Anda di halaman 1dari 19

PARAGRAF

Indikator Pembelajaran

Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan pengertian


paragraf; mengaplikasikan syarat-syarat paragraf; memahami
pikiran utama dalam kalimat topik; membedakan berbagai jenis
paragraf; menganalisis paragraf; menggunakan konsep-konsep
paragraf secara cepat; membuat dan mengembangkan paragraf.

A. Pengantar
Perhatikan bahasa tulis berikut ini.

Seorang mahasiswa membuat fotokopi di salah satu kios di jalan


Margonda, Depok. Setelah fotokopi, dia segera pergi. Namun, di
tengah jalan dia baru sadar bahwa lembaran asli yang difotocopi
tidak ada. Maka, dia segera kembali ke tempat fotokopi, dan
bertanya, “Mas, aslinya mana?”
Apakah
Si tukang fotocopi dengan tegas menyahut, “Tegal”

Apakah bahasa tulis tersebut sudah dapat dikatakan sebagai


paragraf? Ataukah hanya kumpulan kalimat yang memiliki topik?
Untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut, pelajarilah materi
berikut ini.

1
B. Paragraf
Apa itu paragraf? Banyak definisi tentang paragraf yang
dikemukakan oleh para ahli bahasa. Widjono (2012: 222)
menjelaskan bahwa paragraf merupakan satuan bahasa tulis
yang terdiri dari beberapa kalimat yang tersusun secara terpadu,
runtut, logis, dan merupakan kesatuan ide yang tersusun secara
lengkap, dan berstruktur. Struktur dalam konteks ini berupa
struktur paragraf, meliputi kalimat topik, kalimat pendukung 1,
kalimat pendukung 2, kalimat pendukung 3, dan kalimat konklusi.
Dalam paragraf, susunan kalimat terdiri dari satuan informasi
yang di dalamnya terdapat pikiran utama sebagai topik dan
pikiran penjelas sebagai pendukung dan pengendali
pengembangan topik, dan diakhiri dengan kalimat konklusi yang
seterusnya dalam pembahasan ini penulis sebut sebagai kalimat
penegas karena terkait fungsinya untuk menegaskan.
Kalimat-kalimat dalam paragraf memperlihatkan kesatuan
pikiran atau mempunyai keterkaitan dalam membentuk gagasan
atau topik tersebut. Sebuah paragraf biasanya terdiri dari
kumpulan kalimat yang yang berisi kalimat topik atau kalimat
utama dan kalimat penjelas. Bagaimana dengan paragraf yang
hanya terdiri dari satu kalimat? Apakah bisa disebut juga sebagai
paragraf?
Paragraf yang terdiri atas satu kalimat berarti tidak
menunjukkan ketuntasan atau kesempurnaan. Sebagai kesatuan
gagasan suatu bentuk ide yang utuh dan lengkap, paragraf
hendaknya dibangun dengan sekelompok kalimat yang saling
terkait. Namun, sekalipun tidak sempurna, paragraf yang terdiri
atas satu kalimat ini dapat berfungsi sebagai peralihan

2
antarparagraf. Jadi, sebuah paragraf dapat terdiri dari sebuah
kalimat, dua buah kalimat, atau lebih dari dua buah kalimat.
Paragraf yang berisi dari banyak kalimat, seluruh kalimatnya
merujuk pada satu gagasan yang sama atau masih berkaitan
dengan gagasan utama.

Contoh paragraf 1

Awal mula kemunculan bahasa alay tak lepas dari perkembangan


SMS atau layanan pesan singkat. Namanya pesan singkat, maka
menulisnya jadi serba singkat, agar pesan yang panjang bisa
terkirim hanya dengan sekali SMS. Selain itu juga, agar tidak
terlalu lama mengetik dengan tombol handphone yang terbatas.
Awalnya memang hanya serba menyingkat. Kemudian huruf-huruf
mulai diganti dengan angka, atau diganti dengan huruf lain yang
jika dibaca kurang lebih menghasilkan bunyi yang mirip.

Paragraf ini terdiri dari lima kalimat. Seluruh kalimat


tersebut membahas soal bahasa alay. Oleh sebab itu, contoh
paragraf di atas memiliki topik atau gagasan “kemunculan
bahasa alay” karena pokok permasalahannya adalah mengenai
bahasa alay.
Topik paragraf merupakan pikiran utama di dalam
sebuah paragraf. Seluruh pembicaraan dalam paragraf terpusat
pada pikiran utama. Pikiran utama itulah yang menjadi topik
persoalan atau pokok pembicaraan. Oleh sebab itu, pikiran
utama ini terkadang sering disebut juga sebagai gagasan pokok

3
di dalam sebuah paragraf. Niknik (2009: 154) menjelaskan
apabila sebuah paragraf bukan paragraf deskriptif atau naratif,
unsur paragraf itu berupa:
1. kalimat topik atau kalimat utama
2. kalimat pengembang atau kalimat penjelas
3. kalimat penegas
4. kalimat, klausa, prosa, dan penghubung.

Widjono (2012: 222) dalam hal ini juga memberikan


beberapa ciri paragraf, di antaranya:
1. Kalimat pertama bertakuk ke dalam lima ketukan spasi untuk
jenis karangan biasa, misalnya surat, dan delapan ketukan
untuk jenis karangan ilmiah formal, misalnya makalah,
skripsi, tesis, dan disertasi. Karangan yang berbentuk lurus
dan tidak bertakuk (Block Style) ditandai dengan jarak spasi
merenggang, satu spasi lebih banyak daripada jarak
antarbaris lainnya.
2. Paragraf menggunakan pikiran utama (gagasan utama) yang
dinyatakan dalam kalimat topik. Kalimat topik dapat
ditempatkan pada posisi awal, tengah, dan akhir.
3. Paragraf hanya berisi satu kalimat topik. Kalimat topik yang
terdapat pada posisi awal dan akhir itu berisi gagasan yang
sama. Kalimat topik pada akhir paragraf menegaskan
gagasan kalimat topik pada posisi awal. Paragraf dengan
dua kalimat topik itu dilakukan pada paragraf dengan jumlah
kalimat banyak, misal, 6 s.d. 10 buah kalimat.
Sebuah paragraf dapat ditandai dengan memulai kalimat
pertama agak menjorok ke dalam, kira-kira lima ketukan mesin

4
tik atau kurang lebih 2 sentimeter. Selain itu, penulis juga dapat
menambahkan jarak agak renggang dari parangraf sebelumnya.
Dengan tanda ini, diharapkan dapat melihat awal paragraf
dengan mudah, sebab awal paragraf ditandai dengan kalimat
awal yang tidak diletakkan sejajar dengan garis margin atau
garis pias kiri (Zaenal dan Amran, 2012: 162).
Dalam sebuah bahasa tulis yang utuh, paragraf juga
memiliki fungsi, yakni:
1. untuk menandai pembukaan atau gagasan baru;
2. mengekspresikan gagasan tertulis ke dalam serangkaian
kalimat yang tersusun secara logis dan terstruktur;
3. menandai peralihan gagasan baru;
4. sebagai pengembang lebih lanjut tentang ide sebelumnya;
5. sebagai penegasan terhadap gagasan yang diungkapkan
terlebih dahulu.

C. Kalimat Topik dalam Paragraf


Kalimat topik merupakan bentuk pengekspresian sebuah
gagasan atau pikiran utama. Dalam sebuah paragraf, pikiran
utama atau gagasan topik berfungsi sebagai pengikat
keseluruhan paragraf. Saat menentukan pikiran utama yang
diekspresikan dalam kalimat utama, penulis akan terikat pada
pikiran tersebut sampai akhir paragraf (Widjono, 2012: 224).
Akan tetapi, tidak semua paragraf menggunakan kalimat topik.
Paragraf naratif dan deskriptif menggunakan kalimat yang sama
kedudukannya sehingga tidak ada kalimat yang diutamakan.
Oleh sebab itu, kedua paragraf ini dapat disebut sebagai

5
paragraf tanpa kalimat topik atau paragraf yang seluruh
kalimatnya merupakan kalimat topik.

Perhatikan contoh paragraf narasi berikut.

Rektor suatu perguruan tinggi swasta di Jakarta pada


suatu hari kehilangan tas yang diletakkan di dalam mobil yang
diparkir di pinggir jalan dan ditinggal pergi. Lalu, rektor
meminta tolong salah seorang pembantu rektor untuk
melaporkannya ke polisi.

Sewaktu melapor ke kantor polisi, petugas yang


menerima laporan itu bertanya, “Saudara sendiri siapa?”

“Saya pembantu rektor, “(Dia tidak menyebut Purek)

Kontan petugas itu gusar dan berkata dengan suara


agak tinggi.

“Sebagai pembantu rektor kerja kamu bagaimana sih,


sampai tas Pak rektor bisa hilang?”

Paragraf tersebut tidak menunjukkan adanya kalimat topik.


Namun, keberadaan gagasan atau pikiran utama dapat
dirasakan oleh pembaca, yakni mengenai “seseorang yang
kehilangan tas”. Gagasan atau pikiran utama dalam konteks ini
merupakan ide dari suatu pikiran dan perasaan yang dituangkan
dalam bentuk rangkaian kalimat yang terstruktur.

6
Mengingat salah satu ciri paragraf, yakni memiliki kalimat
topik atau kalimat utama, paragraf terbagi menjadi empat
berdasarkan letak kalimat topik.

1. Kalimat topik pada awal paragraf


Paragraf yang letak kalimat topiknya berada di awal
disebut paragraf deduktif. Sifat yang ditemukan dalam paragraf
bentuk ini adalah umum-khusus. Perhatikan contoh paragraf
berikut.

Influenza merupakan penyakit infeksi yang menyerang


saluran pernapasan bagian atas. Infeksi tersebut disebabkan
oleh virus parainfluenza yang menyebar melalui udara dan cairan
yang keluar dari hidung dan mulut penderita. Infeksi yang terjadi
dalam tubuh akan menimbulkan gejala dalam waktu 48 jam.
Umumnya gejala itu, antara lain, berupa demam, sakit kepala,
nyeri otot, dan sakit tenggorok.

Kalimat di awal paragraf merupakan kalimat topik yang


bersifat umum. Sifat umum dalam kalimat ini didasarkan pada
proses penalaran untuk menarik kesimpulan yang berupa
prinsip/sikap yang bersifat khusus berdasarkan fakta-fakta yang
bersifat umum.

7
2. Kalimat topik pada akhir paragraf

Pada Selasa sore itu di Stadion Gajayana, Malang ribuan


Ngalamania, suporter Persema, terlihat sangat bernafsu ingin
melihat timnya meraih kemenangan. Sementara itu, di tempat yang
sama Aremania, pendukung setia Arema, tampak percaya diri tim
kebanggaannya tidak bakal kalah. Masyarakat Malang pada hari
itu benar-benar terbelah ketika Persema dan Arema harus
saling “membunuh” dalam lanjutan Liga Super Indonesia.

Kalimat topik pada paragraf tersebut terletak di akhir


yang dapat disebut dengan paragraf induktif. Paragraf bentuk ini
memiliki sifat khusus-umum yang didasarkanpada proses
penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip/sikap yang
bersifat umum berdasarkan pada fakta-fakta yang bersifat
khusus.

3. Kalimat topik pada awal dan akhir paragraf


Pada hakikatnya, paragraf hanya memiliki satu kalimat
topik. Penempatan kalimat topik yang kedua berfungsi untuk
menegaskan kembali pikiran utama paragraf tersebut. Namun,
penempatan kalimat topik di awal dan akhir paragraf
berpengaruh pada proses penalaran. Kalimat topik pada awal
paragraf menimbulkan sifat deduktif, sedangkan pada akhir
menjadikan paragraf bersifat induktif, sehingga kalimat topik
yang berada di awal dan akhir paragraf menjadikan paragraf
bersifat deduktif-induktif.

8
Contoh paragraf

Untuk menjamin peluang kerja bagi tenaga lokal di negeri


sendiri, penggunaan jasa tenaga asing perlu dibatasi.
Penggunaannya harus dibatasi pada sektor lapangan kerja yang
benar-benar memerlukan keahlian langka. Beberapa sektor
khusus di bidang teknologi, kedokteran, atau pertambangan
mungkin masih memerlukan tenaga ahli asing. Namun, bidang
kerja yang jenis keahliannya dikuasai banyak tenaga lokal jelas
tidak perlu diisi tenaga asing. Sektor umum di bidang pertanian,
manufaktur, atau transportasi tidak perlu menghadirkan tenaga
asing. Pembatasan pemakaian jasa tenaga asing itu perlu
dilakukan agar kesempatan kerja bagi tenaga lokal di tanah
airnya sendiri dapat terlindungi.

Paragraf tersebut diawali dengan kalimat topik dan


diakhiri dengan kalimat topik. Kedua kalimat topik tersebut berisi
pikiran utama yang sama.

Pikiran utama : pembatasan tenaga asing memberikan


peluang kerja bagi tenaga lokal
Pikiran penjelas : 1) keahlian pada tiap sector lapangan kerja
2) perlunya tenaga asing pada beberapa
sektor
3) pengutamaan tenaga lokal dibandingkan
tenaga asing
4) sektor umum dikelola tenaga lokal

9
Pikiran utama : peluang kerja tenaga lokal dengan membatasi
tenaga asing
Penalaran : deduktif-induktif

4. Kalimat topik pada pertengahan paragraf


Paragraf dengan kalimat topik berada di tengah, berarti
diawali dengan kalimat penjelas dan diakhiri pula dengan kalimat
penjelas. Penalaran ini menggunakan pola penalaran induktif-
deduktif
Contoh paragraf

Apabila Anda berkunjung ke Kartasura, jangan lupa singgah di


rumah makan Mbah Semar. Di situ Anda akan menemukan
hidangan garang asem yang rasanya “maut”. Garang asem rumah
makan Mbah Semar benar-benar menawarkan rasa yang
sangat khas. Daging ayam kampung yang empuk terendam dalam
kuah santan yang disisipi rasa pedas cabe rawit serta rasa asam
belimbing wuluh dan tomat hijau. Kuah itu terasa sangat gurih
karena sebelum dibungkus daun pisang dan dikukus, garang asem
disiram isi telur ayam. Kuah yang tercampur putih dan kuning telur
menjadi kental dan terasa makin gurih.

Paragraf tersebut disusun dengan urutan kalimat 1 sampai


dengan 3 menuju penalaran induktif (dari khusus ke umum) dan
dari 3 sampai dengan 6 menuju penalaran deduktif (dari umum

10
ke khusus). Penalaran keseluruhannya induktif-deduktif.
Gagasan yang disajikan dalam paragraf tersebut adalah:

Pikiran penjelas : 1) berkunjung ke rumah makan mbah Semar


di Kartasura
2) hidangan Garang Asem
Pikiran utama : rasa khas dari hidangan Garang Asem
Pikiran penjelas : 1) unsur makanan yang terdapat pada
hidangan Garang Asem
2) cara penyajian hidangan Garang Asem
3) rasa gurih tercipta dari kuah Garang
Asem
Penalaran : induktif-deduktif

D. Syarat Paragraf yang Baik


1. Kesatuan paragraf
Paragraf yang baik harus memenuhi syarat kesatuan,
kepaduan, dan kelengkapan. Kesatuan yang dimaksud dalam
konteks ini adalah tiap paragraf hanya mengandung satu pikiran
utama yang diwujudkan dalam kalimat topik.
Untuk dapat membuat kalimat topik, terlebih dahulu
kenali ciri-cirinya, yakni kalimat yang dibuat harus mengandung
permasalahan yang berpotensi untuk dapat diuraikan lebih
lanjut. Ciri lainnya yaitu kalimat topik dapat dibuat lengkap dan
berdiri sendiri tanpa memerlukan kata penghubung, baik kata
penghubung antarkalimat maupun kata penghubung intrakalimat.

11
Contoh paragraf A

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk


mencegah penyebaran demam berdarah. Salah satu
caranya adalah memberantas tempat berkembang biak
nyamuk demam berdarah. Seperti kita ketahui bersama,
nyamuk demam berdarah biasanya berkembang biak di air
yang menggenang. Oleh karena itu, benda-benda yang dapat
menampung air harus dikubur dalam tanah, bak-bak
penampung air harus ditutup rapat, dan selokan-selokan yang
mampat harus dialirkan. Dengan demikian, nyamuk-nyamuk
itu tidak akan mempunyai sarang untuk berkembang biak.

Paragraf tersebut memiliki satu pikiran utama yang


diwujudkan dalam kalimat topik, yakni ada beberapa cara yang
dapat digunakan untuk mencegah penyebaran demam berdarah.
Kalimat topik dalam paragraf deduktif ini bisa diuraikan lebih
lanjut, yakni apa saja cara yang digunakan untuk dapat
mencegah penyebaran demam berdarah yang dikembangkan
dengan kesatuan pikiran. Seluruh kalimat membahas pikiran
yang sama, yaitu cara mencegah penyebaran nyamuk demam
berdarah [1]. Kalimat [2] sampai dengan [4] membahas langkah
yang dilakukan untuk mencegah demam berdarah. Kalimat [5]
merupakan hasil dari pencegahan tersebut.

12
2. Kepaduan paragraf
Selain kesatuan, syarat penulisan paragraf yang baik
adalah kepaduan. Untuk dapat mencapai kepaduan, langkah-
langkah yang harus ditempuh adalah kemampuan merangkai
kalimat sehingga bertalian secara logis dan padu.
Bagaimanakah agar kalimat-kalimat dapat bertahan secara logis
dan padu? Gunakan kata penghubung.
Terdapat dua jenis kata penghubung, yaitu kata
penghubung intrakalimat dan kata penghubung antarkalimat.
Kata penghubung intrakalimat adalah kata yang
menghubungkan anak kalimat dengan induk kalimat, sedangkan
kata penghubung antarkalimat adalah kata yang
menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat lainnya
(Niknik, 2009: 154). Mari kita kembali pada paragraf
sebelumnya.

Contoh paragraf B

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencegah


penyebaran demam berdarah. Salah satu caranya adalah
memberantas tempat berkembang biak nyamuk demam
berdarah karena seperti kita ketahui bersama, nyamuk demam
berdarah biasanya berkembang biak di air yang menggenang.
Oleh karena itu, benda-benda yang dapat menampung air
harus dikubur dalam tanah, bak-bak penampung air harus
ditutup rapat, Bahkan selokan-selokan yang mampat harus
dialirkan. Jadi, nyamuk-nyamuk itu tidak akan mempunyai
sarang untuk berkembang biak.

13
Apakah ada perubahan antara paragraf A dan paragraf
B? Jawabannya “ya”. Pada paragraf B, terdapat kata
penghubung, baik kata penghubung intrakalimat maupun kata
penghubung antarkalimat yang merangkai kalimat-kalimat
tersebut dengan baik sehingga tercipta kepaduan. Namun,
sepertinya paragraf tersebut masih belum sempurna, masih ada
ketersesatan. Apakah itu? Penggunaan nama nyamuk demam
berdarah secara berulang kali itulah yang membuat paragraf B
belum padu. Agar paragraf B lebih padu, pergunakan
penggunaan kata ganti untuk nama nyamuk demam berdarah.
nyamuk demam berdarah
nyamuk itu
nyamuk yang mematikan
nyamuk yang mudah berkembang biak

3. Kelengkapan paragraf
Kelengkapan ditandai dengan ketuntasan informasi yang
diperoleh pembaca setelah selesai membaca sebuah paragraf.
Informasi yang disampaikan tidak menggantung.
Sebuah paragraf dikatakan lengkap apabila di dalamnya
terdapat kalimat-kalimat penjelas secara lengkap untuk
menunjuk pokok pikiran atau kalimat topik. Ciri-ciri kalimat
penjelas, yakni berisi penjelasan berupa rincian, keterangan,
contoh, dan lain-lain. Kalimat penjelas juga sering memerlukan
bantuan kata penghubung.

14
Contoh:
3a Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencegah
penyebaran demam berdarah. Salah satu cara adalah
memberantas tempat berkembang biak nyamuk demam
berdarah.
3b Ada beberapa cara yang dapat digunakanuntuk mencegah
penyebaran demam berdarah. Pertama, memberantas
tempat berkembang biak nyamuk demam berdarah.

E. Pengembangan Paragraf
Mengarang itu adalah usaha mengembangkan beberapa
kalimat topik. Dengan demikian, dalam karangan itu kita harus
mengembangkan beberapa paragraf demi paragraf.
Pengembangan paragraf ini tentunya didasarkan pada gagasan
utama atau pikiran utama. Agar gagasan sampai kepada
pembaca, penulis memerlukan strategi menulis paragraf, yaitu
cara dan upaya yang dapat memikat pembaca.
Pengembangan paragraf dapat dilakukan melalui dua
cara, yakni dengan penggunaan ungkapan dan teknik
pemaparan. Paragraf dapat dikembangkan dengan
menggunakan ungkapan terbagi menjadi tujuh, yakni
pertentangan, perbandingan, analogi, contoh, sebab akibat,
definisi, dan klasifikasi. Pengembangan paragraf dengan teknik
pemaparan terbagi menjadi lima, yakni naratif, deskriptif,
argumentatif, ekspositoris, dan persuasif.

15
1. Pengembangan paragraf dengan penggunaan ungkapan
a) Pengembangan paragraf dengan cara pertentangan
biasanya menggunakan ungkapan-ungkapan, seperti
berbeda dengan, bertentangan dengan, sedangkan, lain
halnya dengan, akan tetapi, dan bertolak belakang dari.
b) Perbandingan dapat menjadi salah satu cara
mengembangkan paragraf. Ungkapan yang biasa
digunakan, seperti serupa dengan, seperti halnya,
demikian juga, sama dengan, sejalan dengan, akan
tetapi, sedangkan, dan sementara itu.
c) Mengembangkan paragraf dapat juga dengan cara
analogi. Analogi merupakan bentuk pengungkapan suatu
objek yang dijelaskan dengan objek lain yang memiliki
kesamaan atau kemiripan. Biasanya pengembangan
analogi dilakukan dengan bantuan kiasan. Kata-kata
yang digunakan, yaitu ibaratnya, seperti, dan bagaikan.
d) Kata seperti, misalnya, contohnya, dan lain-lain adalah
ungkapan-ungkapan pengembangan dalam
mengembangkan paragraf dengan contoh.
e) Pengembangan paragraf dengan cara sebab akibat
dilakukan jika menerangkan suatu kejadian, baik dari segi
penyebab maupun dari segi akibat. Ungkapan yang
digunakan, yaitu padahal, akibatnya, oleh karena itu, dan
karena.
f) Adalah, yaitu, ialah, merupakan kata-kata yang
digunakan dalam mengembangkan paragraf dengan cara
definisi. Kata adalah biasanya digunakan jika sesuatu
yang akan didefinisikan diawali dengan kata benda. Yaitu

16
digunakan jika sesuatu yang akan didefinisikan diawali
dengan kata kerja atau sifat. Jika akan menjelaskan
sinonim suatu hal, kata ialah yang digunakan, dan jika
akan mendefinisikan pengertian rupa atau wujud, kata
merupakan yang dipakai.
g) Cara klasifikasi adalah pengembangan paragraf melalui
pengelompokan berdasarkan ciri-ciri tertentu. Kata-kata
atau ungkapan yang lazim digunakan, yaitu dibagi
menjadi, digolongkan menjadi, terbagi menjadi, dan
mengklasifikasikan.

2. Pengembangan paragraf menurut teknik pemaparan


a) Naratif. Karangan narasi biasanya dihubung-hubungkan
dengan cerita. Oleh sebab itu, sebuah karangan narasi
atau paragraf narasi banyak ditemukan dalam novel,
cerpen, atau hikayat.
b) Deskriptif. Paragraf ini disebut juga paragraf melukiskan
(lukisan). Paragraf ini melukiskan apa saja yang
tertangkap pancaindra. Jadi, paragraf ini bersifat tata
ruang atau tata letak. Pembicaraannya dapat berurutan
dari atas ke bawah atau dari kiri ke kanan.
c) Argumentatif. Teknik pemaparan paragraf yang satu ini
memiliki sifat persuasi, yakni bersifat membujuk atau
meyakinkan pembaca terhadap suatu hal atau objek. Hal
atau objek yang dimaksud biasanya berupa pendapat
atau opini suatu pernyataan atau pemberitaan. Namun,
perbedaannya dengan paragraf persuasif, paragraf ini

17
menggunakan perkembangan analisis yang dalam
meyakinkan pembaca dibutuhkan kehadiran fakta-fakta.
d) Ekspositoris. Paragraf dengan teknik pemaparan yang
dilakukan secara bertahap, melalui proses, atau
kronologis dalam mengembangkan paragraf. Paragraf
ekspositoris biasanya dipaparkan secara sistematis atau
berurutan terhadap suatu hal atau objek yang
dikembangkan.
e) Persuasif. Teknik pemaparan ini dilakukan dengan cara
mengajak, mengimbau, atau membujuk pembaca. Tujuan
mengembangkan paragraf dengan teknik persuasif ini
adalah untuk memengaruhi pembaca atau pendengar
agar bersedia melakukan apa yang diminta penulis atau
pembicara dengan menyajikan kelebihan yang dimiliki hal
atau objek yang dibicarakan.

Referensi
Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 2012. Bahasa Indonesia
sebagai Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian.
Tangerang: Pustaka Mandiri.
Chaer, Abdul. 2012. Ketawa Ketiwi Betawi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Hs., Widjono. 2012. Bahasa Indonesia (Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi).
Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana.
Kuntarto, Niknik M.. 2009. Cermat dalam Berbahasa, Teliti dalam
Berpikir. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Majalah Gizone. 2010. Jiaaah, Si Anak Leb4y! (edisi 15).
Surakarta.
Setiawan, Dony. Tanpa Tahun. Struktur Paragraf: Identifikasi
dan Pemanfaatannya. Jakarta: Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa.
http://bisniskeuangan.kompas.com

18
19

Anda mungkin juga menyukai