TAHUN 2023M/1444 M
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................2
A. Latar Belakang................................................................................................................2
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................3
C. Tujuan..............................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................4
A. Kesimpulan...................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................24
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2
sosial, budaya, agama, ekonomi, dan politik Arab pra-Islam dan relasi serta
pengaruhnya terhadap watak orang Arab dan doktrin Islam.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Bangsa Arab adalah salah satu entitas yang berasal dari keturunan Sam, putra
tertua Nabi Nuh.Entitas lainnya adalah Romawi dan Persia.Mereka berdomisili
disekitar wilayah barat daya benua Asia (al-Janub al-Gharbi min Asia), atau yang
biasa dikenal dengan Semenanjung Arabia. Semenanjung Arabia sebagian besar
terdiri dari gurun pasir dan stepa (padang rumput luas di gurun pasir). Sedikit
sekali menyisakan wilayah yang layak ditinggali di sekitar pinggirnya, dan daerah
itu semuanya dikelilingi laut. Ketika jumlah penduduk kian bertambah, mereka
harus mencari lahan baru guna dijadikan tempat tinggal.
Mayoritas sejarawan dan peneliti sejarah mencatat, ada dua komunitas bangsa
Arab yang pernah tinggal di wilayah Semenanjung Arabia ini, yaitu:
1. Komunitas pertama adalah bangsa Arab yang datang jauh hari sebelum
datangnya islam, sehingga referensi dan fakta sejarah tentang mereka sangat
sulit diungkap. Hal ini cukup beralasan, mengingat jauhnya rentang waktu
serta tidak ditemukannya indikasi eksistensi mereka dalam panggung sejarah
kehidupan manusia. Sejarah mereka hanya dapat diketahui dari keterangan
kitab-kitab samawi, terutama al-Qur’an, Injil, Taurat, dan syair-syair jahiliyah.
Bangsa ini selanjutnya dikenal dengan istilah Baidah. Arab baidah adalah
orang Arab yang kini tidak ada lagi dan musnah. Di antaranya adalah A’ad,
Tsamud, Thasm, Jadis, Ashab ar-Rass, dan penduduk Madyan.
2. Komunitas kedua adalah bangsa Baqiyah (yang masih ada). Terdiri dari dua
suku besar, yaitu Adnaniyin dan Qahthaniyin. Kabilah Adnaniyin berasal dari
keturunan Ismail ibn Ibrahim as. Dinamakan Adnaniyin karena nenek moyang
dari kabilah ini bernama Adnan, yaitu salah satu keturunan Nabi Ismail. Suku
kedua dari bangsa Baqiyah adalah kabilah Qahthan.Garis keturunan Qahthan
sampai pada Yaqthan yang dalam kitab taurat disebut Yaqzan. Nassabun
(pakar genealogi) mengatakan, bahwa Qahthan adalah nenek moyang suku-
suku di negeri Yaman (Ab al-Yamaniyin). Pada mulanya wilayah utara
diduduki golongan Adnaniyin, dan wilayah selatan didiami golongan
4
Qahthaniyin. Akan tetapi, lama kelamaankedua golongan itu membaur karena
perpindahan-perpindahan dari utara ke selatan atau sebaliknya.
a. Kondisi Politik
Kondisi politik internal wilayah Arabia di masa Jahiliyah menjelang
kedatangan Islam pada dasarnya terpecah-pecah, tidak mengenal
kepemimpinan sentral ataupun persatuan. Kepemimpinan politik di sana
didasarkan pada suku-suku atau kabilah-kabilah guna mempertahankan diri
dari serangan suku-suku yang lain. Seluruh kesetiaan terserap dalam kelompok
yang bertindak sebagai sebuah kolektivitas untuk mempertahankan individu
warganya dan untuk menghadapi tanggung jawab bersama. Jika seorang warga
teraniaya, maka klan menuntut balas atas penganiayaan tersebut. Jika
seseorang melakukan penganiayaan, maka hal itu menjadi tanggung jawab
klan. Sebagai konsekuensi solidaritas kelompok, yang disebut asabiyah.
Sebuah klan dipimpin oleh syaikh yang biasanya dipilih oleh warga klan yang
tua-tua dari salah satu keluarga berpengaruh dan ia senantiasa bertindak
setelah meminta saran-saran mereka. Mereka menyelesaikan perselisihan
internal sesuai dengan tradisi kelompok, namun ia tidak berhak mengatur
ataupun memerintah. Syaikh haruslah seorang yang kaya dan suka berderma
kepada fakir miskin dan kepada pendukungnya; ia haruslah seorang yang
berperilaku adil dan bijak, sabar, pemaaf dan rajin bekerja. Di atas segalnya, ia
haruslah seorang yang memiliki keputusan yang adil untuk menghindarkan
pertentangan di kalangan pengikutnya.
Pada masa itu, bangsa Arab tidak memiliki sistem atau norma yang
secara ketat mengatur wilayah kehidupan sosial baik antar individu maupun
kelompok (kabilah). Tidak ada hukuman bagi pelanggar hukum. Yang ia
terima hanya sebatas kebencian atau sikap acuh dari kelompoknya.
b. Konidisi Ekonomi
Sumber ekonomi utama yang menjadi penghasilan orang Arab adalah
perdagangan dan bisnis.Orang-orang Arab dimasa jahiliyah sangat dikenal
dengan bisnisdan perdagangannya. Perdagangan menjadi darah daging orang-
orang Quraisy sepeti yang Allah sebutkan dalam Al-Qur’an : “Karena
kebiasaan orang-orang Quraisy, yaitu kebiasaan mereka bepergian pada
musim dingin dan musim panas.” (Quraisy: 1-2) Mereka melakukan
5
perjalanan bisnis ke Yaman pada musim dingin dan ke Syam pada musim
panas.
Perekonomian bangsa Arab di negeri Yaman yang merupakan negeri yang
subur, khususnya di sekitar bendungan Ma’rib, di mana pertanian maju secara
pesat dan menakjubkan.Di masa itu juga telah berkembang industri, seperti
industri kain katun dan persenjataan berupa pedang, tombak, dan baju
besi.Akan tetapi, mereka tidak bersyukur dan justru berpaling dari ketaatan
kepada Allah.Karena kekufuran itu, Allah pun menghancurkan bendungan
Ma’rib itu. Sementara itu, mayoritas kabilah Adnan tinggal di tengah gurun
pasir dengan rumput yang sedikit untuk mengembala domba. Mereka hidup
dari susu dan dagingnya.
c. Kondisi Moral
Memang pada dasarnya masyarakat Arab Jahiliyah memiliki sejumlah
sifat-sifat positif dan kelebihan-kelebihan.Seperti sifat dermawan, pemberani,
setia, ramah, sederhana, serta cinta kebebasan, ingatannya kuat dan pandai
bersyair.Namun, itu semua menjadi tenggelam dan tidak mampu menampilkan
moralitas tinggi masyarakat Arab saat itu. Hal ini disebabkan oleh suatu
kondisi yang menyelimuti kehidupan mereka, yaitu kemusyrikan, kekafiran,
ketidakadilan, kejahatan dan fanatisme suku-suku sehingga menghalalkan
segala cara. Di sinilah arti Jahiliyah dapat dipahami. Mereka bukan bodoh
(jahil) dalam arti buta huruf dan tidak mengenal pengetahuan sama sekali,
tetapi mereka tidak mengetahui hakikat dan sumber kebenaran, dan tidak
mengenal tuhan yang semestinya mereka sembah.
6
serta ditukar dengan barang sebagai layaknya pedagang melakukan transaksi
jual beli secara barter.
bangsawan menindas rakyat jelata dengan sesuka hati dan segala cara.
Maka, perdamaian antarsuku sangat sulit diwujudkan, peperangan demi
peperangan terus terjadi di antara mereka. Penghargaan manusia didasarkan
atas prestise bukan prestasi, dan hubungan sosial ditentukan oleh ikatan darah
dan emosi, bukan ikatan-ikatan kemanusiaan dan keagamaan sebagaimana
yang nanti ditawarkan oleh islam.
Contoh beberapa tradisi buruk masyarakat Arab Jahiliyah lainnya yaitu:
1. Perjudian atau maisir. Ini merupakan kebiasaan penduduk di daerah
perkotaan di Jazirah Arab, seperti Mekkah, Thaif, Shan’a, Hijr, Yatsrib,
dan Dumat al Jandal.
2. Minum arak (khamr) dan berfoya-foya. Meminum arak ini menjadi tradisi
di kalangan saudagar, orang-orang kaya, para pembesar, penyair, dan
sastrawan di daerah perkotaan.
3. Nikah Istibdha’, yaitu jika istri telah suci dari haidnya, sang suami
mencarikan untuknya lelaki dari kalangan terkemuka, keturunan baik, dan
berkedudukan tinggi untuk menggaulinya.
4. Mengubur anak perempuan hidup-hidup jika seorang suami mengetahui
bahwa anak yang lahir adalah perempuan. Karena mereka takut terkena aib
karena memiliki anak perempuan.
5. Membunuh anak-anak, jika kemiskinan dan kelaparan mendera mereka,
atau bahkan sekedar prasangka bahwa kemiskinan akan mereka alami.
6. Ber-tabarruj (bersolek). Para wanita terbiasa bersolek dan keluar rumah
sambil menampakkan kecantikannya, lalu berjalan di tengah kaum lelaki
dengan berlengak-lenggok, agar orang-orang memujinya.
7. Lelaki yang mengambil wanita sebagai gundik, atau sebaliknya, lalu
melakukan hubungan seksual secara terselubung.
8. Prostitusi. Memasang tanda atau bendera merah di pintu rumah seorang
wanita menandakan bahwa wanita itu adalah pelacur.
9. Fanatisme kabilah atau kaum.
10. Berperang dan saling bermusuhan untuk merampas dan menjarah harta
benda dari kaum lainnya. Kabilah yang kuat akan menguasai kabilah yang
lemah untuk merampas harta benda mereka.
7
d. Kondisi Budaya
Salah satu kelebihan bangsa Arab adalah terletak pada
bahasanya.Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa rumpun Semit yang
paling sempurna dan mampu bertahan dari seleksi alam hingga Islam datang,
kemudian mengalami perkembangan sangat pesat karenanya. Mengenahi
kebudayaan sebelum islam, buku sejarah dan kebudayaan islam (Tim
Penyusun Depag RI, 1982: 11-15), menjelaskannya agak rinci sebagai mana
disarikan berikut. Berkaitan dengan kelebihan bahasa, bangsa Arab pun pandai
dalam bidang sastera, khususnya membuat syair-syair.Syair bagi mereka untuk
mengungkapkan pikiran-pikiran, pengetahuan-pengetahuan, dan pengalaman-
pengalaman hidupnya.
Ghalan bin Salamah dari suku Tsaqif dalam satu minggu mampu
menciptakan sekumpulan syair, lalu membacakannya di depan forum untuk
dibahas dan dikritik. Forum-forum seperti ini pada waktunya digelar untuk
umum di suatu pasar yang disebut ukadz, di dalamnya dilengkapi dengan
kegiatan pertandingan membuat dan membacakan syair-syair yang terbaik.Di
antara syair-syair yang terpilih kemudian digantungkan di dinding Ka’bah
sebagai penghargaan yang biasa disebut mu’allaqat. Tradisi semacam ini
tampaknya masih berkembang dan dimanfaatkan dalam islam sebagai alat
dakwah dan pengembangan ilmu pengetahuan bangsa Arab Islam.
Kehidupan masyarakat Arab berpindah-pindah dari satu ke lain tempat
yang di anggap dapat memberikan kemudahan untuk hidup. Kondisi alam
semacam ini membuat mereka bersikap sebagai pemberani dan bersikap keras
dalam mempertahankan prinsip dan kepercayaan.Kondisi ini pula yang
membuat mereka harus menguasai seperangkan ilmu dan ketrampilan untuk
hidup sesuai dengan lingkungannya. Misalnya, mereka mengusai ilmu
meramal jejak dan peristiwa alam yang akan terjadi, seperti kapan turun hujan,
dimana terdapat mata air, dan dimana terdapat sarang binatang buruan serta
binatang buas. Di siang hari mereka mampu membaca jejak melalui padang
pasir, sedangkan di malam hari mereka mengunakan bintang-bintang. Karena
itu, ilmu-ilmu perhitungan (semacam ramal) dan perbintangan, dalam batas-
batas tertentu, berkembang di kalangan bangsa Arab sebelum islam.
8
Bangsa Arab juga mahir dalam membuat dan menghafal silsilah
keluarga dan nenek moyangnya. Mereka bangga dengan kemampuan itu,
karenanya mereka mampu menunjukkan hubungan dirinya dengan nenek
moyangnya yang besar-besar, sehingga mereka akan memperoleh prestise
karena keturunan. Setiap kabilah mempunyai dan mengetahui silsilah
keturunannya.
e. Sistem kepercayaan dan Agama
Bangsa Arab sebelum Islam sebenarnya telah mengenal keyakinan
terhadap satu Tuhan (Tauhid / Monoteisme), yaitu Allah SWT.; sebuah ajaran
yang dibawa oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Al-Qur’an sendiri mengakui
eksistensi ajaran Ibrahim dan menyebutnya dengan nama Hanif (agama yang
lurus). Namun, beberapa abad sebelum kedatangan Islam, kemurnian ajaran
suci itu telah ternoda oleh tahayul dan khurafat, hingga sampai pada
penyekutuan (syirk) terhadap Allah SWT.Penyimpangan ini kemudian dikenal
dengan watsaniyah (penyembahan terhadap berhala / patung).
Al-Syihristani, seorang sejarawan Muslim terkemuka, mengatakan
bahwa terdapat 360 berhala di Ka’bah, yang paling terkenal adalah Hubal,
yang dibawa dari Belka di Syria ke Arabia oleh Umru bin Lahi,dengan tujuan
agar bisa mendatangkan hujan ketika di mintai. Yang menarik untuk di catat
adalah Hubal di anggap bisa mendatangkan hujan,sebuah sifat khas Tuhan
yang berasal dari wilayah pertanian. Tiga patung Tuhan lain yang terkenal di
Mekkah adalah Manat, al-Lat, dan al Uzza.
Bangsa Arab selatan menyembah banyak dewa dan dewi, di antaranya
yang paling terkenal adalah ‘Athar, yang dianggap sebagai personifikasi planet
Venus.Mereka juga menyembah dewa matahari yang bernama Almaqah di
Saba’, Wadd (cinta?) di Ma’in, ‘Amm di Qataban, dan Sin di
Hadramaut.Matahari juga disembah sebagai dewi Syam (matahari).Para dewa
dan dewi dipuja di berbagai tempat ibadah yang masing-masing menpunyai
pengikutnya sendiri.
Kaum nomad padang pasir tidak mempunyai agama formal atau
doktrin tertentu. Mereka menganut apa yang disebut dengan “humanisme
suku”, dimana yang paling penting adalah keunggulan manusia dan
kehormatan suku.
9
B. Kelahiran Nabi SAW Dan Pertumbuhannya
َتْر ِم ْيِه ْم٣ َّو َاْر َسَل َع َلْيِه ْم َطْيًرا َاَباِبْيَۙل٢ َاَلْم َيْج َع ْل َكْيَد ُهْم ِفْي َتْض ِلْيٍۙل١ َاَلْم َتَر َكْيَف َفَعَل َر ُّبَك ِبَاْص ٰح ِب اْلِفْيِۗل
٥ ࣖ َفَجَع َلُهْم َك َع ْص ٍف َّم ْأُك ْو ٍل٤ ِبِح َج اَرٍة ِّم ْن ِس ِّجْيٍۙل
10
Berikut adalah nasab Rasulullah SAW: Muhammad ibn Abdullah ibn
Abdul Muththalib Ibn Hasyim ibn Abdi Manaf ibn Qushay ibn Kilab ibn Murrah
ibn Ka’ab ibn Lu’ayy ibn ibn Ghalib ibn Fihr ibn Malik ibn An-nadhr ibn Kinanah
ibn Khuzaimah ibn Mudrikah ibn Ilyas ibn Mudhar ibn Nizar ibn Ma’ad ibn
‘Adnan. Dan ‘Adnan merupakan putra dari Nabi Isma’il AS.
11
Setelah dikembalikan oleh Halimah, Nabi SAW pun hidup dalam kasih sayang
seorang ibunya. Namun kasih sayang ini tidak berlangsung lama, karena pada saat
beliau berusia enam tahun, ibunda tercintanya meninggal. Tepatnya ketika
Aminah merasa perlu menziarahi makam suami tercintanya, Abdullah yang
terletak di Yatsrib (Madinah). Maka Aminah pergi bersama Nabi dan juga
pembantu wanitanya yaitu Ummu Aiman dari Makkah menuju Yatsrib yang mana
menempuh perjalanan sejauh 500 km. Dan setelah mereka sampai di Yatsrib
mereka menetap selama satu bulan. Dan setelah itu mereka kembali ke Makkah.
Namun di tengah-tengah perjalanan menuju Makkah, Aminah jatuh sakit dan
akhirnya meninggal dunia di Abwa’, yaitu desa yang terletak diantara Makkah dan
Madinah.
e. Pengasuhan Sang Kakek.
Nabi SAW merasakan duka yang sangat mendalam, karena saat itu beliau
sudah menjadi yatim-piatu. Kemudian kakeknya Abdul Muththalib membawa
Nabi SAW kembali ke Makkah dan merawatnya dengan penuh kasih sayang yang
tulusn dari dalam hatinya. Nabi pun dapat berangsur-angsur tumbuh menjadi
pribadi yang kuat. Hal ini tidak terlepas dari kasih sayang seorang kakek kepada
cucunya yang bahkan lebih besar dibandingkan kepada anak-anaknya.
Hal ini dibuktikan dengan suatu cerita dari Ibnu Hisyam dimana pada
waktu itu di dekat Ka’bah diletakkan sebuah dipanuntuk Abdul Muththalib,
sedangkan kerabat-kerabatnya biasanya duduk di sekeliling dipan tersebut sampai
Abdul Muththalib keluar, dan tidak ada seorang pun yang berani duduk di sana
karena menghormati beliau.
Suatu hari Nabi yang masih kanak-kanak duduk di atas dipan tersebut, maka
paman-paman beliau langsung memegangnya dan mencegahnya. Tatkala Abdul
Muththalib melihat kejadian itu beliau berkata, “Biarkanlah anakku ini. Demi
Allah, sesungguhnya dia akan memiliki kedudukan yang agung.” Kemudian
Abdul Muththalib duduk bersama beliau di dipan itu sambil mengelus punggung
Nabi SAW dan senantiasa gembira terhadap apapun yang Nabi SAW lakukan.
Pada usia 8 tahun lebih dua bulan sepuluh hari Rasulullah kembali mendapat
duka yang mendalam. Kakek yang amat tulus sayang kepadanya meninggal dunia
di Makkah. Sebelum meninggal, Abdul Muththalib berpesan kepada paman
beliau yakni Abu Thalib untuk mengasuh Nabi Muhammad SAW.
12
f. Pengasuhan Paman Yang Penyayang
Sebagaimana yang telah dipesankan, Abi Thalib menjalankan tugasnya
dengan amat sangat baik. Abi Thalib menyayangi Nabi SAW seperti menyayangi
anaknya sendiri.perlakuan tersebut masih beliau dapatkan meskipun beliau
membawa ajaran agama yang berbeda dengan Abi Thalib dan bahkan Abi Thalib
tetap melindungi beliau.
g. Perjalanan Ke Syam
Ketika Rasulullah berusia dua belas tahun. Abi Thalib mengajak beliau
untuk pergi berdagang ke Syam. Ketika sampai di Bushra, seorang Rahib yang
terkenal dengan sebutan Bahira, nama aslinya adalah Jurjis. Datang menghampiri
mereka dan mempersilahkan mereka untuk singgah di rumahnyasebagai tamu
kehormatan. Padahal sebelumnya Rahib tersebut tidak pernah keluar rumah,
namun begitu dia bisa mengetahui Rasulullah SAW dari sifat-sifat beliau. Sambil
memegang tangan beliau, sang rahib berkata, “ Orang ini adalah pemimpin
semesta alam. Anak ini akan diutus Allah sebagai rahmat bagi seluruh alam.”Abi
Thalib bertanya, “Dari mana engkau tahu hal itu?”Rahib Bahira menjawab,
“Sebenarnya ketika kalian tiba di Aqabah, tidak ada bebatuan dan pepohonan pun
melainkan bersujud. Mereka tidak bersujud melainkan kepada seorang Nabi. Aku
mengetahuinya dari cincin nubuwah yang berada di bagian bawah tulang rawnan
bahunya yang menyerupai buah apel. Kami juga mendapati tanda itu di kitab
kami.” Kemudian sang rahib meminta Abi Thalib kembali tanpa melanjutkan
perjalanan ke Syam, karena takut gangguan orang-orang Yahudi. Sehingga Abi
Thalib mengirim beliau bersama beberapa pemuda agar kembali lagi ke Makkah.
h. Masa remaja Rasulullah SAW
Pada masa remaja Rasulullah SAW juga melewati beberapa peristiwa,
diantaranya:
1. Perang Fijar
Pada usia 15 tahun, meletuslah perang fijar antara kaum Quraisy bersama
Qinanah berhadapan dengan pihak Qais Ailan. Komandan pasukan Quraisy
bersama Kinanah dipegang oleh Harb bin Umayyah. Pada awalnya pihak Qais
Ailan mendapat kemenangan. Namun pada akhirnya beralih dimenangkan
oleh pihak Quraisy dan Kinanah. Dan Nabi ikut peperangan ini berperan
sebagai pengumpul anak panah yang nantinya diberikan kepada pamannya.
13
2. Hilful Fudhul
Perang Fijar itu berdampak kepada terjadinya suatu perjanjian di kedua bnelah
pihak. Perjanjian itu di laksanakan di kediaman Abdullah bin Jud’an At-Taimi.
Dan Rasulullah yang masih muda juga menghadiri perjanjian tersebut.
3. Penggembala Kambing
Pada awal masa remaja, Nabi SAW tidak mempunyai pekerjaan tetap. Hanya
saja beberapa riwayat menyebutkan bahwa beliau biasa menggembala
kambing di kalangan Bani As’ad bin Bakar dan di Makkah dengan imbalan
uang beberapa dinar.
4. Berdagang
Ketika menginjak usia 25 tahun, Nabi SAW pergi berdagang ke negeri
Syam dengan modal yang diberikan oleh Siti Khadijah RA. Khadijah binti
Khuwailid adalah seorang wanita yang memiliki banyak harta serta
mempunyai nasab yang baik. Dia menyewa banyak lelaki untuk
memperdagangkan hartanya dengan sistem bagi hasil. Dan Kabilah Quraisy
dikenal sebagai pedagang yang handal. Maka tatkala mendengar kejujuran,
amanah, dan akhlaq mulia Rasulullah SAW, Khadijah mengutus seseorang
untuk menemuinya dan menawarkannya untuk memperdagangkan harta
miliknya ke negeri Syam. Beliau menerima tawaran tersebut dan akhirnya
beliau berangkat berdagang ke Syam ditemani dengan seorang pembantu
Khadijah RA yaitu Maisarah dan membawa barang dagangan yang belum
pernah Khadijah RA serahkan kecuali kepada beliau.
i. Menikah Dengan Khadijah
Ketika beliau pulang ke Makkah. Khadijah RA melihat betapa
amanahnya Nabi SAW, hal ini menjadikan Khadijah RA jatuh hati dan merasakan
sesuatu yang dicari-cari olehnya selama ini. Karena selama ini, Khadijah RA telah
menolak banyak pria yang berasal dari para pemuka yang berkeinginan untuk
menikahinya.
Akhirnya Khadijah RA menceritakan isi hatinya kepada kerabat perempuannya,
yaitu Nafisah binti Munayyah. Kemudian dia bergegas menemui Bagida dan
meminta kesediaan hati Nabi untuk menikahi khadijah RA. Nabi SAW pun
menerimanya dan menceritakan hal tersebut kepada paman-pamannya. Kemudian
paman Nabi SAW mendatangi paman Khadijah RA untuk melamar
14
keponakannya. Setelah itu akad dilangsungkan, dan dihadiri oleh Bani Hasyim
dan pemimpin Mudhar. Kejadian ini berlangsung setelah dua bulan pulangnya
Nabi SAW dari Syam. Dan mas kawin Nabi SAW adalah 20 ekor unta muda.
Khadijah merupakan wanita pertama yang dinikahi Nabi SAW, dan beliau tidak
pernah menikahi wanita lain hingga Khadijah wafat.
1. Renovasi Ka’bah
Ketika lima tahun sebelum diangkat menjadi rasul, di Makkah terjadi
banjir besar hingga meluap ke Baitul Haram. Peristiwa itu membuat bangunan
Ka’bah menjadi rapuh dan dinding-dindingnya pun ingin runtuh. Oleh karena
itu Ka’bah direnovasi, dengan catatan menggunakan dana hasil kebaikan.
Namun masyarakat merasa bimbang dan takut ketika ingin merobohkannya.
Akhirnya Al-Walid bin Mughirah Al-Makhzumi mulai merobohkan ka’bah
dan membangunnya kembali.
Akan tetapi ketika hampir selesai dan ingin meletakkan Hajar Aswad,
terjadi perselisihan di antara kabilah-kabilah dalam menentukan siapa yang
berhak meletakkannya. Perselisihan ini pun semakin meruncing dan hampir
mengarah kepada pertumpahan darah. Dan pada saat itu Abu Umayyah ibn
Al-Mughirah Al-Makhzumi tampil dan memberikan sebuah solusi. Solusinya
adalah menyerahkan masalah ini kepada siapapun yang pertama kali masuk
lewat pintu masjid. Dan mereka sepakat dengan cara ini. Dan ketika semuanya
sampai mereka harus mengakui bahwa yang berhak mengurusinya adalah
Muhammad SAW, karena beliau yang pertama kali masuk masjid.
Pada akhirnya beliau meletakkan batu itu di atas sebuah selendang dan
meminta kepada seluruh pemuka Quraisy untuk memegang ujung-ujung
selendang dan bersama-sama mengangkatnya. Dan atas cara beliau semuanya
merasa puas.
2. Berkhalwat Di Gua Hira
16
ahli sastra di kalangan kaum Quraisy sehingga mereka dapat dikatakan
sebagaidesa sastrawan dan juga mereka pintar dalam berbisnis. Tapi mereka
dikatakan jahiliyyah karena akhlak dan moral yang tidak etis bahkan bobrok.
Watak mereka juga cenderung lebih agresif, egois, dan keras kepala. Hal ini
juga dapat didasari oleh letak geografis wilayah mereka yang berada di
kawasan yang relatif panas.
c. Masa Dakwah Secara Sembunyi-sembunyi
Setelah turun ayat pertama yaitu Q.S Al-‘alaq ayat 1-5, Baginda Rasulullah
pergi menemui khadijah dan tiduran di atas pahanya, kemudian beliau berkata
kepada khadijah atas apa yang telah terjadi kepadanya. Kemudian Khadijah
RA berkata, “ Bergembiralah, wahai anak pamanku, dan teguhkanlah hatimu.
Demi diriku yang ada di tangan-Nya, aku benar-benar berharap engkau
menjadi Nabi umat ini.” Setelah itu Khadijah pergi menemui Waraqah dan
mengabarkan apa yang telah terjadi. Dan Waraqah pun membenarkannya dan
berharap agar Muhammad SAW diteguhkan hatinya. Namun setelah turun
wahyu pertama, wahyu kemudian terputus. Sebagaimana yang diriwayatkan
oleh sa’ad ibnu Abbas yang intinya menyatakan bahwa wahyu terputus
selama beberapa hari. Hal ini membuat Rasulullah SAW sedih dan gelisah.
Dan berkali-kali beliau ingin menjatuhkan diri dari jurang, namun ketika
sudah mencapai puncak tgampaklah Jibril yang meyakinkan Nabi bahwa ia
benar-benar utusan AllahSWT. Hal ini yang dapat meneguhkan sedikit hati
Nabi SAW. Namun beberapa hari setelahnya wahyu juga belum kunjung
datang sehingga Nabi SAW mengulangiperbuatannya. Dan sebagaimana
sebelumnya, Jibril pun datang kembali untuk meneguhkan hati Muhammad
SAW bahwa ia benar utusan Allah SWT. Setelah itu turun firman Allah Q.S.
Al-mudatsir ayat 1-5 yangArtinya: “Hai orang-orang yang berselimut (1)
Bangunlah, lalu beri peringatan (2) Dan Tuhanmu agungkanlah (3)Dan
pakaianmu bersihkanlah (4) Dan perbuatan dosa tinggalkanlah (5) ,” (Q.S. Al-
mudatsir: 1-5) Setelah turun ayat ini maka Rasulullah SAW memulai dakwah
secara sirr (sembunyi-sembunyi). Dan Rasulullah SAW berdakwah kepada
kerabat dekat, dan teman-teman dekatnya. Dan Rasulullah melakukan dakwah
secara sembunyi-sembunyi ini selama kurang lebih tiga tahun. Dalam sejarah
yang tercatat, pada periode dakwah secara sembunyi-sembunyi ini orang-
17
orang yang pertama sekali masuk islam pada hari dimulainya dakwah ada
empat, mereka inilah termasuk as-sabiqunal awwalun, yakni:
1. Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwailid.
2. Pembantu beliau, Zaid bin Haritsah.
3. Anak paman beliau, Ali bin Abi Thalib. Yang mana saat itu beliau
masih anak-anak.
4. Abu Bakar Ash-shiddiq.
Mereka juga membantu Rasulullah untuk menyebarkan ajaran
Islam secara sembunyi-sembunyi. Berkat jasa mereka, terdapat
beberapa orang yang mengikuti ajaran Rasulullah SAW. Diantaranya:
1. Utsman bin Affan
2. Az-Zubair bin Al-Awwam
3. Abdurrahman bin Auf
4. Sa’ad bin Abi Waqqash
5. Thalhah bin Ubaidillah
Dan ketika orang-orang yang sudah mengikuti ajaran Rasulullah
mencapai sekitar 30 orang. Rasulullah menjadikan rumah salah satu
sahabatnya, yaitu Arqam bin Abi Arqam sebagai pesat dakwah beliau. Dan
pada periode ini tercatat pengikut Rasulullah mencapai kurang lebih 40 orang.
Dan kebaanyakan orang-orang yang masuk islam pertama kali adalah orang-
orang miskin dan orang yang tidak punya kedudukan di kalangan Quraisy.
d. Dakwah Secara Terang-terangan.
Setelah kurang lebih tiga tahun Baginda Rasulullah berdakwah secara
sembunyi-sembunyi. Kemudian Allah SWT menurunkan wahyu yang
memerintahkan untuk berdakwah kepada sanak familinya melalui firmannya
yaitu surat Asy-Syu’ara ayat 214 yang Artinya: “ Dan berilah peringatan
kepada keluargamu yang terdekat.” (Q.S.Asy-Syu’ara: 214)
Setelah turun ayat ini Rasulullah mengundang keluarga terdekatnya yaitu
dari Bani Muththalib. Akan tetapi beliau langsung mendapatkan penolakan
oleh pamannya yaitu Abu Lahab yang berkata akan mencegahnya. Namun hal
ini disanggah oleh Abi Thalib yang berjanji akan melindunginya walaupun
Abi Thalib tetap memegang teguh ajaran nenek moyangnya (kafir).
dan setelah turun firman Allah SWT dalam surat Al-Hijr ayat 94 yaitu:
Artinya: “Maka sampaikanlah dengan terang-terangan segala apa yang telah
18
diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.”
(Q.S. Al-Hijr: 94) Rasulullah beserta pengikutnya menyerukan keesaan Allah
SWT secara terang-terangan dan tentunya mendapatkan perlawanan keras dari
masyarakat Makkah.tetapi tak ada satu pun sahabat Nabi yang gentar karena
siksaan dan penganiayaan yang dilakukan terhadap mereka. Bahkan hal itu
membuat keimanan mereka semakin kokoh kepada Allah SWT. Karena
penyiksaan yang semakin berbahaya maka Nabi memerintahkan pengikutnya
untuk berhijrah. Diantaranya adalah hijrah ke habasyah dan ke thaif.
2. Periode Madinah
Ketika kaum Quraisy sudah merencanakan akan membunuh Nabi SAW,
Malaikat Jibril datang dan memberitahukan Nabi bahwa telah ada
persekongkolan kaum Quraisy tentang membunuh beliaudan menyampaikan
izin Allah untuk berhijrah. Karena pada saat itu hampir sebagian besar umat
islam sudah berhijrah ke Madinah. Dan Jibril juga mengingatkan Nabi agar
pada malam itu tidak berbaring di tempat tidur biasanya. Setelah itu Nabi pergi
ke rumah Abu Bakar untuk menyusun rencana hijrah yang akan dilakukan
malam itu. Setelah mengajak Abu Bakar dan ia sangat bersedia, maka Nabi
pun bergegas pulang agar tidak terlihat oleh orang-orang kafir Quraisy.
Sedangkan para pembesar Quraisy saat itu sedang merundingkan siapakah
yang akan dipilih untuk melaksanakan misi ini. Setelah berunding, maka
dipilihlah sebelas orang-orang pemuka mereka, yaitu:
1. Abu Jahal bin Hisyam
2. Al-Hakam bin Abul Aush
3. Uqbah bin Abul Ash
4. An-Nadhr bin Al-Harits
5. Umayyah bin Khalaf
6. Zam’ah bin Al-Aswad
7. Thu’aimah bin Adi
8. Abu Lahab
9. Ubay bin Khalaf
10. Nabih bin Al-Hajjaj
11. Munabbih bin Al-Hallaj
Pada malam itu, mereka yang telah diutus oleh para pemuka sudah
berkumpul di depan pintu Rasulullah SAW dan mengintai kapan beliau
19
bangun , sehingga dapat mengintai kapanpun. Karena biasanya Rasulullah
tidur di awal waktu dan nanti akan keluar.
Pada malamnya, Rasulullah SAW bersiap-siap dan melihat situasi,
dan beliau berkata kepada Ali bin Abi Thalib untuk tidur di tempat tidunya
dengan menggunakan jubah hijau yang mana sering dipakai Rasulullah SAW.
Sementara Rasulullah berhasil keluar dengan menggunakan segumpal tanah
dari Al-batha’, lalu menaburkannya ke arah kepala mereka. Ketika itu, Allah
SWT telah mencabut pandangan mereka dari melihat Nabi SAW.
Setelah itu Nabi pergi ke rumah Abu Bakar untuk melaksanakan hijrah ke
madinah. Sebelum sampai madinah mereka berdua harus transit dulu di gua
Tsur agar orang-orang Quraisy tidak bisa menemukan mereka.
Akhirnya setelah perjalanan panjang nan melelahkan, Nabi SAW
sampai di kota Yatsrib dengan disambut suka-cita oleh semua penduduk
Madinah. Untuk mengembangkan ajaran Islam Nabi melakukan beberapa
langkah, yaitu:
1. Masjid
Hal pertama yang dilakukan oleh Bagida SAW adalah membangun
Masjid, masjid ini kemudian bernama Masjid Nabawi. Di sinilah pusat
kegiatan umat pada masa Nabi SAW. Masjid pada masa Rasulullah SAW
bukan hanya pusat keagamaan, tetapi juga pusat pemerintahan.
2. Mempersaudarakan Kaum Muslimin
Selain membangun masjid, Rasulullah juga mensaudarakan antara kaum
Muhajirin dengan kaum Anshar. Tujuan dari pada ini adalah
menghilangkan perbedaan sesama suku yang selam ini merupakan fanatik
satu sama lainnya.
3. Membuat Perjanjian Dengan Orang-orang Non-muslim
Setelah mempersatukan umat islam , Rasulullah membuat parjanjian
damai dengan orang-orang non-muuslim dengan perjanjian yang
dinamakan Hudaibiyyah
Setelah peristiwa Isra’ dan Mi’raj, suatu perkembangan besar bagi kemajuan
dakwah Islam muncul. Perkembangan datang dari sejumlah penduduk Yastrib
20
yang berhaji ke Mekkah. Mereka terdiri dari suku Khazraj dan ‘Aus yang masuk
islam dari tiga gelombang. Pertama, pada tahun sepuluh kenabian, beberapa
orang Khazraj berkata kepada Nabi: Bangsa kami telah lama terlibat dalam
permusuhan, yaitu antara suku Khazraj dan ‘Aus. Mereka benar -benar
merindukan perdamaian. Kiranya Tuhan mempersatukan mereka kembali dengan
perantaraan engkau dan ajaran-ajaran yang engkau bawa. Oleh karena itu, kami
akan berdakwah agar mereka mengetahui agama yang kami terima dari engkau ini
21
lebih banyak menekankan pada pembentuan dan pembinaan kemasyarakatan.
Oleh karena itu, kedudukan Nabi ketika di Madinah bukan hanya sebagai Rasul,
melainkan juga kepala Negara. 6 Dengan kata lain, dalam diri nabi terkumpul dua
kekuasaan, kekuasaan spiritual dan kekuasaan duniawi. Kedudukannya sebagai
Rasul secara otomatis merupakan kepala Negara
Dalam rangka memperkokoh masyarakat dan Negara baru itu, Nabi segera
meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat. Dasar pertama, pembangunan
masjid, selain untuk shalat, juga sebagai sarana penting untuk mempersatukan
kaum muslimin dalam mempertalikan jiwa mereka, disamping sebagai tempat
bermusyawarah masjid juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan.
22
dasar-dasar persamaan derajat antara manusia, dengan penekanan bahwa yang
menentukan derajat manusia adalah ketakwaan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
23
DAFTAR PUSTAKA
24