Anda di halaman 1dari 22

UPAYA MENCEGAH DAN MEMINIMALKAN RESIKO DAN

HAZARD PADA TAHAP IMPLEMENTASI ASUHAN


KEPERAWATA
Di susun untuk memenuhi mata kuliah K3 dalam keperawatan
Dosen: Kristin Rosela,SST, M.Kes.

Di buat oleh
Kelompok 3

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah tugas tentang
Konsep Kebutuhan Dasar Manusia . Penyusunan makalah ini bertujuan agar para
pembaca dapat menambah wawasan dan pengetahuannya.

Kami menyadari bahwa makalah ini mungkin terdapat kesalahan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik dari
pembaca dan mudah-mudahan makalah ini dapat mencapai sasaran yang
diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palangaka raya, Juni 2018

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................. i


Daftar Isi ......................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 2 PEMBAHASAN

BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

SPASI 1.0 BAGIAN INI

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap pekerjaan di dunia ini pasti masing-masing memiliki tingkat risiko
bahaya.Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu upaya untuk
menciptakan suasana bekerja yang aman, nyaman, dan tujuan akhirnya adalah
mencapai produktivitas setinggi-tingginya.Maka dari itu K3 mutlak untuk
dilaksanakan pada setiap jenis bidang pekerjaan tanpa kecuali.Upaya K3
diharapkan dapat mencegah dan mengurangi risiko terjadinya kecelakaan maupun
penyakit akibat melakukan pekerjaan.Dalam pelaksanaan K3 sangat dipengaruhi
oleh tiga faktor utama yaitu manusia, bahan, dan metode yang digunakan, yang
artinya ketiga unsur tersebut tidak dapat dipisahkan dalam mencapai penerapan
K3 yang efektif dan efisien.
Untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja maka di
setiap perusahaan yang memiliki tenaga kerja lebih dari 100 orang dan memiliki
risiko besar terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan
program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Permenaker No. 5 Tahun 1996).
Menurut ILO, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah menjaga dan
meningkatkan kesejahteraan fisik, mental dan sosial seluruh para pekerja dan
pada semua sektor pekerjaan, mencegah pekerja terjangkit penyakit yang
disebabkan oleh kondisi pekerjaan, melindungi pekerja dari risiko yang
berdampak buruk pada kesehatan, menempatkan dan menjaga pekerja dalam
lingkungan yang sesuai dengan kondisi fisiologi dan psikologi, menyesuaikan
pekerjaan dengan pekerja serta pekerja dengan pekerjaannya (Markkanen, P.K,
2004).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja upaya pencegahan meminimalkan risiko dan hazard pada tahap
implementasi

1
2

1.3 Tujuan
2. Untuk mengetahui upaya pencegahan risiko dan hazard pada tahap
proses keperawatan.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Upaya Mencegah Dan Meminimalkan Risiko Dan Hazard Pada Tahap
Implementasi Asuhan Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke
status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kreteria hasil yang di
harapkan ( Gordon, 1994, dalam potter dan perry, 1997 ). Tujuan dari pelaksanaan
adalah membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan, mencakup
peningkatan kesehatan, pencegahan, penyakit, pemulihan kesehatan dan
memfasilitasi koping.
Contoh upaya mencegah Hazard dan Risiko Implementasi Keperawatan :
1. Membantu dalam aktifitas sehari-hari
2. Konseling
3. Memberikan asuhan keperawatan langsung.
4. Kompensasi untun reaksi yang merugikan.
5. Teknik tepat dalam memberikan perawatan dan menyiapkan klien untuk
prosedur.
6. Mencapai tujuan perawatan mengawasi dan menggevaluasi kerja dari
anggota staf lain.
Tiga prinsip pedoman implementasi asuhan keperawatan :
1). Mempertahankan keamanan klien
2). Memberikan asuhan yang efektif
3). Memberikan asuhan yang seefisien mungkin

2.1.1 Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Sama Secara Umum


1) Upaya pencegahan keccelakaan kerja melalui pengendalian bahaya
yang di tempat kerja pemantauan dan pengendalian kondisi tidak aman
di tempat kerja.
2) Upaya pencegahan kecelakaan kerja melalui pembinaan dan
pengawasan pelatihan dan pendidikan,konseling dan
konsultasi,pengembangan sumber daya atau teknologi terhadap tenaga
kerja tentang penerapan k3.
3) Upaya pencegahan kecelakaan kerja melalui system manajemen
prosedur dan aturan k3, penyediaan sarana dan prasarana k3 dan
pendukungnya, penghargaan dan sanksi terhadap penerapan k3 di
tempat kerja.
Terdapat Juga Beberapa Upaya Pencegahan Lain,Antara Lain :
Pelayanan kesehatan kerja diselenggarakan secara paripurna,terdiri dari pelayanan
promotif,prefentif,kuratif dan rehabilitative yang di laksanakan dalam suau system
yang terpadu.

2.2 Metode Implementasi Keperawatan


1. Membantu dalam aktifitas kehidupan sehari-sehari.
2. Konseling
3. Penyuluhan
4. Memberikan asuhan keperawatan langsung.
5. Kompensasi untuk reaksi yang merugikan.
6.Teknik tepat dalam memberikan perawatan dan menyiapkan klien untuk
prosedur.
7. Mencapai tujuan perawatan.
8. Mengawasi dan mengevaluasi kerja dari anggota staf lain

2.3 Prinsip Pendoman Implementasi Asuhan Keperawatan


1. Mempertahankankeamanan klien
Tindakan yang membahayakan tidak hanya dianggap sebagai pelanggaran etika
standar keperawatan professional,tetapi juga merupakan suatu tindakan
pelanggaran hukum yang dapat dituntut.
2. Memberikan asuhan yang efektif
3. Memberikan asuhan seefisien mungkin
Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja secara umum
1.Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Pengendalian Bahaya di
TempatKerja : Pemantauan dan Pengendalian Kondisi Tidak Aman di tempat
kerja.
2.Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Pembinaan dan Pengawasan:
Pelatihan dan Pendidikan, konseling dan konsultasi, pengembangan sumber daya
atau teknologi terhadap tenaga kerja tentang penerapan K3
3.Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui sistem manajemen: Prosedur dan
Aturan K3, Penyediaan Sarana dan Prasarana K3 dan pendukungnya,Penghargaan
dan Sanksi terhadap penerapan K3 ditempat kerja
Terdapat juga beberapa upaya pencegahan lain, antara lain :
Pelayanan kesehatan kerja diselenggarakan secara paripurna, terdiri dari
pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan dalam
suatu sistem yang terpadu.
KASUS 1
Seorang Perawat RSUD Gunung Jati Positif Difteri
Seorang perawat di RSUD Gunung Jati, Kota Cirebon, diketahui positif difteri
pasca menangani pasien yang menderita penyakit yang sama.
CIREBON - Seorang perawat di RSUD Gunung Jati, Kota
Cirebon, diketahui positif difteri pasca menangani pasien difteri. Berdasarkan
informasi, perawat tersebut diduga tertular pasca menangani dan melakukan
tindakan awal pada pasien positif difteri tersebut, perawat yang terkena difteri
berinisial Ru dan bertugas di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Gunung
Jati. Ru diketahui merupakan perawat pertama yang menangani pasien pertama
difteri yang masuk rumah sakit tersebut.
Analisa Kasus 1
Hazard yang ada di kasus :
Hazard Biologis yaitu perawat tertular penyakit Difteri dari pasien pasca
menangani dan melakukan tindakan awal pada pasien positif difteri.
Upaya Pencegahan Kasus 1
Upaya pencegahan dari Rumah Sakit/ tempat kerja:
3. RS menyediakan pemilahan tempat sampah medis dan non medis. Alasan: Bila
sampah medis dan non medis tercampur dan tidak dikelola dengan baik akan
menimbulkan penyebaran penyakit.
1. RS menyediakan APD yang lengkap seperti masker, handscoon, scout dll
Alasan: meminimalisir terjadinya atau tertularnya penyakit/ infeksi yang
dapat terjadi terutama saat bekerja, APD harus selalu di gunakan sebagai
pelindung diri. Dengan kasus diatas dapat dihindari jika perawat menggunakan
APD lengkap mengingat cara penularan difteri melalui terpaparnya cairan ke
pasien.
4. RS menyediakan SOP untuk tindakan keperawatan.
Alasan: Agar petugas/perawat menjaga konsistensi dan tingkat kinerja
petugas/perawat atau tim dalam organisasi atau unit kerja, sebagai acuan (check
list) dalam pelaksanaan kegiatan tertentu bagi sesama pekerja, supervisor dan lain-
lain dan SOP merupakan salah satu cara atau parameter dalam meningkatkan
mutu pelayanan.
2. Menyediakan sarana untuk mencuci tangan atau alkohol gliserin untuk perawat.
Alasan: Cuci tangan merupakan cara penanganan awal jika kita sudah terlanjur
terpapar cairan pasien baik pasien beresiko menularkan atau tidak menularkan.
Cuci tangan merupakan tindakan aseptic awal sebelum ke pasien maupun setelah
ke pasien.
1.Upaya pencegahan pada Perawat:
Menjaga diri dari infeksi dengan mempertahankan teknik aseptic seperti mencuci
tangan, memakaiAPD, dan menggunakan alat kesehatan dalam keadaan steril.
Alasan: Agar perawat tidak tertular penyakit dari pasien yang di tangani meskipun
pasien dari UGD dan memakai APD adalah salah satu SOP RS

2.Perawat mematuhi Standar Operational Prosedure yang sudah ada RS dan


berhati-hati atau jangan terburu-buru dalam melakukan tindakan. Alasan
:Meskipun pasien di Ruang UGD dan pertama masuk RS, perawat sebaiknya lebih
berhati – hati atau jangan terburu-buru dalam melakukan tindakan ke pasien dan
perawat menciptakan dan menjaga keselamatan tempat kerja supaya dalam
tindakan perawat terhindar dari tertularnya penyakit dari pasien dan pasien juga
merasa aman.

Kasus 2
Ribuan Perawat di Indonesia Tertular Hepatitis B
Jakarta, HanTer - Data Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Kementerian Kesehatan, menunjukkan sebanyak 7.000 tenaga kesehatan (Nakes)
terinfeksi hepatitis B.
Sebanyak 4.900 di antaranya disebabkan karena tertusuk jarum suntik, dan hanya
2.200 yang terinfeksi dari populasi. Hal ini menunjukkan jika tenaga kesehatan
menjadi profesi yang paling rawan tertular hepatitis B. penularan virus hepatitis B
terjadi dalam insiden ‘kecelakaan’.
Kecelakaan berupa tertusuk jarum terjadi saat Nakes mencoba menutup jarum
suntik terutama saat selesai melakukan tindakan seperti setelah selesai melakukan
pemberian obat atau pengambilan sampel darah. Dengan metode penutupan yang
salah dan kurang hati-hati, banyak Nakes yang akhirnya tertusuk jarum.
“Rata-rata empat dari tindakan menutup jarum suntik bekas pakai, satu
diantaranya tertusuk jarum,” Peneliti Hepatitis dari Universitas Indonesia, dr
Lukman Hakim Tarigan MMedSc, ScD, di Jakarta, kemarin.
Riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan bahwa Indonesia bagian
barat tercatat 9,4 persen atau 1 dari 10 penduduk Indonesia mengidap hepatitis B.
“Jadi total penduduk Indonesia yang mengidap virus hepatitis B ada 22,3 juta
orang, dimana separuhnya membutuhkan pengobatan. Jika tidak diobati, maka
dalam 10 tahun ke depan akan berubah menjadi sirosis hati yang membutuhkan
transplantasi hati,” tandasnya. (Tryas).
Analisa Kasus 2
Hazard: Terinfeksi hepatitis B akibat tertusuk jarum suntik saat menutup jarum
suntik setelah digunakan dari pasien.
Upaya Pencegahan Kasus 2
Upaya pencegaham dari Rumah Sakit/ tempat kerja:
1. Memberikan imunisasi hepatitis pada semua tenaga kesehatan yang bekerja dan
belum mendapat imunisasi hepatitis sebelumnya, terlebih pada tenaga kesehatan
yang mempunyai resiko tinggi tertular. Mereka harus diberi perlindungan khusus
misalnya dengan memberikan dalam tiga dosis vaksinasi. Alasan: Dengan
memberikan imunisasi pada semua tenaga kesehatan dapat dapat menjadi
pencegahan awal / preventif agar tenaga kesehatan bebas tertular penyakit akibat
kerja seperti tertular virus hepatitis B, dan prinsip mencegah lebih baik dari pada
mengobati.
2. Rutin mengadakan konseling dan rutin mengadakan pemeriksaan kesehatan
berkala kepada tenaga kesehatan, terutama tenaga kesehatan yang bergelut di
tempat beresiko terkena kecelakaan kerja. Alasan: Dengan mengadakan konseling
rutin dan pemeriksaan kesehatan berkala dapat menjadi suatu pendeteksi
kesehatan tenaga kerja, konseling dapat digunakan sebagai upaya untuk
memberikan edukasi kepada tenaga kesehatan, dan pemeriksaan kesehatan berkala
dapat dilakukan sebagai upaya perlindungan kesehatan, serta pendeteksian awal
apabila terkena penularan penyakit sehingga dapat cepat tertangani / terobati.
3.Memberikan pendidikan, pengetahuan kepada seluruh tenaga kesehatan tentang
cara menutup jarum suntik yang benar , tidak membahayakan, dan sesuai dengan
prosedur. Alasan: pendidikan ini sangat penting diberikan kepada perawat agar
terhindar dari kecelakaan yang membahayakan kesehatan. Sehingga apabila
perawat mengetahui cara yang benar akan menjauhkan diri dari kecelakaan
terutama tertusuknya jarum suntik.
4. Menyediakan tempat sampah khusus jarum dan benda-benda tajam yang sesuai
dan praktis. Alasan: Dengan penyediaan tempat sampah khusus jarum dapat
mempermudah kerja perawat sehingga saat perawat lalai atau terburu-buru
perawat bisa langsung membuang jarum tersebut ke tempat sampah khusus jarum.
5. Menyediakan semua alat pelindung diri bagi tenaga kesehatan yang sesuai
dengan standart keselamatan. Alasan: apabila tersedia semua alat pelindung diri
secara lengkap dapat meminimalkan terjadinya kecelakaan saat kerja.
6. Menyediakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman. Seperti kelengkapan
perlengkapan kerja dll. Alasan: Dengan lingkungan kerja yang aman dan nyama
dapat meningkatkan kinerja baik bagi tenaga kesehatan, serta tenaga kesehatan
bisa lebih focus dan berkonsentrasi saat bekerja.

4.Upaya pencegahan pada Perawat:


1. Membentengi diri dengan imunisasi seperti imunisasi hepatitis sebagai upaya
preventif awal bagi diri sendiri. Alasan: Dengan membentengi diri dengan
imunisasi dapat menghindarkan diri dari terinfeksi dan tertularnya penyakit
terutama akibat kerja, karena di dalam tubuh sudah ada imunisasi sebagai benteng.
2. Menggunakan APD yang lengkap seperti handscoon, masker, dan google jika
diperlukan. Alasan: Dengan memakai alat pelindung diri sesuai dengan standart
saat bekerja dapat meminimalkan resiko terjadinya kecelakaan dan menjaga diri
dari saat bekerja.
3. Selalu menerapkan tindakan aseptic kepada semua klien. Alasan: Tindakan
aseptic sangat diperlukan dan diterapkan sebelum,saat, dan sesudah bekerja, agar
kita terhindar dari tertularnya dan terinfeksi dari penyakit.
4. Menanamkan sifat kehati-hatian, konsentrasi yang tinggi, dan ketenangan saat
bekerja terutama saat melakukan tindakan yang beresiko ke pasien. Alasan: sifat
hati-hati, berkonsentrasi, dan ketenangan sangat diperlukan saat bekerja, agar
tidak terjadi kesalahan, kelalaian saat bekerja, sehingga tercipta kesehatan dan
keselamatan bagi diri sendiri selain juga bagi pasien.
5.Memahami prosedur penggunaan jarum suntik dan cara selesai digunakan
terutama saat menutup jarum suntik. Alasan: Dengan mempunyai keahlian yang
lebih dapat menghindarkan diri kita dari berbagai macam kelalaian saat bekerja
6.Memahami prosedur dan pertolongan awal apabila terjadi sesuatu yang
membahayakan. Alasan: Dengan memahami prosedur dan pertolongan awal
terutama saat terjadi kecelakaan dapat meminimalkan terjadinya kondisi yang
semakin buruk, dan agar dapat mendapat penanganan secara cepat juka kita
memahami prosedur pertolongan.
7.Menyiapkan peralatan dengan lengkap seperti menyiapkan bengkok sebagai
tempat awal pembuangan jarum suntik. Alasan: Persiapan alat yang lengkap
sesuai dengan prosedur saat memerlukan tindakan juga sangat diperlukan untk
menghindrkan dari kecelakaan kerja, jika alat-alat sudah disiapkan dengan
maksimal maka tidak akan mengganggu kinerja. Sehinggan keamanan dan
keselamatan bisa terus terjaga.
Kasus 3
Risiko dan beban HIV/AIDS pada petugas layanan kesehatan
Di AS, Centers for Disease Control (CDC) melaporkan bahwa pada 31 Desember
2000, 24.844 orang dewasa yang dilaporkan dengan AIDS di AS pernah bekerja
di layanan kesehatan. Kasus tersebut mewakili 5,1% dari 486.826 kasus AIDS
yang dilaporkan pada CDC yang tidak memiliki informasi tentang pekerjaannya.
Khusus di AS, hanya ada 57 kasus penularan HIV yang dikonfirmasi terjadi
setelah terpajan HIV waktu bekerja dan 139 kasus yang tidak melaporkan faktor
risiko lain selain riwayat terpajan darah, cairan tubuh terkait pekerjaan atau
terinfeksi HIV akibat alat laboratorium. Di seluruh dunia, diperkirakan sedikit di
atas 4% penularan HIV pada petugas layanan kesehatan adalah pajanan melalui
luka karena benda tajam waktu sedang bekerja. Walaupun sebagian besar
penularan HIV akibat pajanan dalam pekerjaan diyakini terjadi di Afrika sub-
Sahara, hal itu tetap berarti bahwa sebagian besar infeksi HIV pada petugas
layanan kesehatan ditularkan melalui komunitas.
Analisa Kasus 3
Hazard:
1.Terpapar darah
2.Cairan tubuh pasien
3.Terinfeksi HIV akibat alat laboratorium
4.Terdapat luka pada kulit
Upaya Pencegahan Kasus 3
Upaya pencegaham dari Rumah Sakit/ tempat kerja:
1.Ruangan perawatan pasien HIV AIDS pada rumah sakit harus memberikan
fasilitas alat pelindung diri yang safety untuk tenaga kesehatan Alasan: supaya
perawat tidak terpapar langsung oleh segala macam bentuk cairan pasien
HIV/AIDS dan agar tidak tertular passion HIV/AIDS
2.Menyediakan ruangan isolasi khusus untuk pasien yang menderita HIV AIDS
Alasan: agar tenaga kesehatan, khussunya perawat tidak terpapar secara langsung
oleh penderita HIV/AIDS
3Tersedianya asupan gizi seimbang untuk tenaga kesehatan Alasan: guna
mempertahankan sistem imunitas tubuh untuk tenaga kesehatan
4.Rumah sakit harus mengadakan pemeriksaan kesehatan secara rutin kepada
tenaga kesehatan yang mengalami kecelakaan saat melakukan tindakan seperti
tertusuk jarum bekas pasien HIV AIDS Alasan: agar tenaga kesehatan, khususnya
perawat pasien HIV/AIDS memiliki status kesehatan yang optimal.
5.Adanya hari bina fisik bersama dalam satu minggu, misalnya senam pagi
bersama di hari jumat Alasan: guna mempertahankan sistem imunitas tubuh
Upaya pencegahan pada Perawat:

1.Melakukan penyuluhan mengenai HIV/AIDS secara rutinAlasan :sebagai salah


satu langkah preventif bagi klien dan tenaga kesehatan.
2.Menjaga keselamatan diri dan tenaga kesehatan lain dari infeksi virus
HIV/AIDS dengan mempertahankan teknik aseptik, menggunakan alat kesehatan
dalam keadaan steril. Alasan: Agar terhindar dari infeksi virus.
3.Meningkatkan daya tahan tubuh dengan cara melakukan olahraga secara teratur
dan mengonsumsi makanan gizi seimbang Alasan :agar tubuh tetap terjaga dengan
baik sistem imunitasnya.
4.Hindari berkontak langsung dengan segala macam cairan klien apabila dirasa
sistem imunitas tubuh sedang menurun / tidak menggunakan APD / tubuh sedang
terjadi luka (lecet). Alasan : agar tidak tertular virus pasien HIV / AIDS

Kasus 4
Rumah Sakit kepada Perawat : Cedera Anda Bukanlah Masalah Kita Terry
Cawthorn seorang perawat yang sudah bekerja selama 20 tahun di Rumah Sakit
Mission. Tetapi karena ia mengalami cidera tulang belakang yang terjadi berulang
kali, dan hal tersebut disebabkan karena mengangkat pasien, akhirnya, ia dipecat.
Cawthorn mengambil jalan hukum untuk menghadapi pihak rumah sakit dan
masih harus berjuang dalam kehidupan sehari-hari akibat cidera yang dialaminya.
Pihak rumah sakit tidak mengakui bahwa cidera yang dialami Cawthorn adalah
akibat dari pekerjaannya sebagai perawat. Mereka juga menolak bahwa perkerjaan
sehari-hari perawat berisiko menciderai perawat maupun berdampak buruk
terhadap perawat. Hampir seluruh rumah sakit di seluruh negeri memiliki
pendapat yang sama. Ia bercerita saat itu pasien yang memiliki badan cukup besar
baru saja melakukan operasi caesar, dan ia membantu memindahkannya dari
brankat ke tempat tidur. Hal tersebut bisa dilakukan ribuan kali olehnya setiap
hari, dan itu kerap kali dilakukannya seorang diri. Begitu juga dengan perawat-
perawat lainnya. Hampir setiap memidahkan pasien, secara tidak langsung ia juga
menjadi tumpuan beban bagi pasiennya tersebut. Karena ia selalu menjaga
pasiennya agar tidak terjatuh.
Analisa Kasus 4
Hazard :
Ergonomi Seorang pasien yang memiliki badan lumayan besar baru saja
melakukan operasi caesar, dan Cawthorn membantu memindahkannya dari
brankat ke tempat tidur. Hal tersebut bisa dilakukan ribuan kali olehnya setiap
hari, dan itu kerap kali dilakukannya seorang diri. Begitu juga dengan perawat-
perawat lainnya. Hampir setiap memidahkan pasien, secara tidak langsung ia juga
menjadi tumpuan beban bagi pasiennya tersebut. Karena ia selalu menjaga
pasiennya agar tidak terjatuh.
Upaya Pencegahan Kasus 4
Pihak rumah sakit meminta vendor untuk datang ke fasilitasnya dan memberikan
service atau semacam layanan singkat untuk mendemonstrasikan gambaran dan
penggunaan peralatan gunanya sebelum perawat menggunakan peralatan terhadap
pasien sebenarnya, agar dapat menjamin perawat bisa secara kompeten
menggunakan peralatan tersebut tanpa mencederai diri sendiri ataupun pasien.
Jadi, setelah pihak rumah sakit menyediakan peralatan yang canggih dalam
memudahkan perawat, mereka juga mendatangkan tenaga ahli untuk
mendemonstrasikan cara penggunaan alat tersebut kepada perawat.

Upaya pencegaham dari Rumah Sakit/ tempat kerja:


Menurut Roslan (2008) dalam Selvianti, R (2009) ada tiga metode kontrol yang
seharusnya dilakukan rumah sakit untuk mengurangi risiko ergonomi yaitu:
1. Kontrol Secara Teknis
Bila membeli peralatan, rumah sakit seharusnya bekerja sama dengan Komite
K3/Ergonomi RS/Vendor untuk menyesuaikan dan memadukan peralatan dengan
tugas-tugas umum perawat. Termasuk juga para perawat harus dilibatkan dalam
proses pembelian untuk menjamin bahwa peralatan mudah digunakan dan sesuai
dengan kondisi perawat. Contohnya seperti kerekan langit-langit otomatis dan
tempat tidur otomatis jadi perawat tidak perlu lagi menunduk untuk mengatur
posisi pasien. Alasan :Karena tanpa adanya bantuan alat-alat tersebut bisa
berdampak negatif bagi perawat apalagi bagi mereka yang sudah bekerja
bertahun-tahun. Keluhan yang biasa muncul adalah nyeri punggung, nyeri leher
dan bahkan bisa menyebabkan cidera tulang belakang, seperti pada kasus Terry
Cawthorn.
2. Kontrol metode kerja
Pembelian peralatan merupakan langkah dalam mereduksi risiko ergonomi.
Penyediaan dan pengadaan staf dengan pelatihan berbasis keahlian secara kritik
menjamin bahwa mereka tahu menggunakan peralatan secara tepat dan
mengetahui bagaimana peralatan tersebut mereduksi risiko ergonomi.Alasan:
Karena jika perawat tidak bisa cara mengoperasikan alat tersebut, maka
kemungkinan yang terjadi adalah dapat menciderai pasien maupun perawat itu
sendiri, dan pengobatan juga menjadi tidak optimal.
3. Kontrol Administrasi
Beberapa rumah sakit dalam melaksanakan layanan telah menyediakan jumlah
staf yang cukup untuk menjamin bahwa penanganan pasien yang dilakukan dapat
tertangani dengan baik. Dengan dua orang perawat secara normal diperlukan
untuk memindahkan dan membawa pasien, tapi dalam kondisi tertentu maka satu
orang perawat bisa melakukan tugas-tugas tersebut dengan syarat terlatih dengan
teknik mengangkat pasien yang tepat. Banyak sekali perawat mengalami cidera
karena banyak dari mereka tidak merencanakan dengan baik teknik mengangkat
yang tepat. Jadi, pihak rumah sakit bisa mengadakan pelatihan bagi perawat
mengenai teknik mengangkat pasien yang tepat dan pihak rumah sakit juga harus
menambah tenaga kedan berkurang serta bisa meminimalisir cedera yang dialami
perawat. Alasan rja perawat agar beban kerja perawat bisa seimbang
:Karenakurangnya tenaga kerja atau jumlah perawat dapat mengakibatkan beban
kerja pada perawat meningkat dan resiko cidera pada individu masing-masing
perawat juga meningkat.
1. Upaya pencegahan dari pihak perawat: Mengikuti pelatihan teknik
mengangkat pasien dengan benar. Alasan :Karena, perawat yang tidak
mengetahui hal tersebut bisa jadi secara asal mengangkat pasien. tanpa
sadar ternyata hal tersebut telah menciderai perawat. Seperti : cidera tulang
leher dan cidera tulang belakang.
2. Tidak memaksakan diri dalam melakukan pekerjaan yang berat. Sebisa
mungkin minta tolong oleh rekan sejawat. Alasan :Karena, beban kerja
perawat yang meningkat bisa mengakibatkan stress dan jika memaksakan
diri maka akan berdampak negatif bagi perawat.
3. Memenuhi Asupan gizi seimbang dan mengkonsumsi vitamin serta
olahraga teratur. Alasan :Karena, jika perawat tidak menjaga hal tersebut
maka perawat akan mudah sakit dan tidak prima dalam bekerja. Terlebih
beban kerja mereka yang banyak dan berat.
4. Belajar mengoperasikan alat-alat yang sudah disediakan oleh pihak rumah
sakit. Alasan :Karena, tanpa kemampuan tersebut dapat terjadi risiko
cidera pada pasien dan perawat. Bahkan bisa merusak peralatan tersebut.
Kasus 5
Beban stres dan frustrasi akibat pekerjaan pada staf layanan kesehatan
Berdasarkan sebuah proyek penelitian yang melibatkan 20 LSM AIDS di Kanada,
“bekerja di bidang HIV/AIDS yang demikian rumit dan tidak
berperikemanusiaan” itulah yang menyulitkan untuk mempertahankan tenaga
kerja secara efektif. Hal ini muncul karena staf itu harus terus menghadapi
masalah komunikasi, keletihan, depresi, duka yang tidak terselesaikan, banyaknya
pergantian staf dan frustrasi.Pengamatan yang serupa juga dilaporkan dalam
sejumlah survei terhadap petugas kesehatan di Afrika. “Frustrasi terhadap
pekerjaan dan perwujudannya (misalnya, patah semangat, tidak mampu memberi
layanan, berpendapat bahwa mustahil untuk membuat perubahan) harus dicegah
dengan segala cara,” Profesor Alta Van Dyk dari University of South Afrika
(UNISA) menulis. Topik kunci yang sebenarnya terjadi: petugas layanan
kesehatan “bergumul dengan beban kehilangan yang berlebihan, terlalu mengenal
pasiennya, takut terhadap pajanan HIV sewaktu bekerja, dan kesulitan untuk
menangani diri sendiri dan stigmatisasi pasien dan masalah kerahasiaan. Pada
umumnya perawat berpendapat bahwa mereka belum dilatih secara memadai
untuk memberikan konseling terkait HIV; sebagian besar mereka merasa tidak
didukung oleh atasan, keluarga dan teman mereka; dan mereka sering marah
tentang lambatnya kinerja pemerintah serta pesan kesehatan yang salah.
Beberapa pengamatan menonjol di dalam penelitian itu – salah satunya
adalah lebih dari separuh perawat merasa kesulitan untuk mempertahankan batas
hubungan secara profesional dengan pasien, dan kurang lebih empat dari lima
(khususnya perawat) “mengakui bahwa mereka merasa perlu untuk
‘menyelamatkan’ pasien, sering menyatakan rasa frustrasi mereka dalam bentuk
karangan karena tidak mampu menyelamatkan pasien.” Prof. Van Dyk mencatat
bahwa banyak penelitian melaporkan bahwa perawat yang tidak membuat jarak
hubungan emosional secara tepat akan lebih menderita akibat stres dan frustrasi
terhadap pekerjaannya. Walaupun sebagian besar peserta dalam penelitian UNISA
melaporkan memakai mekanisme ‘positif’ untuk bertahan dengan stres, banyak
orang yang benar-benar frustrasi belum menemukan mekanisme untuk mampu
bertahan secara positif. Setelah bekerja di bidang ini sejak awal 1990-an, secara
pribadi penulis sudah mengamati banyak kasus stres berat dan/atau frustrasi pada
perawat yang mengarah pada perilaku yang merugikan diri sendiri, termasuk
kecanduan alkohol dan narkoba serta tidak sedikit kasus HIV yang tertular dari
komunitas.
Analisa Kasus 5
Hazard :
Hazardz Ergonomic dan Psychosocial Hazard Tenaga Kesehatan yang bekerja di
ruang HIV/AIDS terus menghadapi masalah komunikasi, keletihan, depresi, duka
yang tidak terselesaikan, banyaknya pergantian staf dan frustrasi. Serta
seringmengalami ketakutan bekerja di HIV/AIDS.
Upaya Pencegahan Kasus 5
Upaya pencegaham dari Rumah Sakit/ tempat kerja:
1. Memberikan ruangan isolasi khusus untuk pasien yang menderita HIV
AIDS Alasan: Sehingga perawat tidak langsung terpapar setiap hari dia
bekerja
2. Rumah sakit khususnya ruangan perawatan pasien HIV AIDS lebih
meperhatiakan fasilitas alat pelindung diri untuk tenaga kesehatan dan
mefasilitasinya Alasan: Karena dengan adanya alat pelindungi diri itu para
petugas khususnya perawat yang 24 jam mendampingi pasien bisa bekerja
dengan aman, sehingga tidak beresiko tertular
3. Kebijakan rumah sakit seharusnya memfasilitasipemeriksaan kesehatan
untuk tenaga kesehatan yang mengalami kecelakaan saat melakukan
tindakan seperti tertusuk jarum bekas pasien HIV AIDS. Alasan: Dengan
adanya pemeriksaan itu para perawat bisa terjmin kesehatannnya dan ada
pemantauan sehat untuk tenaga kesehatan untuk mempertahankan kondisi
imun supaya tidak sampai mengalami penurunan
4. Tersedianya supan. Alasan: Untuk menjaga kesehatan para petugas
kesehatan khususnya para perawat
5. Bagi manajer atau kepala ruangan dapat mengatur shift dengan baik
Alasan: Pembagian shift kerja sangat membantu mengurangi beban kerja
petugas kesehatan sehingga mereka bisa bekerja gantian dan bisa bekerja
semaksimal mungkin
6. Dapat dilakukan pendampingan dalam segi spiritual dan juga dapat
diadakan konsultasi Alasan: Sehingga beban kerja maupun beban
psikologis bisa diatasi.
7. Upaya pencegahan dapat dilakukan seperti dengan pemberian doorprize
kepada perawat berprestasi Alasan: Sehingga perawat tersebut bisa
mendapat hiburan dan terhindar dari sifat frustasi
Upaya pencegahan pada Perawat:
1. Menjaga keselamatan klien dan tenaga kesehatan dari infeksi dengan
mempertahankan teknik aseptik, menggunakan alat kesehatan dalam
keadaan steril. Alasan: Meskipun beresiko tertular petugas kesehatan harus
tetap menjaga keselamatan pasien karena keselamatan pasien merupakan
tujuan perawat dalam merawat pasien
2. Jika perawat dalam kondisi syok, perawat tarik nafas lalu mengeluarkan
secara perlahan beberapa kali Alasan: Sehingga perawat bisa mengurangi
kondisi syok Ikutlah membangun iklim kerja yang menyenangkan, yaitu
dengan bersikap terbuka dan berkomunikasi dengan sesama rekan kerja
Alasan: Dengan ukut serta membangun iklim kerja yang menyenangkan
perawat bisa mengurangi beban kerjanya dengan saling bertukar pikiran ke
sesama rekan kerja
3. Berolahraga teratur merupakan hal yang sangat penting dalam mengurangi
stress. Berolahraga akan memobilisasi otot-otot kita, mempercepat aliran
darah dan membuka paru-paru untuk mengambil lebih banyak oksigen.
Alasan: Sehingga perawat bisa menjaga kesehatannya, tidak mudah sakit
dengan sering berolahraga
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu upaya untuk
menciptakan suasana bekerja yang aman, nyaman, dan tujuan akhirnya
adalah mencapai produktivitas setinggi-tingginya.Maka dari itu K3 mutlak
untuk dilaksanakan pada setiap jenis bidang pekerjaan tanpa
kecuali.Upaya K3 diharapkan dapat mencegah dan mengurangi risiko
terjadinya kecelakaan maupun penyakit akibat melakukan
pekerjaan.Dalam pelaksanaan K3 sangat dipengaruhi oleh tiga faktor
utama yaitu manusia, bahan, dan metode yang digunakan, yang artinya
ketiga unsur tersebut tidak dapat dipisahkan dalam mencapai penerapan
K3 yang efektif dan efisien.
3.2 Saran
Sebaiknya tenaga kesehatan harus lebih bisa menjaga keamanan diri
dengan selalu memakai APD dan memenuhi SOP saat melakukan tindakan
dan menambah pengetahuan tentang upaya pencegahan resiko dan hazard
agar mampu menerapkannya dalam ruang lingkup keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/mobile/doc/312534347/Risiko-Dan-Hazard-Kasus-
Implementasi
Yahya, A. 2009, Integrasikan Kegiatan Manajemen Risiko. Workshop
Keselamatan Pasien dan Manajemen Risiko Klinis. PERSI:KKP-RS

Anda mungkin juga menyukai