2) Paragraf penghubung
Yang dimaksud dengan paragraf penghubung adalah paragraf-paragraf
yang terdapat antara paragraf pembuka dengan paragraf penutup. Paragraf
penghubung pada hakikatnya merupakan isi atau inti permasalahan yang
dibicarakan dalam sebuah karangan. Oleh karena itulah, paragraf-paragraf
3
penghubung ini harus disusun sedemikian rupa sehingga hubungan antarparagraf itu
teratur, serta disusun secara logis.
Sifat paragraf penghubung tergantung dari jenis karangannya. Dalam
karangan-karangan yang bersifat deskriptif, naratif, atau biografi dan eksposisi,
paragraf-paragraf itu disusun berdasarkan suatu perkembangan yang logis. Bila
uraian itu mengandung pertentangan pendapat, maka beberapa paragraf disiapkan
sebagai dasar atau landasan untuk kemudian melangkah kepada paragraf-paragraf
yang menekankan pendapat pengarang.
3) Paragraf penutup
Paragraf penutup disebut juga paragraf kesimpulan karena paragraf ini
mengakhiri karangan atau bagian karangan dan merupakan kesimpulan dari inti
permasalahan yang telah dibicarakan pada paragraf penghubung. Sebaiknya
paragraf penutup tidak terlalu panjang. Meskipun demikian, paragraf ini harus
merupakan suatu kesimpulan yang bulat.
Paragraf penutup untuk karangan yang satu tentu saja berbeda dengan
paragraf penutup untuk karangan yang lain. Paragraf politis berupa ramalan masa
depan. Dalam biografi, penilaian atas karya dan pengaruh orang tersebut merupakan
kesimpulan yang baik, sedang dalam karangan yang, lain, paragraf penutup dapat
berupa ringkasan persoalan yang dibicarakan dalam paragraf penghubung yang
dijalin dengan pandangan pribadi penulis.
Sebagai contoh paragraf penutup, perhatikan kutipan di bawah ini.
Pemilu tinggal beberapa hari lagi. Masyarakat dunia akan melihat siapa
yang akan tampil sebagai pemenangnya. Namun kalangan pengamat telah
mengisyaratkan, inilah pemilu yang paling mendebarkan dalam sejarah Filipina.
Seperti pembantaian, teror akan menjadi bagian dari proses pesta demokrasi ini
(Intisari, Februari 1992: 42).
Kutipan di atas merupakan contoh paragraf penutup yang cukup baik.
Paragraf tersebut adalah paragraf penutup sebuah karangan yang bersifat politis.
Dalam paragraf tersebut secara jelas dapat dilihat adanya ramalan masa depan.
4
2) Paragraf Induktif
Paragraf induktif adalah paragraf yang kalimat topiknya terletak pada akhir
kalimat. Dalam paragraf ini, uraian-uraian ide pokok yang berupa kalimat penjelas
didahulukan, baru kemudian diakhiri oleh sebuah kalimat penyimpul kalimat
pendukung sebelumnya. Kalimat ini merupakan kalimat topiknya. Berikut ini
contoh paragraf induktif.
Menstop bola dengan dada dan kaki dapat ia lakukan secara sempurna.
Tembakan kaki kiri dan kaki kanan tepat arahnya lagi cepat. Sundulan kepalanya
sering memperdayakan kiper lawan. Bola seolah-olah menurut kehendaknya.
Larinya cepat bagaikan kijang. Lawan sulit mengambil bola dari kakinya. Operan
bola tepat dan terarah. Amin benar-benar pemain bola jempolan.
3) Paragraf Campuran
Kalimat topik dapat pula ditempatkan pada bagian awal dan akhir dari
paragraf. Dalam hal ini, kalimat terakhir sering mengulangi gagasan dalam kalimat
5
pertama dengan sedikit variasi. Paragraf ini disebut pula paragraf deduktif-induktif.
Contoh paragraf campuran seperti di bawah ini.
Nasib pegawai negeri berangsur-angsur akan diperbaiki. Penghasilan
mereka sejak tahun 1968 sudah beberapa kali dinaikkan. Bagi dosen, kepala SD,
SMTP, SMTA, tenaga peneliti bahkan sudah diberikan tunjangan fungsional.
Perumahan bagi pegawai negeri berangsur-angsur ditambah dengan bantuan BTN.
Jaminan kesehatan, walaupun belum sempurna, sudah dilaksanakan melalui
penggunaan kartu biru/HI. Jaminan hari tua ditanggulangi dengan Taspen.
Kenaikan pangkat lebih baik pengadministrasiannya dibanding dengan masa lalu.
Pegawai yang bekerja dengan baik diberi penghargaan. Banyak usaha oleh
pemerintah yang telah, sedang, dan akan dilaksanakan, yang mengarah kepada
perbaikan nasib pegawai negeri.
3.4.1 Kesatuan
Dalam satu paragraf hanya boleh mengandung satu ide pokok. Hal ini bukan
berarti setiap paragraf hanya memuat satu hal saja. Paragraf yang memiliki satu
kesatuan bisa saja mengandung beberapa hal yang merupakan rincian. Tetapi
hal-hal yang merupakan rincian tersebut harus menunjang sebuah ide pokok
tunggal. Jika ada kalimat yang menyimpang dari ide pokok akan menyulitkan
pembaca dalam memahami ide pokoknya.
Di bawah ini merupakan salah satu contoh paragraf yang tidak didukung
oleh kesatuan.
Gengsi irama dangdut semakin meningkat. Bila dahulu irama ini dianggap
kampungan, peralatan asal ada, dan tempat pertunjukannya pun di daerah pinggiran.
maka kini suasana berubah. Irama dangdut tidak lagi dianggap sebagai hal yang
kampungan. Peralatannya lengkap, megah dan biduanitanya tidak kalah hebat dari
biduan dan biduanita terkenal baik cara berpakaian, bergaya, maupun dalam suara.
Orkes Melayu sudah biasa muncul di pesta-pesta besar, di gedung-gedung megah.
Bahkan irama dangdut muncul di tempat-tempat mewah seperti hotel, klub malam.
dan mobil-mobil mewah. Jenis irama ini pun sudah menembus kaum gedongan dan
kampus. Rhoma Irama adalah penyanyi dangdut yang sangat terkenal.
Paragraf di atas tidak terdapat kesatuan gagasan. Kalimat terakhir paragraf
di atas, yaitu ”Rhoma Irama adalah penyanyi dangdut yang sangat terkenal” sangat
mengganggu kesatuan paragraf. Meskipun kalimat ide pokoknya adalah dangdut,
akan tetapi tidak ada keterkaitan sama sekali dengan kalimat-kalimat sebelumnya.
Paragraf tersebut akan menjadi paragraf yang baik, yang mengandung satu kesatuan
gagasan atau ide jika kalimat terakhirnya dihilangkan.
membentuk paragraf. Kepaduan yang baik itu terjadi apabila hubungan timbal balik
antara kalimat-kalimat yang membentuk pragraf itu baik, wajar, dan mudah
dipahami tanpa kesulitan.
Untuk memperoleh kepaduan yang baik dan mesra antara kalimat-kalimat
dalam sebuah paragraf dapat dibangun dengan memperhatikan beberapa hat berikut
ini.
1. Unsur kebahasaan yang digambarkan dengan (a) repetisi, (b) kata ganti, dan (c)
kata transisi atau ungkapan penghubung.
2. Rincian dan urutan isi paragraf.
Rincian hubungan kalimat topik atau kalimat utama dan kalimat-kalimat
penjelas dalam sebuah paragraf dapat diurutkan secara kronologis (urutan waktu),
secara logis (sebab-akibat; akibat-sebab; khusus-umum; umum-khusus), urutan
ruang, urutan proses, dan dapat juga dari sudut pandang yang satu ke sudut pandang
yang lain. Berikut ini merupakan contoh paragraf yang tidak koheren.
Pada hakikatnya semua perusahaan ingin bekerja secara cermat dan teliti.
Hal ini sangat baik untuk umum. Segala perincian tentang sesuatu seperti
penawaran, pemesanan, pengiriman, pengepakan, dan lain-lain, betul-betul diteliti
dan dijamin keamanannya. Namun, dalam praktiknya, tidak dapat dihindari bahwa
sekali waktu terjadi juga kesalahan, kelambatan dalam pengiriman, atau kerusakan
peti kemas mungkin disebabkan oleh kekurangtelitian, bencana alam, dan
sebagainya. Bencana alam selalu merugikan masyarakat dan negara.
3.4.3 Pengembangan
Sebuah paragraf yang baik memerlukan pengembangan atau perincian akan
ide pokoknya. Dengan demikian, sebuah paragraf akan terdiri dari sejumlah kalimat
yang saling berkaitan secara utuh. Karena itu, paragraf yang hanya terdiri dari
sebuah kalimat cenderung bukan merupakan paragraf yang baik, terkecuali jika itu
berupa sebuah paragraf puisi atau karya sastra yang lain seperti bentuk-bentuk
8
dialog pada narasi. Paragraf satu kalimat terjadi karena penulis bukan karya sastra
kurang mampu mengembangkan gagasannya.
Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan paragraf, yaitu
(1) kemampuan merinci secara maksimal ide pokok paragraf menjadi ide-ide
bawahan (subbagian), dan (2) kemampuan meruntutkan ide-ide bawahan secara
teratur. Selain itu, pengembangan paragraf juga tergantung kepada metode-metode
pengembangan yang dipakai, seperti (a) klimaks dan anti klimaks, (b) sudut
pandang, (c) analogi, (d) perbandingan, (e) contoh, (f) proses, (g) sebab-akibat, (h)
umum-khusus, (i) klasifiksi, dan (j) definisi luas.
b) Sudut Pandang
Sudut pandang adalah tempat dari mana seorang pengarang melihat atau
memandang suatu persoalan, ruang, suasana, dan sebagainya. Sudut pandang juga
9
c) Analogi
Analogi merupakan perbandingan yang sistematis dari dua hal yang
berbeda, tetapi dengan memperlihatkan kesamaan segi atau fungsi dari dua hal tadi,
sekadar sebagai ilustrasi. Perbandingan yang demikian ini biasanya digunakan
untuk memperkenalkan sesuatu yang belum dikenal umum dengan pola sesuatu
yang sudah dikenal umum.
Contoh:
Satu semangka dipotong enam. Satu pihak mendapat lima potong dan pihak
lain memperoleh sisanya. Sebut saja semangka itu pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia. Kalau ditilik namanya, mestinya semangka itu dipotong menjadi dua
bagian. Satu potong untuk Bahasa Indonesia dan satu potong yang lain untuk Sastra
Indonesia. Akan tetapi, yang terjadi adalah ketimpangan yang sangat mencolok
seperti pembagian semangka itu. Mengapa? Entahlah. Lagi pula saya tidak berhak
untuk menjawabnya.
Hal yang dapat kita temukan dalam tujuan akhir kurikuler yang termuat
dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Bahasa dan Sastra Indonesia
untuk kelas satu SMA. Di sana tertulis bahwa ”siswa memiliki kemampuan
10
berbahasa Indonesia yang baik dan benar serta dapat menghayati Bahasa dan Sastra
Indonesia sesuai dengan situasi dan tujuan berbahasa serta tingkat pengalaman
siswa SMA” (Depdikbud, 1987: 1). Kalau tujuan kurikuler tetap kita andaikan
sebulatan semangka yang dibagi dua, maka sepotong untuk ”siswa memiliki
kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar” dan sepotong lain milik
siswa “dapat menghayati Bahasa dan Sastra Indonesia sesuai dengan situasi dan
tujuan berbahasa serta tingkat pengalaman siswa SMA”. Sepotong yang terakhir
dapat dibagi lagi untuk siswa ”dapat menghayati ... Bahasa Indonesia ... dan untuk
siswa ”dapat menghayati ... Sastra Indonesia...” (Kompas. 19 Januari 1992, halaman
10).
e) Contoh
Sebuah generalisasi yang sifatnya terlalu umum kadang-kadang
memerlukan contoh-contoh yang konkret untuk memperjelas ide. Pengalaman
sering merupakan contoh yang sangat efektif. Contoh:
Di Eropa Barat, negara menduduki peranan yang lebih besar dari di AS. Tapi
di negara-negara itu, misalnya Belanda, Jerman. Swiss, Perancis, dan Inggris,
negara mendorong berkembangnya LSM, baik untuk melaksanakan program di
11
f) Proses
Proses merupakan suatu urutan dari tindakan-tindakan atau perbuatan untuk
menciptakan atau menghasilkan sesuatu, atau urutan dari sesuatu kejadian atau
peristiwa. Dalam proses suatu kejadian atau perbuatan harus diuraikan secara rinci
dengan tahapan yang runtut dan tidak melompat-lompat. Contoh:
Setelah pembawa acara ditentukan, setahun sebelum paket pertama Berpacu
dalam Melodi ditayangkan, langkah selanjutnya adalah menetapkan judul acara kuis
tersebut yang memerlukan waktu sampai dua minggu, setelah ditemukan Berpacu
dalam Melodi atas ide Ani Sumadi. Persoalan selanjutnya, bagaimana cara Koes
mengucapkan itu sebagai tone. Koes mengusulkan datar-datar saja. Sebaliknya
Maruli Simorangkir mengusulkan agar ”berpacu” diucapkan meninggi (seperti yang
bisa kita dengar dari Koes sekarang), tapi ”melodi” juga diucapkan dalam alur
meninggi (Kompas, Minggu 19 Januari 1992, halaman 6).
g) Sebab-Akibat
Hubungan kalimat dalam sebuah paragraf dapat berbentuk sebab-akibat.
Jika sebab berfungsi sebagai ide pokok maka ide bawahan atau penjelasnya sebagai
akibat. Sebaliknya, jika akibat sebagai ide pokok, maka sebab sebagai ide bawahan
atau penjelas. Contoh:
Sejak berdirinva Pordasi, November 1966, Pengurus Pordasi lebih menitik-
beratkan kegiatannya pada masalah pacuan kuda, sehingga olah raga ketangkasan
berkuda belum mendapat tempat pada kalender kegiatan. Baru pada tahun 1968 olah
raga ini muncul dalam arena pertandingan, meskipun Pordasi baru mampu
merumuskan beberapa peraturan perlombaan lompat rintangan dan tunggang serasi.
Pordasi kemudian menjalin kerja sama dengan Pusat Kavaleri TNI AD dalam
rangka pengembangan olah raga berkuda. Dan guna memenuhi jenis kuda tunggang
yang berkualitas baik, organisasi Pordasi mengusahakannya melalui bantuan
pemerintah (Sarinah. 17 Juni 1991).
12
h) Umum-Khusus
Pengembangan paragraf umum-khusus dapat ditemukan pada jenis paragraf
deduktif, sedangkan paragraf khusus-umum pada paragraf induktif.
i) Klasifikasi
Klasifikasi adalah penggolongan atau pengelompokan hal-hal yang sejenis.
Penggolongan ini biasanya dirinci lebih lanjut ke dalam kelompok-kelompok yang
lebih kecil. Contoh:
Dalam karang mengarang atau tulis menulis dituntut beberapa kemampuan
yang berhubungan dengan kebahasaan dan kemampuan pengembangan atau
penyajian. Yang termasuk kemampuan kebahasaan ialah kemampuan menerapkan
ejaan, pungtuasi, diksi, dan kalimat. Sedangkan kemampuan pengembangan ialah
kemampuan menata paragraf, membedakan pokok bahasan (ide pokok) dan
subpokok bahasan (ide bawahan), dan membagi pokok bahasan dalam urutan yang
sistematik.
j) Definisi Luas
Yang dimaksud dengan definisi luas dalam pembentukan sebuah paragraf
adalah usaha untuk memberikan keterangan atau arti terhadap sebuah istilah atau
hal. Keterangan atau batasan dari suatu istilah atau hal tersebut dapat diuraikan
dengan beberapa kalimat, bahkan beberapa paragraf agar sesuatu yang didefinisikan
itu menjadi jelas. Contoh:
Seringkali kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan hasil cipta, rasa, dan
karsa masyarakat yang dipimpin dan diarahkan oleh karsa. Kalau cipta diartikan
sebagai proses yang menggunakan pancaindera dan hati, sedang karya adalah
keterampilan tangan, kaki, bahkan seluruh tubuh manusia. Karsa adalah ibarat
komandan atau pemimpin yang menentukan kapan, bagaimana, dan untuk apa
ketiga unsur kebudayaan itu digerakkan (Selo Sumardjan, 1984: 1. ”Kesenian dalam
Perubahan Kebudayaan” dalam Budaya Sastra, cetakan pertama. Jakarta: CV
Rajawali).
13
Latihan Paragraf
1. Pembagian wacana atas paragraf-paragraf
Baca kutipan berikut dengan cermat, kemudian bagi menjadi paragraf-paragraf.
Bahasa dan politik mempunyai pengaruh timbal balik. Bahasa Indonesia dibesarkan
dan dimungkinkan hidup atas daya upaya golongan politik. Sebaliknya bahasa ini
membantu golongan politik dalam menyebarluaskan gagasan, cita-cita, rencana-
rencana, dan sebagainya kepada rakyat. Bahasa Indonesia yang sifatnya demokratis
itu telah dapat mengurangi jurang pemisah antara golongan masyarakat akibat dari
kedudukan sosialnya. Pengaruhnya terdapat juga dalam hal menipiskan rasa
kesukuan atau kedaerahan, menuju kenasionalan. Dengan singkat, cita-cita
perjuangan rakyat yang sudah dirintis sejak zaman penjajahan bisa diteruskan,
dihidupkan, dan dikembangkan. Pengaruh timbal balik antara bahasa Indonesia dan
kesadaran politik, juga dapat membuat bangsa Indonesia mempunyai harga diri di
tengah-tengah dunia internasional.
2. Kutipan berikut terdiri atas dua paragraf. Pilihlah pembagian yang paling tepat.
(1) Pembaca selalu ingin dapat membaca dengan tenang, bebas, dan leluasa. (2) Dia
ingin berpikir sendiri, menimbang-nimbang sendiri, menikmati sendiri, dan menilai
sendiri. (3) Segala macam nasihat dan anjuran yang dionyok-onyok dalam karangan
akan dirasainya sebagai pasir dalam nasi. (4) Demikianlah juga karangan yang
diakhiri dengan pidato, nasihat, kotbah, amanat, dan sebagainya akan disambut oleh
pembaca dengan rasa tak senang. (5) Apabila dalam membaca itu tersua suatu vang
tak tersangka-sangka, apalagi mendapat sesuatu yang memang dicarinya sudah
tentu puaslah hatinya. (6) Pembaca pun ingin juga membaca dengan efisien dengan
tenaga sehemat-hematnya, tetapi mendapat basil yang sebanyak-banyaknya. (7)
Sekali baca terus mengerti. (8) Demikianlah harapan pembaca pada umumnya dari
pembaca komik sampai ke pembaca metafisika.
BAB IV WACANA
yang secara keseluruhan melengkapi fungsi dari salah satu wacana yang lain. Dalam
narasi misalnya, deskripsi muncul dengan suatu lukisan non dialog tentang
perwatakan tokoh-tokoh cerita, pemandangan indah di kaki bukit, peristiwa khusus
yang telah lalu, dan sebagainya. Deskripsi dapat juga berupa lukisan kesan
seseorang tentang peristiwa-peristiwa apa yang dilihat, didengar, dirasa, dicium
atau dibau, dikecap, dialami, dan sebagainya. Berikut ini merupakan contoh wacana
deskripsi (lukisan).
Bebarengan dengan saat tentara Jepang darat di Indonesia, 10 Februari 1942,
Achmad Bakrie, seorang pedagang roti, dengan resmi mendirikan suatu perusahaan
yang diberi nama cukup panjang, NV Bakrie & Brothers General Merchant and
Comission Agent di Lampung, Sumatra. Perasahaan yang tadinya berdagang
hasil-hasil bumi seperti teh, karet, lada, dan kopi itu kemudian memperluas
usahanya sebagai importir tekstil dan mainan anak.
Tidak puns sebagai pedagang umum dan importir, Achmad muda mulai
terjun dalam bidang industri dengan membeli sebuah pabrik kawat milik Belanda
yang akan dinasionalisasi pada tahu 1957. Pabrik inilah yang merupakan cikal bakal
industri bahan bangunan, yang merupakan tulang punggung dan “pembawa
bendera” dari kelompok Bakrie kini usaha pembuatan kawat disusul dengan
investasi besar-besaran dalam pabrik pipa baja pertama di Indonesia pada tahun
1959.
Kelompok Bakrie kemudian menggeluti bidang-bidang lain di luar bisnis
utamanya, pipa baja. Bidang usahanya merambah ke perkebunan karet dan kelapa
sawit, pertambangan batubara, property, serta industri pembangkit tenaga listrik.
Sementara kelompok industrinya antara lain sudah menghasilkan otomotif brake
drum, pelat baja, besi cor, bahan bangunan, serta computer dan perlengkapan
telekomunikasi.
Dengan sekitar 40 anak perusahaannya - termasuk beberapa usaha patungan
dengan asing - yang melibatkan 13.500 orang lebih karyawan, kelompok Bakrie
bisa dimasukkan dalam deretan konglomerat di Indonesia. Seluruh nilai penjualan
kelompok perusahaan ini tahun lalu dilaporkm tidak kurang dari satu milyar dolar
AS.
4.2.2 Eksposisi
Eksposisi yang berasal dari kata exposition (Inggris) berarti paparan atau
uraian tentang sesuatu maksud atau tujuan. Wacana eksposisi merupakan wacana
yang memaparkan atau menguraikan suatu informasi untuk dikomunikasikan
(Passandaran, 1989:39). Informasi itu dapat berupa:
(a) Data faktual, suatu kondisi yang benar-benar ada dan terjadi atau bersifat
histories, misalnya cara kerja mesin, cara memperkenalkan koperasi, cara
melakukan penyuluhan hukum.
17
1) Definisi Luas
Kita sering mengalami kesulitan dalam menjelaskan kata-kata atau suatu
istilah hanya dengan satu kalimat saja. Apalagi kata-kata tersebut merupakan
kata-kata yang abstrak, seperti kebudayaan, pendidikan, keadilan, demokrosi, dan
manipulasi. Untuk menjelaskan makna yang disandang kata-kata tersebut
diperlukan banyak keterangan. (Lihat pengembangan paragraf halaman ).
Contoh lain :
Secara singkat dapat dijelaskan bahwa sosiologi adalah telaah yang objektif
dan ilmiah tentang manusia dalam masyarakat; telaah tentang lembaga dan proses
sosial. Sosiologi mencoba mencari tahu bagaimana masyarakat dimungkinkan,
bagaimana ia berlangsung, dan bagaimana ia tetap ada. Dengan mempelajari
lembaga-lembaga sosial dan segala masalah perekonomian, keagamaan, politik, dan
lain -lain – yang kesemuanya itu merupakan struktur sosial – kita mendapatkan
gambaran tentang cara-cara manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannya,
tentang mekanisme sosialisasi, proses pembudayaan yang menempatkan anggota
masyarakat di tempatnya masing-masing.
Apakah sosiologi suatu ilmu yang normatif? Pertanyaan ini antara lain
diajukan oleb Daiches (1956:375). Sebenarnya. Pertanyaan itu sendiri sudah terlalu
jauh, yakni menganggap sosiologi suatu ilmu; dan istilah ilmu itu sendiri bukannya
sesuatu yang tidak kabur artinya dalam konteks itu. Namun, sebaliknya hal itu
diserahkan saja kepada para ahli sosiologi untuk memperdebatkannya (Damono,
1979: 7)
2) Analisis
Jenis eksposisi khusus yang erat hubungannya dengan definisi adalah
analisis. Analisis itu merupakan cara memecahkan suatu pokok masalah. Pokok
18
(a) Klasifikasi
Dengan klasifikasi suatu masalah pokok yang majemuk dapat dipecah atau
diuraikan menjadi beebrapa bagian kemudian digolong-golongkan secara logis
menurut dasar penggolongan yang berlaku bagi setiap bagian tersebut. Misalnya :
Kahayan, Kampar, Asahan, Musi, Kapuas, Serayu, Bengawan Solo, Brantas,
dan Barito adalah sungai-sungai di Indonesia.Kampar, Musi, Asahan, dan Siak
terdapat di Pulau Sumatra; Kahayan, Kapuas, dan Barito terdapat di Pulau
Kalimantan; Serayu, Bengawan Solo, dan Brantas terdapat di Pulau Jawa
(Passandaran, 1989:41).
(c) Proses
Eksposisi proses merupakan suatu pemaparan bagaimana sesuatu hal bekerja
atau terjadi.
Contoh lain :
Diduga telah menghasbisi nyawa majikannya serta seorang pelayan rumah
makan di kota Singaraja, ND alisa Ag (30) kini diamankan pihak Kepolisian Resort
Buleleng, Bali. Tersangka ditangkap di kediamannya, di desa Jatiluwih, Kecamatan
penebel, Kabupaten Tabanan.
Di hadapan petugas, tersangka ND berterus terang mengakui perbuatannya,
telah membunuh Nyonya Kho Ing Lan (54) dan Ni Luh Sari (17). Demikian
diungkapkan oleh Kapolres Buleleng Letkol Pol. Karyono atas pertanyaan Kompas
19
melalul telepon interlokal, hari Sabtu (8/ 2). Mengutip penuturan tersangka,
Karyono menyatakan, pada 29 Januari sekitar pukul 18.00 WITA, tersangka
bertamu ke rumah korban, dengan maksud meminta upah kerjanya yang selama iui
belum dibayarkan oleh Nyonya Kho. Namun karena tidak mendapat jawaban
memuaskan, tersangka nekad membunuh korban yang saat itu ditinggal suaminya
pergi ke Surabaya.
Sementara itu, Ni Luh Sari, pelayan rumah makan “segar” yang letaknya
berhadapan dengan rumah Nyonya Kho, datang membawakan pesanan makanan
korban. Khawatir identitas dan perbuatannya terbongkar, dia menikam Ni Luh Sari
hingga tewas. Setelah itu, ND melarikan diri dengan mengambil uang dan perhiasan
korban yang bernilai sekitar 9 juta.
Menurut Karyono, kecurigaan polisi... (Kompas, 10 Februari 1992).
Dari wacana di atas kita dapat mengetahui bagaimana peristiwa pembunuhan
itu terjadi.
3) Ikhtisar (Summary)
Ikhtisar (Summary) merupakan salah satu bentuk ringkasan. Ringkasan
adalah cara efektif untuk menyajikan suatu karangan panjang dalam bentuk yang
singkat. Ringkasan merupakan ekspresi dari isi pokok suatu karangan. Penyajian
singkat suatu karangan dalam bentuk ringkasan tetap mempertahankan urutan isi
dan sudut pandang pengarang, serta bagian atau bab karangan yang asli. Selain
ikhtisar, bentuk lain yang mirip dengan ringkasan adalah abstrak, sinopsis, dan
parafrase.
Ikhtisar biasanya merupakan pemadatan suatu karangan yang hanya
memaparkan langsung pikiran utamanya, tanpa perlu mempertahankan urutan
karangan asli dan bab-bab yang kurang penting dapat diabaikan.
Abstrak adalah ringkasan padat mengenai unsur-unsur penting suatu
eksposisi formal dan argrumentasi, yang panjangnya kadangkala tidak lebih dari
sekitar delapan baris. Mengenai jumlah baris ini tidak ada ketentuam yang tetap,
namun ciri dominan abstrak adalah kaitannya dengan bahan referensi di perguruan
tinggi.
Sinopsis merupakan ringkasan cerita atau bentuk lakon dengan tetap
mempertahankan alur ceritanya. Sedangkan parafrase merupakan pemaparan
makna puisi dengan bahasa yang jelas dan lugas tanpa mengabaikan urutan
baris-baris asli puisi yang diparafrasekan.
20
4) Pertimbangan (Review)
Pertimbangan (review) adalah suatu paparan informatif tentang isi atau
kualitas suatu buku atau karangan. Review sebenarnya merupakan suatu kegiatan
intelektual, karena untuk membuat review suatu buku atau karangan, penulis harus
benar-benar memahami terhadap suatu masalah, mengambil inti sarinya, dan
memberikan pertimbangan serta pikiran kritik terhadap masalah tersebut. Contoh
review dapat ditemui dalam surat kabar atau majalah dengan kolom timbangan
buku, seperti di bawah ini :
Cahaya Maha Cahaya, kumpulan sajak karya penyair Emha Ainun Nadjib
ini terdiri dari 70 sajak yang digubahnya pada tahun 1984–988 . Kumpulan ini
dikatapengantari oleh Dr. Sapardi Djoko Damono.
Dalam kata pengantarnya antara lain Sapardi menyatakan “Emha Ainun
Nadjib kita kenal sebagai salah seorang tokoh kita yang sangat sibuk di berbagai
forum diskusi, ceramah, dan seminar, ia pun sangat sering kita jumpai sebagai
penulis kolom di berbagai media cetak. Dalam banyak kegiatannya itu, ia mendapat
perhatian antara lain sebab perhatiannya terhadap masalah hangat terutama di
bidang sosial budaya, dan - tentu saja - politik. Ada kesan kuat bahwa tokoh ini
memberi tekanan pada masalah dan gagasan besar yang menyangkut masyarakat
luas”.
Meskipun demikian, dalam banyak kolom yang ditulisnya, ia tidak jarang
menunjukkan kepenyairannya, yakni sikap yang tidak secara mudah menarik
kesimpulan tegas mengenai suatu masalah. Orang kadang-kadang mencebur sikap
itu ambigu, bermakna jamak, suatu sifat yang memang sudah secara konvensional
dimiliki puisi pada khususnya dan sastra pada umumnya.
Emha Ainua Nadjib dikenal luas sebagai budayawan muslim yang
pandangan-pandangannya banyak didengar kaum muda; buah pikirannya tersebar
luas. Kegiatannya sebagai budayawan sebenarnya diawali dengan menulis puisi.
Rupanya kepenyairan Emha tidak surut dengan semakin naiknya frekuensi
kegiatannya itu. Dalam Cahaya Maha Cahaya ini kita berjumpa dengan Emha
penyair.
Buku kumpulan sajak ini hanyalah salah satu buktinya. Dalam sajak-sajak
ini, ia mengungkapkan konflik batin seorang muslim sebagai manusia biasa, bukan
tokoh di mimbar. Ia tentu saja tema-tema keagamaan; keresahan manusia yang tidak
habis-habisnya mempertanyakan dan mencoba menegaskan kedudukan dan
perannya di dunia dalam kaitannya dengan kepastian kuasa Tuhan yang tidak perlu
dipertanyakan dan ditegas-tegaskan lagi.
Di tengah hiruk pikuk kesibukannya itu Emha masih sempat merenung hal
itu memang penting, sebab tokoh yang dibebani tugas oleh masyarakat untuk ikut
memikirkan nasib prang banyak sebaiknya juga sempat merenungkan berbagai
masalah yang menyangkut masing-masing anggota masyarakat itu sebagai individu.
Sebuah sajak dalam kumpulan ini dikutip sebagai berikut.
21
Satu Kekasihku
Dari gaya hidup, gelagat sepak terjang, pandangan dan wawasannya serta
sajak-sajak yang disajikan dalam kumpulan ini, tidak disangsikan lagi bahwa Emha
Ainun Nadjib adalah “penyair lepas landas” yang mencuat dari tempurungnya, yang
menyadari kehadiran dan eksistensinya secara utuh dan menyeluruh, punya
kepedulian penuh dan langsung terhadap masalah-masalah umat manusia,
menderapkan langkahnya dengan sangat meyakinkan dan tahu pasti kemana arah
tujuannya dan apa yang akan diraihnya.
Semoga ia bukan satu-satunya di negeri tercinta dalam era pembangunan ini.
Pernah seorang penyair wanita Palestina, Fatimus Zahrah, hancur berkeping-keping
tubuhnya bersama mobilnya berisi bom yang dibcnturkannya ke pos
serdadu-serdadu zionis Israel. Dalam catatannya yang kemudian, ditemukan ia
menulis,
Ada waktu menggurat kata
Ada waktu berbuat nyata
(Muhammad Ali, Kompas, 2 Fcbruari 1992 halaman 12).
5) Laporan
Laporan adalah suatu paparan faktual yang cermat, tepat, jelas,
ringkas, lengkap, dengan pola yang sudah ditentukan dan dapat diperiksa
kebenarannya karena keakuratannya. Di dalam laporan tidak boleh disisipi data
nonfakta.
Suatu laporan biasanya bertolak dari beberapa konsep, yaitu orang yang
memberi laporan, pihak yang menerima laporan, sifat dan tujuan umum laporan.
Laporan dapat berbentuk lisan atau tertulis, dan biasanya digunakan sebagai dasar
pengambilan suatu keputusan oleh pihak penerima laporan yang berkepentingan.
Laporan tertulis ada beberapa bentuk, diantaranya berbentuk formulir isian,
surat memorandum, laporan perkembangan dan keadaan, laporan berkala, laporan
laboratoris, laporan formal dan semiformal, laporan penelitian (laporan ilmiah),
laporan perusahaan, laporan pajak (Passandaran, 1989:43).
22
4.2.3 Narasi
Narasi dapat disebut cerita atau kisahan. Narasi yang berasal dari hahasa
Inggris narration merupakan suatu bentuk kisahan mengenai peristiwa atau
kejadian berdasarkan urutan waktu atau secara kronologis. Tujuan utama narasi
adalah untuk menceritakan peristiwa atau kejadian itu sedemikian rupa sehingga
menimbulkan pengertian-pengertian atau asosiasi yang merefleksikan interpretasi
atau penafsiran penuturnya atau penulisnya.
Wacana narasi dapat dibedakan menjadi dua, yakni (1) narasi berplot dan (2)
narasi faktual. Yang dimaksud narasi berplot yaitu narasi yang urutan
pengisahannya berdasarkan plot atau alur yang terdapat pada cerita fiksi atau cerita
rekaan. Menurut Djoko S. Passandaran (1989: 37) dalam narasi berplot, pandangan
atau gagasan pengarang tentang kehidupan kemanusiaan merupakan faktor
pengendali atau penentu gerak, tingkah laku, atau perbuatan pelaku dipilih,
dirancang, dan disusun dengan penuh pertimbangan dan hati-hati untuk melakonkan
atau mendramatisasikan gagasan tersebut. Contoh narasi berplot adalah roman,
novel, dongeng, hikayat, dan drama. Sedang narasi faktual adalah kisahan yang
berdasarkan urutan kejadian penting seperti dalam tulisan sejarah yang objektif.
4.2.4 Argumentasi
Argumentasi merupakan jenis wacana yang mengemukakan pendapat,
gagasan, sikap, dan keyakinan yang disertai dengan alasan kuat, bukti-bukti, serta
contoh-contoh yang meyakinkan sehingga pembaca terpengaruh dan membenarkan
apa yang dikemukakan penulis melalui tulisannya, dan akhirnya mau menerima
pendapat atau gagasan si penulis.
Untuk memperkuat dan meyakinkan pembaca, penulis dapat mengutip
pendapat orang lain yang terpercaya dan menjajikan data, peta, gambar, grafik, dan
sebagainya yang sesuai dengan topiknya.
Wacana semacam ini banyak kita jumpai dalam bentuk karangan-karangan
ilmiah, seperti desertasi, tesis, skripsi, dan makalah-makalah seminar atau diskusi,
akan tetapi ia pun dapat kita temui dalam jenis-jenis wahana komunikasi yang lain.
Editorial surat kabar seringkali secara esensial adalah argumentatif. Begitu juga
pidato politik atau bacaan propaganda. Bahan suatu adpertensi dagang pada
23
dasarnya pun merupakan argumentasi. Walaupun tentu saja teknik adpertensi itu
telah berubah jauh dari teknik argumetasi dalam karya ilmiah. Berikut ini contoh
sebuah wacana argumentasi :
“Mengapa tata tertib berdakwah/menyebarkan agama harus dituangkan
dalam bentuk ketentuan hukum yang mengikat? Ketentuan hukum ini
dimaksudkan sebagai usaha agar ada rule of the game dalam penyiaran agama. Ini
tidak berarti mengurangi kebebasan. Tanggung jawab kita adalah untuk
menciptakan dan memantapkan kesatuan dan persatuan bangsa, memantapkan
stabilitas dan ketahan nasional.
Pemerintah mengambil kebijaksanaan tidak membenarkan penyiaran agama
kepada mereka yang telah beragama. Keputusan-keputusan tersebut jika tidak dapat
menimbulkan terganggunya kerukunan dan stabilitas dan ketahanan nasional, maka
pemerintah (penegak hukum) dapat mengambil tindakan dengan alasan menggangu
ketenteraman umum. Dapat pula saya tambahkan bahwa kedua keputusan itu juga
dimaksudkan untuk lebih memantapkan anjuran Presiden yang telah berkali-kali
Beliau ucapkan selama ini.
Reaksi untuk setuju atau tidak setuju dalam negara demokrasi bisa saja dan
boleh jadi tidak perlu mempengaruhi keputusan menteri apa-apa, karena secara
resmi saya behim menerima reaksi itu. Tapi saya hanya heran akan adanaya reaksi
itu, terutama bila kita benar-benar ingin persatuan dan ingin menegakkan Pancasila
secara jujur dan beritikat baik. Sebab semua yang tercantum dalam kedua keputusan
itu bukanlah soal baru, tetapi telah berkali-kali diserukan Bapak Presiden melalui
beberapa pidato beliau.
Soal kerukunan beragama misalnya, yang ingin kita tegakkan bukanlah
kerukunan semu, yang masih diganjal oleh kecurigaan. Kedua keputusan itu
bertujuan agar kerukunan beragama yag telah kita rasakan selama ini benar-benar
dengan hati ikhlas, jujur dan dengan segala itikat baik.
(Menteri Agama RI: H. Alamsyah Ratu Prawira N.
Tempo, 23 September 1978)
4.2.5 Persuasi
Dalam bahasa Inggris, kata to persuade yang berarti membujuk atau
meyakinkan pembaca, kemudian menjadi kata pungut dalam bahasa Indonesia
persuasi. Wacana persuasi merupakan bentuk komunikasi yang secara tegas
bermaksud untuk membujuk pendengar atau pembacanya agar percaya dan
terpengaruh akan fakta, pendirian umum, pendapat, gagasan, perasaan, dan hal-hal
main yang dikomunikasikannya. Akhirnya, diharapkan pembaca atau pendengar
mau berpikir dan bertindak sesuai yang dikehendaki oleh penulis atau penuturnya.
Persuasi banyak ditemui dalam ceramah-ceramah keagamaan (dakwah),
pidato-pidato politik, dan periklanan. Wacana jenis ini terdiri atas empat jenis, yakni
persuai politik, persuasi pendidikan, persuasi iklan, dan persuasi propaganda.
24
1) Persuasi Politik
Persusi jenis ini digunakan oleh orang-orang yang berkecimpung dalam
kehidupan politik dan kenegaraan. Contoh :
Uraian Pak Ruslan Abdul Gani sudah saya dengarkan dan pernyataan yang
telah dibaca oleh Saudara Sindhunata saya dengarkan pula dengan minat yang amat
mendalam.
Saya amat terharu dan terima kasih atas usaha Saudara sekalian, Usaha yang
berarti sumbangan yang amat berharga, amat penting, bahkan mutlak perlu untuk
pembinaan bangsa kita, bangsa yang kuat, bangsa yang makmur, bangsa yang
sejahtera, bangsa yang dihormati oleh bangsa-bangsa lain di seluruh dunia. Bahkan
bangsa yang sebagai berulang-ulang kukatakan menjadi mercusuar dari perjuangan
bangsa-bangsa lain.
Kita harus menjadi bangsa kembali, saya kira Saudara sekalian telah
meyakini dengan keyakinan yang sedalam-dalamnya. Hal itu memang sudah saya
katakan lebih empat puluh tahun yang lalu. Syarat mutlak ialah kesatuan bangsa.
Malahan saya berulang-ulang katakan, apa bangsa itu, apa bangsa itu? Sering saya
citeer ucapan dari Ernest Renan, profesor sejarah, profesor hal kebangsaan di Paris
beberapa puluh tahun yang lalu. Dia berkata demildan, bangsa adalab suatu
solidaritas besar, solidaritas tiap-tiap hari. Dia tidak berkata bangsa itu adalah
golongan manusia dengan bahasa satu, atau golongan manusia dengan agama satu,
tidak. Dia berkata, bangsa adalah satu solidaritas besar tiap-tiap hari.
(Pidato Bung Kamp, 18 Juli 1964 di Istana Bogor)
2) Persuasi Pendidikan
Persuasi pendidikan digunakan dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu,
pedidikan gurulah yang banyak menggunakan persuasi jenis ini. Seorang guru
setiap kali mengajar berusaha untuk melakukan persuasi yang mempengaruhi anak
didiknya agar giat belajar tanpa kenal lelah dan usia. Seorang motivator dan
inovator pendidikan dapat menggunakan persuasi dengan menampilkan
konsep-konsep baru pendidikan untuk melaksanakan oleh para pelaksana
pendidikan.
Contoh :
Dalam mendidik anak kadang-kadang orang tua kurang mengetahui metode
yang tepat. Sering kita jumpai orang tua yang selalu memberi nasihat, saran-saran,
atau larangan berbuat ini dan itu kepada anaknva, tetapi tidak pernah memberi
contoh yang kongkret, sehingga anak mempunyai kesan selalu diatur, bahkan
mereka mengatakan ayah ibunya terlalu cerewet. Misalnya, anak harus tidur siang,
kalau pergi harus pamit, dan sebagainya, sementara kedua orang tuanya tetap sibuk
bekerja atau kalau pergi tidak pernah pamit kepada anak-anaknya.
25
Sebetulnya orang tua dapat mengajarkan hal-hal semacam itu tidak harus
dengan nasihat-nasihat atau perintah-perintah, tetapi dengan cara mengajak dan
melakukan bersama-sama atau memberi contob konkret perbuatan-perbuatan itu.
Misalnya, “Rini, ayo kita tidur siang dulu!” Begitu pula setiap akan pergi apabila
anaknya ada di rumah orang tua juga pamit kepada anaknya. Dengan cara seperti ini
anak tidak mempunyai kesan terlalu diatur, bahkan anak akan lebih terkesan dan
meniru kebiasaan-kebiasaan baik kedua orang tuanya.
3) Persuasi Iklan
Persuasi iklan digunakan dalam bidaug usaha, untuk memperkenalkan hasil
produksi atau jasa yang ditawarkannya. Dengan persuasi ini diharapkan pembaca
atau pendengar mengenal barang-barang produksi atau layanan jasanya, kemudian
berusaha membeli barang-barang yang dihasilkannya atau menggunakan layanan
jasa yang ditawarkannya.
Contoh :
... ada panu. Namun ini bukanlah sesuatu yang menakutkan, melainkan hal
yang dapat dialami siapa saja. Di kaki, tangan, lipatan kulit ataupun tempat lainnya.
Tidak perlu cemas ataupun merasa malu, bila hal ini terjadi pada Anda.
Pakailah Canesten. Canesten membasmi berbagai infeksi jamur dengan efektif ...
menjadikan kulit Anda bersih dan mulus seperti semula.
Canesten tidak bau, tidak lengket, dan tidak meninggalkan bekas. Canesten
bekerja tanpa Anda merasakannya.
CANTESTEN membasmi panu, kutu air, kurap, kadas, dan gatal jamur.
Rangkuman
Wacana adalah suatu penyampaian pikiran secara resmi atau teratur secara
lisan atau tulisan sebagaimana terwujud dalam pidato, khotbah, desertasi, laporan
penelitian, cerita, dan sebagainya. Sebuah wacana minimal terdiri atas sebuah
paragraf yang berkaitan membentuk suatu karangan yang utuh.
Berdasark sifat tujuan penulisan ada lima jenis karangan (wacana), yaitu (a)
deskripsi, (b) eksposisi, (c) narasi, (d) argumentasi, dan, (e) persuasi.
Wacana deskripsi merupakan jenis karangan yang melukiskan suatu objek
sesuai dengan keadaan yang sebenaninya. Di dalam melukiskan suatu objek
tersebut disertai dengan impresi atau kesan penulis, yang disajikan sehidupnya-
hidupnya sehingga pembaca seolah-olah mengalami sendiri suatu objek dimaksud
oleh penulisnya.
Ekaposisi adalah wacana yang memaparkan atau menguraikan suatu
informasi. Wacana eksposisi dapat berbentuk (a) definisi luas, (b) analisis, (c)
proses, (d) ikhtisar (summary), (e) pertimbangan (reviuw), dan (f) laporan.
Jenis wacana narasi merupakan karangan yang berbentuk kisahan mengenai
peristiwa atau kejadian berdasarkan urutan waktu atau secara kronologis. Narasi
dapat dibedakan menjadi narasi berplot dan narasi faktual.
Argumentasi merupakan jenis wacana yang mengemukakan pendapat,
gagasan, sikap, dan keyakinan yang disertai dengan alasan yang kuat, bukti-bukti,
serta contoh-contoh yang meyakinkan sehingga pembaca terpengaruh dan
membenarkan apa yang dikemukakan penulis melalui tulisannya dan akhirnya mau
menerima pendapat atau gagasan si penulis.
Sedang wacana persuasi adalah bentuk komunikasi yang secara tegas
bermaksud untuk membujuk pendengar atau pembacanya agar percaya dan
terpengaruh dengan hal-hal yang dikemukakannya kemudian mau berpikir dan
bertindak sesuai yang dikehendaki oleh penulisnya. Wacana jenis ini terdiri dari
27
empat jenis, yakni persuasi politik, persuai pendidikan, persuasi iklan, dan persuasi
propaganda.
28
Surat pribadi merupakan surat yang dibuat oleh seseorang yang berisi
kepentingan pribadi, tanpa terikat kepada bentuk yang telah ditentukan, kecuali
pada penempatan alamat yang dituju dan si pengirim.
Surat niaga merupakan surat yang digunakan sebagai alat komunikasi dalam
usaha bisnis.
Surat dinas/ resmi merupakan surat yang digunakan sebagai alat komunikasi
tertulis yang menyangkut kepentingan tugas dan kegiatan dinas instansi.
Yang tcrgolong surat resmi adalah sebagai berikut.
1. pengumuman 8. surat tugas
2. surat edaran 9. surat kuasa
3. surat permohonan 10. surat lamaran pekerjaan
4. surat laporan 11. surat undangan
5. surat pengantar 12. surat perjanjian
6. surat keputusan 13. nota dinas
7. surat instruksi
Catatan:
Surat perjanjian, surat sewa-menyewa, surat jual beli, surat wasiat, akta, dan yang
sejenis dengan itu biasanya tidak disebut surat dinas, tetapi surat resmi. Surat resmi
dapat digunakan sebagai bukti di pengadilan.
KEPALA SURAT
Yth. ..........................
Alamat ..................................
..................................
dengan tanda koma di atas. Pada akhir tanggalnya tidak dibubuhkan tanda baca
apapun, baik titik maupun tanda hubung.
KEPALA SURAT
9 Januari 2000
5.5.4 Lampiran
Kata Lampiran atau Lamp. diikuti tanda titik dua. Kemudian cantumkan
jumlah yang dilampirkan dan nama barang yang dilampirkan, tidak diikuti tanda
baca apapun.
Contoh penulisan lampiran yang benar.
Lampiran : Satu berkas
Lamp. : Dua eksemplar
Jika tidak ada yang dilampirkan, kata Lampiran tidak perlu dilampirkan
sehingga tidak akan terdapat kata Lampiran yang diikuti tanda hubung atau angka
nol.
Lampiran : -
seharusnya ditiadakan
Lampiran : 0
surat yang dicantumkan dalam bagian ini hendaknya diawali dengan huruf kapital,
sedangkan yang lain ditulis dengan huruf kecil.
Pokok surat tidak ditulis panjang-panjang, tetapi singkat dan jelas, serta mencakup
seluruh pesan yang ada dalam surat.
Penulisan hal surat yang salah.
Hal : Mohon Kesediaan Menjadi Pemakalah.-
Hal : Pelaksanaan ujian semester.-
Penulisan hal surat yang benar.
Hal : Mohon Menjadi Pemakalah
Hal : Pelaksanaan ujian
Bapak, Ibu, atau Saudara tidak terhimpit dengan gelar akademik, pangkat atau
jabatan.
Penulisan alamat yang benar.
Yth. Bapak Darwina Mirhad
Yth. Drs. Darwina Mirhad
Yth. Bupati Kotawaringin Timur
Yth. Ibu Sulastri
Yth. Sersan Mayor Polwan Sulastri
6) Penulisan kata Jalan pada alamat tidak disingkat. Begitu juga nama
gang, nomor, RT, dan RW biasanya dituliskan lengkap dengan huruf kapital setiap
awal kata. Selanjutnya, nama kota dan provinsi dituliskan dengan huruf awal
kapital, tidak perlu digarisbawahi atau diberi tanda baca apapun.
Contoh penulisan alamat yang salah.
Kepada Yth. Bapak Ir. Dipanegara
Jl. Buntar V, No. 2
Bandung
JAWA BARAT
Contoh penulisan alamat yang benar.
Yth. Ir. Dipanegara
Jalan Buntar V, No. 2
Bandung
Jawa Barat
5.5.11 Tembusan
Kata Tembusan diletakkan di sebelah kiri pada bagian kaki surat, lurus
dengan kata nomor, lampiran, dan hal, dan sejajar dengan penanda tangan surat.
Kata Tembusan diikuti tanda titik dua (:), tanpa digarisbawahi. Jika pihak yang
ditembusi surat itu lebih dari satu, nama-nama instansi diberi nomor urut. Akan
tetapi, jika pihak yang ditembusi hanya satu, nama instansi tidak diberi nomor.
Kemudian, dalam tembusan tidak perlu digunakan kata Yth., Kepada Yth., sebagai
laporon, atau sebagai undangan, dan sebagainya. Selanjutnya, pencantuman kata
arsip atau file pada nomor terakhir tidak dibenarkan, karena tidak ada manfaatnya,
sebab sudah pasti setiap surat dinas memiliki arsip yang harus disimpan.
Penulisan tembusan yang salah.
Tembusan:
1. Kepada Yth. Direktur Sarana Pendidikan (sebagai laporan)
2. Yth. Kepala Bagian Tata Usaha (sebagai undangan)
38
5.5.12 Inisial
Inisial disebut juga sandi, yaitu kode pengenal yang berupa singkatan nama
pengonsep dan pengetik surat. Inisial berguna untuk mengetahui siapa pengonsep
dan pengetik surat sehingga bila terjadi kesalahan dalam surat tersebut, pengonsep
dan pengetik dapat dihubungi dengan mudah.
Inisial ditempatkan pada bagian paling bawah di sebelah kiri. Perhatikan
contoh di bawah ini.
SR/cbc
SR singkatan nama pengonsep ; Said Rahman
ebe singkatan nama pengetik : Endang Bawi
39
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, E, Zaenal dan Farid Hadi. 1993. Seribu Satu Kesalahan Berbahasa.
Jakarta : Akapres.
Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 1995. Cermat Berbahasa Indonesia.
Bandung: Pustaka Prima.
Badudu, J.S. 1984. Pelik-Pelik Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Prima.
___________. 1984. Membina Bahasa Indonesia Baku 1. Bandung: Pustaka
Prima.
___________.1984. Membina Bahasa Indonesia Baku 2. Bandung: Pustaka
Prima.
Keraf, Gorya. 1980. Komposisi. Ende-Flores : Nusa Indah.
Moeliono, Anton M. dkk. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Purwaka, Albertus. 1992. ”Kalimat Efektif dan Paragraf”. Palangkaraya: Bagian
Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Kalimantan
Tengah.
Ramlan, M. 1980. Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta UP
Karyono.
___________.1981. Sintaksis. Yogyakarta : UP Karyono.
Siregar, Lukman Hakim dkk. 1991. ”Konsep Dasar Kebahasaan”. Palangkaraya:
Universitas Palangkaraya.
Sumantri, Maman. 1978. Surat-Menyurat. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.