PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Greating Nursing berfokus pada klien dan kesehatan seseorang yang unik,
sehingga membutuhkan kreativitas individu sebagai kombinasi ilmu dan seni.
Prinsip dari Great Nursing adalah penggunaan secara efektif semua komponen
ekuasi dan keyakinan perawat bahwa klien adalah unik.
Memahami bahwa klien sebagai individu, keluarga kelompok atau komunitas,
perawat adalah seorang yang memberikan asuhan keperawatan kepada kllien
berdasarkan ilmu dan kemampuan yang telah diperolehnya dalam pendidikan
formal perawat. Adapun keterampilan berpikir kritis adalah integrasi dari
kemampuan total recall, habits, inquiry, new idea and reactivity, dan knowing
how you think. Pada umumnya, pengetahuan dijelsak sebagai kumpulan informasi
(aggregates of information) yang diperoleh dari berbagai sumber.
Proses keperawatan adalah suatu pendekatan pemecahan masalah klien
melalui apa yang digunakan oleh seorang perawat profesional dalm bentuk
tindakan perawatan, yang meliputi pengkajian, diagnosis, perencanaan,
inplementasi, dan evaluasi.
Ada empat bentuk alasan berpikir kritis, yaitu: deduktif, indukatif, aktivitas
informal, aktivitas tiap hari, dan praktik. Untuk menjelaskan lebih mendalam
tentang definisi tersebut, alas an berpikir kritis adalah untuk menganalisi
penggunaan bahasa, perumusan masalah, penjelasan dan ketegasan asumsi,
kuatnya bukti-bukti, menilai kesimpulan, membedakan antara baik dan buruk
argumen, serta mencari kebenaran fakta dan nilai dari hasil yang diyakini benar,
serta tindakan yang dilakukan.
2.7 Fungsi Berpikir Kritis Dalam Keperawatan
1. Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktivitas keperawatan sehari –
hari.
2. Membedakan sejumlah penggunaan dan isu – isu dalam keperaawatan.
3. Mengidentifikasikan dan merumuskan masalah keperawatan.
4. Menganalisis pengertian hubungan dari masing – masing indkasi,
penyebab dan tujuan, serta tingkat hubungan.
5. Menganalisis argumentasi dan isu – isu dalam kesimpulan dan
tindakan yang dilakukan.
6. Menguji asumsi – asumsi yang berkembang dalam keperawatan.
7. Melaporkan data dan petunjuk – petunjuk yang akurat dalam
keperawatan.
8. Membuat dan mengecek dasar analisis dan validasi data keperawatan.
9. Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktivitas
keperawatan.
10. Digunakan dalam memberikan penjelasan, kerja sama, pembenaran,
keyakinan, dan kesimpulan serta tindakan keperawatan yang
dilakukan.
11. Memberikan alasan – alasan yang relevan terhadap keyakinan dan
kesimpulan yang dilakukan.
12. Merumuskan dan menjelaskan nilai – nilai keputusan dalam
keperawatan.
13. Mencari alasan, kriteria, prinsip – prinsip, dan aktivitas nilai – nilai
keputusan.
14. Mengevaluasi penampilan kinerja perawat dan kesimpulan asuhan
keperawatan.
Ketika seorang perawat yang dihadapkan dengan klien yang berbeda budaya,
maka perawat professional tetap memberikan asuhan keperawatan yang tinggi,
demi terpenuhinya kebutuhan dasar klien tersebut. Perawat professional akan
berfikir kritis dalam menangani hal tersebut. Tuntutan kebutuhan masyarakat akan
pelayanan kesehatan pada abad ke-21, termasuk tuntutan terhadap asuhan
keperawatan yang berkualitas akan semakin besar. Dengan adanya globalisasi,
dimana perpindahan penduduk antar Negara (imigrasi) dimungkinkan,
menyebabkan adaya pergeseran terhadap tuntutan asuhan keperawatan.
2. Leininger
Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan
keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan
keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat,
akan mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock akan
dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu
beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini
dapat menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan,
ketidakberdayaan dan beberapa mengalami disorientasi. Salah satu
contoh yang sering ditemukan adalah ketika klien sedang mengalami
nyeri. Pada beberapa daerah atau Negara diperbolehkan seseorang
untuk mengungkapkan rasa nyerinya dengan berteriak atau menangis.
Tetapi karena perawat memiliki kebiasaan bila merasa nyeri hanya
dengan meringis pelan, bila berteriak atau menangis akan dianggap
tidak sopan, maka ketika ia mendapati klien tersebut menangis atau
berteriak, maka perawat akan memintanya untuk bersuara pelan-pelan,
atau memintanya berdoa atau malah memarahi pasien karena dianggap
telah mengganggu pasien lainnya. Kebutaan budaya yang dialami oleh
perawat ini akan berakibat pada penurunan kualitas pelayanan
keperawatan yang diberikan.
3. Transcultural Nursing
Suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan praktek
keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara
budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada
nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini
digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya
atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002). Untuk
memahami perbedaan budaya yang ada maka perawat perlu berpikir
secara kritis. Dalam berpikir kritis seorang perawat harus bisa
menyeleksi kebudayaan mana yang sesuai dengan kesehatan atau yang
tidak menyimpang dari kesehatan. Jika perawat dapat memahami
perbedaan budaya maka akan bisa meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan dari perawat.
4. Budaya Shock
Kecemasan dan perasaan (dari kejutan, disorientasi, ketidakpastian,
kebingungan, dll) merasa ketika orang harus beroperasi dalam budaya
yang berbeda dan tidak dikenal seperti satu mungkin terjadi di negara
asing. Ini tumbuh dari kesulitan dalam asimilasi budaya baru,
menyebabkan kesulitan dalam mengetahui apa yang sesuai dan apa
yang tidak. Hal ini sering digabungkan dengan atau bahkan tidak suka
untuk jijik (moral atau estetika) dengan aspek-aspek tertentu dari
kebudayaan baru atau berbeda.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berpikir kritis adalah suatu proses berpikir sistematik yang penting bagi
berpikir kritis adalah berpikir dengan tujuan dan mengarah ke sasaran yang
membantu individu membuat penilaian berdasarkan kata bukan pikiran.
Berpikir kritis dalam keperawatan adalah komersial untuk keperawatan
profesional karena cara berpikir ini terdiri atas pendekatan holistik untuk
pemecahan masalah.
3.2 Saran
Untuk memahami secara keseluruhan berpikir kritis dalam keperawatan kita
harus mengembangkan pikiran secara rasional dan cermat, agar dalam berpikir
kita dapat mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan. Serta
menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing indikasi, penyebab, tujuan,
dan tingkat hubungan dalam keperawatan. Sehingga saat berpikir kritis dalam
keperawatan pasien akan merasa lebih nyaman dan tidak merasa terganggu
dengan tindakan perawat.
DAFTAR PUSTAKA
http://dzmadnuzi26.co.id/2013/12/makalah-berpikir-kritis-dalam-ilmu.html
http://dosen.stikesdhb.ac.id/fitri-herdian/wp-
content/uploads/sites/19/2016/02/Chaptrer-II1.pdf
https://titikanggraeni.files.wordpress.com/2014/08/konsep-berfikir-kritis.pdf