Anda di halaman 1dari 6

1.

BUDAYA ARAB SEBELUM ISLAM

Masyarakat arab sebelum islam datang dikenal dengan masyarakat jahiliyah.


Mereka hidup dalam bentuk masyarakat yang terkotak kotak, yang dibangun dengan
system kabilah-kabilah, bersuku-suku, yang mana antara kelompok yang satu dengan
lainnya seringkali terjadi pertumbuhan darah, bahkan mereka sudah terbiasa
melakukan kekerasan dan pembunuhan antara satu kelompok dengan kelompok
lainnya.1
Di kalangan mereka (bangsa Arab) terdapat beberapa kelas masyarakat, yang
kondisinya berbeda antara satu dengan lainnya. Kelas inilah sejatinya yang
menyebabkan kerusakan menjadi suatu hal yang dimaklumi. Kaum ningrat
mengeksplorasi rakyat jelata menjadi budak yang hasil jerih payah mereka
dipergunakan untuk berfoya-foya. Di sisi lain bangsa Arab memiliki kepercayaan
bahwa wanita adalah aib yang harus dikurangi jumlahnya, sehingga jika seorang ibu
melahirkan seorang bayi perempuan, maka bayi tersebut akan dibunuh atau dikubur
hidup-hidup. Selain itu jika mereka berhasil menaklukkan suatu kaum maka kaum
wanitanya akan diperkosa beramai-ramai di depan keluarganya. Setidaknya dua hal
tersebut menjadi alasan mengapa bangsa Arab mengharuskan membunuh anak-anak
perempuannya.
Secara garis besarnya, kondisi sosial mereka bisa dikatakan lemah dan buta.
Kebodohan mewarnai segala aspek kehidupan, khurafat tidak bisa dilepaskan,
manusia hidup layaknya binatang, wanita diperjualbelikan dan kadang-kadang
diperlakukan layaknya benda mati. Hubungan di tengah umat sangat rapuh dan
gudang-gudang pemegang kekuasaan dipenuhi kekayaan yang berasal dari rakyat,
atau sesekali rakyat diperlukan untuk menghadang serangan musuh. Selain itu bangsa
Arab juga tidak mengenal perindustrian dan kerajinan. Kalaupun di sana terdapat hasil
kerajinan semua itu berasal dari rakyat Yaman, Hirah dan pinggiran Syam.
Peperangan, kemiskinan, kelaparan dan orang-orang yang telanjang merupakan
pemandangan yang biasa di tengah masyarakat Arab saat itu. 2

1
K. Ali, Study of Islamic History, terj., (Jakarta: Grafindo Persada, 1997), hal.20
2
Syaikh Shafiyyur Rahman al-Mubarakfury, Sirah Nabawiyah, alih bahasa Kathur Suhardi. (Jakarta :
Pustaka al-Kautsar 2007), hal. 62
Kompleksitas masalah yang terjadi pada masyarakat arab jahiliyah inilah yang
membuat nabi Muhammad termotivasi untuk mencari jalan keluar dengan cara
mengasingkan diri berkhulwat di Gua Hira’. Di sana Nabi Muhammad berhari-hari dan
berbulan-bulan melakukan kontemplasi dan bertafakur. Tidak henti-hentianya ia
melakukan hal tersebut sampai menjelang usianya yang keempat puluh. Dan akhirnya
pada tanggal 17 Ramadhan tahun 611 M, malaikat pembawa wahyu datang dengan
membawa wahyu yang pertama: “Bacalah dengan nama tuhanmu yang telah mencipta.
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan tuhanmu itu maha
mulia. Dia telah mengajar dengan Qolam. Dia telah mengajar manusia apa yang tidak
mereka ketahui” (QS. al-Alaq ayat:1-5’).
Dengan turunnya ayat di atas, merupakan sebuah petanda bahwasanya
Muhammad telah resmi diangkat sebagai seorang Nabi. Sekeligus mengakhiri zaman
jahiliyah masyarakat arab. Dan selang beberapa bulan kemudian beliau menerima
wahyu yang berisi perintah untuk mendakwahkan islam kepada semua manusia. Hal
tersebut tergamabar dalam surat al-Muddatsir ayat 1-7:
“Hai orang-orang berkemul, bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan tuhanmu
agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlan, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan
janganlah kamu memberi dengan maksud mendapatkan balasan yang lebih banyak.
Dan untuk memenuhi perintah tuhanmu bersabarlah”, (Q,S. al-Mdtssir, 1-7).
Dengan diturunkannya ayat di atas, memberikan sebuah pengertian bahwa sejak
itulah nabi Muhammad secara defacto telah resmi diangkat menjadi rasulullah dengan
mengemban tugas untuk memberi peringatan bagi seluruh manusia.

2. KONDISI BANGSA ARAB DI MASA NABI SAW SETELAH ISLAM MASUK.


Setelah terjadinya penaklukkan terhadap kota Mekah, penduduk kota tersebut
yang masih menganut kepercayaan watsani tiba-tiba berbondong-bondong
menyatakan bahwa mereka masuk Islam.
Maka sejak itu terjadi perubahan-perubahan yang besar terhadap mereka baik
dari segi watak, budaya dan kepercayaan. Dari segi watak, perubahan yang terjadi
yaitu bangsa Arab yang semula sangat bangga dengan kabilah, darah dan turunannya
masing-masing maka ketika Islam telah menjadi agama yang mereka anut mereka
dipersatukan di atas suatu bendera dengan satu nama yaitu Islam.3
Sehingga bangsa Arab saat itu saling menghormati satu sama lain dan karena itu
pula perselisihan-perselisihan antar kabilah yang sering terjadi pada masa jahiliyah
dapat dihindarkan.Islam juga mengajarkan untuk saling menyayangi satu sama lain
,menyambung tali silaturahim dan bertetangga dengan baik.4
3. TRADISI BANGSA ARAB DI MASA NABI SAW
a. Tradisi Sosial
Satu pengaruh yang menonjol dari Islam terhadap mental bangsa Arab ialah
timbulnya kesadaran akan arti dan pentingnya disiplin dan ketaatan. Sebelum
Islam, keinsyafan yang demikian itu sangat tipis bagi mereka. Padahal untuk
membina suatu masyarakat yang teratur dan tertib amat diperlukan disiplin dan
kepatuhan kepada pimpinan, hal ini pada masa Jahiliyah belum jelas kelihatan.
Dalam mengatur masyarakat, Islam mengharamkan menumpahkan darah dan
dilarangnya orang menuntut bela dengan cara menjadi hakim sendiri-sendiri
seperti zaman Jahiliyah, tetapi Islam menyerahkan penuntutan bela itu kepada
pemerintah. Islam pula banyak meletakkan dasar-dasar umum masyarakat yang
mengatur hubungan antara individu dengan individu, antara individu dengan
masyarakatnya, antara suatu kelompok masyarakat dengan kelompok lainnya,
hukum keluarga sampai kepada soal bernegara. Islamlah yang pertama-pertama
mengangkat derajat wanita; memberikan hak-hak kepada wanita sesuai dengan
wanitaannya. Islam menegakkan pula ajaran persamaan antara manusia dan
memberantas perbudakan.
Sesudah bangsa Arab memeluk Islam kekabilahan mulai ditinggalkan, dan
timbullah tradisi kesatuan persaudaraan dan kesatuan agama, yaitu kesatuan
umat manusia di bawah satu naungan panji kalimat syahadat. Tradisi yang
semulanya dasar pertalian darah diganti dengan dasar pertalian agama.
Demikianlah bangsa Arab yang tadinya hidup bercerai berai, berkelompok-
kelompok, berkat agama Islam mereka menjadi satu kesatuan bangsa, kesatuan

3
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, ( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1993), hlm 9.
4
M. Fethullan Gulen, Versi terdalam : Kehidupan Rasul Allah Muhammad SAW, (Jakarta : Murai
Kencana, 2002), hlm 65
umat, yang mempunyai pemerintahan pusat, dan mereka tunduk kepada satu
hukum yaitu hukum Allah dan Rasul-Nya.
b. Tradisi keagamaan (Ideologi)
Ketika cahaya ad-Din al-hanif merebak kembali, dengan bi’tsah penutup
para Nabi (Muhammad saw), wahyu Ilahi datang menyentuh segala kegelapan
dan kesesatan yang telah berakar selama rentang zaman tersebut. Kemudian
menghapuskan dan menyinarinya dengan cahaya iman tauhid dan prinsip-
prinsip keadilan, di samping menghidupkan kembali “sisa-sisa” hanifiyah yang
ada. Maka Jahiliyah sudah mulai “menyadari” jalan terbaik yang harus diikutinya,
tidak lama sebelum bi’tsah Rasulullah saw. Pemikiran-pemikiran Arab sudah
mulai menentang kemusyrikan, penyembahan berhala dan segala khurafat
Jahiliyah. Puncak kesadaran dan revolusi ini tercermin dengan bi’tsah Nabi saw
dan dakwahnya yang baru.
Makna dari pemikiran ini, bahwa sejarah Jahiliyah semakin terbuka kepada
hakekat-hakekat tauhid dan sinar hidayah. Yakni semakin jauh dari zaman
Ibrahim as. Mereka semakin dekat dengan prinsip-prinsip dan dakwahnya,
sehingga mencapai titik puncaknya pada bi’tsah Rasulullah saw. Reruntuhan
rambu-rambu hanifiyah pada bangsa Arab di masa bi’tsah Nabi saw tercermin
pada percikan-percikan kebencian kepada berhala dan keengganan untuk
menyembahnya,sehingga mereka beralih kepada nilai-nilai Islam.
Rasulullah saw banyak menetapkan tradisi-tradisi dan prinsip-prinsip yang
sebelumnya telah berkembang di kalangan orang Arab. Tetapi pada waktu yang
sama, Rasulullah juga menghapuskan dan memerangi yang lainnya. Meskipun
demikian, di zaman Rasulullah juga masih terdapat golongan yang
mempertahankan tradisi atau mereka yang lama (menyembah berhala) yaitu
kaum Quraisy. Mereka senantiasa beruapaya menentang ajaran Islam bahkan
seringkali mengganggu jalannya aktivitas dakwah Rasulullah. Namun hal itu
tidak membuat Rasul gentar bahkan semakin memperkuat dan memperkokoh
perjuangannya dalam menyiarkan Islam, terbukti dengan tersebar luasnya Islam
hingga saat ini.
c. Tradisi Budaya
Islam diturunkan kepada Rasulullah saw agar disampaikan kepada seluruh
umat manusia dan menjadi petunjuk kebenaran kepada seluruh umat manusia
sampai akhir masa. Rasulullah saw adalah orang Arab yang hidup dalam
kebudayaan Arab. Oleh karena itu beliau berbicara dalam bahasa Arab dan
berpakaian masyarakat Arab. Bagi umat Islam Arab, tradisi kebudayaan Islam
berkembang dalam bentuk kebudayaan-peradaban Arab. Tradisi kebudayaan
masyarakat Arab pada zaman Islam mengalami perbaikan dan perkembangan
sesuai dengan syariat Islam. Sedikit demi sedikit budaya dan tradisi-tradisi lama
yang dianggap menyimpang mulai menghilang.
Perkembangan kebudayaan Islam yang paling menonjol dalam sejarah
adalah budaya intelektual Islam. Untuk itu dapat diketahui bahwa
perkembangan kebudayaan Islam beranjak dari perkembangan ilmu
pengetahuan yang kemudian banyak melahirkan tokoh-tokoh intelektual
muslim.
Sejarah mencatat bahwa Islam lahir sekitar abad ketujuh masehi. Generasi
pertama muslim telah lahir ilmuan-ilmuan multidisiplin, seperti dalam bidang
bahasa dan sastra telah lahir banyak tokoh salah satunya Hasan bin Tsabit, dalam
bidang strategi perang lahir panglima-panglima yang tidak hanya memiliki
keberanian tetapi juga strategi yang jitu salah satu diantaranya Khalid bin Walid
yang mampu mengalahkan imperium Romawi sebagai negara adi daya pada
masa itu, begitu pula dalam bidang ekonomi, politik, kedokteran dan lain-lain.
Meskipun pada masa tersebut tidak secara tegas diklasifikasikan tokoh-tokoh
tersebut dalam berbagai disiplin, karena seorang ilmuwan kadang menguasai
lebih dari satu cabang.
Para ilmuwan muslim juga telah melahirkan sistem berfikir atau metode
berijtihad dalam disiplin ilmu tertentu yang dikenal dengan mazhab. Diantara
para ilmuwan tersebut adalam Imam Hanafi, Imam Malik, Imam Safi’i dan Imam
Hambali dalam disiplin ilmu Fikih. Perkembangan pemikiran Islam di bidang
Fikih kemudian diiringi dengan perkembangan pemikiran-pemikiran di bidang
keilmuwan yang lain yang banyak melahirkan ilmuan muslim, seperti Umar
Khayyam, Ibnu Sina, Al-Gazhali, Al-Kindi, Al-Khawarizmi, Al-Farabi dan lain-lain.
Selain budaya intelektual pada masyarakat Arab juga terdapat hasil
kebudayaan dalam bentuk bangunan (arsitektur), yakni masjid sebagai pusat
kebudayaan Islam. Aktivitas pertama Rasulullah ketika tiba di Madinah adalah
membangun Masjid karena masjid merupakan tempat yang dapat menghimpun
berbagai jenis kaum muslimin. Di dalam masjid, seluruh muslim dapat
membahas dan memecahkan persoalan hidup, bermusyawarah untuk
mewujudkan berbagai tujuan, menjauhkan diri dari kerusakan, serta
mengahadang berbagai penyelewengan akidah. Bahkan masjid pun dapat
menjadi tempat mereka berhubungan dengan Penciptanya dalam rangka
memohon ketentraman dan pertolongan Allah.
Berdasarkan uraian tersebut dapat jelas terlihat bahwasanya bangsa Arab
di zaman Islam telah mencapai kebudayaan dan peradaban tinggi. Bahkan
bangsa Arab yang sederhana akhirnya dapat menaklukkan tradisi kebudayaan
bangsa lain namun tidak luluh tehadap kebudayaan bangsa taklukannya
melainkan telah memberi bentuk yang lebih positif kepada kebudayaan bangsa
lain.
Dilihat dari segi budaya,perubahan tradisi yang terjadi ialah:
1) Bangsa Arab yang semula sangat gemar melantunkan dan mendengarkan
syair-syair para penyair di pasar Ukaz pada zaman Islam, mereka asik
membaca Qur'an siang dan malam.
2) Kebiasaan meratap yang sering dilakukan pada masa jahiliah mereka
tinggalkan. Karena agama Islam telah melarang perbuatan meratap.
3) Pada zaman Islam, bangsa Arab juga telah merubah kebiasaan mereka yang
suka membunuh anak perempuan yang baru lahir.
4) Terhapusnya sistem perbudakan karena dalam Islam semua orang memiliki
hak yang sama.
5) Adanya pengaturan terhadap pernikahan. Sehingga kebiasaan mengawini
janda bekas ayah yang dilakukan oleh masyarakat jahiliah dilarang.[4]
6) Perubahan-perubahan yang dibawa Islam dalam sistem kepercayaan bangsa
Arab sangat jelas terlihat. Bangsa Arab tidak lagi menyembah berhala,
matahari dan bulan. Mereka mengamalkan ajaran-ajaran islam seperti : salat,
puasa, membayar zakat, dan berhaji.5

5
M. Fethullan Gulen, Versi terdalam : Kehidupan Rasul Allah Muhammad SAW, (Jakarta : Murai
Kencana, 2002), hlm 67-69

Anda mungkin juga menyukai