Anda di halaman 1dari 37

6

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Pengetahuan


2.1.1 Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior) ( Soekidjo Notoatmodjo,
2012).

2.1.2 Tingkat Pengetahuan


Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif menurut (Soekidjo
Notoatmodjo, 2012). Mempunyai enam tingkatan yaitu:
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa
orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain dapat menyebutkan,
menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

6
7

3) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini
dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,
metode, prinsip, dan sebaginya dalam konteks atau situasi yang lain.
4) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini
dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan
(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan
sebagainya.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemapuan tuntuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemapuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilain itu didasarkan
pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-
kriteria yang telah ada.

2.1.3 Faktor-faktor yang memengaruhi Pengetahuan


Faktor-faktor yang memengaruhi pendidikan menurut (Agus Riyanto, 2013)
1) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah (baik formal maupun nonformal),
berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan
sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
8

2) Informasi/media massa
Informasi adalah “that of which one is apprised or told: intelegence, news”
(Oxford English Dictionary). Kamus lain menyatakan bahwa informasi
adalah sesuatu yang dapat diketahui, namun ada pula yang menekankan
informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu, informasi juga dapat
didefinisikan sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan,
menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisis, dan
mneyebarkan informasi dengan tujuan tertentu (Undang-Undang Teknologi
Informasi). Adanya perbedaaan definisi informasi pada hakikatnya
dikarenakan sifatnya yang tidak dapat diuraikan (intangible), sedangkan
informasi tersebut dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, yang
diperoleh dari data dan pengamatan terhadapa dunia sekitar kita, serta
diteruskan melalui komunikasi. Informasi mencakup data, teks gambar,
suara, kode, program komputer, dan basis data.Informasi yang diperoleh
baik dari pendidikan formal maupun nonformal dapat memberikan pengaruh
jangka pendek (immediate impact) sehingga menghsilkan perubahan dan
peningkatan pengetahuan.
3) Sosial, budaya, dan ekonomi
Kebiasaaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran
apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian, seseorang akan
bertambah pengetahuannnya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi
seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan
untuk kegiatan tertentu sehingga status sosial ekonomi ini akan
memepengaruhi pengetahuan seseorang.
4) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh
terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada
dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal
balik ataupun tidak, yang akan direspons sebagai pengetahuan oleh setiap
individu.
9

5) Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi
masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan akan
memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional, serta dapat
mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan
manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak
dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.
6) Usia
Usia memengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

2.1.4 Pengukuran tingkat pengetahuan


Menurut Skinner, bila seseorang mampu menjawab mengenai materi
tertentu baik secara lisan maupun tulisan, maka dikatakan sesorang tersebut
mengetahui bidang tersebut. Sekumpulan jawaban yang diberikan tersebut
dinamakan pengetahuan. Pengukuran bobot pengethuan seseorang ditetapkan
menurut hal-hal sebagai berikut:
1) Bobot I : tahap tahu dan pemahaman
2) Bobot II: tahap tahu, pemahaman, aplikasi, dan analisis
3) Bobot III: tahap tahu, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi
Pengukuran dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau responden.
Dalam mengukur pengetahuan harus diperhatikan rumusan kalimat pertanyaan
menurut tahapan pengetahuan.
Membuat kategori tingkat pengetahuan seseorang menjadi tiga tingkatatan
yang didasarkan pada nilai persentase yaitu sebagai berikut:
1) Tingkat pengetahuan kategori baik jika nilainya ≥ 75%
2) Tingkat pengetahuan kategori cukup jika nilainya 56-74%
10

3) Tingkat pengetahuan kategori kurang baik jika nilainya ≤ 55% (Arikunto,


2006).
Dalam membuat kategori tingkat pengetahuan bisa juga dikelompokkan
menjadi dua kelompok jika yang diteliti masyarakat umum , yaitu sebagai berikut.
1) Tingkat pengetahuan kategori baik jika nilainya ≥50%
2) Tingkat pengetahuan kategori kurang baik jika nilainya ≤50%
Namun, jika yang diteliti respondennya petugas kesehatan, maka
persentasenya akan berbeda
1) Tingkat pengetahuan kategori baik jika nilainya ≥ 75%
2) Tingkat pengetahuan kategori kurang baik jika nilainya ≤ 75%

2.2 Konsep Dasar Peran


2.2.1 Definisi Peran
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem (Mubarak, dkk.
2010).
Peran merujuk kepada beberapa setiap perilaku yang kurang lebih bersifat
homogen, yang didefinisikan dan diharapkan secar normative dari seseorang
peran dalam situasi sosial tertentu (Mubarak dkk, 2009). Peran keluarga adalah
tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga.
Jadi peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat,
kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.
Peran individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari
keluarga, kelompok dan masyarakat (Setiadi, 2008).
Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing. Peran ayah yang
sebagai pemimpin keluarga yang mempunyai peran sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung atau pengayom, pemberi rasa aman bagi setiap anggota
keluarga, dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu. Peran
ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anak, pelindung
keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu.
Sedangkan peran anak sebagai pelaku psikososial sesuai dengan perkembangan
fisik, mental, sosial dan spiritua (Setiadi, 2008).
11

1) Peran formal dalam keluarga


(1) Peran sebagai ayah. Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-
anaknya berperan sabagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi
rasa aman. Juga sebagai kepala keluarga, anggota kelompok sosial, serta
anggota masyarakat dan lingkungan.
(2) Peran sebagai ibu. Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya berperan
untuk mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik anak-
anaknya, pelindung dan salah satu anggota kelompok sosial, serta sebagai
anggota masyarakat dan lingkungandi samping dapat berperan pula sebagai
pencari nafkah tambahan keluarga.
(3) Peran sebagai anak. Anak melaksanakan peran psikososial sesuia dengan
tingkat perkembangannya, baik fisik, mental,sosial, dan spiritual.
2) Peran keluarga dalam bidang kesehatan
Peran keluarga dalam bidang kesehatan menurut Bailon dan Maglaya
(1998):
(1) Mengenal masalah kesehatan
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan
karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena
kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana kesehatan
habis.orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-
perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang
dialami anggota kelurga secara tidak langsung menjadi perhatian keluarga
atau orang tua. Apabila menyadari adanya perubahan keluarga perlu dicatat
kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan berapa besar
perubahannya. Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengenal fakta-fakta
dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor
penyebab dan ynag mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap
masalah.
(2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai masalah
kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat mengkaji keadaan keluarga
12

tersebut agar dapat memfasilitasi keluarga dalam membuat keputusan.


Berikut hal-hal yang harus dikaji oleh perawat.
Sejauh mana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya
masalah.
a) Apakah keluarga merasakan adanya masalah kesehatan.
b) Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialami.
c) Apakah keluarga merasa takut akan akibat penyakit.
d) Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap masalah kesehatan.
e) Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada.
f) Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan.
g) Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam
mengatasi masalah.
(3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Ketika memberi perawatan kepada anggota keluarganya yang sakit,
keluarga harus mengetahui hal-hal sabagai berikut.
a) Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis, dan
perawatannya).
b) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
c) Keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan.
d) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang
bertanggung jawab, sumber keuangan atau finansial, fasilitas fisik,
psikososial).
e) Sikap keluarga terhadap yang sakit.
(4) Memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang
sehat, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut.
a) Sumber-sumber keluarga yang dimiliki.
b) Keuntungan dan manfaat pemeliharaan lingkungan.
c) Pentingnya higiene sanitasi.
d) Upaya pencegahan penyakit.
e) Sikap atau pandangan keluarga terhadap higiene sanitasi.
f) Kekompakan antara anggota keluarga.
13

(5) Merujuk pada fasilitas kesehatan masyarakat


Ketikan merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus
mengetahui hal-hal berikut ini.
a) Keberadaan fasilitas kesehatan.
b) Keuntunggan-keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan.
c) Tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan fasilitas kesehatan.
d) Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan.
e) Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.
Kelima tugas kesehatan keluarga tersebut saling berkaitan dan perlu
dilakukan oleh keluarga, perawat perlu mengkaji sejauh mana keluarga mampu
melaksanakan tugas tersebut dengan baik agar dapat memberikan bantuan atau
pembinaan terhadap keluarga untuk memenuhi tugas kesehatan keluarga tersebut
(Ferry Efendi,2009).

2.2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Peran


Sama dengan struktur kekuasaan keluarga, terdapat faktor utama yang
memengaruhi peran baik formal maupun informal (Elaine, 2010). Faktor-faktor
ini mencangkup :
1) Perbedaan Kelas Sosial
Peran keluarga sangat dipengaruhi oleh tuntutan dan kepentingan yang di
letakan pada struktur sosial yang lebih besar. Jadi,sebagai respons
masyarakat kita terdapat keluarga miskin, berbagai adaptasi peran keluarga
telah berkembang sebagai cara memecahkan masalah dan isu yang berulang
karena menjadi miskin. Keluarga orang tua tunggal menyusun bagian
bermakna dari keluarga yang tinggal dalam kemiskinan dan proporsi
keluarga pekerja yang miskin selama 30 tahun (Elaine, 2010).
(1) Keluarga Berpenghasilan Rendah
Keluarga berpenghasilan rendah sering kali memiliki struktur ikatan yang
relatif longgar, meskipun peran pasangan pernikahan dan pembagian
tanggung jawab mereka biasanya formal. Peran menjadi orang tua telah
menjadi titik utama bagi wanita dari keluarga berpenghasilan rendah dan ibu
seringkali lebih tradisional dalam hal pandangannya mengenai pengasuhan
14

anak (mis, penekanan yang lebih besar pada kemampuan menghormati,


kepatuhan, kebersihan dan disiplin anak). Sebagai perbandingan, keluarga
berpenghasilan menengah atau tinggi cenderung menempatkan penekanan
yang lebih besar pada pembentukan keandalan diri dan kemandirian anak
serta lebih mengetahui prinsip perkembangan dan psikologis dalam
hubungan orang tua dan anak (Elaine, 2010).
(2) Keluarga Kelas Pekerjaan dan Menengah
Meneliti pekerja kasar dan keluarga mereka serta menentukan bahwa
semakin pendidikan si suami maka semakin besar derajat persahabatan
dalam pernikahan (Elaine, 2010).
2) Bentuk Keluarga
Mayoritas keluarga di Amerika Serikat sekarang ini bukan keluarga inti
tradisional dengan dua orang tua “ideal” yang khas, seperti yang diuraikan
di dalam Bab 1. Struktur peran keluarga akan beragam sejalan dengan
varian dalam bentuk keluarga. Karena keluarga orang tua tunggal dan orang
tua tiri kemungkinan adalah dua bentuk keluarga inti yang paling umum,
kedua tipe bentuk keluarga ini akan diuraikan dalam hal pengaturan peran
unik dan penekanan peran mereka.
(1) Peran dalam keluarga orang tua tunggal
Jumlah keluarga orang tua tunggal telah membengkak dengan cepat dalam
15-20 tahun terakhir. Sebagian besar keluarga orangtua tunggal dikepalai
oleh ibu, meskipun makin banyak ayah yang mengepalai keluarga orangtua
tunggal, sekitar 17% keluarga orang tua tunggal dikepalai oleh pria (Elaine,
2010).
(2) Peran dalam keluarga orang tua tiri
Dengan semakin bertambahnya jumlah penceraian dan menikah lagi (80%
orang yang menikah lagi, setelahnya bercerai dalam 3 tahun). Terdapat
pertambahan keluarga orang tua tunggal yang sangat banyak. Kebingungan
peran atau ambiguitas peran adalah sumber tekanan utama bagi orang tua
tiri dan anak tiri. Mungkin penyebab dasar yang menimbulkan kebingungan
peran bagi ayah tiri dan yang mengakibatkan ketidakseimbangan keluarga
adalah isu pengasuhan dan pendisiplinan anak (Elaine, 2010).
15

3) Pengaruh Kebudayaan/Etnik
Norma dan nilai yang berasal dari budaya atau etnik yang sangat
berpengaruh mengenai bagaimana peran dijalankan dalam suatu sistem
keluarga yang baku. Pengetahuan akan nilai dasar, kebiasaan, dan tradisi
kelompok etnik tertentu penting guna menginterpretasikan apakah peran
keluarga berfungsi, suami-istri yang berasal dari latar belakang etnik yang
berbeda dapat mengalami perbedaan harapan peran dalam keluarga. Karena
latar belakang budaya pasangan yang berbeda, harapan bahwa pasangan
mereka sering kali berbeda. Masing-masing pasangan yang menikah dapat
mengkritik kegagalan yang lain untuk menjalankan peran pernikahan atau
orang tua seperti yang di harapkan, sementara pada waktu yang sama
merasa bersalah karena tidak dapat memenuhi harapan yang lain (Elaine,
2010).

2.2.3 Definisi Keluarga


Banyak definisi yang diuraikan tentang keluarga sesuai dengan
perkembangan sosial masyarakat. Berikut ini akan dikemukakan pengertian
keluarga.
1) Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga
selalu berinteraksi satu sama lain.
2) Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum; meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional, dan sosial dari tiap anggota (Duvall).
3) Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui
pertalian darah, adopsi, atau perkawinan (WHO, 1969).
4) Keluarga adalah sekelompok manusia yang tinggal dalam satu rumah tangga
dalam kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat (Helvie,1981).
5) Keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di
16

bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Departeman


Kesehatan RI, 1998).
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran,
dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan
meningkatkan perkembangan fisik, mental emosional, serta sosial dari tiap
anggota keluarga (Mubarak, 2010).
Uraian di atas menunjukan bahwa keluarga juga merupakan suatu sistem.
Sebagai suatu sistem, keluarga mempunyai anggota yaitu ayah, ibu dan anak atau
semua individu yang tinggal di dalam rumah tangga tersebut. Anggota keluarga
tersebut saling berinteraksi, interelasi, dan interdependensi untuk mencapai tujuan
bersama (Ferry Efendi, 2009).

2.2.4 Ciri-Ciri Keluarga


Terdapat 5 ciri-ciri keluarga yaitu:
1) Keluarga merupakan hubungan perkawinan.
2) Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan
perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara.
3) Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama (Nomenclatur), termasuk
perhitungan garis keturunan.
4) Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-
anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan
membesarkan anak.
5) Keluarga mempunyai tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga (H.
Zaidin Ali, 2009).

2.2.5 Tipe Keluarga


Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai
macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial maka tipe keluarga
berkembang mengikuti. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam
meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu memahami dan mengetahui
berbagai tipe keluarga (Mubarak, 2010).
17

Adapun tipe keluarga sebagai berikut :


1) Tipe keluarga tradisional
(1) Keluarga Inti (The nuclear family)
Keluarga yang terdiri dari suami istri dan anak (kandung atau angkat).
(2) Keluarga Dyad
Suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak.
(3) Single Parent  
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak (kandung atau
angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.
(4) Single adult living alone
Suatu rumah tangga yang terdiri dari 1 orang dewasa hidup sendiri.
(5) The childless
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah, bisa disebabkan karena
mengejar karir atau pendidikan.
(6) Keluarga Besar (The extended family)
Keluarga yang terdiri dari keluarga inti ditambah keluarga lain, seperti
paman, bibi, kakek, nenek dan lain-lain.
(7) Commuter family
Kedua orang tua bekerja diluar kota, dan bisa berkumpul pada hari minggu
atau hari libur saja.
(8) Multi generation
Beberapa generasi atau kelompok umum yang tinggal bersama dalam 1
rumah.
(9) Kin-network family
Beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling berdekatan dan
menggunakan barang-barang pelayanan seperti dapur, sumur yang sama.
(10) Blended family
Keluarga yang dibentuk dari janda atau duda dan membesarkan anak dari
perkawinan sebelumnya.
(11) Keluarga usila
Keluarga terdiri dari suami dan istri yang sudah usia lanjut, sedangkan anak
sudah memisahkan diri.
18

2) Tipe keluarga non tradisional


(1) Keluarga Orang Tua Tunggal Tanpa Menikah (The unmerrid teenage
mother).
Keluarga yang terdiri dari 1 orang dewasa terutama ibu dan anak dari
hubungan tanpa nikah.
(2) The step parents family
Keluarga dengan orang tua tiri.
(3) Commune family
Keluarga yang terdiri dari lebih dari satu paangan monogami yang
menggunakan fasilitas secara bersama.
(4) The nonmarrital hetero seksual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa nikah.
(5) Keluarga Homoseksual (Gay and lesbian family)
Seorang yang mempunyai persamaan seks tinggal dalam 1 rumah
sebagaimana pasangan suami istri.
(6) Cohabitating couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena alasan
tertentu.
(7) Group marriage family
Beberapa orang dewasa yang telah merasa saling menikah berbagi sesuatu
termasuk seks dan membesarkan anak.
(8) Group nertwork family
Beberapa keluarga inti yang dibatasi oleh norma dan aturan, hidup
berdekatan dan saling menggunakan barang yang sama dan bertanggung
jawab membesarkan anak.
(9) Foster family
Keluaraga yang menerima anak yang tidak ada  hubungan saudara untuk
waktu sementara.
(10) Home less family
Keluarga yang terbentuk tanpa perlindungan yang permanen karena keadaan
ekonomi atau problem kesehatan mental.
19

(11) Gang
Keluarga yang dekstruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan
emosional, berkembang dalam kekerasan dan kriminal (Tantut Susanto,
2012).

2.2.6 Struktur Keluarga


Struktur keluarga terdiri dari beberapa macam, diantaranya:
(Friedmann, 1989, dalam Mubarak, dkk, 2010).
1) Patrilinear
Patrilinear adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak keluarga sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis
ayah.
2) Matrilinear
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dari
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalir garis ibu.
3) Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri
4) Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami
5) Keluarga kawinan
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar pembinaan keluarga, dan
beberapa sanak saudara menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan
dengan suami istri.

2.2.7 Fungsi Keluarga


Dalam suatu keluarga ada beberapa fungsi keluarga yang dapat dijalankan
yaitu sebagai berikut:
1) Fungsi biologis
Fungsi untuk meneruskan keturunan, memelihara dan membesarkan anak,
serta memenuhi kebutuhan gizi keluarga (Mubarak, dkk. 2010).
20

2) Fungsi psikologis
Memberikan kasih sayang dan rasa aman bagi keluarga, memberikan
perhatian diantara keluarga, memberikan kedewasaan kepribadian anggota
keluarga, serta memberikan identitas pada keluarga (Mubarak, dkk. 2010).
3) Fungsi sosialisasi
Membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku
sesuai dengan tingkat perkembangan masing-masing dan meneruskan nilai-
nilai budaya (Mubarak, dkk. 2010). Fungsi sosial adalah fungsi yang
mengembangkan proses interaksi dalam keluarga yang dimulai sejak lahir
dan keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialiasi
(Setiawati, 2008).
4) Fungsi ekonomi
Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
saat ini dan menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa yang
akan datang (Mubarak, 2010). Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga
untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga termasuk sandang,
pangan, dan papan (Setiawati, 2008).
5) Fungsi pendidikan
Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahun, keterampilan,
membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya,
mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dala
memenuhi perannya sebagai orang dewasa serta mendidik anak sesuai
dengan tingkat perkembangannya (Mubarak, dkk. 2010).

2.2.8 Dimensi Dasar Struktur Keluarga


Menurut (Friedman, 2009), struktur keluarga terdiri atas:
1) Pola dan proses komunikasi
(1) Pola interaksi keluarga yang berfungsi:
a) Bersifat terbuka dan jujur.
b) Selalu menyelesaikan konflik keluraga.
c) Berfikir positif.
d) Tidak mengulang-ulang isu dan pendapatnya sendiri.
21

2) Karakteristik komunikasi keluarga yang berfungsi


(1) Karakteristik pengirim
a) Yakin dalam mengemukakan pendapat.
b) Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas.
c) Selalu minta maaf dan menerima umpan balik.
(2) Karakteristik penerima
a) Siap mendengar.
b) Memberikan umpan balik
c) Melakukan validasi.
3) Struktur peran
Peran adalah serangkaian prilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi
sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status individu
dalam masyarakat misalnya sebagai suami atau istri atau anak.
4) Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan dalam (potensial atau aktual) dari
individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah prilaku
seseorang kearah positif. Tipe struktur kekuatan antara lain :
(1) Legitimate power/authority
Hak untuk mengatur seperti orang tua pada anak.
(2) Referent power
Seseorang yang ditiru.
(3) Reword power
Pendapat ahli.
(4) Coercive power
Dipaksakan sesuai keinginan.
(5) Informational power
Pengaruh melalui persuasi.
(6) Affectif power
Pengaruh melalui manipulasi cinta kasih.
22

2.2.9 Nilai-Nilai Dalam Keluarga


Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau
tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga
merupakan suatu pedoman prilaku dan pedoman bagi perkembangan norma dan
peraturan. Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat
bardasarkan sistem nilai dalam keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola
perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk
menyelesaikan masalah.

2.2.10 Tugas Perkembangan Keluarga


Siklus kehidupan setiap keluarga mempunyai tahapan-tahapan. Seperti
individu-individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan yang
berturut-turut, keluarga juga mengalami tahap perkembangan yang berturut-turut.
Adapun tahap-tahap perkembangan menurut Duvall dan Miller dalam (Friedman,
1998) adalah :
1) Tahap I : Keluarga pemula Perkawinan dari sepasang insan menandai
bermulanya sebuah keluarga baru dan perpindahan dari keluarga asal atau
status lajang ke hubungan baru yang intim.
2) Tahap II : Keluarga sedang mengasuh anak dimulai dengan kelahiran anak
pertama hingga bayi berusia 30 bulan.
3) Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah dimulai ketika anak
pertama berusia dua setengah tahun, dan berakhir ketika anak berusia lima
tahun.
4) Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah Dimulai ketika anak pertama
telah berusia enam tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada
usia 13 tahun, awal dari masa remaja.
5) Tahap V : Keluarga dengan anak remaja Dimulai ketika anak pertama
melewati umur 13 tahun, berlangsung selama enam hingga tujuh tahun.
Tahap ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal
atau lebih lama jika anak masih tinggal di rumah hingga berumur 19 atau 20
tahun.
23

6) Tahap VI : Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda Ditandai oleh
anak pertama meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan “rumah
kosong,” ketika anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap ini dapat singkat
atau agak panjang, tergantung pada berapa banyak anak yang belum
menikah yang masih tinggal di rumah. Fase ini ditandai oleh tahun-tahun
puncak persiapan dari dan oleh anak-anak untuk kehidupan dewasa yang
mandiri.
7) Tahap VII : Orangtua usia pertengahan Dimulai ketika anak terakhir
meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau kematian salah
satu pasangan.
8) Tahap VIII : Keluarga dalam masa pensiun dan lansia Dimulai dengan
salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun, hingga salah
satu pasangan meninggal dan berakhir dengan pasangan lainnya
meninggal.

2.2.11 Tugas Kesehatan Keluarga


Menurut (Mubarak, dkk. 2009) keluarga dapat melaksanakan perawatan
atau pemeliharan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga, yaitu
sebagai berikut:
1) Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak bisa diabaikan karena
tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti. Orang tua perlu mengenal
keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami oleh anggota
keluarganya. Perubahan sekecil apapun yng dilami oleh anggota keluarga,
secara tidak langsung akan menjadi perhatian keluarga atau orang tua.
Apabila adanya menyadari prubahan, keluarga perlu mencatat kapan
terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar perubahannya.
2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
Tugas ini merupakan upaya utama keluarga untuk mencari pertolongan yang
tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan diantara
anggota keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan sebuah
tindakan. Tindakan kesehatan yang dilakukan kelurga diharapkan tepat agar
24

masalah kesehatan yang sedang terjadi dapat dikurangi atau teratasi. Jika
keluarga mempunyai keterbatasan dalam mengambil keputusan, maka
keluarga dapat meminta bantuan kepada orang lain dilingkngan tempat
tinggalnya.
3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Seringkali keluarga mengambil tindakan yang tepat, tetapi jika keluarga
masih mengalami keterbatasan, maka anggota keluarga yang mengalami
gangguan kesehatan perlu memperoleh tidaka lanjutan atau perawatan agar
masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di
institusi pelayanan kesehatan atau dirumah apabila keluarga telah memiliki
kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.
4) Mempertahankan suasana rumah yang sehat
Rumah merupakan tempat berteduh, berlindung, dan bersosialisasi bagi
anggota keluarga. Sehingga anggota keluarga akan memiliki waktu yang
lebih banyak berhubungan dengan lingkungan tempat tinggal. Oleh karena
itu, kondisi rumah harus dapat menunjang derajat kesehatan bagi anggota
keluarga.
5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat
Apabila mengalami gangguan atau masalah yang berkaitan dengan
kesehatan keluarga atau anggota keluarga harus dapat memamfatkan
fasilitas kesehatan yang ada disekitarnya. Keluarga dapat berkonsultasi atau
meminta bantuan tenaga keperawatan untuk memecahkan masalah yang
dialami anggota keluarganya, sehingga keluarga dapat bebas dari segala
macam ancaman penyakit.

2.3 Konsep Dasar DBD


2.3.1 Definisi
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi virus akut yang
disebabkan oleh virus dengue yang ditandai demam 2-7 hari disertai dengan
manifestasi pendarahan, penurunan trombosit, adanya hemokonsentrasi yang
ditandai kebocoran plasma (Kemenkes RI, 2013).
25

Penyakit demam berdarah dengue atau dengue Haemorrhagic Fever (DHF)


merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat (Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah,
2012).
Demam berdarah dengue adalah penyakit virus yang tersebar luas di seluruh
dunia terutama di daerah tropis. Penderitanya terutama adalah anak-anak berusia
di bawah 15 tahun, tetapi sekarang banyak juga orang dewasa terserang penyakit
virus ini. Sumber penularan utama adalah manusia dan primata, sedangkan
penularannya adalah nyamuk Aedes (Soedarto, 2009).
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot/nyeri sendi yang
disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diatesis hemoragik
(Aru W. Sudayo, 2010).
Dari pengertian diatas penulis menyimpulkan Penyakit Demam Berdarah
Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue
yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.

2.3.2 Etiologi
Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk
dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae (Aru W. Sudoyo, 2010).

Terdapat empat serotype virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4
yang semuanya dapat menyebabkan demam berdarah dengue. Keempat serotype
ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotype terbanyak. Di daerah
endemis DBD baik di daerah perkotaan (urban) maupun didaerah pedesaan
(rural), seseorang dapat terkena infeksi semua serotype virus pada waktu yang
bersamaan (Aru W. Sudoyo, 2010 dan Kemenkes RI, 2013).

2.3.3 Penularan
Demam berdarah dengue di Indonesia endemis baik di daerah perkotaan
(urban) maupun di daerah pedesaan (rural). Di daerah perkotaan vektor penularan
utamanya adalah nyamuk Aedes aegypti sedangkan di daerah urban aedes
albopictus. Namun sering terjadi bahwa kedua spesies nyamuk tersebut terdapat
26

bersama-sama pada satu daerah, misalnya di daerah yang bersifat semi-urban.


Hewan primata di daerah kawasan hutan dapat bertindak sebagai sumber infeksi
penularan (Soedarto, 2009).
Nyamuk Aedes betina biasanya terinfeksi virus dengue pada saat dia
menghisap darah dari seseorang yang sedang dalam fase demam akut (viraemia)
yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul. Nyamuk menjadi
infektif 8-12 hari sesudah mengisap darah penderita yang sedang viremia (periode
inkubasi ekstrinsik) dan tetap infektif selama hidupnya setelah melalui periode
inkubasi ekstrinsik tersebut, kelenjar ludah nyamuk bersangkutan akan terinfeksi
dan virusnya akan ditularkan ketika nyamuk tersebut menggigit dan
mengeluarkan cairan ludahnya kedalam luka gigitan ke tubuh orang lain. Setelah
masa inkubasi di tubuh manusia selama 3-4 hari (rata-rata selama 4-6 hari) timbul
gejala awal penyakit secara mendadak, yang ditandai demam, pusing, myalgia
(nyeri otot), hilangnya nafsu makan dan berbagai tanda atau gejala lainnya
(Kemenkes RI, 2013).

2.3.4 Ciri-ciri Nyamuk Aedes agypti


Menurut Kemenkes, (2013) : ciri-ciri nyamuk Aedes agypti adalah:
1) Warnanya hitam, bintik-bintik putih di badan dan kakinya.
2) Menggigit pada pagi dan sore hari.
3) Hidup di dalam rumah dan sekitarnya terutama di tempat-tempat yang agak
gelap dan lembab serta kurang sinar matahari.
4) Meletakan telurnya pada air jernih yang tidak mengalir dan tidak
bersentuhan dengan tanah.
5) Jarak terbang sekitar 100-200 meter.
Menurut Syafrudin (2011: 315), adapun ciri-ciri nyamuk Aedes agypti
adalah:
1) Mempunyai ciri-ciri khusus dan paling mudah dikenal adalah warna hitam
dan belang-belang (loreng-loreng) putih pada seluruh tubuhnya dan
bentuknya lebih kecil jika dibandingkan dengan nyamuk biasa. Tubuh
nyamuk jika menghisap darah posisinya mendatar. Nyamuk yang menggigit
manusia hanya nyamuk aedes betina (untuk mematangkan telur), karena
27

nyamuk jantan lebih tertarik pada cairan yang mengndung gula seperti
bunga dan tumbuhan.
2) Nyamuk Aedes aegypti tidak dapat berkembangbiak diselokan atau got.
Nyamuk ini bertelur aerta pembiakannya di air jernih, dimana permukaan
air pada dinding tegak lurus dan terlindung pangaruh matahari langsung.
3) Biasanya menggigit (menghisap darah) pada pagi sampai sore hari. Ada dua
puncak aktivitas menggigit yaitu antara pukul 08.00 sampai 10.00 pagi dan
pukul 16.00 sampai 18.00 sore. Malam hari nyamuk lebih suka bersembunyi
disela-sela pakaian yang tergantung atau korden, terutama diruang gelap
atau lembab.
4) Nyamuk Aedes aegypti tergolong antropilik yaitu suka darah manusia.
Berbeda dengan spesies nyamuk lain yang biasanya sudah puas menggigit/
menghisap darah satu orang saja, maka nyamuk Aedes aegypti mempunyai
kebiasaan menggigit berulang, yaitu menggigit beberapa orang secara
bergantian dalam waktu singkat, sehingga cepat proses penularan yang
terjadi. Nyamuk ini setiap 2 hari sekali menggigit/ menghisap darah
manusia. Bagi nyamuk darah manusia ini untuk kebutuhan reproduksi
(mematangkan telur agar dapat dibuahi pada saat perkawinan), biasanya 3
hari setelah menghisap darah, nyamuk akan bertelur ditepat yang disukai
yaitu digenangan air bersih.
5) Mampu terbang sampai radius 100-200 meter saja sehingga selalu mencari
mangsa dekat. Mobilisasi penduduk dari tempat yang satu ketempat yang
lain berpengaruh besar pada penyebaran nyamuk ini, biasanya nyamuk
bersembunyi didalam mobilisasi perahu, kapal kereta api, dan lain-lain.
6) Pada fase jentik berukuran 0,5-1 cm, selalu bergerak didalam air (gerakan
berulang-ulang dari bawah keatas permukaan air untuk bernapas, kemudian
kembali kebawah), pada saat istirahat, posisinya hampir tegak lurus dengan
permukaan air.
7) Ukuran telur Aedes aegypti sangat kecil (0,7 mm), berwarna hitam dan
tahan sampai 6 bulan ditempat kering dan masih menyimpan larva yang siap
menetas ketika turun hujan dan air.
28

Berdasarkan pendapat para ahli diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa


ciri-ciri Nyamuk Aedes aegypti yaitu mempunyai ciri-ciri khusus dan paling
mudah dikenal adalah warna hitam dan sayap serta badannya belang-belang
(loreng-loreng) atau bergaris-garis putih pada seluruh tubuhnya, bentuknya kecil
jika dibandingkan dengan nyamuk biasa. Tubuh nyamuk ini menghisap darah
pada posisi yang mendatar dengan jarak terbang ±100-200 Meter, biasanya
menggigit (menghisap darah) pada pagi hari (pukul 08.00-10.00) dan sore hari
(pukul 16.00-18.00).

2.3.5 Tempat Perkembangbiakan Nyamuk


Menurut Kemenkes RI, 2013 nyamuk Aedes aegypti berkembang biak
ditempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari atau barang-barang lain
yang memungkinkan air tergenang dan tidak beralaskan tanah, misalnya: Bak
mandi/ WC, dispenser, tempayan, drum, tempat minum burung, vas bunga, kaleng
bekas, ban bekas, botol, tempurung kelapa, sampah plastik dan lain-lain yang
dibuang sembarang tempat.

2.3.6 Manifestasi Klinis


Menurut Kemenkes RI, 2013 pembagian derajat DBD menurut WHO
(1968) yaitu:
1) Derajat I : Demam dan uji torniquet positif
2) Derajat II : Demam dan perdarahan spontan, pada umumnya di kulit dan atau
perdarahan lainnya.
3) Derajat III : Demam, perdarahan spontan, disertai atau tidak disertai
hepatomegali dan ditemukan gejala-gejala kegagalan sirkulasi
meliputi nadi yang cept dan lemh, teknn nadi menurun (< 20
mmHg) atau hipotensi disertai ekstermitas dingin, dan anak
gelisah.
4) Derajat IV : Demam, perdarahan spontan, disertai atau tidak disertai
hepatomegali dan ditemukan gejala renjatan hebat (nadi tak
teraba dan tekanan darah tak terukur).
29

Menurut Widoyono (2011: 75), Pasien penyakit DBD pada umumnya


disertai dengan tanda-tanda berikut:
1) Demam selama 2-7 hari tanpa sebab yang jelas.
2) Manifestasi perdarahan dengan tes Rumpel Leede (+), mulai dari petekie (+)
sampai perdarahan spontan seperti mimisan, muntah darah, atau berak
darah-hitam
3) Hasil pemeriksaan trombosit menurun (normal: 150.000-300.000 µL),
hematokrit meningkat (normal: pria < 40).
4) Akral dingin, gelisah, tidak sadar (DDS, dengue shock syndrome)
Menurut Kemenkes RI (2013: 20), gejala/tanda Demam Berdarah Dengue
yaitu:
1) Gejala/ Tanda Awal seperti: mendadak panas tinggi, tampak lemah dan lesu,
seringkali ulu hati terasa nyeri, karena terjadi perdarahan di lambung,
tampak bintik-bintik merah pada kulit (petekie) seperti bekas gigitan
nyamuk disebabkan pecahnya pembuluh darah kapiler di kulit, untuk
membedakan kulit direnggangkan, apabila bintik merah itu hilang bukan
tanda petekie.
2) Gejala/ Tanda lanjutan seperti: kadang-kadang terjadi perdarahan di hidung
(mimisan), mungkin terjadi muntah atau buang air besar bercampur darah,
bila sudah parah, penderita gelisah, ujung tangan dan kaki dingin
berkeringat, bila tidak segera ditolong dapat meninggal dunia.
Berdasarkan pendapat diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa tanda dan
gejala dari Demam Berdarah Dengue yaitu: penderita mengalami demam/
mendadak panas tinggi, badan tampak lemah dan lesu, uji torniquet positif,
tampak bintik-bintik merah pada kulit (petekie), kadang terjadi perdarahan di
hidung (mimisan), hasil pemeriksaan trombosit menurun, bila sudah parah
penderita gelisah, akral dingin.

2.3.7 Faktor Risiko Demam Berdarah


Menurut Syafrudin (2011: 316), faktor risiko Demam Berdarah yaitu:
1) Penyakit DBD ini menyerang siapa saja, mulai dari anak-anak orang
dewasa, dan orang tua, tetapi anak-anak merupakan yang paling rentan
30

terhadap serangan DBD. Kasus kematian akibat DBD sering terjadi pada
anak-anak. Hal ini disebabkan karena kondisi daya tahan anak-anak tidak
sebagus orang dewasa, juga karena kekebalan tubuh anak-anak belum
sempurna, kasus kematian ini yang paling sering perdarahan hebat dan syok.
2) Orang-orang yang tinggal didaerah pinggiran.
3) Orang-orang yang tinggal di lingkungan yang lembab.
4) Perilaku masyarakat:
(1) Kebiasaan menguras tempat penampungan air lebih dari 1 minggu.
(2) Kebiasaan menggantung pakaian.

2.3.8 Pencegahan Demam Berdarah


Menurut Syafrudin (2011: 317), cara mencegah demam berdarah yaitu:
1) Untuk mencegah penyakit DBD yang paling efektif adalah nyamuk
penularnya Aedes aegypti harus diberantas. Hal ini disebabkan karena
sampai saat ini belum ditemukan vaksin pencegah atau obat untuk
membunuh virus dengue.
2) Cara yang tepat untuk mem berantas nyamuk ini adalah dengan membasmi
jentik-jentiknya ditempat cara ini dikenal dengan pemberantasan sarang
nyamuk DBD (PSN-DBD) cara membasmi nyamuk dengan penyemprotan
kurang efektif karena dengan cara ini hanya mampu membunuh nyamuk
dewasa. Penyemprotan ini pengaruhnya tidak akan lebih dari 3 hari, apalagi
kalau hanya dihalaman saja, tidak disemprot sampai kedalam rumah.
3) Karena tempat perkembangbiakannya terdapat di rumah-rumah dan tempat
umum maka setiap keluarga harus melaksanakan PSN-DBD secara teratur
sekurang-kurangnya seminggu sekali.
Menurut Widoyono (2011: 77), kegiatan pencegahan DBD meliputi:
1) Pembersihan Jentik
(1) Program pemberantasan sarang nyamuk
(2) Larvasidasi
(3) Menggunakan ikan (ikan kepala timah, cupang, sepat)
2) Pencegahn gigitan nyamuk
(1) Menggunaan kelambu
31

(2) Menggunakan obat nyamuk (bakar, oles).


(3) Tidak melakukan kebiasaan berisiko (tidur siang, menggantung baju).
(4) Penyemprotan
Menurut Kemenkes RI (2011: 13), kegiatan pokok pengendalian DBD
yaitu:
1) Surveilans epidemiologi
Surveilans pada pengendalian DBD meliputi kegiatan surveilans kasus
secara aktif maupun pasif, surveilans vektor (Aedes sp). Surveilans
laboratorium dan surveilans terhadap faktor risiko penularan penyakit
seperti pengaruh curah hujan, kenaikan suhu dan kelembaban serta
surveilans akibat adanya perubahan iklim (climate change).
2) Penemuan dan tatalaksana kasus
Penyediaan sarana dan prasarana untuk melakukan pemeriksaan dan
penanganan penderita di Puskesmas dan Rumah Sakit.
3) Pengendalian vektor
Upaya pengendalian vektor dilaksanakan pada fase nyamuk dewasa dan
jentik nyamuk. Pada fase nyamuk dewasa dilakukan dengan cara
pengasapan untuk memutuskan rantai penularan antara nyamuk yang
terinfeksi kepada manusia. Pada fase jentik dilakukan upaya PSN dengan
kegiatan 3M Plus:
(1) Secara fisik dengan menguras, menutup dan memanfaatkan barang bekas
(2) Secara kimiawi dengan larvasidasi
(3) Secara biologis dengan pemberian ikan
(4) Cara lainnya (menggunakan repellen, obat nyamuk bakar, kelambu,
memasang kawat kasa, dll).
Kegiatan pengamatan vektor di lapangan dilakukan dengan cara:
1) Mengaktifkan peran dan fungsi Juru Pemantau Jentik (Jumantik) dan
dimonitor oleh petugas Puskesmas.
2) Melaksanakan bulan bakti “Gerakan 3M” pada saat sebelum musim
penularan
3) Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) setiap 3 bulan sekali dan dilaksanakan
oleh petugas Puskesmas
32

4) Pemantauan wilayah setempat (PWS) dan dikomunikasikan kepada


pimpinan wilayah pada rapat bulanan POKJANAL DBD, yang menyangkut
hasil pemeriksaan Angka Bebas Jentik (ABJ).
4) Peningkatan peran serta masyarakat
Sasaran peran serta masyarakat terdiri dari keluarga melalui peran PKK dan
organisasi kemasyarakatan atau LSM, murid sekolah melalui UKS dan
pelatihan guru, tatanan institusi (kantor, tempat-tempat umum dan tempat
ibadah). Berbagai upaya secara polotis telah dilaksanakan seperti instruksi
Gubernur/Bupati/Walikota, Surat Edaran Mendagri, Mendiknas, serta
terakhir pada 15 Juni 2011 telah dibuat suatu komitmen bersama pimpinan
daerah Gubernur dan Bupati/Walikota untuk pengendalian DBD.
5) Sistem kewaspadaan dini (SKD) dan penanggulangan KLB
Upaya SKD DBD ini sangt penting dilakukan untuk mencegah terjadinya
KLB dan apabila telah terjadi KLB dapat segera ditanggulangi dengan cepat
dan tepat. Upaya dilapangan yaitu dengan melaksanakan kegiatan
penyelidikan epidemiologi (PE) dan penanggulangan seperlunya meliputi
foging fokus, penggerakan masyarakat dan penyuluhan untuk PSN serta
larvasidasi.
6) Penyuluhan
Promosi kesehatan tentang penyakit DBD tidak hanya menyebarkan leaflet
atau poster tetapi juga ke arah perubahan perilaku dalam pemberantasan
sarang nyamuk sesuai dengan kondisi setempat.
7) Kemitraan/jejaring kerja
Disadari bahwa penyakit DBD tidak dapat diselesaikan hanya oleh sektor
kesehatan saja, tetapi peran lintas program dan lintas sektor terkait sangat
besar. Wadah kemitraan telah terbentuk melaui SK KEPMENKES 581/1992
dan SK MENDAGRI 441/1994 dengan nama Kelompok Kerja Operasional
(POKJANAL). Organisasi ini merupakan wadah koordinasi dan jejaring
kemitraan adalam pengendalian DBD.
8) Capacity building
Peningkatan kapasitas dari Sumber Daya baik manusia maupun sarana dan
prasarana sangat mendukung tercapainya target dan indikator dalam
33

pengendalian DBD. Sehingga secara rutin perlu diadakan


sosialisasi/penyegaran/pelatihan kepada petugas dari tingkat kader,
Puskesmas sampai dengan pusat.
9) Penelitian dan Survei
Penelitian dan upaya pengembangan kegiatan pengendalian tetap terus
dilaksanakan oleh berbagai pihak, antara lain Universitas, Rumah Sakit,
LSM dll. Penelitian ini menyangkut beberapa aspek yaitu bionomik vektor,
penanganan kasus, laboratorium, perilaku, obat herbal dan saat ini sedang
dilakukan uji coba terhadap vaksin DBD.
10) Monitoring dan evaluasi
Monitoring dan evaluasi ini dilaksanakan secara berjenjang dari tingkat
kelurahan/desa sampai ke pusat yang menyangkut apa pada pelaksanaan
pengendalian DBD, dimulai dari input, proses, output dan outcome yang
dicapai pada setiap tahun.
Menurut Kemenkes RI (2013: 73) dalam buku Pedoman Pengendalian
Demam Berdarah Dengue di Indonesia, Metode dalam Pengendalian Vektor (PV)
DBD yaitu:
1) Pengendalian fisik (PSN 3M)
Pengendalian fisik merupakan alternatif utama pengendalian vektor DBD
melalui upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan cara menutup,
menguras dan mengubur/mendaur ulang (3M). PSN 3M akan memberikan
hasil yang baik apabila dilakukan secara luas dan serempak, terus menerus
akan berkesinambungan. PSN 3M sebaiknya dilakukan setiap minggu
sehingga terjadi pemutusan rantai pertumbuhan pra dewasa nyamuk tidak
menjadi dewasa. Yang menjadi sasaran kegiatan PSN 3M adalah semua
tempat potensial perkembangbiakan nyamuk Aedes, antara lain tempat
penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari-hari, tempat penampungan
air bukan untuk keperluan sehari-hari (non-TPA) dan tempat penampungan
air alamiah.
2) Biologi
Pengendalian vektor biologi menggunakan agent biologi seperti
predator/pemangsa, parasit, bakteri, sebagai musuh alami stadium pra
34

dewasa vektor DBD. Jenis predator yang digunakan adalah ikan pemakan
jentik (cupang, tampalo, gabus, guppy, dll), sedangkan larva Capung,
Toxorrhyncites, Mesocyclops dapat juga berperan sebagai predator walau
bukan sebagai metode yang lazim untuk pengendalian vektor DBD.
(1) Golongan insektisida biologi untuk pengendalian DBD (Insect Growth
Regulator/IGR dan Radillus Thuringiensis Israelensi/BTi), ditujukan untuk
stadium pra dewasa yang diaplikasikan kedalam habitat perkembangbiakan
vektor.
(2) Insect Growth Regulators (IGRs) mampu menghalangi pertumbuhan
nyamuk di masa pra dewasa dengan cara merintangi/menghambat proses
chitin synthesis selama masa jentik berganti kulit atau mengacaukan proses
perubahan pupae dan nyamuk dewasa. IGRs memiliki tingkat racun yang
sangat rendah terhadap mamalia.
(3) Bacillus thruringiensis (BTi) sebagai pembunuh jentik nyamuk/larvasida
yang tidak mengganggu lingkungan. BTi terbukti aman bagi manusia bila
digunakan dalam air minum pada dosis normal. Keunggulan BTi adalah
menghancurkan jentik nyamuk tanpa menyerang predator entomophagus
dan spesies lain. Formula BTi cenderung secara cepat mengendap di dasar
wadah, karena itu dianjurkan pemakaian yang berulang kali. Racunnya tidak
tahan sinar dan rusak oleh sinar matahari.
3) Kimiawi
Pengendalian vektor cara kimiawi dengan menggunakan insektisida
merupakan salah satu metode pengendalian yang lebih populer di
masyarakat dibanding dengan cara pengendalian lain. Sasaran insektisida
adalah stadium dewasa dan pra-dewasa, karena insektisida adalah racun,
maka penggunaanya harus mempertimbangkan dampak lingkungan dan
organisme bukan sasaran termasuk mamalia. Disamping itu penentuan jenis
insektisida, dosis, dan metode aplikasi merupakan syarat yang penting untuk
dipahami dalam kebijakan pengendalian vektor. Aplikasi insektisida yang
berulang disatuan ekosistem akan menimbulkan terjadinya resistensi
serangga sasaran. Golongan insektisida kimiawi untuk pengendalian DBD
adalah:
35

(1) Sasaran dewasa (nyamuk) adalah: Organophospat (Malathion, methyl


pirimiphos), Pyrethroid (Cypermethrine, lamda-cyhalotrine, cyflutrine,
Permethrine & S-Bioalethrine). Yang ditujukan untuk stadium dewasa yang
diaplikasikan dengan cara pengabutan panas/Fogging dan pengabutan
dingin/ULV.
(2) Sasaran pra dewasa (jentik): Organophospat (Temephos).
4) Pengendalian Vektor Terpadu (Integrated Vector Management/IVM)
Pengendalian vektor terpadu/ PVT (Integrated Vector Management/IVM)
adalah kegiatan pengendalian vektor dengan memadukan berbagai metode
baik fisik, biologi dan kimia, yang dilakukan secara bersama-sama, dengan
melibatkan berbagai sumber daya lintas program dan lintas sektor.
Menurut Kemenkes RI (2013: 29), pencegahan Demam Berdarah Dengue
(DBD), yaitu upaya pencegahan terhadap penularan DBD dilakukan dengan
cara pemutusan rantai penularan DBD berupa pencegahan terhadap gigitan
nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kegiatan yang optimal adalah
melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan cara “3 M” plus
selain itu juga dapat dilakukan dengan larvasidasi dan pengasapan
(fogging).
1) Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan 3M Plus
Kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan 3M Plus meliputi:
(1) Menguras tempat-tempat penampungan air, seperti bak mandi/WC drum dan
sebagainya sekurang-kurangnya seminggu sekali.
(2) Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti gentong air/tempayan
dan lain-lain.
(3) Mendaur ulang barang-barang bekas yang dapat menampung air seperti
botol plastik, kaleng, ban bekas dan lain-lain atau membuang pada
tempatnya.
Selain itu ditambah dengan cara lainnya (PLUS) yaitu:
(1) Ganti vas bunga, minuman burung dan tempat-tempat lain seminggu sekali.
(2) Perbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak.
(3) Tutup lubang-lubang pada potongan bambu, pohon dan lain-lain dengan
tanah.
36

(4) Bersihkan/ keringkan tempat-tempat yang dapat menampung seperti pelepah


pisang atau tanaman lainnya.
(5) Mengeringkan tempat-tempat lain yang dapat menampung hujan
dipekarangan, kebun, pemakaman, rumah-rumah kosong dan lain
sebagainya.
(6) Pelihara ikan pemakan jentik nyamuk seperti ikan cupang, ikan kepala
timah, ikan tempalo, ikan nila, ikan guvi dan lain-lain.
(7) Pasang kawat kasa
(8) Jangan menggantung pakaian dirumah
(9) Tidur menggunakan kelambu
(10) Atur pencahayaan dan ventilasi yang memadai
(11) Gunakan obat anti nyamuk untuk mencegah gigitan nyamuk
(12) Lakukan larvasidasi yaitu membubuhkan larvasida misalnya temephos di
tempat-tempat yang sulit dikuras atau yang sulit dikuras atau daerah yang
sulit air.
(13) Menggunakan tanaman pengusir nyamuk seperti: lavender, kantong semar,
sereh, zodia, geranium dan lain-lain.
2) Larvasidasi
Larvasidasi adalah pengendalian larva (jentik) nyamuk dengan pemberian
larvasidasi yang bertujuan untuk membunuh larva tersebut. Pemberian
larvasida ini dapat menekan kepadatan populasi untuk jangka waktu 2
bulan. Jenis larvasida ada bermacam-macam, diantaranya adalah temephos,
piriproksifen, metopren dan bacillus thuringensis.
(1) Temephos
Temephos 1% berwarna kecoklatan, terbuat dari pasir yang dilapisi dengan
zat kimia yang dapat membunuh jentik nyamuk. Dalam jumlah sesuai
dengan yang dianjurkan aman bagi manusia dan tidak menimbulkan
keracunan. Jika dimasukan dalam air, maka sedikit demi sedikit zat kimia
itu akan larut secara merata dan membunuh semua jentik nyamuk yang ada
dalam tempat penampungan air tersebut. Dosis penggunaan temephos
adalah 10 gram untuk 100 liter air. Bila tidak alat untuk menakar, gunakan
37

sendok makan peres (yang diratakan di atasnya). Pemberian temephos ini


sebaiknya diulang penggunaannya setiap 2 bulan.
(2) Metopren 1,3%
Metopren 1,3% berbentuk butiran seperti gula pasir berwarna hitam arang.
Dalam takaran yang dianjurkan, aman bagi manusia dan tidak menimbulkan
keracunan. Metopren tersebut tidak menimbulkan bau dan merubah warna
air dan dapat bertahan sampai 3 bulan. Zat kimia ini akan menghambat/
membunuh jentik sehingga tidak menjadi nyamuk. Dosis penggunaan
adalah 2,5 gram untuk 100 liter air. Penggunaan Metopren 1,3% diulangi
setiap 3 bulan.
(3) Piriproksifen 0,5%
Piriproksifen ini berbentuk butiran berwarna coklat kekuningan. Dalam
takaran yang dianjurkan, aman bagi manusia, hewan lingkungan serta tidak
menimbulkan keracunan. Air yang ditaburi piriproksifen tidak menjadi bau,
tidak berubah warna dan tidak korosif terhadap tempat penampungan air
yang terbuat dari besi, seng, dan lain-lain. Piriproksifen larut dalam air
kemudian kan menempel pada dinding tempat penampungan air dan
bertahap sampai 3 bulan. Zat kimia ini akan menghambat pertumbuhan
jentik sehingga tidak menjadi nyamuk. Dosis penggunaan piriproksifen
adalah 0,25 gram untuk 100 liter air. Apabila tidak ada takaran khusus yang
tersedia bisa menggunakan sendok kecil ukuran kurang lebih 0,5 gram.
(4) Bacillus Thuringiensis
Bacillus thuringiensis (BTi) sebagai pembunuh jentik nyamuk/larvasida
yang tidak menggnggu lingkungan. BTi terbukti aman bagi manusia bila
digunakan dalam air minum pada dosis normal. Keunggulan BTi dalah
menghancurkan jentik nyamuk tanpa menyerang predator entomophagus
dan species lain. Formula BTi cenderung secara cepat mengendap didasar
wadah, karena dianjurkan pemakaian yang berulang kali. Racunnya tidak
tahan sinar dan rusak oleh sinar matahari.
3) Fogging (pengasapan)
Nyamuk dewasa dapat dibberantas dengan pengasapan saja tidak cukup,
karena dengan pengasapan itu yang mati hanya nyamuk dewasa saja. Jentik
38

nyamuk tidak mati dengan pengasapan. Selama jentik tidak dibasmi, setiap
hari akan muncul nyamuk yang baru menetas dari tempat
perkembangbiakannya.

2.3.9 Penatalaksanaan/Perawatan Awal Terhadap Penderita BDB


Menurut Kemenkes RI (2013: 57), pertolongan pertama DBD yang dapat
dilakukan oleh keluarga dan masyarakat dengan gejala/ tanda awal yaitu: bila
menjumpai seseorang yang diduga menderita sakit DBD dengan gejala/ tanda
awal, maka lakukan tindakan sebagai berikut:
1) Beri minum sebanyak-banyaknya dengan air yang sudah dimasak seperti air
susu, teh, atau air minum lainnya. Dapat juga diberikan larutan oralit.
2) Tirah baring selama demam
3) Berikan kompres air (hangat)
4) Berikan obat penurun panas (paracetamol)
5) Bila terjadi kejang jaga lidah tidak tergigit, longgarkan pakaian, tidak
memberikan apapun lewat mulut selama kejang.
Jika dalam 2-3 hari panas tidak turun atau panas turun disertai timbulnya
gejala/tanda lanjut seperti pendarahan di kulit (seperti bekas gigitan nyamuk),
muntah-muntah, gelisah, mimisan, dianjurkan segera untuk dibawa
berobat/periksakan ke dokter, poliklinik, puskesmas atau rumah sakit untuk
memastikan penyakitnya dan mendapat pertolongan yang tepat
39

2.2 Penelitian Terkait

Tabel 2.1 Hubungan antara tingkat Pengetahuan masyarakat tentang DBD dengan upaya pencegahan DBD di desa sukorejo musuk
boyolali. Ika Yuniar Herminingrum & Arina Maliya (2011).

Populasi Penelitian Tindakan yang diberikan Hasil Penelitian Uji Statistik yang di gunakan

Semua keluarga di Kriteria sampel responden Hasil penelitian bahwa ada Desain penelitian ini adalah
Dusun Tegal rejo memiliki kartu keluarga (KK), hubungan antara antara tingkat kuantitatif non experimental
sebanyak 89 keluarga, bisa membaca dan menulis, sudah pengetahuan masyarakat tentang dengan rancangan Cross
hasil penelitian berusia di atas 20 tahun. Data penyakit DBD dengan upaya Sectional
menunjukkan sebagian yang dikumpulkan melalui pencegahan DBD, hasil uji
besar memiliki kuisioner tentang pengetahuan hipotesis diperoleh = 17,88
pengetahuan buruk penyakit DBD dengan upaya dengan nilai probalitas (p-value)
yaitu sebanyak 35 pencegahan, selama penelitian sebesar 0,001. Nilai p-value
orang (39,3%) peneliti berkunjung ke masing- lebih kecil dari 0,05 atau
masing rumah responden. 0,001<0,05, sehingga
keputusannya adalah Ho ditolak.

39
40

2.5 Kerangka Konseptual


Tahap yang penting dalam satu penelitian adalah menyusun kerangka
konsep. Kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat
dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan
antarvariabel (baik variabel yang diteliti). Kerangka konsep adalah konsep yang
dipakai sebagai landasan berfikir dalam kegiatan ilmu. Kerangka konsep akan
membantu peneliti menghubungkan hasil penemuan dengan teori (Nursalam,
2013: 49).
41

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan : Faktor yang mempengaruhi peran :


1. Pendidikan 1. Perbedaan kelas sosial
2. Informasi/media massa 2. Bentuk keluarga
3. Sosial, budaya dan ekonomi 3. Pengaruh kebudayaan/etnik
4. Lingkungan
5. Pengalaman
6. Usia

Pengetahuan: Tentang DBD Peran keluarga dalam


penatalaksanaan DBD antara lain:
1. Tahu
1. Mengenal masalah kesehatan.
2. Memahami
2. Membuat keputusan tindakan
1) Definisi 5) Tempat Perkembangbiakan kesehatan yang tepat.
3. Memberi perawatan pada
2) Penyebab 6) Manifestasi Klinis anggota keluarga yang sakit.
3) Penularan 7) Faktor Resiko 4. Memodifikasi lingkungan atau
menciptakan suasana rumah
4) Ciri-ciri
8) Pencegahan yang sehat.
5. Merujuk pada fasilitas kesehatan
9) Penanganan masyarakat.

3. Aplikasi
4. Analisis
5. Sintesis
6. Evaluasi

Keterangan:
: Diteliti
: Tidak diteliti
: Hubungan
: Pengaruh

Bagan 2.1 : Kerangka Konsep Hubungan Pengetahuan Dengan Peran Keluarga


Dalam Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah
Kerja UPTD Puskesmas Kayon Palangka Raya 2016.
42

2.6 Hipotesis Penelitian

Nursalam (2013), Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan


masalah atau pertanyaan penelitian, yang diharapkan bisa menjawab suatu
pertanyaan dalam penelitian. Hipotesis dirumuskan berdasarkan teori, dugaan
pengalaman pribadi atau orang lain, kesan umum dan kesimpulan yang masih
sangat sederhana. Pernyataan keadaan populasi yang akan diuji kebenarannya
menggunakan data atau informasi yang dikumpulkan melalui sampel.

Hipotesis dibagi dalam dua jenis yang masing-masing memiliki arti sebagai
berikut :

1) Hipotesis alternatif (H1) adalah hipotesis penelitian. Hipotesis ini


menyatakan adanya suatu hubungan, pengaruh dan perbedaan antara dua
atau lebih variabel.
2) Sedangkan hipotesis nol (H0) adalah hipotesis yang digunakan untuk
pengukuran statistik dan interpretasi hasil statistik.

Hipotesis yang diajukan akan dilakukan perhitungan uji statistik untuk


memutuskan apakah hipotesis ditolak atau gagal ditolak. Ketentuan uji statistik
yang berlaku adalah sebagai berikut :
1) Bila nilai P ≤ 0,05, maka keputusannya adalah H0 ditolak, artinya tidak ada
hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.
2) Bila nilai P ≥ 0,05, maka keputusannya adalah H0 gagal ditolak, artinya ada
hubungan antara variabel independen dan variabel dependan.
Hipotesis dalam penelitian ini yaitu :
HA : Ada Hubungan Pengetahuan Dengan Peran Keluarga Dalam
Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Kayon Palangka Raya”.

Anda mungkin juga menyukai