Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berpikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan
mencakup interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi. Sedangkan berpikir
kritis merupakan konsep dasar yang terdiri dari konsep berpikir yang
berhubungan dengan proses belajar dan kritis itusendiri berbagai sudut
pandang selain itu juga membahas tentang komponen berpikir kritis dalam
keperawatan yang di dalamnya dipelajari karakteristik, sikap dan standar berpikir
kritis, analisis, pertanyaan kritis, pengambilan keputusan dan kreatifitas dalam
berpikir kritis. Proses berpikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan
keterlibatan kita dalam pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang kita
miliki, kita menjadi lebih mampu untuk membentuk asumsi, ide-ide dan membuat
kesimpulan yang valid, semua proses tersebut tidak terlepas dari sebuah proses
berpikir dan belajar.
Keterampilan kognitif yang digunakan dalam berpikir kualitas tinggi
memerlukan disiplin intelektual, evaluasi diri, berpikir ulang, oposisi, tantangan,
dan dukungan. Berpikir kritis adalah proses perkembangan kompleks yang
berdasarkan pada pikiran rasional dan cermat menjadi pemikir kritis adalah
denominator umum untuk pengetahuan yang menjadi contoh dalam pemikiran
yang disiplin dan mandiri.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari berpikir kritis?
2. Apa saja karakterisik dalam berpikir kritis?
3. Bagaimana asuhan keperawatan yang bermutu tinggi?
4. Apa saja asumsi dan model berpikir dalam T.H.I.N.K?
5. Apa saja model T.H.I.N.K dalam berpikir kritis?
6. Bagaimana model pembelajaran berpikir kritis dalam keperawatan?
7. Apa fungsi dari berpikir kritis dalam keperawatan?
8. Bagaimana berpikir kritis dalam keperawatan?
9. Bagaimana penerapan berpikir kritis dalam TRANSKULTURAL
keperawatan?
10. Apa manfaat berpikir kritis dalam keperawatan?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Agar mahasiswa mengetahui definisi berpikir kritis
2. Agar mahasiswa mengetahui karakteristik berpikir kritis
3. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana asuhan keperawatan yang
bermutu tinggi
4. Agar mahasiswa mengetahui asumsi dan model berpikir T.H.I.N.K
5. Agar mahasiswa mengetahui model T.H.I.N.K berpikir kritis
6. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana model pembelajaran berpikir
kritis dalam keperawatan
7. Agar mahasiswa mengetahui apa fungsi berpikir kritis dalam
keperawatan
8. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana berpikir kritis dalam proses
keperawatan
9. Agar mahasiswa dapat menerapkan berpikir kritis dalam
TRANSKULTURAL keperawatan
10. Agar mahasiswa mengetahui manfaat dari berpikir kritis dalam
keperawatan
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Berpikir Kritis


Berpikir kritis adalah proses mental untuk menganalisis atau mengevaluasi
informasi. Informasi tersebut didapatkan dari hasil pengamatan, pengalaman, akal
sehat, atau komunikasi. Dalam keperawatan, berpikir kritis adalah suatu
kemampuan bagaimana perawat mampu berpikir dengan sistematis dan
menerapakan standar intelektual untuk menganalisis proes berpikir. Berpikir kritis
dalam keperawatan adalah suatu komponen penting dalam
mempertanggungjawabkan profesionalisme dan kualitas pelayanan asuhan
keperawatan. berpikir kritis merupakan pengujian rasional terhadap ide, pengaruh,
asumsi, prinsip, argumen, kesimpulan, isu, pernyataan, keyakinan, dan aktivitas
(bandman dan bandman, 1988).

2.2 Karakteristik Berpikir Kritis


Berikut ini karakteristik dari proses berpikir kritis dan penjabarannya :
1. Konseptualisasi
Konseptualisasi artinya proses intelektual membentuk suatu konsep.
Sedangkan konsep adalah fenomena atau pandangan mental tentang
realitas, pikiran – pikiran tentang kejadian, obyek, atribut, dan
sejenisnya. Dengan demikian, konseptualisasi merupakan pikiran
abstak yang digeneralisasi secara otomatis menjadi simbol – simbol
dan disimpan dalam otak.
2. Reasonable (Rasional dan Beralasan)
Artinya argumen yang diberikan selalu berdasarkan analisis dan
mempunyai dasar kuat dari fakta atau fenomena nyata.
3. Reflektif
Artinya bahwa seorang pemikir kritis tidak menggunakan asumsi atau
persepsi dalam berpikir atau mengambil keputusan, tetapi akan
menyediakan waktu untuk mengumpulkan data dan menganalisisnya
berdasarkan disiplin ilmu, fakta, dan kejadian.
4. Bagian dari suatu sikap
Yaitu pemahaman dari suatu sikap yang harus diambil. Pemikir kritis
akan selalu menguji apakah sesuatu yang dihadapi itu lebih baik atau
lebih buruk dibanding yang lalu, dengan menjawab pertanyaan
mengapa bisa begitu dan bagaimana seharusnya.
5. Kemampuan berpikir
Seorang pemikir kritis selalu berpikir dalam dirinya, tidak pasif
menerima pemikiran dan keyakinan orang lai, menganalisis semua
isu,memutuskan secara benar, dan dapat dipercaya.
6. Berpikir kritis adalah berpikir kreatif
Secara tradisional, profesi perawatan dan pendidikan keperawatan
termasuk kurang kreatif. Namun, saat ini telah ada perubahan untuk
membuat seorang perawat berpikir kreatif, yaitu selalu menggunakan
keterampilan intelektualnya untuk mencipta berdasarkan suatu
pemikiran yang baru dan dihasilkan dari sintesis beberapa konsep.
7. Berpikir adil dan terbuka
Yaitu mencoba untuk berubah, dari pemikiran yang salah dan kurang
menguntungkan menjadi benar dan lebih baik. Perubahan dilakukan
dengan penuh kesadaran dan kemauan, kemudian hasilnya
disosialisasikan beserta argumentasi mengapa memilih dan
memutuskan seperti itu.
8. Pengambilan keputusan berdasarkan keyakinan
Berpikir kritis digunakan untuk mengevaluasi suatu argumentasi dan
kesimpulan, menciptakan sesuatu pemikiran baru, dan alternatif solusi
tindakan yang akan diambil.

2.3 Asuhan Keperawatan Yang Bermutu Tinggi


Asuhan keperawatan bermutu tinggi adalah tujuan perawatan disemua praktik
pelayanan keperawatan yang disebut “great Nursing”. Great Nursing adalah suatu
konsep yang susah didefinisikan secara sederhana, tetapi pada prinsipnya adalah
aktivitas pelayanan perawatan untuk menjadi lebih baik dan aman.

Klien + Anda (Perawat) + Keterampilan Berpikir +


Pengetahuan + Proses Keperawatan = Great Nursing

Greating Nursing berfokus pada klien dan kesehatan seseorang yang unik,
sehingga membutuhkan kreativitas individu sebagai kombinasi ilmu dan seni.
Prinsip dari Great Nursing adalah penggunaan secara efektif semua komponen
ekuasi dan keyakinan perawat bahwa klien adalah unik.
Memahami bahwa klien sebagai individu, keluarga kelompok atau komunitas,
perawat adalah seorang yang memberikan asuhan keperawatan kepada kllien
berdasarkan ilmu dan kemampuan yang telah diperolehnya dalam pendidikan
formal perawat. Adapun keterampilan berpikir kritis adalah integrasi dari
kemampuan total recall, habits, inquiry, new idea and reactivity, dan knowing
how you think. Pada umumnya, pengetahuan dijelsak sebagai kumpulan informasi
(aggregates of information) yang diperoleh dari berbagai sumber.
Proses keperawatan adalah suatu pendekatan pemecahan masalah klien
melalui apa yang digunakan oleh seorang perawat profesional dalm bentuk
tindakan perawatan, yang meliputi pengkajian, diagnosis, perencanaan,
inplementasi, dan evaluasi.

2.4 Asumsi dan Model Berpikir T.H.I.N.K


Asumsi berpikir (think) adalah komponen dasar yang meliputi pikiran,
perasaan, dan bekerja bersama/sejalan dengan keperawatan. ada beberapa asumsi
tentang berpikir kritis, yaitu :
Asumsi pertama adalah berpikir kritis melibatkan pemikiran, perasaan, dan
bekerja yang ketiganya merupaka keseluruhan komponen penting bagi perawat
profesional yang bekerja bersama – sama. Berpikir tanpa bekerja adalah adalah sia
– sia, bekerja tanpa berpikir akan lehahirkan bahaya, sedangkan berpikir berpikir
dan bekerja tanpa perasaan adalaha hal yang sangat tidak mungkin (immposible).
Asumsi kedua, berpikir kritis memerlukan pengetahuan. Walaupun pikiran,
perasaan, dan bekeerja adalah sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam
keadaan nyata pada praktek keperawatan, tetapi dapt dipisahkan menjadi bagian –
bagian untuk proses pembelajaran.
Asumsi ketiga, berpikir kritis dalam kepeerawatan bukan sesuatu yang asing,
karena sebenarnya terjadi dalam kehidupan sehari – hari.
Asumsi keempat, berpikir kritis dapat dipelajari melalui bacaan. Para
pembaca dapat belajar bagaimana cara meningkatkan kemampuan berpikirnya.
Asumsi kelima, berpikir kritis adalah cara berpikir secara sistematis dan
efektif.
Asumsi keenam, berpikir kritis dalam keperawatan adalah campuran dari
beberapa aktivitas berpikir yang berhubungan dengan konteks dan situasi dimana
proses berpikir itu terjadi. Hal ini merupakan proses yang kompleks dan tidak
sederhana.

2.5 Model T.H.I.N.K Berpikir Kritis


1. Total Recall (Kemampuan Mengingat)
Total recall atau kemampuan mengingat adalah kemampuan
mengingat kembali fakta dimana dan bagaimana menemukan
pengalaman dalam memorinya ketika dibutuhkan. Fakta – fakta
keperawatan didapatkan berasal dari berbagai sumber, abik dikelas,
buku, informasi dari klien atau sumber lainnya. Misalnya, data – data
tntang klien dapat ditemukan dalam pengumpulan data. Selain itu,
dapat dikatakan juga sebagai kemampuan untuk mengakses
pengetahuan, karena pengetahuan menjadikan sesuatu dapat dipelajari
dan disimpan dalam pikiran.
Total recall sangat bergantung pada kemampuan memori otak.
Memori adalah suatu proses yang kompleks, yaitu proses untuk
mengingat kembali hal – hal yang berhubungan dengan fakta dan
beberapa pengalamannya.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa total recall adalah mengingat
fakta – fakta dimana dan mengapa serta menemukan sesuatu yang
diperlukan dan fakta dalam keperawatan yang diperoleh dari berbagai
sumber termasuk klien dan keluarganya.
2. Habits (Kebiasaan)
Pola pikir yang diulang – ulang akan menjadi suatu kebiasaan
baru (Second Nature)yang secara spontan dapat dilakukan. Hasil dari
kebiasaan tersebut menjadi cara baru dalam melakukan suatu
kebiasaan. Orang sering mengartikan bahwa suatu kebiasaan itu
dilakukan tanpa berpikir.
Hal itu sebenarnya bukan perilaku kebiasaan, tetapi hanya proses
berpikir untuk menjadi kebiasaan. Proses berpikir dalam suatu
kebiasaan sudah tersusun secara sistematis dan dapat berjalan menjadi
otomatis tanpabanyak waktu untuk mempertimbangkan penggunaan
cara – cara baru dalam melakukan suatu aktvitas tertentu.
3. Inquiry (Penyelidik)
Inquiry (Penyelidik) adalah suatu penemuan fakta melalui pembuktian
dengan pengujian terhadap suatu isu penting atau pertanyaan yang
membutuhkan suatu jawaban. Penyelidikan merupakan buah pikiran
utama yang digunakan dalam memperoleh suatu kesimpulan.
Penyelidikan dalam praktek keperawatan sangat penting terutama pada
tahap pengkajian. Adapun tahapan penyelidikan melliputi :
1) Mencari atau mendapatkan suatu informasi tentang sesuatu hal;
2) Membuat rangkuman sementara dari informasi yang didapat;
3) Mengenali beberapa kesenjangan atas rangkuman yang dibuat;
4) Mengumpulkan informasi tambahan yang berhubungan dengan
informasi pertama;
5) Membandingkan antara informasi baru dengan apa yang lebih
dulu diketahui;
6) Mencoba menjawab beberapa pertannyaan dan analisi yang
bias;
7) Mempertimbangkan satu atau lebih alternatif kesimpulan;
8) Memvalidasi keaslian alternatif kesimpulan dengan lebih
banyak informasi.
4. New Ideas And Kreativity (Ide-ide baru dan kreativitas)
New ideas and kreativity (ide – ide baru dan kreativitas) adalah ide –
ide dan kreativitas yang menentukan bentuk berpikir yang sangat
khusus. Berpikir kreatif (creatuve thinkig) adalah kebalikan dari
kebiasaan (habits). Berpikir kritis sangat menghargai adanya kesalahan
dan perbedaan terhadap nilai – nilai yang dipelajari. Ide – ide baru dan
kreativitas dasar perlu dikembangkan dalam keperawatan, karena
keperawatan memiliki bannyak standar yang dapat menjamin
pekerjaan lebih baik.
5. Knowing How You Think (Tahu Bagaimana Kamu Berpikir)
Knowing How You Think ( Tahu Bagaimana Kamu Berpikir) adalah
kemampuan mengetahui kita tentang bagaimanakita berpikit.
Model “tahu bagaimana kita berpikir” ini dapat membantu perawat
bekerja secara kolaborasi dengan kesehatan lain. Satu hala yanga
sangat penting dari tahu bagaimana kamu berpikir ini adalah mereka
ekerja dengan refleksi, bagaimana yang telah perawat dan klien
pikirkan dalam bekerja sama sewaktu menjalankan asuhan
keperawatan.

2.6 Model Pembelajaran Berpikir Kritis Dalam Keperawatan


1. Feeling Model
Model ini menekankan pada rasa, kesan, dan data atau fakta yang
ditemukan. Pemikir kritis mencoba mengedepankan perasaan dalam
melakukan pengamatan, kepekaan dalam melakukan aktivitas
keperawatan, dan perhatian/kewaspadaan. Feeling model merupakan
pegangan utama dalam keperawatan. namun perasaan saja tidak cukup,
sehingga didalamnya harus ada pikiran dan pengertian dari
aktivitasyang dilakukan.
2. Vision Model
Model ini digunakan untuk membangkitkan pola pikir,mengorganisasi
dan menerjemahkan perasaan untuk merumuskan hipotesis, analisis,
dugaan, dan idetentang permasalahan perawatan kesehatan klien.
3. Examine Model
Model ini digunakan untuk merefleksikan ide, pengertian, dan visi.
Perawat menguji ide dengan bantuan kriteria yang relevan.model ini
digunakan untuk mencari peran yang tepat untuk analisis, mencari,
menguji, melihat, konfirmasi, kolaborasi, menjelaskan, dan
menentukan sesuatu yang berkaitan dengan ide.

Ada empat bentuk alasan berpikir kritis, yaitu: deduktif, indukatif, aktivitas
informal, aktivitas tiap hari, dan praktik. Untuk menjelaskan lebih mendalam
tentang definisi tersebut, alas an berpikir kritis adalah untuk menganalisi
penggunaan bahasa, perumusan masalah, penjelasan dan ketegasan asumsi,
kuatnya bukti-bukti, menilai kesimpulan, membedakan antara baik dan buruk
argumen, serta mencari kebenaran fakta dan nilai dari hasil yang diyakini benar,
serta tindakan yang dilakukan.
2.7 Fungsi Berpikir Kritis Dalam Keperawatan
1. Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktivitas keperawatan sehari –
hari.
2. Membedakan sejumlah penggunaan dan isu – isu dalam keperaawatan.
3. Mengidentifikasikan dan merumuskan masalah keperawatan.
4. Menganalisis pengertian hubungan dari masing – masing indkasi,
penyebab dan tujuan, serta tingkat hubungan.
5. Menganalisis argumentasi dan isu – isu dalam kesimpulan dan
tindakan yang dilakukan.
6. Menguji asumsi – asumsi yang berkembang dalam keperawatan.
7. Melaporkan data dan petunjuk – petunjuk yang akurat dalam
keperawatan.
8. Membuat dan mengecek dasar analisis dan validasi data keperawatan.
9. Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktivitas
keperawatan.
10. Digunakan dalam memberikan penjelasan, kerja sama, pembenaran,
keyakinan, dan kesimpulan serta tindakan keperawatan yang
dilakukan.
11. Memberikan alasan – alasan yang relevan terhadap keyakinan dan
kesimpulan yang dilakukan.
12. Merumuskan dan menjelaskan nilai – nilai keputusan dalam
keperawatan.
13. Mencari alasan, kriteria, prinsip – prinsip, dan aktivitas nilai – nilai
keputusan.
14. Mengevaluasi penampilan kinerja perawat dan kesimpulan asuhan
keperawatan.

2.8 Berpikir Kritis Dalam Proses Keperawatan


1. Berpikir Kritis Dalam Tahap Pengkajian Diagnosis
Berpikir kritis dalam tahap pengkajian adalah proses pemahaman
tentang informasi apa yang dikumpulkan, metode prngumpulan data
yang akan dilakukan, beroikir tentang kesesuaian informasi, dan
membuat suatu kesimpulan tentang respons klien terhadap kondisi
sakitnya.
Perumusan masalah keperawatan merupakan kesimpulandari hasil
pengkajian dan mengandung dua kategori mendasar, yaitu kekuatan
dan perhatian terhadap masalah kesehatan klien. Perhatian terhadap
masalah meliputi kemampuan perawat untuk mengatasi masalah secara
mandiri, dan perlunya keterlibatan profesi lain dan bekerja sama secara
interdisiplin, serta perlu/tidaknya perawatan klien yang harus dirujuk
ketenaga kesehatan lain. Dengan demikian, berpikir kritis pada tahap
pengkajian meliputi kegiatan pengumpulan data dan validasi.
2. Berpikir Kritis Dalam Tahap Perencanaan
Berpikir dalam perencanaan berarti menggunakan pengetahuan untuk
mengembangkan hasil yang diharapkan. Selain itu juga memerlukan
keterampilan guna mensintesis ilmu yang dimiliki untuk memilih
tindakan yang tepat. Perencanaan asuhan keperawatan biasanya ditulis
berisikan dimana dan bagaimana menolong klien berdasarkan
responnya terhadap kondisi klien.
3. Berpikir Kritis Dalam Tahap Implementasi
Berpikir kritis dalam tahap implementasi tindakan keperawatan adalah
keterampilan dalam menguji hipitesis, karena tindakan keperawatan
adalah tindakan nyata yang menentukan tingkat keberhasilan untuk
mencapai tujuan. Bekerja melalui aktivitas khusus, yaitu asuhan
keperawatan untuk membantu mencapai tujuan dalam perencanaan
keperawatan, akan selalu menggunakan pikiran tentang apa yang harus
dilakukan, kapan, dimana, mengapa, dan bagaimana intervensi
keperawatan dilakukan.
4. Berpikir Kritis Dalam Tahap Evaluasi
Berpikir kritis dalam tahap evaluasi adalah mengkaji evektivitas
tindakan dimana perawat harus dapat mengambil keputusan tentang
pemenuhan kebutuhan dasar klien, dan memutuskan.

2.9 Penerapan Berpikir Kritis Dalam TRANSKULTURAL Keperawatan


Ada 4 hal pokok penerapan berfikir kritis dalam keperawatan, yaitu:
1. Penggunaan Bahasa Dalam Keperawatan
Berfikir kritis adalah kemampuan menggunakan bahasa secara
reflektif. perawat menggunakan bahasa verbal dan nonverbal dalam
mengekspresikan idea, fikiran, info, fakta, perasaan, keyakinan dan
sikapnya terhadap klien, sesama perawat, profesi. Secara nonverbal
saat melakukan pedokumentasian keperawatan.
Argumentasi dalam keperawatan sehari-hari perawat dihadapkan pada
situasi harus berargumentasi untuk menemukan, menjelaskan
kebenaran, mengklarifikasi isu, memberikan penjelasan,
mempertahankan terhadap suatu tuntutan/tuduhan. Badman and
Badman (1988) argumentasi terkait dengan konsep berfikir dalam
keperawatan berhubungan dengan situasi perdebatan, upaya untuk
mempengaruhi individu ataupun kelompok.Pengambilan keputusan
dalam keperawatansehari-hari perawat harus mengambil keputusan
yang tepat.
Penerapan proses keperawatan. Perawat berfikir kritis pada setiap
langkah proses keperawatan, diantaranya :
1) Pengkajian
Mengumpulkan data, melakukan observasi dalam pengumpulan
data berfikir kritis, mengelola dan mengkatagorikan data
menggunakan ilmu-ilmu lain.
2) Perumusan Diagnosa Keperawatan
Tahap pengambilan keputusan yang paling kritis, menentukan
masalah dan dengan argumen yaitu secara rasional.
3) Perencanaan Keperawatan
Menggunakan pengetahuan untuk mengembangkan hasil yang
diharapkan, keterampilan guna mensintesa ilmu yang dimiliki
untuk memilih tindakan.
4) Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan adalkah keterampilan dalam
menguji hipotesa, tindakasn nyata yang menentukan tingkat
keberhasilan.
5) Evaluasi Keperawatan
Mengkaji efektifitas tindakan, perawat harus dapat mengambil
keputusan tentang pemenuhan kebutuhan dasar klien.

Ketika seorang perawat yang dihadapkan dengan klien yang berbeda budaya,
maka perawat professional tetap memberikan asuhan keperawatan yang tinggi,
demi terpenuhinya kebutuhan dasar klien tersebut. Perawat professional akan
berfikir kritis dalam menangani hal tersebut. Tuntutan kebutuhan masyarakat akan
pelayanan kesehatan pada abad ke-21, termasuk tuntutan terhadap asuhan
keperawatan yang berkualitas akan semakin besar. Dengan adanya globalisasi,
dimana perpindahan penduduk antar Negara (imigrasi) dimungkinkan,
menyebabkan adaya pergeseran terhadap tuntutan asuhan keperawatan.
2. Leininger
Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan
keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan
keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat,
akan mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock akan
dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu
beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini
dapat menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan,
ketidakberdayaan dan beberapa mengalami disorientasi. Salah satu
contoh yang sering ditemukan adalah ketika klien sedang mengalami
nyeri. Pada beberapa daerah atau Negara diperbolehkan seseorang
untuk mengungkapkan rasa nyerinya dengan berteriak atau menangis.
Tetapi karena perawat memiliki kebiasaan bila merasa nyeri hanya
dengan meringis pelan, bila berteriak atau menangis akan dianggap
tidak sopan, maka ketika ia mendapati klien tersebut menangis atau
berteriak, maka perawat akan memintanya untuk bersuara pelan-pelan,
atau memintanya berdoa atau malah memarahi pasien karena dianggap
telah mengganggu pasien lainnya. Kebutaan budaya yang dialami oleh
perawat ini akan berakibat pada penurunan kualitas pelayanan
keperawatan yang diberikan.
3. Transcultural Nursing
Suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan praktek
keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara
budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada
nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini
digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya
atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002). Untuk
memahami perbedaan budaya yang ada maka perawat perlu berpikir
secara kritis. Dalam berpikir kritis seorang perawat harus bisa
menyeleksi kebudayaan mana yang sesuai dengan kesehatan atau yang
tidak menyimpang dari kesehatan. Jika perawat dapat memahami
perbedaan budaya maka akan bisa meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan dari perawat.
4. Budaya Shock
Kecemasan dan perasaan (dari kejutan, disorientasi, ketidakpastian,
kebingungan, dll) merasa ketika orang harus beroperasi dalam budaya
yang berbeda dan tidak dikenal seperti satu mungkin terjadi di negara
asing. Ini tumbuh dari kesulitan dalam asimilasi budaya baru,
menyebabkan kesulitan dalam mengetahui apa yang sesuai dan apa
yang tidak. Hal ini sering digabungkan dengan atau bahkan tidak suka
untuk jijik (moral atau estetika) dengan aspek-aspek tertentu dari
kebudayaan baru atau berbeda.

2.10 Manfaat Berpikir Kritis Dalam Keperawatan


Berikut ini merupakan manfaat berpikir kritis dalam keperawatan adalah
sebagai berikut :
1. Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktifitas keperawatan sehari-
hari.
2. Membedakan sejumlah penggunaan dan isu-isu dalam keperawatan
3. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan.
4. Menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing indikasi,
penyebab dan tujuan, serta tingkat hubungan.
5. Menganalisis argumen dan isu-isu dalam kesimpulan dan tindakan
yang dilakukan.
6. Menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam keperawatan.
7. Melaporkan data dan petunjuk-petunjuk yang akurat dalam
keperawatan.
8. Membuat dan mengecek dasar analisis dan validasi data keperawatan.
9. Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktifitas
keperawatan.
10. Memberikan alasan-alasan yang relevan terhadap keyakinan dan
kesimpulan yang dilakukan.
11. Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan dalam
keperawatan.
12. Mencari alasan-alasan kriteria, prinsip-prinsip dan aktifitas nilai-nilai
keputusan.
13. Mengevaluasi penampilan kinerja perawat dan kesimpulan asuhan
keperawatan.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berpikir kritis adalah suatu proses berpikir sistematik yang penting bagi
berpikir kritis adalah berpikir dengan tujuan dan mengarah ke sasaran yang
membantu individu membuat penilaian berdasarkan kata bukan pikiran.
Berpikir kritis dalam keperawatan adalah komersial untuk keperawatan
profesional karena cara berpikir ini terdiri atas pendekatan holistik untuk
pemecahan masalah.

3.2 Saran
Untuk memahami secara keseluruhan berpikir kritis dalam keperawatan kita
harus mengembangkan pikiran secara rasional dan cermat, agar dalam berpikir
kita dapat mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan. Serta
menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing indikasi, penyebab, tujuan,
dan tingkat hubungan dalam keperawatan. Sehingga saat berpikir kritis dalam
keperawatan pasien akan merasa lebih nyaman dan tidak merasa terganggu
dengan tindakan perawat.
DAFTAR PUSTAKA

http://dzmadnuzi26.co.id/2013/12/makalah-berpikir-kritis-dalam-ilmu.html

http://dosen.stikesdhb.ac.id/fitri-herdian/wp-
content/uploads/sites/19/2016/02/Chaptrer-II1.pdf

https://titikanggraeni.files.wordpress.com/2014/08/konsep-berfikir-kritis.pdf

Anda mungkin juga menyukai