MIKROBIOLOGI
A. Pengertian Mikroskop
Mikroskop adalah alat bantu utama yang diperlukan dalam melakukan
pengamatan dan penelitian karena dapat dipergunakan untuk mempelajari
struktur dan bentuk-bentuk benda yang sangat kecil.
Mikroskop adalah suatu alat optik yang digunakan untuk melihat benda-
benda berukuran mikro yang mampu menghasilkan pembesaran hingga
ratusan kali. Mikroskop merupakan alat bantu yang dapat ditemukan hampir
diseluruh laboratorium untuk dapat mengamati organisme berukuran kecil
(mikroskopis).
Mikroskop adalah alat bantu penglihatan ang dapat digunakan untuk
mengamati objek yang ukurannya kecil seperti sel, organisme ber sel satu,
oganel sel dan lain-lain. (Asmoro, Lelono, 2002,01)
B. Bagian-Bagian Mikroskop
1. Lensa Okuler
Lensa yang dekat dengan mata pengamat dan untuk memperbesar
bayangan dari lensa objektif.
2. Lensa Objektif
Lensa ini berada dakat pada objek yang diamati dan untuk memperbesar
bayangan objek.
3. Tabung Mikroskop (TUBUS)
Untuk mengatur fokus dan menghubungakan lensa objektif revoler dan
okuler.
4. Makrometer (Pemutar Kasar)
Untuk menaikan dan menurunkan tabung mikroskop secara tepat
(memperjelas).
5. Mikrometer (Pemutar Halus)
Untuk menaikan dan menurunkan mikroskop secara lambat dan bentuknya
lebih kecil daripada makrometer (memfokuskan cahaya).
2
6. Kondensor
Mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk.
7. Diafrgma
Mengumpulkan cahaya dan memusatkan cahaya pada preparat yang
dialami.
8. Lengan Mikroskop
Menyangga bantuin.
9. Penjepit Preparat
Tempat meletakan preparat agar tidak bergerak saat dialami.
10. Meja Preparat
Tempat meletakan preparat agar tidak bergerak saat diamati.
11. Lampu Mikroskop
Sebagai sumber cahaya.
12. Kaki Mikroskop
Menyangga berdirinya mikroskop.
C. Persiapan Alat
1. Alat mikroskop
2. Sampel sputum
3. Buku catatan
4. Pulpen
D. Langkah-Langkah
1. Tekan tombol on/off untuk menhidupkan/mematikan mikroskop
2. Putar pengatur cahaya, kemudian atur diafragma dan kondesor sesuai
dengan pemeriksaan yang dilakukan.
3. Sesuai lensa objektif dan lensa okuler
4. Kemudian putar lensa objektif ke pembesaran 10 x untuk mencari lapang
pandang kondeson diturunkan dan diafragma dibuka 10 x.
5. Mainkan dengan diputar pada makrometer sampai lapang pandang terlihat
jelas.
3
E. Pengertian BTA
Bakteri Tahan Asam (BTA) adalah bakteri yang mempertahankan zat
warna karbon funchin meskipun dicuci dengan asam klorida dalam alkohol.
Pemeriksaan BTA merupakan pengisian untuk mendeteksi bakteri yang
dilakukan dengan cara pemeriksaan. Pemeriksaan BTA dilakukan untuk
menentukan adanya mykrobakterium tuberculosa yang setelah dilakukan
pewarnaan bakteri ini tidak mengalami perubahan warna oleh alkohol asam.
F. Menghitung BTA
Menghitung BTA menurut skala IUATLD
1. Jika ditemukan BTA minimal dalam 100 lapang pandang = BTA negatif
2. 1-9 BTA /100 lapang pandang, ditulis jumlah yang diumpai/ 100 lapang
pandang.
3. 10 – 99 BTA/ 100 lapang pandang, ditulis positif 1/+
4. 1 – 10 BTA/1 lapang pandang, ditulis positif 2/++
5. > 10 BTA/1 lapang pandang, ditulis positif 3/+++
4
13 15 7 2 18 9 0 44 6 12
47 32 18 27 23 5 23 44 6 0
7 81 7 42 20 8 0 132 47 44
13 0 67 20 8 22 0 46 43 35
45 127 81 0 12 0 13 29 28 40
60 50 53 0 11 21 20 230 0 3
17 80 11 90 11 32 310 10 57 0
20 0 12 12 70 0 42 120 14 10
3 1 42 71 31 29 50 30 71 12
50 21 97 21 40 0 50 61 0 10
PATOLOGI KLINIK
A. Dasar Teori
Pemeriksaan glukosa urien adalah untuk mengetahui ada/ tidaknya glukosa
dalam urine. Pemeriksaan ini termasuk pemeriksaan penyaring dalam urnalis.
Adanya glukosa di dalam urine di sebut glukosaria, ada dua hal yang dapat
menyebabkan glokosuria yaitu:
1. Bila kadar glukosa dalam plasma melampai batas kemampuan daya
reabsorsi ginjal
2. Bila kemampuan daya reabsorsi ginjal menurun
Pemeriksaan glukosa urine dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
1. Berdasarkan pada reaksi dan reduksi dan terdiri 2 metode yaitu
Benedict dan keliling
2. Berdasarkan reaksi enzimatik yaitu dengan metode carik celup
Metode beneditc banyak digunakan di laboratorium bila dibandingkan
dengan metode fehling hal ini disebabkan :
1. Kadar uric acid dan kreatinin yang tinggi lelak dapat mereduksi
Benedict tetapi dapat mereduksi fehling
2. Pada Benedict hanya menggunakan 1 jenis larutan saja ,sedang pada
fehling menggunakan 2 larutan .
3. Reagen Benedict lebih sensitif dari pada reagen fehling
4. Reagen Benedict bisa dipakai untuk menentukan kadar gula secara
kasar
5. Pemakaian bahan urine sedikit
Pemeriksaan glukosa urine dengan tes reduksi atau menggunakan Benedict
ini memanfaatkan sifat glukosa sebagai pereduksi. Zat yang paling sering
digunakan untuk menyatakan adanya reduksi adalah yang menyandung garam
cuprin. Reagen terbaik yang mengandung garam cuprin adalah larutan benedict
Prinsip dari tes benedict = glukosa dalam urine akan mereduksi kuprisulkat
(dalam benedict) menjadi kuprisulkat yang terlihat dengan perubahan warna dari
6
larutan benedict tersebut. Jadi, bila urine menyandung glukosa, maka akan
menjadi reaksi perubahan warna seperti yang dijelasan di atas. Namun bila tidak
dapat glukosa, maka reaksi tersebut tidak akan terjadi dan warna dari benedict
tidak akan berubah.
B. Tujuan
Menentukan ada tidaknya glukosa dalam sampel urine dengan dasar reaksi
reduksi
C. Prinsip
Glukosa dalam sampel akan mereduksi dalam kompleks dari reagen
Benedict (Ion cupri direduksi cupro ) dan mengendap dalam bentuk CUO
dan Cu2O dengan warna kuning hingga merah bata
D. Metode
Semi kuantitatif benedict
E. Kesalamatan Kerja
Hati hati dalam pemanasan sebab tabung bisa pecah atau cairan bisa
berhamburan
F. Alat - Alat
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Pipet tetes
4. Karet pengisap / vacum pomp
5. Tissue
6. Penjepit tabung
7. Pipet ukur 5 ml
8. Lampu spritus bunsen
9. Botol reagen
7
G. Reagensia
Benedict
H. Sampel
- Urine pagi
- Urine sewaktu
I. Cara kerja
1. Siapkan tabung reaksi yang bersih dan kering
2. Pipet 5 ml reagen Benedict masukan ke dalam tabung
3. Tambahkan pada tabung tersebut 4-8 tetes urine, kocok hingga
bercampur rata
4. Dengan menggunakan penjepit tabung, panaskan diatas api hingga
mendidih selama 1,2 menit atau masukan tabung ke dalam air mendidih
selama 5 menit
5. Angkat tabung biarkan dingin selama 5 menit
6. Amati Reaksi yang terjadi dan catat hasilnya.
J. Pembacaan
1. (-) : Bila larutan tetap biru
2. (+) : Bila larutan hijau kekuning kuningan dengan sedikit
endapan kuning, kadar glukosa antara 0,5% -1%.
3. ( ++ ) : Bila larutan menjadi kuning dengan endapan banyak
(kuning keruh), kadar glukosa anta 1% - 1,5%.
4. ( +++) : Bila warna menjadi jingga atau warna lumpur keruh
kadar glukosa antara 2% -3,5%.
5. ( ++++) : Merah keruh atau larutan jernih endapan merah, kadar
glukosa lebih dari 3,5 %.
K. Nilai Normal
( - ) Normal
8
DAFTAR PUSTAKA
A. Dasar Teori
Adanya Protein dalam urine di sebut proteinuria . Proteinuria biasanya
merupakan petunjuk adanya kerusakan pada ginjal .
Proteinuria terjadi karena :
1. Glukosa Fitrasion Rate (GFR) Meningkat
2. Kelainan basal membran glomerulus
3. Kelainan tubulus
4. Perubahan protein sehingga difitrasi ( misalnya pada multiple
myeloma)
Pemeriksaan terhadap protein termasuk pemeriksaan rutin. Pemeriksaan ini
berdasarkan pemeriksaan pada timbulnya kekeruhan. Tingkat kekeruhan yang
terbentuk menunjukkan banyak sedikitnya protein yang terdapat dalam urine.
Oleh karena itu syarat urine yang akan diperiksa adalah urine harus benar benar
jernih.
Protein adalah sumber asam amino yang mengandung unsur C,H,O,dan N.
Protein sangat penting sebagai sumber asam amino yang digunakan untuk
membangun struktur tubuh. Selain itu protein juga bisa digunakan sebagai sumber
energi bila terjadi difesiensi energi dari karbohidrat dan/ atau lemak . Sifat- sifat
protein beraneka ragam dituangkan dalam berbagai sifatnya saat bereaksi dengan
air, beberapa reagen dengan pemanasan serta beberapa perlakuan lainnya.
Protein yang dipanaskan akan membentuk presipitasi yang terlihat berupa
kekeruhan. Pemberian asam asetat dilakukan untuk mencapai atau mendekati titik
isoelektrik protein.
Penetapan kadar protein dalam urine biasanya dinyatakan berdasarkan
timbulnya kekeruhan pada urine. Karena padatnya atau kasarnya kekeruhan itu
menjadi satu ukuran utuk jumlah protein yang ada, maka menggunakan urine
yang jernih menjadi syarat yang penting. Salah satu uji protein urin yang cukup
peka adalah dengan melalui pemanasan urin dengan asam asetat dilakukan untuk
mencapai atau mendekati titik iso-elektronik protein, sedangkan pemanasan
bertujuan untuk denaturasi sehingga terjadilah presipitasi.
10
Kekeruhan yang ringan akan sangat sukar untuk dilihat, maka harus
menggunakan tabung yang bersih dan bagus. Jika tabung yang akan di gunakan
sudah tergores, maka tabung tersebut harus diganti. Pada pemberian asam asetat
yang sangat berlebihan akan mengakibatkan hasil negatif palsu pada pemeriksaan
tersebut sebaliknya. Hasil positif palsu dapat ditemukan bila kekeruhan terjadi
bukan diakibatkan oleh adanya globulin albumin, melainkan .
1. Nukleoprotein, kekeruhan terjadi pada saat pemberian asam asetat sebelum
pemanasan
2. Mucin kekeruhan juga terjadi pada saat pemberian asam asetat sebelum
pemanasan
3. Asam – asam renin, kekeruhan oleh zat ini larut dalam alkohol
4. Proteose, Presipitat terjadi setelah campuran reaksi mendingin kalau
dipanasi menghilang lagi.
5. Protein Bence Jones ini larut dalam pada suhu didih urine, terlihat
kekeruhan pada suhu kira – kira 60°C
B. Tujuan
Menentukan ada tidaknya protein didalam urine
C. Prinsip
Terjadi reaksi Presipitasi ditandai dengan tampaknya kekeruhan dan
endapan putih
D. Kesalamatan kerja
Hati – hati dalam pemanasan tabung reaksi
E. Alat – alat
1. Tabung reaksi
2. Penjepit tabung
3. Tissue
4. Pipet ukuran 5 ml
5. Rak tabung reaksi
11
6. Lampu spritus
7. Pipet tetes
8. Botol reagen
F. Reagensia
Asam asetat 6%
G. Sampel
Urine sewaktu
H. Cara Kerja
1. Siapkan tabung yang bersih dan kering
2. Masukan urin ke dalam reaksi 2,5 – 5 ml
3. Didihkan tabung tersebut diatas api dengan menggunakan penjepit
tabung selama 30 dekit
4. Tambahkan secara perlahan 3-5 tetes asam asetat 6%
5. Amati perubahan yang terjadi
I. Pembacaan
1. (-) : Tidak ada kekeruhan
2. (+1) : Ada kekeruhan ringan tanpa butir - butir (0,01- 0,05 %
protein) 10- 50
3. (+ 2) : Kekeruhan mudah dapat dilihat dan nampak butir-butir
dalam kekeruhan (0,05-02 % protein) 50 - 200
4. (+3 ) : Urine jelas keruh dan kekeruhan itu berkurang itu
berkeping keping ( 0,2 – 0,5 % protein ) 200-500
5. (+4 ) : Urine sangat keruh dan kekeruhan berkeping keping besar
atau begumpal gumpal atau pun memadat ( lebih dari 0,5 -%) > 500.
J. Nilai Normal
( - ) Negatif
12
DAFTAR PUSTAKA
PEMERIKSAAN HEMAGLOBIN
A. Dasar Teori
Hemaglobin merupakan protein yang banyak mengandung zat besi dan
memiliki afinitas terhadap oksigen untuk membentuk oksihemoglobin didalam
eritrosit . Dari mekanisme tersebut dapat berlansung proses distribusi oksigen dari
pulmo menuju jaringan. Pada hemaglobin manusia dewasa normal ( hemoglobin
A) terdapat 2 jenis rantai polipeptida yang dinamakan rantai A dan rantai B . Pada
rantai A masing – masing mengandung 141 gugus asam amino, sedangkan pada
rantai B masing – masing mengandung 146 rantai asam amino. Sehingga
hemoglobin A dinamai a2b2 . Akan tetapi hemoglobin darah dewasa normal
merupakan hemoglobin A, sekitar 2,5 % hemoglobin merupakan hemoglobin A2
tempat rantai B diganti oleh rantai S( a2b2 ) ( Gonong , 2001: 134).
Hemoglobin merupakan darah sruktur yang terdiri : Struktur HB yang terdiri
1. Haem : senyawa yang di kelilingi 4 cincin piral
2. Glubin : senyawa protein yang terdiri dari 2 rantai A dan 2 rantai B
B. Tujuan
Untuk mengukur hemoglobin dalam darah
C. Prinsip
Hemoglobin oleh asam klorida ( HCL 0,1 N) di ubah menjadi hematin
asam yang berwarna coklat tua. Penambahan aquadest sampai warnanya sama
dengan standar warna. Kadar hemoglobin di baca dalam satuan gram/ deciliter (
g/dl )
D. Metode
Auto hematologis analizer
E. Kesalamatan Kerja
1. Hati –hati tertusuk jarum pengisap darah
F. Alat- alat
1. Analizer
G. Reagensia
1. Rinse
2. Diluent
3. Lyse
4. Probe cleanser
15
H. Sampel
1. Darah EDTA
I. Cara Kerja
1. Hidupkan alat dengan menekan tombol on/off untuk menghidup atau
mematikan yang terletak di belakang.
2. Setelah alatnya hidup ketik password (admin)
3. Ikuti istruksi yang ada , alat akan maintenance otomatis.
a. Untuk pemeriksaan kontol
Tekan QC
File nomor 12
Hemogenkan darah
Setelah dihemogenkan, masukan kedalam pengisap
Tekan tombol dibelakang Jarum
Tunggu sampai hasilnya keluar
Tekan print dan hasilnya keluar secara otomatis
b. Untuk Pemeriksaan sampel
Tekan analis
Nexk sampel
Masukan II
Masukan ID/ identitas sampel
Masukan ke jarum pengisap
Tunggu hasilnya keluar
Tekan print dan hasilnya keluar secara otomatis
c. Untuk mematikan alat
Tekan menu
Pilih shoutdown
Tekan ok
Masukan probe cleanser
Tunggu 5 menit
Saat muncul tulisan please power of analizer tekan tombol off di
belakang
16
J. Nilai Normal
1. Laki – laki : 13-18 g/dl
2. Perempuan : 11,5-16,5 g/dl
3. Bayi ( matur darah tali pusat ) : 13,5-19,5 g/dl
4. Bayi 3 bulan : 9,5-13,5 g/dl
5. Anak- anak 1 tahun : 10,5-13,5 g/dl
6. Anak –anak 3,6 tahun : 12-00-14,0 g/dl
7. Anak anak 10 – 12 tahun : 11,5- 14,5 g/dl
K. Hasil Pemeriksaan
No Nama Kode id Hasil
1 Nn. S 73/A 13.0 g/dl
2 Tn. C 659 15.5 g/dl
3 Tn. P 658 11.6 g/dl
4 Tn. E 661 14.1 g/dl
5 Nn. I 666 10.9 g/dl
6 Nn. M 665 12.9 g/dl
DAFTAR PUSTAKA
SAMPLING
2. Kimia Klinik
Kimia Klinik merupakan pemeriksaan kimia untuk mengetahui nilai secara
kuantitatif suatu fungsi tertentu di dalam tubuh seperti: gula darah, fungsi
ginjal, kolesterol dalam darah dan fungsi hati.
a. Pemeriksaan Gula Darah
Gula darah puasa
Gula 2 JPP
Gula darah sewaktu
b. Pemeriksaan Fungsi Ginjal
BUM
Ureum
Kreatinin
Asam Urat
Total Protein
Albumin
Globulin
c. Pemeriksaan Lemak / Lipid
Cholesterol total
Trigliserida
HDL
LDL
LDH
d. Pemeriksaan Fungsi Hati
SGOT
SGPT
Bilirubin total
Bilirubin Direk
Alkalin Phospatase
3. Mikrobiologi
Mikrobiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang jasad renik yang
hanya bisa dilihat dengan mikroskof. Contoh pemeriksaannya seperti:
20
KIMIA KLINIK
PATOLOGI KLINIK
5. Blood Container
Tabung tempat penampungan darah yang
tidak bersifat vakum udara. Ini biasa
digunakan untuk pemeriksaan manual, dan
dengan keperluan tertentu misalnya
pembuatan tampungan sendiri untuk
efisiensi biaya.
6. Kapas Alkohol
Merupakan bahan dari wool atau kapas
yang mudah menyerap dan dibasahi
dengan antiseptic berupa etil alkohol.
Tujuan penggunaan kapas alkohol adalah
untuk menghilangkan kotoran yang dapat
mengganggu pengamatan letak vena
sekaligus mensterilkan area penusukan
agar resiko infeksi bisa ditekan.
25
7. Plester
Digunakan untuk fiksasi akhir penutupan
luka bekas plebotomi, sehingga membantu
proses penyembuhan luka dan mencegah
adanya infeksi akibat perlukaan atau
trauma akibat penusukan.
8. Handscoon
sarung tangan yang biasa di pakai oleh
tenaga medis agar terhindar dari droplet
pasien. Tujuan Penggunaan Handscoon
adalah untuk mencegah terjadinya
infeksi silang serta mencegah terjadinya
penularan kuman.
9. Lancet
Merupakan jarum kecil disposable yang
digunakan untuk pengambilan darah
kapiler dipermukaan kulit atau ujung
jari pasien. Bisa berupa classic lancet
yang terpisah dari pemantiknya. Atau
bisa berupa automatic lancet yang
langsung bisa dipergunakan tanpa
pemantik lagi.
10. Wax
Merupakan dempul atau penutup yang
digunakan sebagai penahan dasar
tabung hematokrit sehingga disaat
penyimpanan sampel darah atau
pemutaran nilai hematokrit, darah bisa
tertahan didalam tabung.
26
10. Letakkan kapas alkohol 70% yang sudah diperas pada tempat
tusukan, jarum ditarik kembali.
11. Pasien disuruh menekan bekas tusukan dengan kapas tersebut
selama beberapa menit dan diberi plester (tangan masih dalam
keadaan lurus / siku tidak boleh ditekuk)
12. Lepaskan jarum sempritnya dan alirkanlah (jangan disemprotkan)
darah kedalam wadah yang tersedia melalui dinding dan wadah
penampung.
13. Wadah ditutup dan diberi label yang bertuliskan nomor
laboratorium.
14. Catat waktu pengambilan dan paraf formulir kartu kendoli.
c) Pengolahan Spesimen Darah (Whole Blood)
Darah yang diperoleh ditampung dalam tabung yang telah
berisikan antikougulan yang sesuai. Kemudian
dihomogenisasikan dengan cara membolak-balikkan tabung kira-
kira 10-12 kali secara perlahan dan merata. (Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1792 / MENKES / SK
VXIII / 2010 tentang pedoman pemeriksaan kimia klinik, jakarta
Kementerian Kesehatan RI, 2010).
Cara membuat darah EDTA
Sediakan wadah masukkan 2 – 3 tetes larutan EDTA 10%
dengan pipet pastrur kedalamnya, biarkan mengering.
Alirkan 2 ml darah kedalamnya melalui dinding wadah.
Tutuplah wadah dan segera campur dengan gerakan melingkar
searah jarum jam diatas meja secara perlahan secara perlahan
selama 60 detik atau lebih (Petunjuk Pemeriksaan Hematologi,
Jakarta, Departemen Kesehatan, 1992).
a) Teknik Pengambilan Sampel Darah Vena
1) Lokasi pengambilan darah vena yaitu pada pembuluh darah pada
lipatan siku, pilih yang paling jelas dan paling besar.
2) Letakkan tangan pasien lurus diatas meja denagn telapak tangan
menghadap ke atas.
29
3) Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol, bukan saja darah itu
diencerkan, tetapi darah juga melebar di atas kulit sehingga sukar di
isap ke dalam pipet.
4) Tetes darah pertama dipakai untuk pemeriksaan.
5) Terjadi bekuaan pada tetes darah karena terlalu lambat bekerja.
DAFTAR PUSTAKA