2) Paragraf penghubung
Yang dimaksud dengan paragraf penghubung adalah paragraf-paragraf
yang terdapat antara paragraf pembuka dengan paragraf penutup. Paragraf
3
3) Paragraf penutup
Paragraf penutup disebut juga paragraf kesimpulan karena paragraf ini
mengakhiri karangan atau bagian karangan dan merupakan kesimpulan dari inti
permasalahan yang telah dibicarakan pada paragraf penghubung. Sebaiknya
paragraf penutup tidak terlalu panjang. Meskipun demikian, paragraf ini harus
merupakan suatu kesimpulan yang bulat.
Paragraf penutup untuk karangan yang satu tentu saja berbeda dengan
paragraf penutup untuk karangan yang lain. Paragraf politis berupa ramalan masa
depan. Dalam biografi, penilaian atas karya dan pengaruh orang tersebut
merupakan kesimpulan yang baik, sedang dalam karangan yang, lain, paragraf
penutup dapat berupa ringkasan persoalan yang dibicarakan dalam paragraf
penghubung yang dijalin dengan pandangan pribadi penulis.
Sebagai contoh paragraf penutup, perhatikan kutipan di bawah ini.
Pemilu tinggal beberapa hari lagi. Masyarakat dunia akan melihat siapa
yang akan tampil sebagai pemenangnya. Namun kalangan pengamat telah
mengisyaratkan, inilah pemilu yang paling mendebarkan dalam sejarah Filipina.
Seperti pembantaian, teror akan menjadi bagian dari proses pesta demokrasi ini
(Intisari, Februari 1992: 42).
Kutipan di atas merupakan contoh paragraf penutup yang cukup baik.
Paragraf tersebut adalah paragraf penutup sebuah karangan yang bersifat politis.
Dalam paragraf tersebut secara jelas dapat dilihat adanya ramalan masa depan.
4
2) Paragraf Induktif
Paragraf induktif adalah paragraf yang kalimat topiknya terletak pada akhir
kalimat. Dalam paragraf ini, uraian-uraian ide pokok yang berupa kalimat penjelas
didahulukan, baru kemudian diakhiri oleh sebuah kalimat penyimpul kalimat
pendukung sebelumnya. Kalimat ini merupakan kalimat topiknya. Berikut ini
contoh paragraf induktif.
Menstop bola dengan dada dan kaki dapat ia lakukan secara sempurna.
Tembakan kaki kiri dan kaki kanan tepat arahnya lagi cepat. Sundulan kepalanya
sering memperdayakan kiper lawan. Bola seolah-olah menurut kehendaknya.
Larinya cepat bagaikan kijang. Lawan sulit mengambil bola dari kakinya. Operan
bola tepat dan terarah. Amin benar-benar pemain bola jempolan.
3) Paragraf Campuran
5
Kalimat topik dapat pula ditempatkan pada bagian awal dan akhir dari
paragraf. Dalam hal ini, kalimat terakhir sering mengulangi gagasan dalam kalimat
pertama dengan sedikit variasi. Paragraf ini disebut pula paragraf deduktif-
induktif. Contoh paragraf campuran seperti di bawah ini.
Nasib pegawai negeri berangsur-angsur akan diperbaiki. Penghasilan
mereka sejak tahun 1968 sudah beberapa kali dinaikkan. Bagi dosen, kepala SD,
SMTP, SMTA, tenaga peneliti bahkan sudah diberikan tunjangan fungsional.
Perumahan bagi pegawai negeri berangsur-angsur ditambah dengan bantuan BTN.
Jaminan kesehatan, walaupun belum sempurna, sudah dilaksanakan melalui
penggunaan kartu biru/HI. Jaminan hari tua ditanggulangi dengan Taspen.
Kenaikan pangkat lebih baik pengadministrasiannya dibanding dengan masa lalu.
Pegawai yang bekerja dengan baik diberi penghargaan. Banyak usaha oleh
pemerintah yang telah, sedang, dan akan dilaksanakan, yang mengarah kepada
perbaikan nasib pegawai negeri.
3.4.1 Kesatuan
Dalam satu paragraf hanya boleh mengandung satu ide pokok. Hal ini
bukan
berarti setiap paragraf hanya memuat satu hal saja. Paragraf yang memiliki satu
kesatuan bisa saja mengandung beberapa hal yang merupakan rincian. Tetapi hal-
hal yang merupakan rincian tersebut harus menunjang sebuah ide pokok tunggal.
Jika ada kalimat yang menyimpang dari ide pokok akan menyulitkan pembaca
dalam memahami ide pokoknya.
Di bawah ini merupakan salah satu contoh paragraf yang tidak didukung
oleh kesatuan.
Gengsi irama dangdut semakin meningkat. Bila dahulu irama ini dianggap
kampungan, peralatan asal ada, dan tempat pertunjukannya pun di daerah
pinggiran.
maka kini suasana berubah. Irama dangdut tidak lagi dianggap sebagai hal yang
kampungan. Peralatannya lengkap, megah dan biduanitanya tidak kalah hebat dari
biduan dan biduanita terkenal baik cara berpakaian, bergaya, maupun dalam suara.
Orkes Melayu sudah biasa muncul di pesta-pesta besar, di gedung-gedung megah.
Bahkan irama dangdut muncul di tempat-tempat mewah seperti hotel, klub malam.
dan mobil-mobil mewah. Jenis irama ini pun sudah menembus kaum gedongan dan
kampus. Rhoma Irama adalah penyanyi dangdut yang sangat terkenal.
Paragraf di atas tidak terdapat kesatuan gagasan. Kalimat terakhir paragraf
di atas, yaitu ”Rhoma Irama adalah penyanyi dangdut yang sangat terkenal” sangat
mengganggu kesatuan paragraf. Meskipun kalimat ide pokoknya adalah dangdut,
akan tetapi tidak ada keterkaitan sama sekali dengan kalimat-kalimat sebelumnya.
7
Paragraf tersebut akan menjadi paragraf yang baik, yang mengandung satu
kesatuan gagasan atau ide jika kalimat terakhirnya dihilangkan.
3.4.3 Pengembangan
8
b) Sudut Pandang
Sudut pandang adalah tempat dari mana seorang pengarang melihat atau
memandang suatu persoalan, ruang, suasana, dan sebagainya. Sudut pandang juga
mencakup pengertian sebagai apa pengarang dalam karangannya serta bagaimana
pengarang terhadap subjek karangannya.
Contoh:
”DUNIA KAMBING”. Itulah dunia yang tersuguh dalam kebanyakan
prosa-prosa Gerson Poyk. Dunia underdogs. Dunia semacamnya. Dunia para
tokoh yang datang dari kelas pinggir jalan atau dunia kelas rendah lainnya. Dan
dalam dunia yang demikian, tentu saja sering tak ada ruang bagi masalah lain
kecuali soal perut.
Dilema moral cenderung tipis. Konflik batin tak perlu tajam. Sebab, yang
menjadi obsesi adalah perut. Artinya, ketika perut sudah terisi, maka tak ada yang
perlu dipersoalkan lagi. Tak ada yang perlu dikemukakan lagi. Teks tinggal (atau
dibiarkan) membeku (Kompas, Minggu, 19 Januarl 1992, halaman 10).
c) Analogi
Analogi merupakan perbandingan yang sistematis dari dua hal yang
berbeda, tetapi dengan memperlihatkan kesamaan segi atau fungsi dari dua hal
tadi, sekadar sebagai ilustrasi. Perbandingan yang demikian ini biasanya
digunakan untuk memperkenalkan sesuatu yang belum dikenal umum dengan pola
sesuatu yang sudah dikenal umum.
Contoh:
Satu semangka dipotong enam. Satu pihak mendapat lima potong dan
pihak lain memperoleh sisanya. Sebut saja semangka itu pelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia. Kalau ditilik namanya, mestinya semangka itu dipotong menjadi
dua bagian. Satu potong untuk Bahasa Indonesia dan satu potong yang lain untuk
10
Sastra Indonesia. Akan tetapi, yang terjadi adalah ketimpangan yang sangat
mencolok seperti pembagian semangka itu. Mengapa? Entahlah. Lagi pula saya
tidak berhak untuk menjawabnya.
Hal yang dapat kita temukan dalam tujuan akhir kurikuler yang termuat
dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Bahasa dan Sastra Indonesia
untuk kelas satu SMA. Di sana tertulis bahwa ”siswa memiliki kemampuan
berbahasa Indonesia yang baik dan benar serta dapat menghayati Bahasa dan
Sastra Indonesia sesuai dengan situasi dan tujuan berbahasa serta tingkat
pengalaman siswa SMA” (Depdikbud, 1987: 1). Kalau tujuan kurikuler tetap kita
andaikan sebulatan semangka yang dibagi dua, maka sepotong untuk ”siswa
memiliki kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar” dan sepotong lain
milik siswa “dapat menghayati Bahasa dan Sastra Indonesia sesuai dengan situasi
dan tujuan berbahasa serta tingkat pengalaman siswa SMA”. Sepotong yang
terakhir dapat dibagi lagi untuk siswa ”dapat menghayati ... Bahasa Indonesia ...
dan untuk siswa ”dapat menghayati ... Sastra Indonesia...” (Kompas. 19 Januari
1992, halaman 10).
e) Contoh
11
f) Proses
Proses merupakan suatu urutan dari tindakan-tindakan atau perbuatan
untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu, atau urutan dari sesuatu kejadian
atau peristiwa. Dalam proses suatu kejadian atau perbuatan harus diuraikan secara
rinci dengan tahapan yang runtut dan tidak melompat-lompat. Contoh:
Setelah pembawa acara ditentukan, setahun sebelum paket pertama
Berpacu dalam Melodi ditayangkan, langkah selanjutnya adalah menetapkan judul
acara kuis tersebut yang memerlukan waktu sampai dua minggu, setelah
ditemukan Berpacu dalam Melodi atas ide Ani Sumadi. Persoalan selanjutnya,
bagaimana cara Koes mengucapkan itu sebagai tone. Koes mengusulkan datar-
datar saja. Sebaliknya Maruli Simorangkir mengusulkan agar ”berpacu” diucapkan
meninggi (seperti yang bisa kita dengar dari Koes sekarang), tapi ”melodi” juga
diucapkan dalam alur meninggi (Kompas, Minggu 19 Januari 1992, halaman 6).
g) Sebab-Akibat
Hubungan kalimat dalam sebuah paragraf dapat berbentuk sebab-akibat.
Jika sebab berfungsi sebagai ide pokok maka ide bawahan atau penjelasnya
sebagai akibat. Sebaliknya, jika akibat sebagai ide pokok, maka sebab sebagai ide
bawahan atau penjelas. Contoh:
Sejak berdirinva Pordasi, November 1966, Pengurus Pordasi lebih menitik-
beratkan kegiatannya pada masalah pacuan kuda, sehingga olah raga ketangkasan
berkuda belum mendapat tempat pada kalender kegiatan. Baru pada tahun 1968
12
olah raga ini muncul dalam arena pertandingan, meskipun Pordasi baru mampu
merumuskan beberapa peraturan perlombaan lompat rintangan dan tunggang
serasi. Pordasi kemudian menjalin kerja sama dengan Pusat Kavaleri TNI AD
dalam rangka pengembangan olah raga berkuda. Dan guna memenuhi jenis kuda
tunggang yang berkualitas baik, organisasi Pordasi mengusahakannya melalui
bantuan pemerintah (Sarinah. 17 Juni 1991).
h) Umum-Khusus
Pengembangan paragraf umum-khusus dapat ditemukan pada jenis
paragraf deduktif, sedangkan paragraf khusus-umum pada paragraf induktif.
i) Klasifikasi
Klasifikasi adalah penggolongan atau pengelompokan hal-hal yang sejenis.
Penggolongan ini biasanya dirinci lebih lanjut ke dalam kelompok-kelompok yang
lebih kecil. Contoh:
Dalam karang mengarang atau tulis menulis dituntut beberapa kemampuan
yang berhubungan dengan kebahasaan dan kemampuan pengembangan atau
penyajian. Yang termasuk kemampuan kebahasaan ialah kemampuan menerapkan
ejaan, pungtuasi, diksi, dan kalimat. Sedangkan kemampuan pengembangan ialah
kemampuan menata paragraf, membedakan pokok bahasan (ide pokok) dan
subpokok bahasan (ide bawahan), dan membagi pokok bahasan dalam urutan
yang sistematik.
j) Definisi Luas
Yang dimaksud dengan definisi luas dalam pembentukan sebuah paragraf
adalah usaha untuk memberikan keterangan atau arti terhadap sebuah istilah atau
hal. Keterangan atau batasan dari suatu istilah atau hal tersebut dapat diuraikan
dengan beberapa kalimat, bahkan beberapa paragraf agar sesuatu yang
didefinisikan itu menjadi jelas. Contoh:
Seringkali kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan hasil cipta, rasa, dan
karsa masyarakat yang dipimpin dan diarahkan oleh karsa. Kalau cipta diartikan
sebagai proses yang menggunakan pancaindera dan hati, sedang karya adalah
keterampilan tangan, kaki, bahkan seluruh tubuh manusia. Karsa adalah ibarat
komandan atau pemimpin yang menentukan kapan, bagaimana, dan untuk apa
13
Latihan Paragraf
1. Pembagian wacana atas paragraf-paragraf
Baca kutipan berikut dengan cermat, kemudian bagi menjadi paragraf-
paragraf. Bahasa dan politik mempunyai pengaruh timbal balik. Bahasa Indonesia
dibesarkan dan dimungkinkan hidup atas daya upaya golongan politik. Sebaliknya
bahasa ini membantu golongan politik dalam menyebarluaskan gagasan, cita-cita,
rencanarencana, dan sebagainya kepada rakyat. Bahasa Indonesia yang sifatnya
demokratis itu telah dapat mengurangi jurang pemisah antara golongan masyarakat
akibat dari kedudukan sosialnya. Pengaruhnya terdapat juga dalam hal menipiskan
rasa kesukuan atau kedaerahan, menuju kenasionalan. Dengan singkat, cita-cita
perjuangan rakyat yang sudah dirintis sejak zaman penjajahan bisa diteruskan,
dihidupkan, dan dikembangkan. Pengaruh timbal balik antara bahasa Indonesia
dan kesadaran politik, juga dapat membuat bangsa Indonesia mempunyai harga
diri di tengah-tengah dunia internasional.
2. Kutipan berikut terdiri atas dua paragraf. Pilihlah pembagian yang paling
tepat. (1) Pembaca selalu ingin dapat membaca dengan tenang, bebas, dan leluasa.
(2) Dia ingin berpikir sendiri, menimbang-nimbang sendiri, menikmati sendiri, dan
menilai sendiri. (3) Segala macam nasihat dan anjuran yang dionyok-onyok dalam
karangan akan dirasainya sebagai pasir dalam nasi. (4) Demikianlah juga karangan
yang diakhiri dengan pidato, nasihat, kotbah, amanat, dan sebagainya akan
disambut oleh pembaca dengan rasa tak senang. (5) Apabila dalam membaca itu
tersua suatu vang tak tersangka-sangka, apalagi mendapat sesuatu yang memang
dicarinya sudah tentu puaslah hatinya. (6) Pembaca pun ingin juga membaca
dengan efisien dengan tenaga sehemat-hematnya, tetapi mendapat basil yang
14
BAB IV WACANA
tersebut disertai dengan impresi atau kesan penulis yang disajikan sehidup-
hidupnya sehingga pembaca atau pendengarnya—jika wacana tersebut dibacakan
—seolah-olah menyaksikan, mendengar, dan mengalami sendiri suatu objek yang
dimaksudkan oleh penulisnya. Karena tidak semata-mata menyampaikan suatu
objek, melainkan pada suatu segi tertentu menciptakan suatu impresi atau kesan,
maka penulis tidak pernah seluruhnya objektif.
Deskripsi tidak selalu muncul secara murni dalami suatu karangan
(Passandaran, 1989:38). Seringkali deskripsi merupakm bagian dalam karangan
yang secara keseluruhan melengkapi fungsi dari salah satu wacana yang lain.
Dalam narasi misalnya, deskripsi muncul dengan suatu lukisan non dialog tentang
perwatakan tokoh-tokoh cerita, pemandangan indah di kaki bukit, peristiwa khusus
yang telah lalu, dan sebagainya. Deskripsi dapat juga berupa lukisan kesan
seseorang tentang peristiwa-peristiwa apa yang dilihat, didengar, dirasa, dicium
atau dibau, dikecap, dialami, dan sebagainya. Berikut ini merupakan contoh
wacana deskripsi (lukisan).
Bebarengan dengan saat tentara Jepang darat di Indonesia, 10 Februari
1942, Achmad Bakrie, seorang pedagang roti, dengan resmi mendirikan suatu
perusahaan yang diberi nama cukup panjang, NV Bakrie & Brothers General
Merchant and Comission Agent di Lampung, Sumatra. Perasahaan yang tadinya
berdagang hasil-hasil bumi seperti teh, karet, lada, dan kopi itu kemudian
memperluas usahanya sebagai importir tekstil dan mainan anak.
Tidak puns sebagai pedagang umum dan importir, Achmad muda mulai
terjun dalam bidang industri dengan membeli sebuah pabrik kawat milik Belanda
yang akan dinasionalisasi pada tahu 1957. Pabrik inilah yang merupakan cikal
bakal industri bahan bangunan, yang merupakan tulang punggung dan “pembawa
bendera” dari kelompok Bakrie kini usaha pembuatan kawat disusul dengan
investasi besar-besaran dalam pabrik pipa baja pertama di Indonesia pada tahun
1959.
Kelompok Bakrie kemudian menggeluti bidang-bidang lain di luar bisnis
utamanya, pipa baja. Bidang usahanya merambah ke perkebunan karet dan kelapa
sawit, pertambangan batubara, property, serta industri pembangkit tenaga listrik.
Sementara kelompok industrinya antara lain sudah menghasilkan otomotif brake
drum, pelat baja, besi cor, bahan bangunan, serta computer dan perlengkapan
telekomunikasi.
Dengan sekitar 40 anak perusahaannya - termasuk beberapa usaha
patungan dengan asing - yang melibatkan 13.500 orang lebih karyawan, kelompok
Bakrie bisa dimasukkan dalam deretan konglomerat di Indonesia. Seluruh nilai
penjualan kelompok perusahaan ini tahun lalu dilaporkm tidak kurang dari satu
milyar dolar AS.
17
4.2.2 Eksposisi
Eksposisi yang berasal dari kata exposition (Inggris) berarti paparan atau
uraian tentang sesuatu maksud atau tujuan. Wacana eksposisi merupakan wacana
yang memaparkan atau menguraikan suatu informasi untuk dikomunikasikan
(Passandaran, 1989:39). Informasi itu dapat berupa:
(a) Data faktual, suatu kondisi yang benar-benar ada dan terjadi atau bersifat
histories, misalnya cara kerja mesin, cara memperkenalkan koperasi, cara
melakukan penyuluhan hukum.
(b) Suatu analisis atau penafsiran objektif atas seperangkat fakta.
(c) Fakta tentang seorang yang berteguh pada suatu pendirian khusus, asalkan
tujuan utamanya memberikan informasi.
Wacana eksposisi harus dapat mengungkapkan dan menerangkan suatu
fakta dengan bahasa yang jelas dan langsung. Wacana jenis ini lebih
menitikberatkan pemikiran daripada emosi dan perasaan. Eksposisi mencoba
menjawab beragam pertanyaan, seperti: Apakah ilmu itu ?, Bagaimana proses
penciptaan karya sastra?, Apa sajakah usaha-usaha yang harus dilakukan dalam
pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia?
Wacana eksposisi dapat berbentuk (a) definisi luas, (b) analisis, (c) proses,
(d) ikhtisar (summary) , (c) pertimbangan, dan (f) laporan (report).
1) Definisi Luas
Kita sering mengalami kesulitan dalam menjelaskan kata-kata atau suatu
istilah hanya dengan satu kalimat saja. Apalagi kata-kata tersebut merupakan kata-
kata yang abstrak, seperti kebudayaan, pendidikan, keadilan, demokrosi, dan
manipulasi. Untuk menjelaskan makna yang disandang kata-kata tersebut
diperlukan banyak keterangan. (Lihat pengembangan paragraf halaman ).
Contoh lain :
Secara singkat dapat dijelaskan bahwa sosiologi adalah telaah yang objektif
dan ilmiah tentang manusia dalam masyarakat; telaah tentang lembaga dan proses
sosial. Sosiologi mencoba mencari tahu bagaimana masyarakat dimungkinkan,
bagaimana ia berlangsung, dan bagaimana ia tetap ada. Dengan mempelajari
lembaga-lembaga sosial dan segala masalah perekonomian, keagamaan, politik,
dan lain -lain – yang kesemuanya itu merupakan struktur sosial – kita
mendapatkan gambaran tentang cara-cara manusia menyesuaikan diri dengan
18
2) Analisis
Jenis eksposisi khusus yang erat hubungannya dengan definisi adalah
analisis. Analisis itu merupakan cara memecahkan suatu pokok masalah. Pokok
masalah dipecah-pecah menjadi bagian-bagiannya yang logis yang menghasilkan
tipe-tipe eksposisi berdasarkan (a) klasifikasi pokok masalah yang majemuk, (b)
pemecahan masalah yang tunggal, dan (c) suatu proses.
(a) Klasifikasi
Dengan klasifikasi suatu masalah pokok yang majemuk dapat dipecah atau
diuraikan menjadi beebrapa bagian kemudian digolong-golongkan secara logis
menurut dasar penggolongan yang berlaku bagi setiap bagian tersebut. Misalnya :
Kahayan, Kampar, Asahan, Musi, Kapuas, Serayu, Bengawan Solo,
Brantas, dan Barito adalah sungai-sungai di Indonesia.Kampar, Musi, Asahan, dan
Siak terdapat di Pulau Sumatra; Kahayan, Kapuas, dan Barito terdapat di Pulau
Kalimantan; Serayu, Bengawan Solo, dan Brantas terdapat di Pulau Jawa
(Passandaran, 1989:41).
(c) Proses
19
3) Ikhtisar (Summary)
Ikhtisar (Summary) merupakan salah satu bentuk ringkasan. Ringkasan
adalah cara efektif untuk menyajikan suatu karangan panjang dalam bentuk yang
singkat. Ringkasan merupakan ekspresi dari isi pokok suatu karangan. Penyajian
singkat suatu karangan dalam bentuk ringkasan tetap mempertahankan urutan isi
dan sudut pandang pengarang, serta bagian atau bab karangan yang asli. Selain
ikhtisar, bentuk lain yang mirip dengan ringkasan adalah abstrak, sinopsis, dan
parafrase.
Ikhtisar biasanya merupakan pemadatan suatu karangan yang hanya
memaparkan langsung pikiran utamanya, tanpa perlu mempertahankan urutan
karangan asli dan bab-bab yang kurang penting dapat diabaikan.
Abstrak adalah ringkasan padat mengenai unsur-unsur penting suatu
eksposisi formal dan argrumentasi, yang panjangnya kadangkala tidak lebih dari
20
sekitar delapan baris. Mengenai jumlah baris ini tidak ada ketentuam yang tetap,
namun ciri dominan abstrak adalah kaitannya dengan bahan referensi di perguruan
tinggi.
Sinopsis merupakan ringkasan cerita atau bentuk lakon dengan tetap
mempertahankan alur ceritanya. Sedangkan parafrase merupakan pemaparan
makna puisi dengan bahasa yang jelas dan lugas tanpa mengabaikan urutan baris-
baris asli puisi yang diparafrasekan.
4) Pertimbangan (Review)
Pertimbangan (review) adalah suatu paparan informatif tentang isi atau
kualitas suatu buku atau karangan. Review sebenarnya merupakan suatu kegiatan
intelektual, karena untuk membuat review suatu buku atau karangan, penulis harus
benar-benar memahami terhadap suatu masalah, mengambil inti sarinya, dan
memberikan pertimbangan serta pikiran kritik terhadap masalah tersebut. Contoh
review dapat ditemui dalam surat kabar atau majalah dengan kolom timbangan
buku, seperti di bawah ini :
Cahaya Maha Cahaya, kumpulan sajak karya penyair Emha Ainun Nadjib
ini terdiri dari 70 sajak yang digubahnya pada tahun 1984–988 . Kumpulan ini
dikatapengantari oleh Dr. Sapardi Djoko Damono.
Dalam kata pengantarnya antara lain Sapardi menyatakan “Emha Ainun
Nadjib kita kenal sebagai salah seorang tokoh kita yang sangat sibuk di berbagai
forum diskusi, ceramah, dan seminar, ia pun sangat sering kita jumpai sebagai
penulis kolom di berbagai media cetak. Dalam banyak kegiatannya itu, ia
mendapat perhatian antara lain sebab perhatiannya terhadap masalah hangat
terutama di bidang sosial budaya, dan - tentu saja - politik. Ada kesan kuat bahwa
tokoh ini memberi tekanan pada masalah dan gagasan besar yang menyangkut
masyarakat luas”.
Meskipun demikian, dalam banyak kolom yang ditulisnya, ia tidak jarang
menunjukkan kepenyairannya, yakni sikap yang tidak secara mudah menarik
kesimpulan tegas mengenai suatu masalah. Orang kadang-kadang mencebur sikap
itu ambigu, bermakna jamak, suatu sifat yang memang sudah secara konvensional
dimiliki puisi pada khususnya dan sastra pada umumnya.
Emha Ainua Nadjib dikenal luas sebagai budayawan muslim yang
pandangan-pandangannya banyak didengar kaum muda; buah pikirannya tersebar
luas. Kegiatannya sebagai budayawan sebenarnya diawali dengan menulis puisi.
Rupanya kepenyairan Emha tidak surut dengan semakin naiknya frekuensi
kegiatannya itu. Dalam Cahaya Maha Cahaya ini kita berjumpa dengan Emha
penyair.
Buku kumpulan sajak ini hanyalah salah satu buktinya. Dalam sajak-sajak
ini, ia mengungkapkan konflik batin seorang muslim sebagai manusia biasa, bukan
21
Satu Kekasihku
Dari gaya hidup, gelagat sepak terjang, pandangan dan wawasannya serta
sajak-sajak yang disajikan dalam kumpulan ini, tidak disangsikan lagi bahwa
Emha Ainun Nadjib adalah “penyair lepas landas” yang mencuat dari
tempurungnya, yang menyadari kehadiran dan eksistensinya secara utuh dan
menyeluruh, punya kepedulian penuh dan langsung terhadap masalah-masalah
umat manusia, menderapkan langkahnya dengan sangat meyakinkan dan tahu pasti
kemana arah tujuannya dan apa yang akan diraihnya.
Semoga ia bukan satu-satunya di negeri tercinta dalam era pembangunan
ini.
Pernah seorang penyair wanita Palestina, Fatimus Zahrah, hancur berkeping-
keping tubuhnya bersama mobilnya berisi bom yang dibcnturkannya ke pos
serdadu-serdadu zionis Israel. Dalam catatannya yang kemudian, ditemukan ia
menulis,
Ada waktu menggurat kata
Ada waktu berbuat nyata
(Muhammad Ali, Kompas, 2 Fcbruari 1992 halaman 12).
5) Laporan
Laporan adalah suatu paparan faktual yang cermat, tepat, jelas,
ringkas, lengkap, dengan pola yang sudah ditentukan dan dapat diperiksa
kebenarannya karena keakuratannya. Di dalam laporan tidak boleh disisipi data
nonfakta.
22
Suatu laporan biasanya bertolak dari beberapa konsep, yaitu orang yang
memberi laporan, pihak yang menerima laporan, sifat dan tujuan umum laporan.
Laporan dapat berbentuk lisan atau tertulis, dan biasanya digunakan sebagai dasar
pengambilan suatu keputusan oleh pihak penerima laporan yang berkepentingan.
Laporan tertulis ada beberapa bentuk, diantaranya berbentuk formulir isian,
surat memorandum, laporan perkembangan dan keadaan, laporan berkala, laporan
laboratoris, laporan formal dan semiformal, laporan penelitian (laporan ilmiah),
laporan perusahaan, laporan pajak (Passandaran, 1989:43).
4.2.3 Narasi
Narasi dapat disebut cerita atau kisahan. Narasi yang berasal dari hahasa
Inggris narration merupakan suatu bentuk kisahan mengenai peristiwa atau
kejadian berdasarkan urutan waktu atau secara kronologis. Tujuan utama narasi
adalah untuk menceritakan peristiwa atau kejadian itu sedemikian rupa sehingga
menimbulkan pengertian-pengertian atau asosiasi yang merefleksikan interpretasi
atau penafsiran penuturnya atau penulisnya.
Wacana narasi dapat dibedakan menjadi dua, yakni (1) narasi berplot dan
(2) narasi faktual. Yang dimaksud narasi berplot yaitu narasi yang urutan
pengisahannya berdasarkan plot atau alur yang terdapat pada cerita fiksi atau cerita
rekaan. Menurut Djoko S. Passandaran (1989: 37) dalam narasi berplot, pandangan
atau gagasan pengarang tentang kehidupan kemanusiaan merupakan faktor
pengendali atau penentu gerak, tingkah laku, atau perbuatan pelaku dipilih,
dirancang, dan disusun dengan penuh pertimbangan dan hati-hati untuk
melakonkan atau mendramatisasikan gagasan tersebut. Contoh narasi berplot
adalah roman, novel, dongeng, hikayat, dan drama. Sedang narasi faktual adalah
kisahan yang berdasarkan urutan kejadian penting seperti dalam tulisan sejarah
yang objektif.
4.2.4 Argumentasi
Argumentasi merupakan jenis wacana yang mengemukakan pendapat,
gagasan, sikap, dan keyakinan yang disertai dengan alasan kuat, bukti-bukti, serta
23
4.2.5 Persuasi
Dalam bahasa Inggris, kata to persuade yang berarti membujuk atau
meyakinkan pembaca, kemudian menjadi kata pungut dalam bahasa Indonesia
persuasi. Wacana persuasi merupakan bentuk komunikasi yang secara tegas
bermaksud untuk membujuk pendengar atau pembacanya agar percaya dan
terpengaruh akan fakta, pendirian umum, pendapat, gagasan, perasaan, dan hal-hal
main yang dikomunikasikannya. Akhirnya, diharapkan pembaca atau pendengar
mau berpikir dan bertindak sesuai yang dikehendaki oleh penulis atau penuturnya.
Persuasi banyak ditemui dalam ceramah-ceramah keagamaan (dakwah),
pidato-pidato politik, dan periklanan. Wacana jenis ini terdiri atas empat jenis,
yakni persuai politik, persuasi pendidikan, persuasi iklan, dan persuasi
propaganda.
1) Persuasi Politik
Persusi jenis ini digunakan oleh orang-orang yang berkecimpung dalam
kehidupan politik dan kenegaraan. Contoh :
Uraian Pak Ruslan Abdul Gani sudah saya dengarkan dan pernyataan yang
telah dibaca oleh Saudara Sindhunata saya dengarkan pula dengan minat yang
amat mendalam.
Saya amat terharu dan terima kasih atas usaha Saudara sekalian, Usaha yang
berarti sumbangan yang amat berharga, amat penting, bahkan mutlak perlu untuk
pembinaan bangsa kita, bangsa yang kuat, bangsa yang makmur, bangsa yang
sejahtera, bangsa yang dihormati oleh bangsa-bangsa lain di seluruh dunia. Bahkan
bangsa yang sebagai berulang-ulang kukatakan menjadi mercusuar dari perjuangan
bangsa-bangsa lain.
Kita harus menjadi bangsa kembali, saya kira Saudara sekalian telah
meyakini dengan keyakinan yang sedalam-dalamnya. Hal itu memang sudah saya
katakan lebih empat puluh tahun yang lalu. Syarat mutlak ialah kesatuan bangsa.
Malahan saya berulang-ulang katakan, apa bangsa itu, apa bangsa itu? Sering saya
citeer ucapan dari Ernest Renan, profesor sejarah, profesor hal kebangsaan di Paris
beberapa puluh tahun yang lalu. Dia berkata demildan, bangsa adalab suatu
solidaritas besar, solidaritas tiap-tiap hari. Dia tidak berkata bangsa itu adalah
golongan manusia dengan bahasa satu, atau golongan manusia dengan agama satu,
tidak. Dia berkata, bangsa adalah satu solidaritas besar tiap-tiap hari.
(Pidato Bung Kamp, 18 Juli 1964 di Istana Bogor)
2) Persuasi Pendidikan
Persuasi pendidikan digunakan dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu,
pedidikan gurulah yang banyak menggunakan persuasi jenis ini. Seorang guru
setiap kali mengajar berusaha untuk melakukan persuasi yang mempengaruhi anak
25
didiknya agar giat belajar tanpa kenal lelah dan usia. Seorang motivator dan
inovator pendidikan dapat menggunakan persuasi dengan menampilkan konsep-
konsep baru pendidikan untuk melaksanakan oleh para pelaksana pendidikan.
Contoh :
Dalam mendidik anak kadang-kadang orang tua kurang mengetahui metode
yang tepat. Sering kita jumpai orang tua yang selalu memberi nasihat, saran-saran,
atau larangan berbuat ini dan itu kepada anaknva, tetapi tidak pernah memberi
contoh yang kongkret, sehingga anak mempunyai kesan selalu diatur, bahkan
mereka mengatakan ayah ibunya terlalu cerewet. Misalnya, anak harus tidur siang,
kalau pergi harus pamit, dan sebagainya, sementara kedua orang tuanya tetap sibuk
bekerja atau kalau pergi tidak pernah pamit kepada anak-anaknya.
Sebetulnya orang tua dapat mengajarkan hal-hal semacam itu tidak harus
dengan nasihat-nasihat atau perintah-perintah, tetapi dengan cara mengajak dan
melakukan bersama-sama atau memberi contob konkret perbuatan-perbuatan itu.
Misalnya, “Rini, ayo kita tidur siang dulu!” Begitu pula setiap akan pergi apabila
anaknya ada di rumah orang tua juga pamit kepada anaknya. Dengan cara seperti
ini anak tidak mempunyai kesan terlalu diatur, bahkan anak akan lebih terkesan
dan meniru kebiasaan-kebiasaan baik kedua orang tuanya.
3) Persuasi Iklan
Persuasi iklan digunakan dalam bidaug usaha, untuk memperkenalkan hasil
produksi atau jasa yang ditawarkannya. Dengan persuasi ini diharapkan pembaca
atau pendengar mengenal barang-barang produksi atau layanan jasanya, kemudian
berusaha membeli barang-barang yang dihasilkannya atau menggunakan layanan
jasa yang ditawarkannya.
Contoh :
... ada panu. Namun ini bukanlah sesuatu yang menakutkan, melainkan hal
yang dapat dialami siapa saja. Di kaki, tangan, lipatan kulit ataupun tempat
lainnya.
Tidak perlu cemas ataupun merasa malu, bila hal ini terjadi pada Anda.
Pakailah Canesten. Canesten membasmi berbagai infeksi jamur dengan efektif ...
menjadikan kulit Anda bersih dan mulus seperti semula.
Canesten tidak bau, tidak lengket, dan tidak meninggalkan bekas. Canesten
bekerja tanpa Anda merasakannya.
CANTESTEN membasmi panu, kutu air, kurap, kadas, dan gatal jamur.
26
Rangkuman
Wacana adalah suatu penyampaian pikiran secara resmi atau teratur secara
lisan atau tulisan sebagaimana terwujud dalam pidato, khotbah, desertasi, laporan
penelitian, cerita, dan sebagainya. Sebuah wacana minimal terdiri atas sebuah
paragraf yang berkaitan membentuk suatu karangan yang utuh.
Berdasark sifat tujuan penulisan ada lima jenis karangan (wacana), yaitu
(a) deskripsi, (b) eksposisi, (c) narasi, (d) argumentasi, dan, (e) persuasi.
Wacana deskripsi merupakan jenis karangan yang melukiskan suatu objek
sesuai dengan keadaan yang sebenaninya. Di dalam melukiskan suatu objek
tersebut disertai dengan impresi atau kesan penulis, yang disajikan sehidupnya-
hidupnya sehingga pembaca seolah-olah mengalami sendiri suatu objek dimaksud
oleh penulisnya.
Ekaposisi adalah wacana yang memaparkan atau menguraikan suatu
informasi. Wacana eksposisi dapat berbentuk (a) definisi luas, (b) analisis, (c)
proses, (d) ikhtisar (summary), (e) pertimbangan (reviuw), dan (f) laporan.
27
pemakaian kertas yang sesuai, (4) harus dinyatakan secara ringkas dan eksplisit
(tegas), dan (5) bahasa yang digunakan harus bahasa yang baku atau sesuai dengan
kaidah ketatabahasaan, seperti pemakaian huruf kapital, pemakaian tanda baca,
pemilihan kata, dan bahasa surat harus efektif (logis, wajar, hemat, cermat, sopan,
dan menarik).
Dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar dalam surat-menyurat
resmi, dapat membawa wibawa seseorang dan dipandang scbagai lambang status
sosial yang tinggi. Itulah sebabnya dalam surat resmi harus mcnggunakan bahasa
yang baik dan benar.
KEPALA SURAT
Paragraf Isi
Salam penutup
Tembusan: Paragraf Penutup
............................
............................
Inisial
Tanda Tangan
Nama Jelas
31
kapital, kecuali kata tugas, atau dengan huruf kapital seluruhnya sebagaimana
nama instansi, tetapi ukurannya lebih kecil daripada huruf-huruf untuk nama
instansi; unsur alamat dipisahkan dengan tanda koma, bukan dengan tanda
hubung; jalan ditulis lengkap jalan bukan disingkat Jl. atau Jln.; jika kantor
tersebut memiliki nomor telepon dituliskan kata telepon, bukan Tilpon dan bukan
disingkat Tilp atau Telp; tulisan kata Kotak Pos jika kantor tersebut juga
memilikinya, bukan P.O. Box apabila kantor tersebut juga memiliki nomor teleks,
hendaknya dicantumkan secara benar, bukan dengan penulisan Telex.
KEPALA SURAT
9 Januari 2000
5.5.4 Lampiran
Kata Lampiran atau Lamp. diikuti tanda titik dua. Kemudian cantumkan
jumlah yang dilampirkan dan nama barang yang dilampirkan, tidak diikuti tanda
baca apapun.
33
2) Alamat surat tidak diawali kata kepada karena kata tersebut berfungsi
sebagai penghubung intra kalimat yang menyatakan arah. Alamat pengirim pun
tidak didahului kata dari karena kata tersebut berfungsi sebagai penghubung
intrakalimat yang menyatakan asal.
3) Alamat yang dituju diawali dituju Yth. (diikuti tanda titik), atau Yang
terhormat (tidak diikuti titik atau koma).
4) Sebelum mencantumkan nama orang yang dituju, biasanya penulis
surat mencantumkan sapaan Ibu, Bapak, Saudara, atau Sdr.
5) Jika nama orang yang dituju bergelar akademik yang ditulis di
depannya, seperti Drs., Ir.; kata sapaan Bapak, Ibu, atau Saudara tidak digunakan.
Demikian juga jika alamat yang dituju memiliki pangkat, seperti sersan atau
kolonel, camat atau bupati, kata sapaan tidak digunakan, karena yang dituju adalah
pangkat atau jabatan orang tersebut. Ketentuan-ketentuan ini bertujuan agar sapaan
Bapak, Ibu, atau Saudara tidak terhimpit dengan gelar akademik, pangkat atau
jabatan.
Penulisan alamat yang benar.
Yth. Bapak Darwina Mirhad
Yth. Drs. Darwina Mirhad
Yth. Bupati Kotawaringin Timur
Yth. Ibu Sulastri
Yth. Sersan Mayor Polwan Sulastri
6) Penulisan kata Jalan pada alamat tidak disingkat. Begitu juga nama
gang, nomor, RT, dan RW biasanya dituliskan lengkap dengan huruf kapital setiap
awal kata. Selanjutnya, nama kota dan provinsi dituliskan dengan huruf awal
kapital, tidak perlu digarisbawahi atau diberi tanda baca apapun.
Contoh penulisan alamat yang salah.
Kepada Yth. Bapak Ir. Dipanegara
Jl. Buntar V, No. 2
Bandung
JAWA BARAT
Contoh penulisan alamat yang benar.
Yth. Ir. Dipanegara
35
5.5.11 Tembusan
38
Kata Tembusan diletakkan di sebelah kiri pada bagian kaki surat, lurus
dengan kata nomor, lampiran, dan hal, dan sejajar dengan penanda tangan surat.
Kata Tembusan diikuti tanda titik dua (:), tanpa digarisbawahi. Jika pihak yang
ditembusi surat itu lebih dari satu, nama-nama instansi diberi nomor urut. Akan
tetapi, jika pihak yang ditembusi hanya satu, nama instansi tidak diberi nomor.
Kemudian, dalam tembusan tidak perlu digunakan kata Yth., Kepada Yth., sebagai
laporon, atau sebagai undangan, dan sebagainya. Selanjutnya, pencantuman kata
arsip atau file pada nomor terakhir tidak dibenarkan, karena tidak ada manfaatnya,
sebab sudah pasti setiap surat dinas memiliki arsip yang harus disimpan.
Penulisan tembusan yang salah.
Tembusan:
1. Kepada Yth. Direktur Sarana Pendidikan (sebagai laporan)
2. Yth. Kepala Bagian Tata Usaha (sebagai undangan)
3. Sdr. Marwoto (agar dilaksanakan)
4. Arsip, -
Penulisan tembusan yang benar.
Tembusan:
1. Direktur Sarana Pcndidikan
2. Kepala Bagian Tata Usaha
3. Sdr. Marwoto
5.5.12 Inisial
Inisial disebut juga sandi, yaitu kode pengenal yang berupa singkatan nama
pengonsep dan pengetik surat. Inisial berguna untuk mengetahui siapa pengonsep
dan pengetik surat sehingga bila terjadi kesalahan dalam surat tersebut, pengonsep
dan pengetik dapat dihubungi dengan mudah.
Inisial ditempatkan pada bagian paling bawah di sebelah kiri. Perhatikan
contoh di bawah ini.
SR/cbc
SR singkatan nama pengonsep ; Said Rahman
ebe singkatan nama pengetik : Endang Bawi
39
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, E, Zaenal dan Farid Hadi. 1993. Seribu Satu Kesalahan Berbahasa.
Jakarta : Akapres.
Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 1995. Cermat Berbahasa Indonesia.
Bandung: Pustaka Prima.
Badudu, J.S. 1984. Pelik-Pelik Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Prima.
___________. 1984. Membina Bahasa Indonesia Baku 1. Bandung: Pustaka
Prima.
___________.1984. Membina Bahasa Indonesia Baku 2. Bandung: Pustaka
Prima.
Keraf, Gorya. 1980. Komposisi. Ende-Flores : Nusa Indah.
Moeliono, Anton M. dkk. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Purwaka, Albertus. 1992. ”Kalimat Efektif dan Paragraf”. Palangkaraya:
Bagian Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah
Kalimantan Tengah.
Ramlan, M. 1980. Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta UP
Karyono.
___________.1981. Sintaksis. Yogyakarta : UP Karyono.
40