Anda di halaman 1dari 28

Paragraf dan

Pengembangan Paragraf
Dalam buku Komposisi (Keraf, 1993: 62-66) dikatakan bahwa paragraf
merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian
untuk membentuk sebuah gagasan. Paragraf merupakan kesatuan pikiran yang
lebih tinggi dari atau lebih luas dari kalimat. Sebuah gagasan menjadi jelas oleh
uraian-uraian tambahan yang akan menampilkan pokok pikiran secara lebih
terarah.
Fungsi paragraf (Keraf, 1993: 63) ialah sebagai berikut.

 Memudahkan pengertian dan pemahaman dengan


menceraikan sebuah tema dari tema yang lain. Oleh
sebab itu, tiap alinea hanya boleh mengandung
satu gagasan. Jika terdapat dua tema, paragraf itu
harus dipecah menjadi dua paragraf terpisah.
 Memisahkan dan menegaskan perhentian secara

wajar dan formal. Dengan demikian, pembaca


berhenti agak lama sebelum berpindah paragraf.
Dengan perhentian yang lebih lama, informasi yang
tersaji dalam paragraf dengan mudah diserap
pembaca.
Dalam karangan umumnya ada tiga jenis paragraf, yakni

1. paragraf pembuka yang terletak di awal karangan atau


bab,
2. paragraf isi yang membangun badan karangan atau bab,
dan
3. paragraf penutup atau pengalih yang mengakhiri
sebuah karangan bab.
Sayangnya, di Indonesia masih banyak penulis yang tidak
mengetahui atau tidak memahami fungsi paragraf.
Pembagian paragraf atas paragraf pembuka, paragraf
penghubung atau isi, dan paragraf penutup acapkali tidak
diketahui oleh penulis. Oleh karena itu, masih sering
ditemukan tulisan yang sukar dipahami karena
pemisahan bagian-bagian atau pokok-pokoknya tidak
jelas.
GAGASAN UTAMA PARAGRAF

 Dalam karya tulis, sebuah paragraf hendaknya memiliki sebuah


gagasan utama. Gagasan utama tersebut dituang dalam sebuah
kalimat topik. Setelah penetapan kalimat topik, barulah penulis
mengembangkan paragraf itu dengan gagasan-gagasan
bawahan yang akan menunjang atau menjelaskan kalimat topik
tersebut. Gagasan bawahan tertampung dalam kalimat-kalimat
penunjang. Paragraf akan ditutup oleh sebuah kalimat penutup
atau kalimat pengalih (yang akan mengalihkan perhatian
pembaca kepada paragraf selanjutnya).
 Panjang sebuah paragraf bervariasi, bergantung dari gagasan
utama yang akan digarap dalam paragraf tersebut. Akan tetapi,
minimal, dalam karya ilmiah, sebuah paragraf terdiri atas tiga
kalimat. Kalimat-kalimat tersebut ialah (1) kalimat topik, (2)
kalimat penunjang, dan (3) kalimat penutup atau pengalih.
Peran dari sebuah kalimat topik atau kalimat pokok
acapkali tidak diketahui oleh penulis, padahal
penempatan kalimat topik yang tepat dan
pengembangan paragraf yang baik akan
memudahkan pembaca membuat ringkasan. Jika
perumusan kalimat topik tidak jelas,
pengembangan paragraf pun tidak akan baik.

Sebuah kalimat topik dapat diletakkan


 di awal paragraf,
 di akhir paragraf,
 di tengah paragraf,
 di awal dan akhir paragraf, atau
 di seluruh paragraf jika paragraf itu bersifat naratif.
Dalam karya ilmiah, dianjurkan agar sebuah kalimat topik
diletakkan di awal paragraf. Bentuk ini dianjurkan dalam
pengembangan paragraf yang bersifat deduktif. Cara lain dalam
penulisan karya ilmiah ialah meletakkan kalimat topik pada akhir
paragraf. Dalam hal ini, paragraf dikembangkan secara induktif.
Gaya lain dalam penyusunan paragraf dalam karya ilmiah ialah
menggabungkan pengembangan induktif dan deduktif, yaitu
meletakkan kalimat topik di awal dan di akhir paragraf.

Kepaduan dalam Paragraf

Kepaduan sebuah paragraf dipertahankan oleh dua hal, yaitu


masalah urutan isi dan masalah kebahasaan. Masalah urutan
isi berkaitan dengan pengembangan karangan yang akan
dibahas dalam subbab berikut. Masalah kebahasaan
berkaitan dengan masalah penggunaan kata ganti,
pengulangan kata yang dianggap penting atau kata kunci,
dan penggunaan kata hubung.
Pengembangan Paragraf
 Paragraf dibangun oleh lebih dari satu kalimat. Pengembangan
paragraf adalah perincian dan pengurutan pikiran yang
terpadu yang diwujudkan melalui penataan kalimat-kalimat.
Penggunaan kalimat topik yang tepat akan memudahkan
pembaca membuat ringkasan dari sebuah karya tulis. Kalimat-
kalimat penunjang akan mengembangkan gagasan yang
terdapat dalam kalimat topik. Dalam ringkasan kalimat-
kalimat penunjang ini dapat diabaikan. Oleh karena itu, ada
tiga persoalan yang tercakup di dalamnya, yakni

 kemampuan menentukan dan meletakkan kalimat topik secara


tepat;
 kemampuan memerinci secara maksimal gagasan utama

paragraf ke dalam gagasan bawahan; dan


 kemampuan mengurutkan gagasan bawahan ke dalam suatu

urutan yang teratur.


Ada sepuluh metode pengembangan paragraf yang sering
ditemukan dalam berbagai karangan.
 Sudut Pandang. Untuk memperkaya sebuah uraian atau berita, kita dapat
menguraikan hasil penyerapan pancaindera kita. Sudut pandang akan memerikan
seseorang, sebuah ruang, suasana, sebuah benda, atau perasaan. Dengan demikian,
kita dapat membangun suasana hati pembaca.

 Contoh. Sebuah gagasan bisa menjadi jelas jika diperkuat dengan beberapa contoh
atau ilustrasi. Contoh itu dapat pula diuraikan dalam sebuah narasi atau deskripsi
yang kuat, misalnya.

 Klimaks dan Antiklimaks. Paragraf diawali dengan gagasan bawahan yang tidak
terlalu penting, diikuti oleh kalimat-kalimat yang berangsur-angsur meningkat
kepentingannya. Paragraf diakhiri oleh kalimat yang paling tinggi tingkat
kepentingannya. Secara logis, perkembangan paragraf seperti ini disebut sebagai
pengembangan paragraf yang induktif. Sebaliknya, pengembangan paragraf yang
antiklimaks dibangun oleh kalimat-kalimat yang berkurang kepentingannya. Paragraf
ini akan diawali oleh kalimat yang paling tinggi tingkat kepentingannya, diikuti oleh
kalimat-kalimat yang berangsur-angsur berkurang kepentingannya. Secara logis,
pengembangan paragraf seperti ini disebut sebagai pengembangan deduktif.
 Definisi Luas. Paragraf seperti ini biasanya menguraikan sebuah
gagasan yang abstrak atau istilah yang menimbulkan kontroversi yang
membutuhkan penjelasan. Jenis tulisan dalam paragraf seperti ini
adalah eksposisi.

 Klasifikasi. Berbeda dari analisis atau uraian, pengembangan ini


berusaha mengelompokkan berbagai hal yang dianggap memiliki
kesamaan ke dalam satu kategori. Dengan demikian, hubungan di
antara berbagai hal itu menjadi jelas. Paragraf dengan pengembangan
klasifikasi ini juga merupakan jenis tulisan eksposisi.

 Perbandingan dan Pertentangan. Perbandingan dan pertentangan


dapat digunakan secara bersamaan atau terpisah. Dalam
perkembangan paragraf ini, unsur-unsur yang sama dari dua hal atau
lebih diungkapkan dan diuraikan, diikuti dengan unsur-unsur yang
membedakan dua hal atau lebih. Hal yang perlu diperhatikan adalah
bahwa perbandingan dan pertentangan itu dilakukan berdasarkan
tolok ukur yang sama. Pengembangan paragraf itu merupakan sebuah
cara agar pembaca sampai pada suatu penilaian yang relatif sama
mengenai dua hal atau lebih. Jenis tulisan yang digunakan di sini
adalah jenis tulisan eksposisi.
 Analogi. Dalam pengembangan paragraf analogis, uraian didasarkan
pada kesamaan dari dua hal atau lebih. Dua hal atau lebih
dibandingkan secara sistematis untuk menemukan hal-hal yang sama.
Hal dibandingkan dapat berasal dari kategori yang sama atau, bahkan,
dari satu atau beberapa kelas yang berbeda. Jenis tulisan yang
digunakan di sini adalah tulisan eksposisi.

 Sebab-Akibat. Dalam paragraf ini diuraikan hal-hal yang menyebabkan


suatu peristiwa terjadi atau, sebaliknya, diuraikan dahulu sebuah akibat
baru diikuti oleh penyebabnya. Jenis karangan yang digunakan di sini
dapat berupa jenis narasi atau eksposisi.

 Proses. Pengembangan paragraf ini menguraikan proses bagaimana


sesuatu terjadi atau terwujud. Jadi, dalam pengembangan ini ada
urutan dari tindakan-tindakan untuk menciptakan atau menghasilkan
sesuatu; atau urutan suatu peristiwa. Pengembangan paragraf ini juga
dapat diisi dengan kalimat-kalimat yang menguraikan sesuatu ke
dalam unsur-unsur yang membangunnya agar pembaca dapat lebih
mudah memahami hal itu. Jenis karangan yang digunakan dalam
pengembangan paragraf ini adalah eksposisi.
 Umum-Khusus dan Khusus-Umum. Kedua cara pengembangan
paragraf ini merupakan cara yang paling umum digunakan. Dalam
pengembangan Umum-Khusus, gagasan utama atau kalimat topik
diletakkan di awal paragraf, diikuti oleh kalimat-kalimat yang
mengalndung gagasan bawahan. Secara logis, pengembangan
paragraf seperti ini disebut sebagai pengembangan deduktif. Dalam
pengembangan Khusus-Umum, gagasan utama diletakkan di akhir
paragraf dengan sebuah kalimat kesimpulan. Paragraf diawali oleh
kalimat-kalimat yang mengandung gagasan bawahan. Secara logis,
perkembangan paragraf seperti ini disebut sebagai pengembangan
paragraf yang induktif. Dapat pula, dilakukan variasi dengan
menggabungkan kedua jenis pengembangan paragraf ini ke dalam
sebuah paragraf. Jadi, paragraf diawali dengan sebuah kalimat topik
yang umum diikuti dengan kalimat-kalimat yang mengandung
gagasan bawahan. Kemudian, paragraf diakhiri dengan sebuah
kalimat topik lagi yang bersifat menyimpulkan. Dengan demikian,
secara logis, paragraf dikembangkan secara deduktif-induktif.
Panjang Paragraf
 Rangka atau struktur sebauah paragraf terdiri atas sebuah
kalimat topik dan beberapa kalimat penjelas. Dengan kata lain,
apabila dalam sebuah paragraf terdapat lebih dari sebuah
kalimat topik, paragraf itu tidak termasuk paragraf yang baik.

 Kalimat topik adalah kalimat yang berisi topik yang dibicarakan


pengarang. Pengarang meletakkan inti maksud pembicaraannya
pada kalimat topik Karena topik paragraf adalah pikiran utama
dalam sebuah paragraf, kalimat topik merupakan kalimat utama
dalam paragraf itu. Karena setiap paragraf hanya memiliki
sebuah topik, paragraf itu tentu hanya mempunyai satu kalimat
utama. Kalimat utama bersifat umum. Ukuran keumuman
sebuah kalimat terbatas pada paragraf itu saja. Adakalanya
sebuah kalimat yang kita anggap umum akan berubah menjadi
kalimat yang khusus apabila paragraf itu diperluas.
 Panjang paragraf amat bergantung pada pikiran yang hendak
dikembangkan. Sudah diuraikan bahwa dalam laras ilmiah
sebuah paragraf minimal dibangun oleh tiga buah kalimat,
yakni kalimat pembuka, kalimat isi, dan kalimat penutup
atau kalimat peralihan. Tentu saja, uraian itu berarti bahwa
paragraf dapat dibangun oleh lebih dari tiga kalimat. Akan
tetapi, harus diingat bahwa paragraf yang terlalu panjang
membuat pembaca mengalami kesulitan untuk
berkonsentrasi dan memahami gagasan dalam paragraf.
Selain itu, paragraf panjang akan memperlihatkan bahwa
penulis tidak menguasai masalah yang hendak diuraikan.

 Berapa pun jumlah kalimat dalam paragraf, kepaduan dalam


paragraf memegang peranan dalam menyajikan paragraf
yang baik. Kepaduan dapat dirusak, jika paragraf mengalami
(1) urutan pikiran yang menyimpang, (2) pikiran yang tidak
lengkap, atau (3) pikiran yang ditumpukkan.
1. Urutan Pikiran yang Menyimpang adalah kalimat-kalimat yang
tidak ada kaitannya dengan pikiran utama atau kalimat yang
menjelaskan hal lain di luar pikiran utama.
2. Pikiran yang Tidak Lengkap adalah kalimat-kalimat yang tidak
muncul dalam sebuah paragraf. Urutan pikiran yang tidak
lengkap akan mengurangi kekompakan dan kebulatan paragraf.
3. Pikiran yang Ditumpukkan adalah ditumpukkannya gagasan
dalam sebuah kalimat yang panjang. Dengan demikian, kalimat
yang seharusnya terpisah dalam dua atau tiga kalimat ditumpuk
dalam satu kalimat panjang dalam satu paragraf.

Untuk menghindari kesalahan di atas, hubungan logis


antarkalimat dalam sebuah paragraf perlu mendapat perhatian.
Kalimat-kalimat dalam paragraf dipadukan dengan kata sambung
yang tepat. Berikut ini akan dibahas masalah berbagai kata
sambung yang berfungsi menjaga kelogisan dalam paragraf.
Hubungan Logis Antarkalimat

 Hubungan logis dalam paragraf adalah rangkaian


kalimat-kalimat yang ditata dengan baik dan masuk
akal sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Dalam
hubungan logis antarkalimat, pada dasarnya, kata
sambung yang digunakan harus menunjukkan
pengacuan ke kalimat terdahulu.
 Perlu dicatat bahwa tidak semua kata sambung dalam
kalimat dapat digunakan untuk menghubungkan
kalimat-kalimat dalam paragraf. Kata sambung
antarkalimat dapat juga digunakan untuk
menghubungkan paragraf yang satu dengan yang lain.
Di dalam penulisannya, kata sambung antarkalimat
harus disertai koma.
Hubungan antarkalimat yang sering didapati dalam tulisan adalah sebagai berikut.

1. Hubungan akibat. Hubungan yang menyatakan akibat ini dimarkahi


dengan: akibatnya, walhasil, alhasil, karena itu, oleh karena itu, oleh
sebab itu, maka dari itu, sebagai akibatnya.

2. Hubungan konsekuensi. Hubungan yang menyatakan konsekuensi ini


ditandai dengan kata sambung dengan demikian, maka.

3. Hubungan sebab yang ditandai dengan kata sambung alasannya,


sebabnya.

4. Hubungan tujuan yang ditandai dengan kata sambung untuk itu,


untuk keperluan itu, untuk tujuan itu.

5. Hubungan perlawanan/konsesif yang ditandai dengan kata sambung


meskipun demikian/begitu, walaupun demikian/begitu, kendati
demikian/begitu, bagaimanapun, akan tetapi; dan namun.
Perhatikan: Jangan gunakan namun demikian karena ungkapan ini
tidak ada artinya (bandingkan dengan tetapi demikian).
6. Hubungan pertentangan/kebalikan yang ditandai dengan kata
sambung sebaliknya, sementara itu.

7. Hubungan waktu dapat dibedakan atas:


◦ hubungan keserempakan yang ditandai dengan kata sambung sementara
itu, dalam pada itu, pada saat itu, pada saat yang bersamaan, ketika itu.
◦ hubungan anteroritas yang ditandai dengan kata sambung sebelumnya,
sebelum itu.
◦ hubungan posterioritas yang ditandai dengan kata sambung
sesudahnya, sesudah itu, setelah itu, kemudian.

8. Hubungan syarat yang ditandai dengan kata sambung jlka


demikian halnya, kalau begitu.

9. Hubungan urutan yang ditandai dengan kata sambung


selanjutnya, demikian pula, Pertama ... Kedua, ... Ketiga, ...
Terakhir, ... atau Pertama-tama, ... Kemudian, ... Akhirnya,
….
Mencermati Alat Perekat Kalimat (Kohesi)

 Apa yang dimaksud dengan alat kohesi? Alat ini penting sebagai semacam
perekat di antara bagian-bagian kalimat atau antara kalimat satu dan
kalimat berikutnya di dalam paragraf. Kehadiran perekat ini membuat
rentetan kalimat di dalam suatu paragraf dapat enak dan mudah diikuti
isinya.

 Alat kohesi dapat berupa konjungsi (kata penghubung), seperti karena,


meskipun, ketika, dan tetapi. Akan tetapi, dapat pula berupa bentuk-
bentuk lain seperti pronomina (kata ganti), pengulangan kata yang sama,
pemakaian sinonim, atau dapat juga berupa penataan berdasarkan urutan
waktu (kalau kebetulan yang dibahas berkaitan dengan waktu).

 Singkatnya, ada banyak alat tersedia di dalam bahasa untuk membuat


rentetan kalimat dalam paragraf mudah diikuti dan enak dibaca. Namun,
alat kohesi ini tidak perlu dihafalkan. Banyak membaca dan banyak
latihan menulis akan dengan sendirinya meningkatkan penguasaan alat-
alat kohesi itu.
Perhatikanlah beberapa contoh berikut!
1

A. Mahalnya printer atau alat cetak Braille juga menambah kesulitan.


Mereka tidak menggunakan tinta melainkan jarum sebagai alat
tulis. Putusnya satu jarum membuat mesin itu tidak bisa
digunakan. Pengadaan buku Braille jadi sangat mahal dan secara
bisnis, justru mendatangkan kerugian.

B. Mahalnya printer atau alat cetak Braille juga menambah kesulitan.


Apalagi mereka tidak menggunakan tinta melainkan jarum
sebagai alat tulis. Putusnya satu jarum membuat mesin itu tidak
bisa digunakan. Dengan demikian, pengadaan buku Braille jadi
sangat mahal dan secara bisnis justru mendatangkan kerugian.

Paragraf …. lebih enak dibaca karena paragraf ini memakai alat


kohesi yang berupa konjungsi; apalagi dan akibatnya, sedangkan
paragraf …. tidak. Dengan pemakaian konjungsi, keterkaitan
makna antarkalimat menjadi lebih jelas.
2

A. Tentu saja tidak ada larangan jika Indonesia ingin


berdikari. Tindakan melakukan berdikari sama saja dengan
pilihan dalam melakukan perdagangan internasional. Jika
Indonesia memilih tidak melakukan impor dalam rangka
berdikari, pilihan tidak melakukan impor sah-sah saja.

B. Tentu saja tidak ada larangan jika Indonesia ingin


berdikari. Itu sama saja dengan pilihan dalam melakukan
perdagangan internasional. Jika Indonesia memilih tidak
melakukan impor dalam rangka berdikari, itu sah-sah saja.

Paragraf …. lebih enak diikuti isinya karena paragraf itu


memanfaatkan pemakaian kata ganti (pronomina) yakni itu.
Selain berfungsi sebagai penyambung kalimat berikutnya,
pemakaian kata ganti juga dapat memperpendek panjangnya
rentetan kata.
3
 Semua orang tahu bahwa kebersihan adalah pangkal
kesehatan. Namun, masih banyak anggota masyarakat
kita yang tidak peduli terhadap kebersihan lingkungan.
Akibatnya, masalah ini menjadi sulit dipecahkan.
Seandainya saja setiap anggota masyarakat peduli akan
kebersihan di sekitar tempat tinggalnya, tentulah
kualitas kesehatan dapat ditingkatkan. Oleh karena itu,
marilah kita mencoba untuk menjadikan diri kita
masing-masing peduli terhadap kebersihan lingkungan.

Paragraf ini banyak memakai perulangan kata. Berapa


jumlah kata kebersihan yang terdapat pada paragraf 3?
Pengulangan kata di situ dapat dimanfaatkan sebagai
pengikat rentetan kalimat.
 Bandingkanlah paragraf 2A dengan 3. Pada paragraf
2A juga terdapat pengulangan kata. Akan tetapi,
pada paragraf itu pengulangan kata mengganggu
kelancaran arus gagasan dari kalimat satu ke kalimat
berikutnya. Oleh karena itu, strategi pengulangan
kata tidak tepat untuk diterapkan pada paragraf itu.

 Lain halnya yang terjadi pada paragraf (3).


Pengulangan kata dapat dipakai sebagai alat untuk
melancarkan arus gagasan dari kalimat satu ke
kalimat berikutnya. Jadi pengulangan kata dapat
sesuai untuk paragraf yang satu, tetapi belum tentu
untuk paragraf yang lain. Itu semua bergantung
pada bagaimana isi paragraf yang bersangkutan.
 Yang diharapkan untuk ditangkap melalui contoh-
contoh paragraf di atas ialah penyadaran akan hal
berikut. Di dalam perangkaian kalimat, bahasa
menyediakan banyak alat kohesi: konjungsi, pronomina,
pengulangan kata, dsb. Makin banyak kita mengenal alat
kohesi makin leluasa kita dapat memilih mana yang
tepat untuk dipakai pada paragraf yang sedang kita tulis.

 Pada contoh di atas sengaja dipilah-pilah alat kohesi


yang berupa “konjungsi”, yang berupa “pronomina”, dan
yang berupa “pengulangan kata”. Di dalam praktik
penulisan, beberapa alat itu bisa dicampur dalam satu
paragraf. Tujuan pemisah-misahan pada contoh di atas
sekadar untuk mempertajam pemahaman tentang apa
yang dimaksud dengan “alat kohesi”.
Latihan

Pada latihan berikut, alat kohesi tidak akan


disoroti satu per satu. Yang dilakukan adalah
kegiatan merangkai kalimat.

Pedoman yang dipegang ialah perangkaian


yang bagaimanakah yang dapat
menghasilkan rentetan kalimat yang terasa
“menyambung” satu dengan yang lain?
1. Urutkanlah kalimat-kalimat berikut sehingga menjadi paragraf yang padu!
.

Konglomerat Indonesia menggunakan gaya “manajemen gado gado”


untuk mengembangkan bisnis usahanya. Gaya tersebut meliputi
manajemen Cina tradisional, Belanda, Jepang, dan Amerika.

A. Manajemen Belanda diterapkan sebagai landasan jalannya usaha.


B. Gaya ini memiliki hubungan yang erat seperti hubungan berdasarkan
kepemilikan saham, istri, anak, atau menantu.
C. Manajemen Cina Tradisional digunakan untuk menggalang kemitraan
sesama konglomerat yang umumnya berasal dari daratan Cina.
D. Adapun Manajemen Amerika terlihat dari banyaknya bidang usaha
yang memanfaatkan para profesional sebagai ujung tombak dalam
menjalankan usaha.
E. Manajemen Jepang diterapkan untuk meningkatkan produksi pabrik.
F. Hal ini tercermin dari adanya lembaga komisaris selaku supervisor
board (dewan pengawas) dan dewan direksi sebagai pelaksana
operasional.
2. Kalimat mana yang membuat paragraf ini sumbang? Garis
bawahilah!

Pimpinan Wisma Kartika memperhitungkan berapa buah rumah


yang dapat dibangunnya dengan 300 ton pasir yang tertumpuk di
Jalan H. Asnawi. Dari pasir itu ia dapat membangun sebuah
kompleks rumah murah yang terdiri atas 125 buah rumah. Tidak
demikian halnya dengan PT Beling Jaya. Pimpinan Beling Jaya akan
memperhitungkan jumlah keuntungan yang diperolehnya dari pasir
itu kalau pasir itu dibuat kaca. Lain lagi pandangan seorang
pekerja kapal keruk. Pekerja kapal keruk memandang pasir itu
sebagai penghalang yang perlu disingkirkan karena pasir
merupakan musuh besarnya ketika mengeruk sebuah dasar sungai.
Kapal keruk itu mondar-mandir di sekitar sungai Batanghari. Jadi,
jelaslah bahwa setiap orang akan memandang sebuah objek
dengan makna yang berbeda sesuai dengan kebutuhan masing-
masing.

Paragraf di atas merupakan paragraf induktif. Alihkanlah menjadi


paragraf deduktif!
3. Pilihlah satu dari dua paragraf di bawah ini. Kemudian,
buatlah kerangka paragraf berdasarkan paragraf yang Anda
pilih. Lalu, kembangkan paragraf tersebut menjadi sebuah
wacana yang lebih luas. Selanjutnya, tentukan judul yang
tepat untuk wacana yang Anda susun tersebut.

Paragraf (1)
 
Ada beberapa faktor pemicu kemunduran perekonomian di
Indonesia. Penyebab pertama ialah anjloknya nilai tukar rupiah
terhadap dolar. Banyak pengusaha di bidang industri yang memilih
lari ke luar negeri dan membuka usahanya di sana. Penyebab yang
tidak dapat dianggap sepele ialah ketidakpuasan politik.
Demonstrasi muncul di mana-mana, ditambah dengan
ketidakmenentuan sikap (pro- atau kontra-) terhadap pemerintah.
Kemunduran perekonomian juga disebabkan oleh hambatan pada
jalur distribusi. Keadaan seperti itu mengakibatkan harga barang-
barang kebutuhan sehari-hari melonjak.
  
Paragraf (2)

Pada abad ke-21, Asia diramalkan menjadi pusat


ekonomi dunia. Ramalan ini berdasarkan beberapa
fakta yang ada. Pertama, jumlah penduduk Asia
ialah setengah penduduk dunia. Di antaranya
kira-kira 500 juta orang yang termasuk dalam
kategori kelas menengah. Hal ini jelas merupakan
potensi pasar yang besar. Kedua, tingkat
teknologi di Asia sudah sama dengan negara-
negara Barat. Banyak pabrik-pabrik di Barat yang
pindah ke Asia karena dapat memperoleh modal,
tanah, dan tenaga kerja yang lebih mudah dan
murah bila dibandingkan di Barat.

Anda mungkin juga menyukai