandang sebagai seorang kikir, yang biasa disebut barm.

4. Perampok Kejam dan Tidak Sopan Mencuri dan merampok saat itu adalah
hal yang biasa.

Perampok pun bukan cuma mengincar harta dan benda, tetapi juga orang yang di
rampok menjadi tawanan dan budak belian. Perilaku bangsa Arab saat itu amat kejam
sampai melewati batas perikemanusiaan.

Anak-anak perempuannya sendiri mereka bunuh. Ada yang dibakar hidup-hidup ke


dalam tanah, ada pula yang ditaruh dalam tong dan diluncurkan dari tempat yang
tinggi. Mereka malu jika mempunyai anak perempuan. Orang jahiliyah juga tidak
mengenal sopan santun. Mereka biasa berkeliling Ka'bah tanpa memakai pakaian.

5. Memakan Bangkai Binatang Dalam urusan makan dan minum pun tidak ada
yang tidak dilarang.

Segala macam bintang boleh dimakan. Binatang yang sudah mati pun disayat
dagingnya, dibakar, dan dimakan. Mereka juga suka meminum darah binatang dan
memakan darah yang dibekukan. Begitulah kebiasaan orang-orang Arab saat itu.

Mereka adalah bangsa yang maju perdagangannya, pandai membuat perkakas,


membuat obat, ahli astronomi, serta mahir bersyair. Namun, mereka juga
mempunyai banyak kebiasaan buruk. Kebiasaan buruk masyarakat jahilayah pada
saat itu, sepertinya sekarang banyak juga yang melakukan kebiasaan itu.

Semoga kita semua selalu berada dalam lindungan Allah Subhanahu wa ta'ala.
Aamiin allahumma aamiin.

13
Arab pra Islam sering diidentikan dengan perilaku – perilaku yang tidak terpuji.
Sebut saja, mabuk, berperang, berjudi, menganggap bayi perempuan sebagai aib,
menghina yang miskin hingga menyombongkan nasab. Hal ini pun dibenarkan oleh
sumber – sumber sejarah Arab itu sendiri. Namun, ini tidak lantas menjadi alibi untuk
menggeneralisir bahwa semua perilaku Arab Jahiliah itu buruk.
Sebagaimana So iyurrahman Al Mubarakfuri menyinggung topik ini dalam Ar-Rakhiq
Al-Makhtum. Layaknya sejarawan pada umumnya, ia tidak menampik adanya
perilaku buruk masyarakat Arab pra Islam. Namun, selain keburukan menurutnya di
dalam diri bangsa Arab Jahiliah juga tersimpan 6 sifat mulia. Keenam sifat itu yakni :
1. Kedermawanan
Syiir – syiir Arab acap kali menceritakan kehidupan sehari – hari mereka. Tak
ayal satu kesenian kehormatan Arab ini menjadi salah satu sumber sejarah paling
digemari sejarawan untuk mengulik detail – detail budaya Arab kuno. Tidak
terkecuali soal kedermawanan. Ini tercermin dari ditemukannya sederat syiir Arab
bertema kedermawanan yang menjadi primadona di masanya.
Bagi Arab Jahiliah memiliki sifat dermawan merupakan sebuah kebanggaan
tersendiri. Tidak jarang mereka rela berkorban demi mengagungkan tradisi mereka
yang satu ini. Mereka sering mengaplikasikannya dalam kehidupan sosial. Misalnya,
untuk menghormati tamu.
Abdul Hamid Husein dalam Tarikh Al-'Arab Qabla Al-Islam juga membahasa
topik serupa. Menurutnya latar belakang kenapa muncul tradisi penghormatan
terhadap tamu adalah sebab Arab Jahiliah hidup di kawasan tandus, sehingga air
menjadi komoditas langka. Sementara masyarakatnya gemar mengembara dari satu
tempat ke tempat yang lain dan pastinya membutuhkan persediaan air minum.
Warga sekitar dengan sukarela menawari para pengembara ini untuk mengisi
ulang persediaan bekal. Sebab mereka tau suatu saat mereka pun akan bepergian dan
sudah tentu memerlukan bantuan dari penduduk lain. Alasan lainnya, disebutkan
bahwa penghormatan terhadap tamu adalah perantara untuk memperoleh
kedaulatan dan kemuliaan.
Dikisahkan ada seorang tamu dalam keadaan kelaparan dan kedinginan.
Sementara si tuan rumah tidak memiliki apapun kecuali seekor unta yang menjadi
sumber mata pencarian keluarga tersebut. Meski dalam kondisi pelik seperti itu,

14
mereka tindak sungkan – sungkan untuk mengorbankan unta satu – satunya,
menyembelihnya lalu menyuguhkan dagingnya untuk si tamu tadi.
Selain itu, cara mereka untuk bersikap dermawan ditunjukan dengan
meminum minuman keras. Oleh karenanya masyarakat Arab menamai tanaman
anggur dengan nama karmun, bisa dilihat akar katanya persis sama dengan karamun
(kedermawanan), hanya berbeda harakatnya saja. Sementara mereka menyebut
khamar sebagai putri dari tanaman anggur.
Perjudian bagi mereka juga identik dengan kedermawanan. Salah satu cara
untuk berderma, sebab keuntungan yang mereka peroleh dari kegiatan tersebut
diberikan kepada fakir miskin. Oleh karenanya Al Qur'an tidak menampik adanya
manfaat dari khamar dan perjudian. Hanya saja diharamkan sebab efek negatif dari
keduanya jauh lebih besar ketimbang manfaatnya.
Sebagaimana tercantum dalam surat Al – Baqarah ayat 219 : “Mereka bertanya
kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: Pada keduanya terdapat dosa yang
besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari
manfaatnya”.
2. Menepati Janji
Janji adalah hutang. Sebagian dari kita mungkin tidak asing dari jargon
tersebut. Ternyata ini adalah satu dari sekian banyak tradisi Arab setidaknya sisa –
sisanya, masih bertahan hingga kini. Dimana Arab Jahiliah meyakini bahwa janji
adalah hutang. Artinya, harus dibayar, ditunaikan dan ditepati bukannya dihiraukan,
diremehkan apalagi dilupakan begitu saja.
Konsekuensi yang mereka hadapi untuk menjaga tradisi ini cukup ekstrim.
Dikisahkan demi menunaikan janji, mereka rela hingga meluluhlantahkan rumahnya
sendiri bahkan tega sampai membunuh anak – anak yang telah mereka kandung
selama berbulan-bulan. Sebagaimana perilaku ini pernah ada dalam kisah Hani bin
Mas'ud Asy-Syaibani, Samuel bin 'Adiya dan Hajib bin Zurarah At-Tamimi.

Abdul Hamid Husein memaparkan bahwa Arab Jahiliah amat menjauhi sikap tipu
daya atau tidak memenuhi janji. Contohnya terjadi di pasar 'Ukadz. Sejumlah
pedagang membawa para penyair ulung sambil mendendangkan syair bahwa

15
pedagang tersebut tidak pernah berbuat curang, menipu atau membuat aliansi
bisnisnya menaruh kecurigaan terhadap barang dagangnya.
3. Menjaga Kehormatan Diri
Arab Jahiliah mengimplementasikan perilaku ini dalam wujud keberanian,
kesemangatan dan sikap cepat tanggap. Mereka tidak begitu suka mengutarakan
atau memperdengarkan kalimat – kalimat hinaan, namun lebih memilih berduel
mengayunkan pedang, berperang atau saling panah.
Mereka tidak peduli jika nantinya kehilangan anggota tubuhnya atau bahkan mati
pasca perkelahian. Sebab jika ada seseorang memilih mundur dan menghindari
pertumpahan darah, maka bagi mereka kehormatan dirinya telah tercoreng dan
tercederai. Dalam arti lain sudah tidak lagi memiliki harga diri. Sehingga hilang sudah
kebanggaan dirinya.
4. Memiliki tekad yang kuat
Jika masyarakat Arab Jahiliah telah memasang target tertentu, maka mereka akan
bersungguh – sungguh untuk menggapainya. Pantang menyerah, tidak peduli
sebesar apapun aral rintangan yang dihadapi. Bahkan tindakan ekstrim yang
membahayakan keselamatan jiwa pun tidak ragu untuk mereka tempuh.
5. Kehati – hatian
Tetap waspada dan hati – hati. Begitulah sikap yang telah diwarisi masyarakat Arab
Jahiliah secara turun temurun. Bisa dibilang mereka tidak sembrono dan juga tidak
acuh atau berdiam diri saja. Melalui kewaspadaan ini yang ditopang oleh keberanian
demi mempertahankan harga diri, membuat mereka yakin untuk segera
melumpuhkan orang – orang yang berseteru dengan mereka melalui pertumpahan
darah.
6. Kesederhanaan
Peradaban Arab Jahiliah saat itu masih terbilang simpel. Mungkin karena secara
geogra is mereka bukan masyarakat pesisir pantai, yang pada umumnya memiliki
keunggulan peradaban. Justru mereka terlahir di tanah tandus nan gersang. Meski
begitu, ini lah yang kemudian menjadikan mereka masih memiliki sikap jujur,
amanah jauh dari tipu daya, kecurangan atau pengkhianatan.

16
Salah satu penggerak Ekonomi Yaitu Pasar, Fungsi pasar pada masa jahiliyah adalah
sebagai tempat para penyair membaca syair-syairnya, majikan memerdekakan
hamba sahayanya, atau orang-orang yang meminta perlindungan.
Selain itu, pasar juga menjadi tempat orang yang berselisih mencari keadilan,
mencari informasi, pertemuan para pembesar kabilah, dan memamerkan atau
membangga-banggakan kabilahnya.
Islam tidak melarang pasar-pasar tersebut, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa
sallam pernah datang ke sebagian pasar tersebut untuk berdakwah.
Sebagian dari pasar tersebut tetap bertahan hingga Daulah Bani Abbasiyah.
Para sejarawan berbeda pendapat mengenai jumlah pasa di era jahiliyah. al-
Qalqasyandi mengatakan terdapat 8 pasar, tetapi al-Ya'qubi berpendapat 10 pasar, at-
Tauhidi mengatakan 11 pasar, sementara al-Marzuqi menyebut 17 pasar, al-Alusi
mengatakan 14 pasar dan Muhammad Habib menyatakan 12 pasar.
Berikut ini di antara pasar-pasar tersebut:
1. Pasar Dumatul Jandal, terletak di al-Jauf, antara Jazirah Arab dengan Syam,
dibuka setiap tanggal 1-15 Rabiul Awwal. Pengunjung pasar ini berasal dari
Arab, Irak dan Syam.
2. Pasar Hijr, terletak di Bahrain (Al-Ahsa, Arab Saudi saat ini). Dibuka setiap
bulan Rabi'uts Tsani, pengunjungnya banyak berasal dari Arab dan wilayah
sekitarnya.
3. Pasar al-Musyaqqir, terletak di Bahrain (Al-Ahsa, Arab Saudi saat ini), dibuka
setiap Jumada al-Ula. Ramai didatangi pengunjung dari Arab dan wilayah
sekitarnya, khususnya Persia.
4. Pasar Oman, terletak di pantai laut Yaman (negara Oman saat ini). Dibuka
setiap bulan Jumada ats-Tsaniyah dan 15-30 Ramadan. Banyak dikunjungi
suku Azd dan bangsa lainnya.
5. Pasar Hubasyah, terletak di Tihamah, antara Hijaz dengan Yaman. Dibuka
setiap 1-8 Rajab, dengan pengunjung dari berbagai bangsa. Pasar ini
merupakan salah satu pasar yang pernah disinggahi oleh Nabi Muhammad
shallallahu 'alaihi wa sallam dalam perjalanan dagang dengan Khadijah binti
Khuwailid sebelum menikah. Pasar ini juga masuk ke dalam jalur
perdagangan musim dingin (rihlah syita).

17
6. Pasar Sohar, terletak di pantai Oman, dibuka setiap bulan Rajab, banyak
didatangi dari berbagai bangsa.
7. Pasar Dubai, terletak di Teluk Arab, dibuka setiap Rajab sampai 10 Sya'ban,
para pengunjung berasal dari India, Sind, Tiongkok dan Arab.
8. Pasar asy-Syihr, terletak di pantai selatan antara Aden dengan Oman, dibuka
setiap 15 Sya'ban. Pasar ini hanya didatangi oleh para pedagang.
9. Pasar Aden, terletak di selatan Selat Bab el-Mandeb, dibuka setiap 1-10
Ramadan. Pengunjung pasar ini merupakan pedagang dari Arab, Habasyah
(Ethiopia) dan Persia.
10. Pasar Hadhramaut, terletak di antara Oman dan Yaman, dibuka setiap 15-30
Dzulqa'dah. Pengunjungnya berasal dari berbagai bangsa.
11. Pasar Okaz, terletak di dekat kota Taif, Hijaz, dibuka setiap 1-20/15-30
Dzulqa'dah. Pasar ini merupakan pasar Jahiliyah yang paling terkenal, pusat
perdagangan, sosial, sastra yang mempengaruhi bahasa Arab dalam
penyatuan dialek mereka. Dikunjungi oleh penduduk dari seluruh Jazirah
Arab.
12. Pasar Majinnah, terletak di dekat kota Makkah, buka setiap tanggal 20-30
Dzulqa'dah. Pusat sosial dan sastra, lebih kecil dari pasar Okaz. Banyak
didatangi pengunjung pasar Okaz serta orang-orang yang akan berihram
untuk haji.
13. Pasar Dzilmajaz, Terletak di dekat kota Makkah, dibuka setiap tanggal 1-8
Dzulhijjah. Pengunjungnya adalah para pedagang serta jamaah haji. Dari
pasar Dzilmajaz, para pengunjung bergerak menuju ke Mina (hari Tarwiyah)
untuk menunaikan ibadah haji.
14. Pasar Khaibar, terletak di utara Madinah, dibuka setelah musim haji. Banyak
dikunjungi warga Arab dan Yahudi.
15. Pasar Hijr al-Yamamah, terletak di barat al-Bahrain (al-Ahsa, Arab Saudi saat
ini) dan selatan Irak (Riyadh, saat ini). Dibuka setiap tanggal 10-30
Muharram, pusat perdagangan, sosial dan sastra, para pengunjung berasal
dari Arab.
16. Pasar Bushra, terletak di Hauran, Syam, dibuka setelah musim haji, antara
Muharram dan Rabi'ul Awwal selama 30-40 hari. Pasar ini merupakan pusat

18
perdagangan barang-barang yang berasal dari berbagai negeri, antara lain
India dan Habasyah (Ethiopia). Terkenal dengan pedang dan khamr,
pengunjungnya para pedagang Arab.
17. Pasar Dar'a, terletak di Hauran, Syam, dibuka setelah Pasar Bushra, pada
musim panas, pusat perdagangan perhiasan, dikenal dengan khamrnya.
Pengunjungnya berasal dari pedagang Arab.
18. Pasar al-Hirah, terletak di utara Kufah, Irak, pusat perdagangan dan hiburan.
Terkenal dengan minyak wangi, perhiasan, kuda, barang-barang dagangan
dari pasar-pasar Arab dan pasar-pasar negeri lainnya. Pengunjung banyak
berasal dari Arab dan Persia.
19. Pasar al-Mirbad, terletak di Basrah, Irak, merupakan pasar tetap, pusat
perdagangan dan sastra, ada hingga zaman Bani Abbasiyah. Dikunjungi para
pedagang, sastrawan dan cendikiawan Arab.

Fakta-Fakta

Pasar Ukaz merupakan tempat untuk menjual berbagai barang pelbagai


ka ilah yang menghampiri kota Mekah pada zaman Nabi Muhammad SAW.

Pasar Ukaz juga kerap digunakan sebagai tempat untuk memamerkan pelbagai syair
dan merupakan arena digelarnya pertandingan syair.

Singkat kata, Pasar Ukaz merupakan pasar kuno yang paling terkenal di Semenanjung
Arabia. Nama Ukaz diambil dari apa yang dikerjakan orang Arab di tempat tersebut,
yakni memamerkan prestasi dan nenek moyang mereka.

Karena nilai sejrahnya yang tinggi, King Faisal ibn Abdul Aziz akhirnya
meminta para ahli dan ilmuwan untuk mengidenti ikasi lokasidari Ukaz, dengan
mencari kembali catatan kuno dan dokumen sejarah yang akhirnya
diputuskanlokasinya di dekat Taif ditempat yang dikenal Al-Athdia.

Setelah ratusan tahun mati, pasar tersebut akhirnya dioperasikan kembali


dan diresmikan oleh Gubernur Mekah, Pangeran Khalid Al-Faisal, putra Raja Faisal.
dan Pasar ini juga Tempat Rasul Berdagang.

19
Kesimpulan

Peradaban Masyarakat Arab Sebelum Islam sering dikenal dengan sebutan


Arab Jahiliyah disebabkan tindakan mereka yang Tak Bermoral, seperti berperang,
berjudi, mabuk-mabukan dan hal-hal keji lainnya. Walaupun disebut jahiliyah
(bodoh), mereka telah memiliki kemampuan tinggi di bidang sastra. Kemampuan ini
sering dipertontonkan Melalui syair-syair yang diperlombakan. Syair-syair ini yang
nanti akan menjadi hal penting bagi penulisan sejarah pada masa awal Islam.

Sementara itu, Keadaan Masyarakat Arab sebelum Islam, meskipun
Masyarakat Arab sebelum Islam disinyalir belum memiliki kesadaran sejarah yang
cukup, tetapi karya sastra mereka dapat dijadikan rujukan di masa awal Islam.

Terakhir adalah Hikmah dari setelah kita tahu sejarah yang terjadi di masa
sebelum Islam datang adalah Rasa Syukur kita kepada Allah Subhananu Wata’ala
bahwa begitu beruntungnya kita hidup dimasa Islam pada saat ini. Meskipun dengan
keadaan Islam yang banyak mengalami perbedaan pendapat diantara Ulama kita.

20

Anda mungkin juga menyukai