Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH BAHASA INDONESIA

“PARAGRAF DENGAN POLA PIKIR YANG JELAS”

SRI LESTARI, S.Pd., M.Pd

DISUSUN OLEH :

J520170032 SANDI MAHPUTRA

J520170033 KURNIASARI EDININGTYAS

J520170034 NOVYANA TEDIA SUTISNA

J520170035 INDRI DEVI SETYASARI

J520170036 MUH RIDHAR ADI GUMILAR

J520170037 RISMA AYU PRIYANDANI

J520170038 SHAFIRA ANNAS HAYKAL

J520170039 ALVIRA MEIDHY ALBONEH

J520170040 MEITA RAHMA DIWATRI

J520170057 ERICHA ZAHRA M.D

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah
karangan. Dalam paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang
didukung oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat
pengenal, kalimat utama atau topic, kalimat-kalimat penjelas, sampai pada
kalimat penutup. Himpunan kalimat ini slaing bertalian dalam suatu
rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan (Akhadiah, dkk.;1991 : 144).
Keraf (1977 : 51) menyebut paragraf dengan istilah alinea. Alinea adalah
kesatuan pikiran yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat. Ia
merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu
rangkaian untuk membentuk suatu ide.
Syarat pembentukan paragraf perlu diperhatikan untuk membuat
sebuah paragraf. Paragraf yang baik memenuhi tiga syarat, yaitu
koherensi, kesatuan, dan pola pikir pengembangan paragraf. Kesatuan
yang dimaksud adalah semua kalimat yang membangun paragraf secara
kait-mengait menyatakan satu hal, satu tema tertentu. Koherensi
merupakan kekompakan korelasi makna kalimat satu dengan yang lain
dalam membangun paragraf. Sedangkan pola pikir yang dimaksud
penyusunan atau pengembangan gagasan-gagasan yang membangun
paragraf itu jelas.
B. RUMUSAN MASALAH
Paragraf adalah seperangkat kalimat tersusun logis sistematis yang
merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yang relevan dan mengandung
pikiran pokok yang tersirat dalam keseluruhan (Tarigan, 2008 : 5).
Pembentukan sebuah paragraf harus memiliki pola pikir yang jelas dalam
penyusunan atau pengembangan gagasan-gagasan yang membangun
paragraf.
Berdasarkan hal tersebut, penulis merumuskan sebagai berikut
“Bagaimana cara penulisan paragraf dengan pola pikir yang jelas?”
C. TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah untuk
memahami penulisan paragraf dengan pola pikir yang jelas.
D. MANFAAT
a. Memahami penulisan paragraf dengan pola pikir yang jelas
b. Menerapkan penulisan paragraf dengan pola pikir yang jelas dalam
pembuatan karya tulis.
BAB II

ISI

A. PENGERTIAN PARAGRAF
Pengertian paragraf terdapat dalam pemakaian bahasa secara
tertulis. Sebuah paragraf terdiri atas beberapa beberapa kalimat atau lebih
dari satu kalimat. Paragraf merupakan rangkaian atau himpunan kalimat-
kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian atau membentuk sebuah
gagasan yang biasanya mengandung satu ide pokok atau pikiran pokok
dan penulisannya dimulai dengan baris baru (Dalman, 2011 : 77).
Paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu
gagasan atau topik. Kalimat-kalimat dalam paragraf memperlihatkan
kesatuan pikiran atau mempunyai keterkaitan dalam membentuk gagasan
atau topik tersebut (Arifin, 2008 : 115).
Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah
karangan. Dalam paragraf terkandung satu inti buah pikiran yang
didukung oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat
pengenal, kalimat utama atau kalimat topik, kalimat-kalimat penjelas
sampai pada kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling bertalian dalam
suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan (Akhadiah dkk, 2012 :
144).
B. CIRI-CIRI PARAGRAF
Menurut Tarigan (2008 : 8) ada beberpa ciri atau karakteristik
paragraf antara lain. Sebagai berikut :
1. Setiap paragraf mengandung makna, pesan, pikiran atau ide pokok
yang relevan dengan ide pokok keseluruhan karangan;
2. Paragraf umumnya dibangun oleh sejumlah kalimat;
3. Paragraf adalah satu kesatuan ekspresi pikiran;
4. Kalimat-kalimat paragraf tersusun secara logis sistematis.

Ciri-ciri paragraf menurut Dalman (2010: 81) adalah :


1. Mengandung ide pokok yang relevan dengan ide pokok keseluran
karangan;
2. Memiliki satu buah kalimat topik dan beberapa kalimat penjelas;
3. Memiliki satu kesatuan yang utuh;
4. Memiliki kepaduan bentuk dan kepaduan makna;
5. Tersusun secara logis sistematis.
C. KEGUNAAN PARAGRAF
Kegunaan paragraf antara lain sebagai berikut :
1. Untuk menandai pembukaan topik baru, atau pengembangan lebih
lanjut topic selanjutnya;
2. Untuk menambah hal-hal yang penting atau untuk merinci apa yang
sudah diutarakan dalam paragraf sebelumnya atau paragraf terdahulu.
D. MACAM-MACAM PARAGRAF

Berdasarkan tujuannya, paragraf dapat dibedakan menjadi paragraf


pembuka, penghubung, dan penutup (Akhadiah dkk, 1993 : 171).

1. Paragraf Pembuka
Paragraf yang berperan sebagai pengantar untuk sampai kepada
masalah yang akan diuraikan. Oleh sebab itu paragraf pembuka harus
dapat menarik minat dan perhatian pembaca, serta sanggup
menyiapkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan diuraikan.
Paragraf pembuka ini jangan terlalu panjang suapaya tidak
membosankan.
Paragraf pembuka (awal) mempunyai dua kegunaan yaitu selain
supaya dapat menarik perhatian pembaca juga berfungsi menjelaskan
tentang tujuan dari penulisan itu.
2. Paragraf Penghubung
Masalah yang akan diuraikan terdapat pada paragraf penghubung.
Paragraf penghubung berisi inti persoalan yang akan dikemukakan.
Oleh karena itu, secara kuantitatif paragraf inilah yang paling panjang
dan antara paragraf dengan paragraf harus saling berhubungan secara
logis.
3. Paragraf Penutup
Paragraf penutup mengakhiri sebuah karangan. Biasanya paragraf
ini berisi kesimpulan dari paragraf penghubung. Dapat juga paragraf
penutup berisi penegasan kembali mengenai hal-hak yang dianggap
penting dalam paragraf penghubung.
Paragraf penutup yang berfungsi mengakhiri sebuah karangan tidak
boleh terlalu panjang. Namun, tidak berarti, paragraf ini dapat tiba-tiba
diputuskan begitu saja. Jadi, seorang penulis harus dapat menjaga
perbandingan antara paragraf pembuka, penghubung, dan penutup.
E. SYARAT-SYARAT PEMBENTUKAN PARAGRAF
1. Kesatuan
Tiap paragraf hanya mengandung satu gagasan pokok atau satu
topik. Fungsi paragraf ialah mengembangkan topic tersebut. Oleh
karena itu, dalam pengembangannya tidak boleh terdapat unsur-unsur
yang sama sekali tidak berhubungan dengan topik atau gagasan pokok
tersebut. Penyimpangan akan menyulitkan pembaca. Jadi, satu
paragraf hanya boleh mengandung satu gagasan pokok atau topik.
Semua kalimat dalam paragraf harus membicarakan gagasan pokok
tersebut.
Paragraf dianggap mempunyai kesatuan jika kalimat-kalimat dalam
paragraf itu tidak terlepas dari topiknya atau selalu relevan dengan
topik. Semua kalimat terfokus pada topik dan mencegah masuknya
hal-hal yang tidak relevan.
2. Kepaduan
Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh sebuah paragraf ialah koherensi
atau kepaduan. Satu paragraf bukanlah merupakan kumpulan atau
tumpukan kalimat yang masing-masing berdiri sendiri atau terlepas,
melainkan dibangun oleh kalimat-kalimat yang mempunyai hubungan
timbal balik.
Kepaduan dalam sebuah paragraf dibangun dengan memperhatian :
a. Unsur kebahasaan yang digambarkan dengan
1) Repetisi atau pengulangan kata kunci;
2) Kata ganti;
3) Kata transisi atau ungkapan penghubung.
b. Pemerincian dan urutan isi paragraf
3. Kelengkapan
Suatu paragraf dikatakan lengkap jika berisi kalimat-kalimat penjelas
yang cukup untuk menunjang kejelasan kalimat topik atau kalimat
utama. Sebaliknya, suatu paragraf dikatakan tidak lengkap jika tidak
dikembangkan atau hanya diperluas dengan pengulangan-pengulangan.
F. LETAK KALIMAT UTAMA

Sebuah paragraf dibangun oleh beberapa kalimat yang saling


berhubungan dan hanya mengandung satu pikiran utama dan dijelaskan
oleh beberapa pikiran penjelas. Pikiran utama dituangkan dalam kalimat
utama dan pikiran-pikiran penjelas atau perincian dituang ke dalam
kalimat-kalimat penjelas.

Penempatan kalimat utama dalam pengembangan sebuah paragraf


bermacam-macam. Ada paragraf yang dimulai dengan peristiwa-peristiwa
atau perincian-perincian, kemudian ditutup dengan kesimpulan yang
kemudian baru perincian-perincian untuk menjelaskan pikiran utama.

Ada empat cara untuk meletakkan kalimat utama, yaitu :

1. Pada awal paragraf ;


2. Pada akhir paragraf ;
3. Pada awal dan akhir paragraf ; dan
4. Tanpa kalimat utama.
Penjelasan atas peletakan kalimat utama di atas diuraikan berikut ini.
1. Pada Awal Paragraf
Paragraf dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat
utama. Kemudian diikuti oleh kalimat-kalimat penjelasan yang
berfungsi menjelaskan pikiran utama. Paragraf ini biasanya bersifat
deduktif, dari yang umum ke yang khusus.
2. Pada Akhir Paragraf
Paragraf dimulai dengan kalimat-kalimat penjelasan. Kemudian diikuti
oleh kalimat utama. Paragraf ini biasanya bersifat induktif, dari yang
khusus ke yang umum.
3. Pada Awal dan Akhir Paragraf
4. Tanpa Kalimat Utama
Paragraf ini tidak mempunyai kalimat utama. Berarti pikiran utama
tersebar dikalimat yang membangun paragraf tersebut. Bentuk ini
biasanya digunakan dalam karangan yang berbentuk narasi atau
deskripsi.
G. MENGEMBANGKAN PARAGRAF
Pikiran utama dari sebuah paragraf hanya akan jelas kalau diperinci
dengan pikiran-pikiran penjelas. Tiap pikiran penjelas dapat dituang ke
dalam satu kalimat penjelas atau lebih. Malahan ada juga kemungkinan,
dua pikiran penjelas dituang ke dalam sebuah kalimat penjelas. Akan
tetapi, sebaiknya sebuah pikiran penjelas dituang ke dalam sebuah kalimat
penjelas. Dalam sebuah paragraf terdapat satu pikiran utama dan beberapa
pikiran penjelas. Inilah yang dinamakan kerangka paragraf.
Pengembangan paragraf dapat dibedakan berdasarkan teknik dan
isi paragraf :
a. Berdasarkan teknik :
1. Secara ilmiah
1) Urutan ruang (special) yang membaca dari satu titik ke titik
berikutnya yang berdekatan dalam sebuah ruang. Misalnya,
gambaran dari depan ke belakang, dari luar ke dalam, dari
atas ke bawah. Dari kanan ke kiri. Dan sebagainya.
2) Urutan waktu (urutan kronologis) yang menggambarkan
urutan terjadinya peristiwa, perbuatan, atau tindakan.
2. Klimaks dan antiklimak
Pikiran utama mula-mula diperinci dengan sebuah gagasan
bawahan yang dianggap paling rendah kedudukannya. Kemudian
berangsur-angsur dengan gagasan-gagasan lain hingga ke gagasan
yang paling tinggi keduduknnya atau kepentingannya.
3. Umum ke khusus, khusus ke umum
Cara ini paling banyak digunakan dalam pengembangan paragraf,
baik dari umum ke khusus, atau sebaliknya dari khusus ke umum.
Dalam bentuk umum ke khusus, pikiran utama diletakkan pada
awal paragraf, kemudiandiikuti degan perincian-perincian.
Sebaliknya dari khusus ke umum, dimulai dengan perincian-
perincian dan diakhiri dengan kalimat utama.
b. Berdasarkan isi
1. Perbandingan dan pertentangan
Untuk menambah kejelasan sebuah paparan, kadang-kadang
diperlukan perbandingan dan pertentangan dalam sebuah kalimat.
2. Analogi
Analogi biasanya digunakan untuk membandingkan sesuatu yang
sudah dikenal umum dengan yang tidak atau kurang dikenal
umum.
3. Contoh-contoh;
Sebuah generalisasi yang terlalu umum sifatnya agar dapat
memberikan penjelasan kepada pembaca kadang-kadang
memerlukan contoh-contoh yang konkrit. Dalam ini sumber
pengalaman sangat efektif.
4. Sebab-akibat;
Hubugan kalimat dalam sebuah paragraf dapat dibentuk sebab
akibat. Dalam hal ini sebab dapat berfungsi sebagai pikiran utama,
dan akibat sebagai pikiran menjelas. Dapat juga sebaliknya, akibat
sebagai pikiran utama dan untuk dapat memahami akibat ini
dikemukakan sejumlah penyebab sebagai perinciannya.
5. Definisi luas;
Untuk memberikan batasan tentang sesuatu, dengan menguraikan
beberapa kalimat bahkan alinea.
6. Klasifikasi.
Dalam pengembangan karangan, kadang-kadang harus
mengelompokkan hal-hal yang mempunyai persamaan.
Pengelompokan ini biasanya diperinci lagi lebih lanjut kedalam
kelompok-kelompok yang lebih kecil.
c. Berdasarkan tujuan dan sifatnya
1. Deskripsi berasal dari verba to describe, yang artinya menguraikan,
memerikan, atau melukiskan. Paragraf deskripsi adalah paragraf
yang bertujuan memberikan kesan atau impresi kepada pembaca
terhadap objek, gagasan, tempat, peristiwa, dan semacamnya yang
ingin disampaikan penulis. Dengan deskripsi yang baik pembaca
dapat dibuat seolah-olah melihat, mendengar, merasakan, atau
terlihat dalam peristiwa yang diuraikan penulis.
2. Narasi secara harfiah bermakna kisah atau cerita. Paragraf narasi
bertujuan mengisahkan atau menceritakan. Paragraf narasi kadang-
kadang mirip dengan paragraf deskripsi. Bedanya, narasi
mementingkan urutan dan biasanya ada tokoh yang diceritakan.
Paragraf narasi tidak hanya terdapat dalam karya fiksi (cerpen dan
novel), tetapi sering pula terdapat dalam tulisan nonfiksi.
3. Paragraf eksposisi bertujuan memaparkan, menjelaskan,
menyampaikan informasi, mengajarkan, dan menerangkan sesuatu
tanpa disertai ajakan atau desakan agar pembaca menerima atau
mengikutinya. Paragraf eksposisi biasanya digunakan untuk
menyajikan pengetahuan atau ilmu, definisi, pengertian, langkah-
langkah suatu kegiatan, metode, cara, dan proses terjadinya
sesuatu.
4. Paragraf argumentasi bertujuan menyampaikan suatu pendapat,
konsepsi, atau opini tertulis kepada pembaca.
5. Persuasi merupakan kelanjutan atau pengembangan paragraf
argumentasi. Persuasi mula-mula memaparkan gagasan dengan
alasan, atau bukti, atau contoh untuk meyakinkan pembaca.
Kemudian diikuti oleh ajakan, bujukan, rayuan, himbauan, atau
saran kepada pembaca. Beda argumentasi dengan persuasi terletak
pada sasaran yang ingin dibidik oleh paragraf tersebut.
Argumentasi menitik beratkan sasaran pada logika pembaca,
sedangkan persuasi pada emosi atau perasaan pembaca walaupun
tidak melepaskan logika. Dengan kata lain, yang digarap paragraf
argumentasi adalah benar salahnya gagasan atau pendapat.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari paparan dan atau penjelasan diatas, maka kami dapat
menyimpulkan sesuai dengan makalah yang berjudul “Paragraf dengan
Pola Pikir yang Jelas” bahwa paragraf adalah seperangkat kalimat yang
membicarakan suatu gagasan atau topik.
Pembentukan paragraf yang baik harus memenuhi persyaratan
kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan. Untuk itu, diperlukan
pengembangan paragraf yang baik. Kerangka struktur paragraf
dikembangkan berdasarkan peletakan kalimat utama dan kalimat-kalimat
penjelas.
B. SARAN
Mari kita menerapkan penulisan paragraf dengan pola pikir yang
jelas dalam pembuatan karya tulis.
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah M.K., Sabati dkk. 1991/1992. Bahasa Indonesia I. Jakarta : Ditjen Dikti
Depdikbud.

Budiyono, Herman. 2012. “Pengembangan Paragraf dan Kualitasnya pada Karya


Tulis Ilmiah Mahasiswa Magister Teknologi Pendidikan Program Pascasarjana
Universitas Jambi”. Tekno-Pedagogi, Vol. 2 No. 2 September 2012 :51-64

Ramlan, M. 1993. Paragraf : Alur Pikiran dan Kepaduannya dalam Bahasa


Indonesia. Yogyakarta : Andi Offset.

Keraf, Gorys. 1982. Komposisi. Ende, Flores : Nusa Indah.

Nasucha, Y dkk. 2012. Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Tulis Ilmiah.
Yogyakarta : Media Perkasa.

Sabardila, A dkk. 2018. Keterampilan Menulis. Surakarta : Muhammadiyah


University Press.

Anda mungkin juga menyukai