Anda di halaman 1dari 16

Peta Konsep

Menyembah berhala:
Hubai, Lata, Uzza,
Manah.

Pandai dan pecinta syair

Peradaban Arab Sebelum


Suka minuman khamr
Kedatangan Islam dan mabuk-mabukan

Mengubur anak
perempuan hidup-hidup

Suka berkelahi dan


berperang antar kabilah

1. Peradaban Bangsa Arab Sebelum Islam


A. Peradaban Bangsa Arab Sebelum Islam
Sebelum peradaban Islam memecah di tengah-tengah masyarakat
Arab, bangsa Arab sebenarnya telah mengenal kehidupan politik,
sosial, ekonomi, bahasa, seni dan penggunaan metode berpikir,
meskipun masih sederhana. Kehidupan sosial ekonomi masyarakat
Arab sangat ditentukan dengan kondisi dan letak geografis Negara-
negara Arab itu sendiri. Bagi masyarakat pedalaman, yaitu masyarakat
Badui, kehidupan sosial ekonomi mereka biasanya dilakukan melalui
sektor pertanian terutama mereka yang mendiami daerah subur di
sekitar Oase. Akan tetapi bagi masyarakat Arab perkotaan, kehidupan
sosial ekonomi mereka sangat ditentukan oleh keahlian mereka dalam
perdagangan.
Mereka melakukan perjalanan dagang dua musim dalam setahun,
yaitu ke Negara Syam pada musim panas dan ke Negara Yaman pada
musim dingin. Di kota Mekkah terdapat pusat perdagangan, yaitu
pasar ‘Ukaz, yang dibuka pada bulan-bulam tertentu, seperti
Zulqo,dah, Zulhijjah dan Muharram. Disamping itu pada bulan-bulan
tersebut untuk melaksanakan ibadah haji. Dalam bidang bahasa dan
seni bahasa, bangsa Arab pada masa pra Islam sangat maju. Bahasa
mereka sangat indah dan kaya. Syair-syair mereka sangat banyak.
Dalam lingkungan mereka seorang penyair sangat dihormati.
Tiap tahun di pasar ‘Ukaz diadakan deklamasi sajak yang sangat
luas. Selain ‘Ukaz masih ada pasar yang dijadikan tempat
berkumpulnya para penyair, yaitu pasar Majinnah dan Zul Majaz. Di
antara pengaruh syair pada bangsa Arab ialah bahwa syair itu dapat
meninggikan derajat seseorang yang tadinya hina atau sebaliknya
menghinakan seseorang yang tadinya terhormat. Satu-satunya alat
komunikasi dan publisistik yang amat luas lapangannya yaitu
Khithabah. Disamping sebagai penyair, orang-orang Arab Jahiliyah
juga sangat fasih berpidato dengan bahasa yang indah dan
bersemangat. Para ahli pidato pada saat itu mereka mendapat derajat
tinggi seperti para penyair. Dalam bidang sosial politik, masyarakat
Arab pada masa Jahiliyah tidak memiliki sistem pemerintahan yang
mapan.
Mereka hanya mempunyai pemimpin yang disebut Syeikh atau
Amir, yang mengurusi persoalan mereka dalam masalah perang,
pembagian harta dalam pertempuran tertentu. Di luar itu seorang
Syeikh tidak berkuasa atau tidak berhak mengatur anggota kabilahnya.
Disamping itu, bangsa Arab sebelum Islam juga telah mampu
mengembangkan ilmu pengetahuan. Hal ini misalnya dapat dilihat dari
berbagai ilmu pengetahuan yang berkembang di dalam kehidupan
masyarakat Arab pada waktu itu. Di antara ilmu pengetahuan yang
mereka kembangkan adalah astronomi yang ditemukan oleh orang-
orang Babilonia.
B. Agama dan Kepercayaan Bangsa Arab
Sebagaimana sudah kita ketahui bahwa dalam cerita para nabi,
suda ada beberapa nabi yang diturunkan di negara Arab, diantaranya
Nabi Ibrahim AS. Karena itu sjak awal, ajaran tauhid sudah tertanam
di masyarakat Arab. Dan ajaran Nabi Ibrahim AS lazim juga disebut
ajaran agaman Hanif artinya yang benar dan lurus. Tetapi setelah
berjalan berpuluh-puluh abad, ajaran tersebut mengalami perubahan,
diputarbalikkan, ditambah dan dikurangi oleh para pengikutnya yang
tidak bertanggung jawab yang kemudian muncul berbagai ajaran yang
meragukan dan akhirnya jatuh menjadi agama berhala..
Sejak itulah bangsa Arab menyembah berhala. Ketika bangsa
Quraisy berkuasa lagi di Hijaz, di sekeliling Ka’bah suda penuh
dengan berhala yang berjumlah lebih dari 360 buah. Disamping
banyak lagi berhala-berhala lain, diantaranya yang penting yaitu:
a. Lata, tempatnya di Thaif.
b. Uzza, tempatnya di Hijaz, kedudukannya sesudah Hubal.
c. Manah, tempatnya di kota Madinah.
Dan masih banyak lagi berhala-berhala yang lain seperti: Asaf,
Nailah, Wudd, Yaghuts, Suwa, Ya’ng, Nashr, dan Manaf. Berhala-
berhala ini bagi bangsa Arab merupakan perantara kepada Tuhan.
Sehingga pada hakikatnya bukanlah berhala-berhala itu yang mereka
sembah namun hanya sebagai perantara (QS. Al-Zumar ; Bangsa Arab
juga menganggap bahwa malaikatlah yang menghidupkan,mematikan
dan menguasai segala gerak kehidupan manusia, bahkan ada yang
percaya bahwa malaikat adalah anak keturunan Tuhan, karena itulah
mereka menyembah malaikat. Mereka juga menganggap bahwa jin,
roh, dan hantu adalah keturunan langsung dari malaikat dan Tuhan.
Karena itu mereka mengadakan sesaji pada tempat-tempat yang
dianggap tempat tinggal jin,roh, dan hantu. Dan di sanalah orang-orang
menyembahnya. Kecuali itu ada juga yang menyembah setan atau
yang disebut Ifrit.
Selain itu mereka juga ada yang menyembah bintang, bulan, dan
matahari, karena mereka menganggap bahwa semua benda-benda alam
tersebut mempunyai kekuasaan untuk menentukan aturan-aturan
jalannya seluruh isi alam ini. Beberapa bentuk pemujaan dan
penyembahan yang dianut oleh bangsa Arab sebelum datangnya agama
Islam:
1. Menyembah malaikat, diantara bangsa Arab ada yang memuja
dan menyembah berhala dan menuhankan malaikat. Di kota
Mekkah ada sebagian bangsa Arab yang menganggap bahwa
malaikat itu adalah anak-anak Tuhan.
2. Menyembah jin, ruh, dan hantu, sebagian bangsa Arab yang
memuja hantu, jin dan ruh-ruh leluhur mereka atau
menganggap batu-batu sebagai makhluk yang terhormat.
Bahkan disuatu tempat jin yang tekenal dengan nama
“Darahim” mereka selalu mengorbankan hewan ditempat itu
agar selamat dan terhindar dari segala macam bentuk bencana.
3. Memuja bintang-bintang, yang dimaksud bintang-bintang
adalah matahari, bulan dan bintang-bintang yang
gemerlapcahayanya pada malam hari, mereka mempunyai
anggapan bintang-bintang tersebut diberikan kekuasaan dan
wewenang penuh oleh Tuhan untuk mengatur alam semesta ini.
4. Menyembah berhala, sebagian bangsa Arab menyembah dan
memuja berhala atau patung-patung yang terbuat dari batu,
kayu dan logam yang mereka buat sendiri dan dengan selera
mereka sendiri untuk lalu mereka buat untuk sesembahan
sendiri.
Pada sisi lain agama Yahudi masuk ke jazirah Arab tahun 1491
SM, mula-mula di Mesir pada zaman nabi Musa AS. Sedangkan
agama Nasrani (Kristen) masuk ke jazirah Arab kira-kira abad ke-4 M,
agama Nasrani berkembang di jazirah Arab karena mendapat
dukungan dan bantuan dari kerajaan Romawi dan Habsyi yang
mayoritas penduduknya beragama kristen. Pada masa sebelum Islam,
orang-orang Arab juga banyak percaya pada tahayul, diantara tahayul
mereka itu ialah:
1) Di dalam setiap perut orang ada ular, perasaan lapar timbul
karena ular menggigit usus manusia.
2) Mereka biasa mengenakan cincin dari tembaga atau besi,
dengan keyakinan untuk menambah kekuatan.
3) Bila mereka mengharapkan turun hujan, mereka mengikatkan
rumput kering pada ekor kambing.
C. Penghargaan Bangsa Arab Terhadap Kaum Wanita
Moral bangsa Arab pada masa Jahiliyah umumnya sangat merosot,
sehingga mencemarkan kehidupan bangsa dan Negara. Salah satu cara
mereka minum arak, ialah dengan bersama-sama dalam suatu
pertemuan sambil berjudi. Salah satu dari adat mereka yang sangat
jelek ialah mengubur anak perempuan hidup-hidup. Perbuatan kejam
dan biadab itu biasanya mereka lakukan karena takut mendapat malu
dan miskin. Mereka (laki-laki) juga memiliki kebiasaan mengawini
dan menceraiakan perempuan sesukanya dengan jumlah sesuai dengan
kemauannya. Perempuan yang ditinggalkan mati suaminya dipandang
sebagai barang warisan, sehingga timbullah hubungan perkawinan
antara anak dan istri ayahnya atau ibu tirinya.
D. Kisah Pasukan Gajah
Ringkasan kisah pasukan gajah adalah ketika Abrahah Al-Habsyi
Gubernur Yaman melihat bangsa Arab berbondong-bondong ke
Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Maka ia membangun gereja
besar di Shan’a dan ia ingin mengalihkan bangsa Arab untuk
menunaikan ibadah haji di sana. Hal ini didengar oleh seseorang dari
Bani Kinanah, salah satu suku Arab, lalu ia memasuki gereja tersebut
dan melumuri temboknya dengan kotoran. Tatkala mengetahui hal itu,
Abrahah berkobar marah dan segera berangkat menuju Ka’bah dengan
membawa pasukan yang berjumlah 60.000 personel untuk
menghancurkan Ka’bah. Ia memilih untuk dirinya gajah yang paling
besar, sementara pada pasukannya terdapat sembilan ekor gajah. Ia
melanjutkan perjalanannya hingga hampir tiba di kota Mekkah. Di
sana pasukannya bersiap-siap untuk memasuki kota Makkah, namun
gajah-gajah tersebut diam dan tidak mau beranjak maju ke Ka’bah.
Dan ketika ia mengarahkannya kearah lain, gajah-gajah tersebut
bangkit dan bergegas melangkah. Namun ketika mereka palingkan ke
Ka’bah lagi, gajah-gajah tersebut kembali diam tak bergerak.
Ketika itulah, Allah mengutus kepada mereka burung-burung
Ababil (yang berbondong-bondong) untuk melempari mereka dengan
batu yang berasal dari tanah yang terbakar, dan membuat mereka
seperti daun-daun yang dimakan ulat.
Akan tetapi setelah ia mengelilingi beberapa rumah, ternyata ia tidak
mendapatkan yang dicari, dan tidak menjumpai bayi yang akan dibawa
untuk disusui agar upahnya dapat meringankan kesulitan dan kerasnya
kehidupan, khususnya pada tahun paceklik saat itu. Akhirnya ia
berpikir untuk kembali ke rumah Aminah dan rela menerima anak
yatim dan upah sedikit. Halimah datang ke Mekkah bersama suaminya
dengan mengendarai seekor unta kurus dan sangat lamban, sementara
dalam perjalanan pulangnya ia menggendong Rasulullah dalam
pangkuannya. Namun unta tersebut berlari dengan kencang dan semua
hewan tunggangan lainnya tertinggal dibelakangnya yang membuat
heran teman-teman seperjalanannya. Halimah juga bercerita bahwa
sebelumnya puting susunya tidak memancarkan air susu sedikitpun,
dan bayi yang disusuinya selalu menangis karena kelaparan. Namun
ketika Rasulullah menyedot susunya seketika air susunya keluar
dengan deras. Ia juga bercerita tentang kekeringan tanah miliknya di
perkampungan Bani Sa’ad. Namun ketika ia mendapat kehormatan
dengan menyusui bayi ini, tanah dan ternaknya dapat berproduksi dan
kondisinya berubah total dari sengsara dan melarat menjadi senang dan
berada.
Muhammad menghabiskan masa dua tahun dalam penjagaan
Halimah yang sangat menyayanginya, ia merasakan dari lubuk hatinya
segala sesuatu dan kondisi luar biasa yang meliputi bayi ini. Setelah
masa dua tahun, Halimah membawa Muhammad ke ibundanya dan
kakeknya di Mekkah. Namun ketika Halimah melihat perubahan yang
terjadi pada kendaraanya yang dipengaruhi oleh keberkahan
Muhammad ia memohon kepada Aminah agar menyetujui Muhammad
tetap bersamanya untuk kedua kalinya, dan Aminah pun
menyetujuinya. Akhirnya Halimah kembali ke perkampungan Bani
Sa’ad dengan membawa anak yatim ini, yang melimpahkan
kesenangan baginya dan mengelilinginya dengan kebahagiaan.
Peta Konsep

Keras ramah

pemabuk Pemaaf

Penjudi Penolong

versus
Karakter pendenda Kaih Kebribadian
Penduduk m sayang Rasulullah

Pembunuh Lemah
lembut

Tidak Mau Sabar dan


Mengalah Tabah

Hasilnya

Masyarakat islam yang


beradaban
Peradaban Bangsa Arab Sebelum Islam

A. Peradaban Bangsa Arab Sebelum Islam


Sebelum peradaban Islam memecah di tengah-tengah masyarakat
Arab, bangsa Arab sebenarnya telah mengenal kehidupan politik,
sosial, ekonomi, bahasa, seni dan penggunaan metode berpikir,
meskipun masih sederhana. Kehidupan sosial ekonomi masyarakat
Arab sangat ditentukan dengan kondisi dan letak geografis Negara-
negara Arab itu sendiri. Bagi masyarakat pedalaman, yaitu masyarakat
Badui, kehidupan sosial ekonomi mereka biasanya dilakukan melalui
sektor pertanian terutama mereka yang mendiami daerah subur di
sekitar Oase. Akan tetapi bagi masyarakat Arab perkotaan, kehidupan
sosial ekonomi mereka sangat ditentukan oleh keahlian mereka dalam
perdagangan.
Mereka melakukan perjalanan dagang dua musim dalam setahun,
yaitu ke Negara Syam pada musim panas dan ke Negara Yaman pada
musim dingin. Di kota Mekkah terdapat pusat perdagangan, yaitu
pasar ‘Ukaz, yang dibuka pada bulan-bulam tertentu, seperti
Zulqo,dah, Zulhijjah dan Muharram. Disamping itu pada bulan-bulan
tersebut untuk melaksanakan ibadah haji. Dalam bidang bahasa dan
seni bahasa, bangsa Arab pada masa pra Islam sangat maju. Bahasa
mereka sangat indah dan kaya. Syair-syair mereka sangat banyak.
Dalam lingkungan mereka seorang penyair sangat dihormati.
Mereka ini pindah ke negera Arab pada waktu Negara mereka
diserang oleh bangsa Persia. Dari mereka inilah bangsa Arab belajar
banyak ilmu astronomi. Selain itu bangsa Arab sebelum lahirnya
agama Islam telah mampu mengembangkan ilmu meteorologi atau
ilmu iklim, astrologi atau ilmu perbintangan. Pada awalnya ilmu ini
dipergunakan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya suatu
peristiwa, separti perang, damai, dan sebagainya, yang didasarkan pada
bintang-bintang. Ilmu tenung yang banyak disukai masyarakat Arab,
berasal dari orang-orang Kaldam yang tata sosial bangsa Arab sebelum
Islam terkenal pemberani di dalam membela kepentingannya. Mereka
juga terkenal dengan pendiriannya yang kokoh dan tidak mau
mengubah pendirian serta tata cara hidup yang sudah menjadi
kebiasaanya, namun ada sisi kebiasaan yang baik yaitu suka
menghormati dan memuliakan tamu.
B. Agama dan Kepercayaan Bangsa Arab
Sebagaimana sudah kita ketahui bahwa dalam cerita para nabi,
sudah ada beberapa nabi yang diturunkan di negara Arab, diantaranya
Nabi Ibrahim AS. Karena itu sjak awal, ajaran tauhid sudah tertanam
di masyarakat Arab. Dan ajaran Nabi Ibrahim AS lazim juga disebut
ajaran agaman Hanif artinya yang benar dan lurus. Tetapi setelah
berjalan berpuluh-puluh abad, ajaran tersebut mengalami perubahan,
diputarbalikkan, ditambah dan dikurangi oleh para pengikutnya yang
tidak bertanggung jawab yang kemudian muncul berbagai ajaran yang
meragukan dan akhirnya jatuh menjadi agama berhala.
Pada masa Jahiliyah orang Arab banyak yang menyembah berhala
atau patung-patung yang mereka buat dari batu, kayu dan ada juga
yang dari logam. Bangsa Arab mulai menyembah berhala ketika
Ka’bah berada di bawah kekuasaan Jurhum. Pasukan yang dipimpin
oleh Amr bin Lubayi dari keturunan Khuza’ah datang ke Mekkah dan
berhasil mengalahkan Jurhum. Kemudian Amr bin Lubayi meletakkan
sebuah berhala besar bernama Hubal yang terbuat dari batu akik merah
berbentuk patung orang, yang ditempatkan di sisi Ka’bah. Kemudian
ia menyeru kepada penduduk Hijaz supaya menyembah berhala itu.
Sejak itulah bangsa Arab menyembah berhala. Ketika bangsa
Quraisy berkuasa lagi di Hijaz, di sekeliling Ka’bah suda penuh
dengan berhala yang berjumlah lebih dari 360 buah. Disamping
banyak lagi berhala-berhala lain, diantaranya yang penting yaitu:
a. Lata, tempatnya di Thaif.
b. Uzza, tempatnya di Hijaz, kedudukannya sesudah Hubal.
c. Manah, tempatnya di kota Madinah.
Dan masih banyak lagi berhala-berhala yang lain seperti: Asaf,
Nailah, Wudd, Yaghuts, Suwa, Ya’ng, Nashr, dan Manaf. Berhala-
berhala ini bagi bangsa Arab merupakan perantara kepada Tuhan.
Sehingga pada hakikatnya bukanlah berhala-berhala itu yang mereka
sembah namun hanya sebagai perantara (QS. Al-Zumar ; 3). Selain itu
mereka juga ada yang menyembah bintan, bulan, dan matahari, karena
mereka menganggap bahwa semua benda-benda alam tersebut
mempunyai kekuasaan untuk menentukan aturan-aturan jalannya
seluruh isi alam ini. Beberapa bentuk pemujaan dan penyembahan
yang dianut oleh bangsa Arab sebelum datangnya agama Islam:
1. Menyembah malaikat, diantara bangsa Arab ada yang memuja
dan menyembah berhala dan menuhankan malaikat. Di kota
Mekkah ada sebagian bangsa Arab yang menganggap bahwa
malaikat itu adalah anak-anak Tuhan.
2. Menyembah jin, ruh, dan hantu, sebagian bangsa Arab yang
memuja hantu, jin dan ruh-ruh leluhur mereka atau
menganggap batu-batu sebagai makhluk yang terhormat.
Bahkan disuatu tempat jin yang tekenal dengan nama
“Darahim” mereka selalu mengorbankan hewan ditempat itu
agar selamat dan terhindar dari segala macam bentuk bencana.
3. Memuja bintang-bintang, yang dimaksud bintang-bintang
adalah matahari, bulan dan bintang-bintang yang
gemerlapcahayanya pada malam hari, mereka mempunyai
anggapan bintang-bintang tersebut diberikan kekuasaan dan
wewenang penuh oleh Tuhan untuk mengatur alam semesta ini.
4. Menyembah berhala, sebagian bangsa Arab menyembah dan
memuja berhala atau patung-patung yang terbuat dari batu,
kayu dan logam yang mereka buat sendiri dan dengan selera
mereka sendiri untuk lalu mereka buat untuk sesembahan
sendiri.
Orang-orang Arab juga banyak percaya pada tahayul, diantara tahayul
mereka itu ialah:
1) Di dalam setiap perut orang ada ular, perasaan lapar timbul
karena ular menggigit usus manusia.
2) Mereka biasa mengenakan cincin dari tembaga atau besi,
dengan keyakinan untuk menambah kekuatan.
3) Bila mereka mengharapkan turun hujan, mereka mengikatkan
rumput kering pada ekor kambing.

C. Penghargaan Bangsa Arab Terhadap Kaum Wanita


Moral bangsa Arab pada masa Jahiliyah umumnya sangat merosot,
sehingga mencemarkan kehidupan bangsa dan Negara. Salah satu cara
mereka minum arak, ialah dengan bersama-sama dalam suatu
pertemuan sambil berjudi. Siapa yang menang segera memotong unta
dari taruhan judinya, kadang-kadang sampai puluhan unta yang
dipotong dalam sekali main dan minum.
Salah satu dari adat mereka yang sangat jelek ialah mengubur anak
perempuan hidup-hidup. Perbuatan kejam dan biadab itu biasanya
mereka lakukan karena takut mendapat malu dan miskin. Mereka (laki-
laki) juga memiliki kebiasaan mengawini dan menceraiakan
perempuan sesukanya dengan jumlah sesuai dengan kemauannya.
Perempuan yang ditinggalkan mati suaminya dipandang sebagai
barang warisan, sehingga timbullah hubungan perkawinan antara anak
dan istri ayahnya atau ibu tirinya.
D. Kisah Pasukan Gajah
Ringkasan kisah pasukan gajah adalah ketika Abrahah Al-Habsyi
Gubernur Yaman melihat bangsa Arab berbondong-bondong ke
Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Maka ia membangun gereja
besar di Shan’a dan ia ingin mengalihkan bangsa Arab untuk
menunaikan ibadah haji di sana. Hal ini didengar oleh seseorang dari
Bani Kinanah, salah satu suku Arab, lalu ia memasuki gereja tersebut
dan melumuri temboknya dengan kotoran. Tatkala mengetahui hal itu,
Abrahah berkobar marah dan segera berangkat menuju Ka’bah dengan
membawa pasukan yang berjumlah 60.000 personel untuk
menghancurkan Ka’bah. Ia memilih untuk dirinya gajah yang paling
besar, sementara pada pasukannya terdapat sembilan ekor gajah. Ia
melanjutkan perjalanannya hingga hampir tiba di kota Mekkah. Di
sana pasukannya bersiap-siap untuk memasuki kota Makkah, namun
gajah-gajah tersebut diam dan tidak mau beranjak maju ke Ka’bah.
Dan ketika ia mengarahkannya kearah lain, gajah-gajah tersebut
bangkit dan bergegas melangkah..
Ketika itulah, Allah mengutus kepada mereka burung-burung
Ababil (yang berbondong-bondong) untuk melempari mereka dengan
batu yang berasal dari tanah yang terbakar, dan membuat mereka
seperti daun-daun yang dimakan ulat. Setiap burung membawa tiga
buah batu, satu di paruh dan yang dua lainnya di kedua kakinya.
Mereka berhamburan keluar dan berguguran di jalan. Sedangkan
Abrahah sendiri terserang penyakit yang yang membuat ujung-ujung
jarinya rontok, dan ia sampai ke Shan’a dalam kondisi seperti anak
burung. Hingga akhirnya ia pun menemui ajalnya.
Sedangkan kaum Quraisy, mereka berpencar-pencar di jalan-jalan
setapak yang ada pada kaki gunung dan berlindung di gunug-gunung.
Mereka mengkhawatirkan diri mereka dari pasukan Abrahah. Tatkala
peristiwa itu menimpa pasukan Abrahah, barulah mereka mulai
kembali ke rumah masing-masing dengan selamat. Peristiwa ini terjadi
50 hari sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW. Ketika itu, adat
kebiasaan bangsa Arab adalah mencarikan untuk bayi-bayi mereka
para wanita pedalaman yang mau menyusui mereka agar badan mereka
bisa tumbuh secara normal. Pada saat kelahiran Muhammad, Akan
tetapi setelah ia mengelilingi beberapa rumah, ternyata ia tidak
mendapatkan yang dicari, dan tidak menjumpai bayi yang akan dibawa
untuk disusui agar upahnya dapat meringankan kesulitan dan kerasnya
kehidupan, khususnya pada tahun paceklik saat itu. Akhirnya ia
berpikir untuk kembali ke rumah Aminah dan rela menerima anak
yatim dan upah sedikit. Halimah datang ke Mekkah bersama suaminya
dengan mengendarai seekor unta kurus dan sangat lamban, sementara
dalam perjalanan pulangnya ia menggendong Rasulullah dalam
pangkuannya. Namun unta tersebut berlari dengan kencang dan semua
hewan tunggangan lainnya tertinggal dibelakangnya yang membuat
heran teman-teman seperjalanannya.
Muhammad menghabiskan masa dua tahun dalam penjagaan
Halimah yang sangat menyayanginya, ia merasakan dari lubuk hatinya
segala sesuatu dan kondisi luar biasa yang meliputi bayi ini. Setelah
masa dua tahun, Halimah membawa Muhammad ke ibundanya dan
kakeknya di Mekkah. Namun ketika Halimah melihat perubahan yang
terjadi pada kendaraanya yang dipengaruhi oleh keberkahan
Muhammad ia memohon kepada Aminah agar menyetujui Muhammad
tetap bersamanya untuk kedua kalinya, dan Aminah pun
menyetujuinya. Akhirnya Halimah kembali ke perkampungan Bani
Sa’ad dengan membawa anak yatim ini, yang melimpahkan
kesenangan baginya dan mengelilinginya dengan kebahagiaan.
E. Peristiwa Pembelahan Dada
Pada suatu hari, ketika itu Muhammad mendekati usia empat tahun,
tepatnya di saat beliau bersama Halimah bermain jauh dari
perkemahan. Maka datanglah putra Halimah sambil berlari, sedang
pada raut mukanya terlihat tanda-tanda kecemasan. Ia meminta agar
Halimah menyusul saudaranya Muhammad, lalu Halimah pun
menanyakan tentang permasalahannya. Kemudian anak ini berkata
“Sungguh saya melihat dua orang laki-laki berpakaian putih, mereka
mengambil Muhammad dari kami dan menelentangkannya, lalu
mereka membelah dadanya”. Dan anak ini sebelum melanjutkan
ceritanya, Halimah berlari menghampiri Muhammad. Dia melihat
Muhammad berdiri di tempatnya tanpa bergerak, wajahnya terlihat
kekuning-kuningan dan pucat, lalu dengan rasa takut dan cemas
Halimah menanyakan tentang apa yang menimpanya. Lalu
Muhammad memberitahukan bahwasanya dia dalam keadaan baik, dan
menceritakan bahwa ada dua orang laki-laki berpakaian putih yang
mengambilnya, membelah dadanya untuk mengeluarkan hatinya, lalu
mengeluarkan segumpal darah hitam darinya, lalu membuangnya. Lalu
mencuci hatinya dengan air dingin dan mengembalikannya ke dalam
rongga tubuh untuk kemudian mengusap dadanya. Setelah itu mereka
meninggalkan tempat dan menghilang.
Halimah berusaha meraba-raba tempat dada yang dibelah, ia tidak
melihat bekas sedikit pun, kemudian ia kembali bersama Muhammad
ke rumahnya. Menjelang fajar pada hari berikutnya, Halimah
membawa Muhammad kepada ibundanya di Mekkah. Aminah merasa
heran dengan kembalinya Halimah bukan pada waktunya, padahal ia
sangat menyukai anak ini. Lalu ia menanyakan penyebabnya, dan
Halimah pun menceritakan tentang peristiwa pembelahan dada
Muhammad kepadanya. Aminah keluar bersama putranya yang yatim
itu ke Yatsrib (Madinah) untuk mengunjungi paman-pamannya dari
Bani Najjar dan menetap beberapa hari disana. Dan dalam perjalanan
pulangnya, ajal pun menjemputnya, yaitu di tempat yang bernama
Abwa’. Dan di tempat itu pula dia dikebumikan. Muhammad berpisah
dengan ibundanya dalam usia empat tahun, dan di tangan kakeknya,
Abdul Muthalib, ia mendapatkan gantinya. Lalu Abdul Muthalib
menjaga, mengasuh, dan meberikan kasih sayang kepadanya.
Setelah genap usia enam tahu, kakeknya pun meninggal dunia.
Setelah itu, pamanya, Abu Thalib yang mengasuhnya sekalipun ia
mempunyai banyak tanggungan (keluarga) dan harta sedikit.
Pamannya demikian pula istrinya memperlakukannya seperti salah
satu dari anak-anak mereka. Anak yatim ini sangat bergantung kepada
pamanya. Dalam kondisi inilah Muhammad mulai membentuk sifat
dasarnya (karakternya). Beliau tumbuh atas dasar kejujuran dan
amanah, sehingga keduanya menjadi gelar baginya. Maka jika orang-
orang mengatakan: “Telah datang al-Amin” (orang yang dapat
dipercaya), maka bisa diketahui bahwa yang dimaksud adalah
Muhammad. Setelah melewati masa remaja dan beranjak dewasa,
Muhammad mulai berdikari dan mencari biaya hidupnya sendiri. Maka
mulailah beliau bepergian untuk bekerja dan berusaha. Beliau bekerja
sebagai pengembala kambing bagi beberapa orang Quraisy dan
menerima upahnya.
Kemudian Muhammad segera bergabung dengan rombongan dagang
ke negeri Syam. Rombongan tersebut dibiayai oleh Khadijah binti
Khuwailid, seorang wanita terpandang yang sangat kaya, dengan dana
besar. Dalam rombongan ini, Khadijah mewakilkan hartanya kepada
Maisarah, pembantunya sekaligus orang yang mengatur segala
urusannya. Dengan keberkahan dan keamanahan Rasulullah,
perdagangan Khadijah mendapatkan laba yang belum pernah dialami
sebelumnya. Lalu ia bertanya kepada Maisarah perihal penyebab laba
yang cukup besar ini. Maisarah menceritakan bahwa Muhammad bin
Abdullah yang menangani urusan barang dan penjualan, dan dia pula
yang menghadapi orang-orang dengan sangat mengagumkan. Sehingga
laba yang besar bisa diperoleh tanpa ada unsur penganiayaan. Khadijah
mendengarkan penuturan Maisarah, dan dari situlah dia mulai
mengenal beberapa hal mengenai Muhammad bin Abdullah dan
merasa kagum kepadanya.
Khadijah sebelumnya pernah menikah, tapi kemudian suaminya
meninggal dunia. Lalu ia ingin mencoba kehidupan baru dalam
tanggungan suami yang bernama Muhammad bin Abdullah. Maka ia
pun mengutus salah seorang kerabatnya untuk mengetahui tanggapan
Muhammad bin Abdullah dalam urusan tersebut, sedangkan beliau
pada waktu itu telah berusia 25 tahun. Kemudian datanglah seorang
wanita untuk menawarkan kepada beliau agar mau menikah dengan
Khadijah, dan beliau pun menyetujuinya. Akhirnya, keduanya menikah
dan masing-masing merasa bahagia. Setelah itu, Muhammad
mengambil alih dalam hal mengatur kekayaan Khadijah, dan beliau
membuktikan kepiawaian dan kemampuannya. Secara berturut-turut,
Khadijah hamil dan melahirkan hingga memiliki beberapa orang putri
yang bernama Zainab, Ruqayah, Ummu Kultsum dan Fatimah, serta
dua orang putra yang bernama Qasim dan Abdullah yang keduanya
meninggal dunia ketika masih kecil.

Anda mungkin juga menyukai