Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KEADAAN DUNIA ARAB PRA ISLAM

Ditulis Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur Dalam Mata Kuliah
Sejarah Peradaban Islam

DISUSUN OLEH KELOMPOK II

Silvia Putri Handayani : 1223005


Fauzan Bima Hafis : 1223019
Maysharoh Hasugian : 1223024

DOSEN PENGAMPU:
Dr.Nurfitria Dewi, S.Hum., M.A

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SJECH M. DJAMIL DJAMBEK
BUKITTINGGI
TA. 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis diberikan kesehatan dan kesempatan
untuk dapat menyelesaikan makalah yang Berjudul “Keadaan Dunia Arab Pra
Islam” yang merupakan salah satu tugas dalam mata kuliah Sejarah Peradaban
Islam di semester satu ini. Shalawat dan salam senantiasa selalu terucapkan kepada
Nabi Muhammad SAW.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing mata
kuliah Sejarah Peradaban Islam, Ibuk Nurfitria Dewi, S.Hum., M.A. yang telah
membimbing dan memberikan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini tidak lepas dari tantangan
dan hambatan. Namun, berkat usaha dan motivasi yang ada sehingga makalah ini
dapat terselesaikan dengan batas waktu yang telah ditentukan.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila
banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan makalah ini. Semoga makalah
ini dapat menambah ilmu dan referensi untuk bersama. Aamiin Allahuma Aamiin.

Bukittinggi, 15 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………...ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………………………..1

B. Rumusan Masalah………………………………………………………….2

C. Tujuan Penulisan…………………………………………………………..2

BAB II PEMBAHASAN

A. Biografi Bangsa Arab Pra Islam…………………………………………...3

B. Tradisi dan Kepercayaan Bangsa Arab Pra Islam………………………….6

C. Keadaan Sosial Politik Bangsa Arab Pra Islam…………………………….7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………………………13

B. Saran...........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Peradaban bangsa Arab pra-Islam, yang disebut periode Jahiliyah,
adalah bukti dari adanya sebuah kebudayaan Arab yang mendahului datangnya
kebudayaan Islam. Periode tersebut menyaksikan puncak sebuah peradaban
tersendiri di kawasan antara kedua imperium Byzantium dari Asia Kecil dan
imperium Sasan dari Persia. Dengan Al- Qur’an dan Nabi Muhammad sebagai
dua faktor utama, dalam waktu yang relatif singkat, Islam merubah cara
masyarakat itu dari masyarakat yang biadab menjadi beradab.
Keberhasilan Islam di tengah masyarakat yang demikian “liar” tentu
saja membuat dunia tercengang. Bahkan, dua negara ada yang berkuasa ketika
itu, Bizantium dan Persia, tidak pernah mempertimbangkan untuk mengusai
wilayah ini karena kerasnya kehidupan dan penghuninya. Menarik untuk
dicermati, kedatangan Islam tidak merombak nilai-nilai yang dianut
masyarakat secara keseluruhan. Artinya, Islam tidak mengikis habis nilai-nilai
kemuliaan dalam pandangan mereka dan menggantinya dengan nilai-nilai yang
sama sekali baru. Kedermawanan yang sebelumnya diartikan dengan
penghamburan harta kepada fakir miskin, keberanian yang sebelumnya
ditujukan untuk membela kehormatan diri dan suku diganti dengan pembelaan
kepada agama.
Demikianlah masyarakat Arab mengalami perubahan hidup yang besar.
Dari masa jahiliah menuju masa Islam. Makna kata jahiliah secara bahasa
berarti kebodohan atau tidak tahu. Ini tidak berarti penggunaan kata tersebut
pada masa pra Islam menunjukkan orang yang hidup pada masa itu adalah
orang bodoh yang tidak memiliki pengetahuan sebagai lawan dari orang yang
pandai. Ahmad Amin menjelaskan bahwa arti dari kata jahiliah adalah
kesombongan, kemarahan, dan ketidaktahuan. Oleh karena itu, penulis hanya
akan mencukupkan diri pada pembahasan data-data sejarah yang lebih familiar
dan mudah dipahami sesuai rumusan masalah berikut.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Biografi Bangsa Arab Pra Islam?
2. Bagaimana Tradisi dan Kepercayaan Bangsa Arab Pra Islam?
3. Bagaimana Keadaan Sosial Politik Bangsa Arab Pra Islam?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui Biografi Bangsa Arab Pra Islam.
2. Mengetahui Tradisi dan Kepercayaan Bangsa Arab Pra Islam.
3. Mengetahui Keadaan Sosial Politik Bangsa Arab Pra Islam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Bangsa Arab


Bangsa Arab adalah salah satu entitas yang berasal dari keturunan Sam,
putra tertua Nabi Nuh.Entitas lainnya adalah Romawi dan Persia.Mereka
berdomisili disekitar wilayah barat daya benua Asia (al-Janub al-Gharbi min
Asia), atau yang biasa dikenal dengan Semenanjung Arabia. Semenanjung
Arabia sebagian besar terdiri dari gurun pasir dan stepa (padang rumput luas di
gurun pasir). Sedikit sekali menyisakan wilayah yang layak ditinggali di sekitar
pinggirnya, dan daerah itu semuanya dikelilingi laut. Ketika jumlah penduduk
kian bertambah, mereka harus mencari lahan baru guna dijadikan tempat
tinggal.
Mayoritas sejarawan dan peneliti sejarah mencatat, ada dua komunitas
bangsa Arab yang pernah tinggal di wilayah Semenanjung Arabia ini, yaitu:
1. Komunitas pertama adalah bangsa Arab yang datang jauh hari sebelum
datangnya islam, sehingga referensi dan fakta sejarah tentang mereka sangat
sulit diungkap. Hal ini cukup beralasan, mengingat jauhnya rentang waktu
serta tidak ditemukannya indikasi eksistensi mereka dalam panggung
sejarah kehidupan manusia. Sejarah mereka hanya dapat diketahui dari
keterangan kitab-kitab samawi, terutama al-Qur’an, Injil, Taurat, dan syair-
syair jahiliyah. Bangsa ini selanjutnya dikenal dengan istilah Baidah. Arab
baidah adalah orang Arab yang kini tidak ada lagi dan musnah. Di antaranya
adalah A’ad, Tsamud, Thasm, Jadis, Ashab ar-Rass, dan penduduk Madyan.
2. Komunitas kedua adalah bangsa Baqiyah (yang masih ada). Terdiri dari dua
suku besar, yaitu Adnaniyin dan Qahthaniyin. Kabilah Adnaniyin berasal
dari keturunan Ismail ibn Ibrahim as. Dinamakan Adnaniyin karena nenek
moyang dari kabilah ini bernama Adnan, yaitu salah satu keturunan Nabi
Ismail. Suku kedua dari bangsa Baqiyah adalah kabilah Qahthan.Garis
keturunan Qahthan sampai pada Yaqthan yang dalam kitab taurat disebut
Yaqzan. Nassabun (pakar genealogi) mengatakan, bahwa Qahthan adalah
nenek moyang suku-suku di negeri Yaman (Ab al-Yamaniyin). Pada

3
mulanya wilayah utara diduduki golongan Adnaniyin, dan wilayah selatan
didiami golongan Qahthaniyin. Akan tetapi, lama kelamaankedua golongan
itu membaur karena perpindahan-perpindahan dari utara ke selatan atau
sebaliknya.1

Secara geografis, Jazirah Arab bentuknya memanjang, ke sebelah utara


berbatasan dengan Palestina dan padang Syam, ke sebelah timur Hira, Dijla
(Tigris), Furat (Euphrates) dan Teluk Persia, ke sebelah selatan Samudera
Indonesia dan Teluk Aden, sedang ke sebelah barat Laut Merah. Jadi, dari
sebelah barat dan selatan daerah ini dilingkungi lautan, dari utara padang sahara
serta dari timur padang sahara dan Teluk Persia, letak geografis ini telah
melindunginya dari serangan dan penyerbuan penjajahan serta penyebaran
agama. 2
Jazirah Arab terletak di antara dua kebudayaan besar dunia, yaitu
Romawi di Barat dan Persia di Timur. Persia adalah ladang subur berbagai
khayalan (khurafat) keagamaan dan filosof yang saling bertentangan,
sedangkan Romawi telah dikuasi sepenuhnya oleh semangat kolonialisme.
Negeri ini terlibat pertentangan agama , antara Romawi di satu pihak dan
Nasrani di pihak lain. Negeri ini mengandalkan kekuatan militer dan ambisi
kolonialnya dalam melakukan petualangan (naif) demi mengembangkan agama
kristen, dan mempermainkannya sesuai dengan keinginan hawa nafsunya yang
serakah.3
Sementara itu, di jazirah Arabia kehidupan dalam keadaan tenang, jauh
dari hal-hal di atas, mereka tidak memiliki kemewahan dan peradaban seperti
Persia yang memungkinkan mereka kreatif dan pandai menciptakan
kemerosotan-kemerosotan, filsafat keserbabolehan dan kebejatan moral yang
dikemas dalam bentuk agama, mereka juga tidak memiliki kekuatan militer
Romawi yang mendorong mereka melakukan ekspansi ke negara-negara

1
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), hal.
9-10.
2
Muhammad Husain Haekal, and Ali Audah, Sejarah Hidup Muhammad, (Jakarta: Pustaka
Jaya, 1979), hal. 26
3
Raghib As-Sirjani, Sumbangan peradaban Islam pada dunia, (Jakarta: Pustaka Al
Kautsar, 2011), hal. 33

4
tetangga, mereka tidak memiliki filosofi dan dialetika Yunani yang menjerat
mereka menjadi bangsa mithos dan khurafat. 4
Karakteristik mereka seperti bahan baku yang belum diolah dengan
bahan lain, masih menampakkan fitrah kemanusiaan dan kecenderungan yang
sehat dan kuat, serta cenderung kepada kemanusiaan yang mulia, seperti setia,
penolong, dermawan, hanya saja mereka tidak memiliki ma’rifat (pengetahuan)
yang akan mengungkapkan jalan ke arah itu, karena mereka hidup di dalam
kegelapan, kebodohan, dan alam fitrahnya yang pertama. Akibatnya mereka
sesat jalan, tidak menemukan nilai-nilai kemanusiaan tersebut. Kemudian
mereka membunuh anak dengan dalih kemuliaan dan kesucian, memusnahkan
harta kekayaan dengan alasan kedermawanan dan membangkitkan peperangan
di antara mereka dengan alasan harga diri dan kepahlawanan.5
Pada zaman dahulu, Jazirah Arab terbagi kedalam enam bagian yaitu :
1. Hijaz, terletak di sebelah tenggara dari Thursina di tepi laut merah. Di
daerah Hijaz itulah letaknya kota yang terkanal dengan nama Mekkah atau
Bakkah, Yastrib atau Madinnah, dan Thoif.
2. Yaman, terletak disebalah selatan Hijaz. Dinamakan Yaman karena daerah
itu letaknya disebelah kanan Kakbah bila kita mengahdap ke timur.
Disebelah kiri daerah itu terletak Negeri Asier. Didalam daerah itu ada
beberapa kota yang besar-besar seperti kota Saba’ atau Makrib, Saria,
Hudaidah, dan ‘And.
3. Hadhramaur, terletak disebelah timur dari daerah Yaman dan di tepi
samudera Indonesia.
4. Muhram, telertak disebalah timur daerah Hadhramaur.
5. Oman, terletak disebalah utara bersambung dengan teluk Persia dan
disebalah tenggara dengan Samudera Indonesia.
6. Al-Hasa, terletak di pantai Teluk Persia dan panjangnya sampai ke tepi
sungai Euphrat.
7. Najd, terletak di tengah-tengah antara Hijaz, Al-Hasa, Sahara Negeri Syam,
dan Negeri Yamamah. Daerah ini merupakan dataran tinggi.

4
Raghib As-Sirjani, Sumbangan peradaban Islam pada dunia, hal. 34
5
Yudi Irfan Daniel, and Shabri Shaleh Anwar, Sejarah Peradaban Islam: Arab hingga
Nusantara. (ttp: Yayasan Do'a Para Wali, 2014), hal. 56

5
8. Ahqaf, terletak didaerah Arab sebelah selatan dan disebalah barat daya dari
Oman. Daerah ini merupakan dataran rendah. 6

B. Tradisi dan Kepercayaan Bangsa Arab


Bangsa Arab sebelum Islam sebenarnya telah mengenal keyakinan
terhadap satu Tuhan (Tauhid / Monoteisme), yaitu Allah SWT.; sebuah ajaran
yang dibawa oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Al-Qur’an sendiri mengakui
eksistensi ajaran Ibrahim dan menyebutnya dengan nama Hanif (agama yang
lurus). Namun, beberapa abad sebelum kedatangan Islam, kemurnian ajaran
suci itu telah ternoda oleh tahayul dan khurafat, hingga sampai pada
penyekutuan (syirk) terhadap Allah SWT.Penyimpangan ini kemudian dikenal
dengan watsaniyah (penyembahan terhadap berhala / patung).
Sebelum datangnya Islam, sebagian besar suku Arab menyembah
berhala, dengan bentuk yang berbeda-beda, jumlah berhala yang mereka
sembah mencapai 360 berhala, yang seluruhnya terletak di sekitar Ka’bah, Tiap
suku memiliki berhala sendiri, juga terdapat patung Nabi Ibrahim, Isa Al-
Masih, dan Hubal sebagai berhala suku Quraisy, berhala-berhala itu terbuat
dari batu akik dan batu hitam. Yang paling terkenal adalah Hubal, yang dibawa
dari Belka di Syria ke Arabia oleh Umru bin Lahi,dengan tujuan agar bisa
mendatangkan hujan ketika di mintai. Yang menarik untuk di catat adalah
Hubal di anggap bisa mendatangkan hujan,sebuah sifat khas Tuhan yang
berasal dari wilayah pertanian. Tiga patung Tuhan lain yang terkenal di
Mekkah adalah Manat, al-Lat, dan al Uzza. 7
Bangsa Arab selatan menyembah banyak dewa dan dewi, di antaranya
yang paling terkenal adalah ‘Athar, yang dianggap sebagai personifikasi planet
Venus.Mereka juga menyembah dewa matahari yang bernama Almaqah di
Saba’, Wadd (cinta) di Ma’in, ‘Amm di Qataban, dan Sin di
Hadramaut.Matahari juga disembah sebagai dewi Syam (matahari).Para dewa

6
Raghib As-Sirjani, Sumbangan peradaban Islam pada dunia, hal. 36
7
Asghar Ali Engineer; Penerjemah: Imam Baehaqi, Asal-Usul dan Perkembangan
Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hal. 50

6
dan dewi dipuja di berbagai tempat ibadah yang masing-masing menpunyai
pengikutnya sendiri. 8
Kaum nomad padang pasir tidak mempunyai agama formal atau doktrin
tertentu. Mereka menganut apa yang disebut dengan “humanisme suku”,
dimana yang paling penting adalah keunggulan manusia dan kehormatan
suku.9

C. Keadaan Sosial Politik Bangsa Arab


1. Kondisi Sosial Politik
Kondisi politik internal wilayah Arabia di masa Jahiliyah menjelang
kedatangan Islam pada dasarnya terpecah-pecah, tidak mengenal
kepemimpinan sentral ataupun persatuan. Kepemimpinan politik di sana
didasarkan pada suku-suku atau kabilah-kabilah guna mempertahankan diri
dari serangan suku-suku yang lain. Seluruh kesetiaan terserap dalam
kelompok yang bertindak sebagai sebuah kolektivitas untuk
mempertahankan individu warganya dan untuk menghadapi tanggung
jawab bersama. 10
Jika seorang warga teraniaya, maka klan menuntut balas atas
penganiayaan tersebut. Jika seseorang melakukan penganiayaan, maka hal
itu menjadi tanggung jawab klan. Sebagai konsekuensi solidaritas
kelompok, yang disebut asabiyah. Sebuah klan dipimpin oleh syaikh yang
biasanya dipilih oleh warga klan yang tua-tua dari salah satu keluarga
berpengaruh dan ia senantiasa bertindak setelah meminta saran-saran
mereka. Mereka menyelesaikan perselisihan internal sesuai dengan tradisi
kelompok, namun ia tidak berhak mengatur ataupun memerintah. Syaikh
haruslah seorang yang kaya dan suka berderma kepada fakir miskin dan
kepada pendukungnya; ia haruslah seorang yang berperilaku adil dan bijak,
sabar, pemaaf dan rajin bekerja. Di atas segalnya, ia haruslah seorang yang

8
Asghar Ali Engineer; Penerjemah: Imam Baehaqi, Asal-Usul dan Perkembangan Islam,
hal. 33
9
Asghar Ali Engineer; Penerjemah: Imam Baehaqi, Asal-Usul dan Perkembangan Islam,
hal. 49
10
Moh. Nurhakim, Sejarah dan Peradaban Islam, (Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang, 2004), hal. 14

7
memiliki keputusan yang adil untuk menghindarkan pertentangan di
kalangan pengikutnya. 11
Pada masa itu, bangsa Arab tidak memiliki sistem atau norma yang
secara ketat mengatur wilayah kehidupan sosial baik antar individu maupun
kelompok (kabilah). Tidak ada hukuman bagi pelanggar hukum. Yang ia
terima hanya sebatas kebencian atau sikap acuh dari kelompoknya.

2. Kondisi Ekonomi
Sumber ekonomi utama yang menjadi penghasilan orang Arab
adalah perdagangan dan bisnis.Orang-orang Arab dimasa jahiliyah sangat
dikenal dengan bisnisdan perdagangannya. Perdagangan menjadi darah
daging orang-orang Quraisy sepeti yang Allah sebutkan dalam Al-Qur’an

‫ف‬
‫ص ْي إ‬
َّ ‫اء اوال‬ ‫يَلفإ إه ْم إر ْحلاةا إ‬
‫الشتا إ‬ ‫ف قُ اريْش إإ ا‬ ‫إ إِل ا‬
‫يَل إ‬
Artinya: “Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, yaitu kebiasaan
mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas.” (Q.S
Quraisy: 1-2)

Mereka melakukan perjalanan bisnis ke Yaman pada musim dingin


dan ke Syam pada musim panas. Perekonomian bangsa Arab di negeri
Yaman yang merupakan negeri yang subur, khususnya di sekitar bendungan
Ma’rib, di mana pertanian maju secara pesat dan menakjubkan. Di masa itu
juga telah berkembang industri, seperti industri kain katun dan persenjataan
berupa pedang, tombak, dan baju besi.Akan tetapi, mereka tidak bersyukur
dan justru berpaling dari ketaatan kepada Allah.Karena kekufuran itu, Allah
pun menghancurkan bendungan Ma’rib itu.
Sementara itu, mayoritas kabilah Adnan tinggal di tengah gurun
pasir dengan rumput yang sedikit untuk mengembala domba. Mereka hidup
dari susu dan dagingnya.

3. Kondisi Moral

11
Ira M. Lapidus; Penerjemah, Ghufron A. Mas’adi, Sejarah Sosial Umat Islam, (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2000), hal, 19

8
Memang pada dasarnya masyarakat Arab Jahiliyah memiliki
sejumlah sifat-sifat positif dan kelebihan-kelebihan.Seperti sifat
dermawan, pemberani, setia, ramah, sederhana, serta cinta kebebasan,
ingatannya kuat dan pandai bersyair.Namun, itu semua menjadi tenggelam
dan tidak mampu menampilkan moralitas tinggi masyarakat Arab saat itu.
Hal ini disebabkan oleh suatu kondisi yang menyelimuti kehidupan
mereka, yaitu kemusyrikan, kekafiran, ketidakadilan, kejahatan dan
fanatisme suku-suku sehingga menghalalkan segala cara. Di sinilah arti
Jahiliyah dapat dipahami. Mereka bukan bodoh (jahil) dalam arti buta huruf
dan tidak mengenal pengetahuan sama sekali, tetapi mereka tidak
mengetahui hakikat dan sumber kebenaran, dan tidak mengenal tuhan yang
semestinya mereka sembah.12
Struktur masyarakat menempatkan perempuan pada posisi sangat
rendah, bahkan tak terhitung sebagai manusia yang wajar. Ia dinilai identik
dengan barang-barang komoditas. Perempuan halal dijadikan gundik-
gundik seorang penguasa, dimana mereka mudah dikawini dan mudah pula
diceraikan.Di saat mereka menjalani masa haid, mereka tidak
diperbolehkan untuk tidur dalam satu rumah dengan keluarganya.Mereka
harus tidur di kandang bagian belakang rumah.
Sistem perbudakan berlaku dan berkembang di kalangan bangsa
Arab.Mereka di pekerjakan dengan sekehendak majikan, dan dijual belikan
serta ditukar dengan barang sebagai layaknya pedagang melakukan
transaksi jual beli secara barter. Kaum bangsawan menindas rakyat jelata
dengan sesuka hati dan segala cara. Maka, perdamaian antarsuku sangat
sulit diwujudkan, peperangan demi peperangan terus terjadi di antara
mereka. Penghargaan manusia didasarkan atas prestise bukan prestasi, dan
hubungan sosial ditentukan oleh ikatan darah dan emosi, bukan ikatan-
ikatan kemanusiaan dan keagamaan sebagaimana yang nanti ditawarkan
oleh islam. 13

12
Moh. Nurhakim, Sejarah dan Peradaban Islam, hal. 16
13
Moh. Nurhakim, Sejarah dan Peradaban Islam, hal. 17

9
Contoh beberapa tradisi buruk masyarakat Arab Jahiliyah lainnya
yaitu:
a. Perjudian atau maisir. Ini merupakan kebiasaan penduduk di daerah
perkotaan di Jazirah Arab, seperti Mekkah, Thaif, Shan’a, Hijr, Yatsrib,
dan Dumat al Jandal.
b. Minum arak (khamr) dan berfoya-foya. Meminum arak ini menjadi
tradisi di kalangan saudagar, orang-orang kaya, para pembesar, penyair,
dan sastrawan di daerah perkotaan.
c. Nikah Istibdha’, yaitu jika istri telah suci dari haidnya, sang suami
mencarikan untuknya lelaki dari kalangan terkemuka, keturunan baik,
dan berkedudukan tinggi untuk menggaulinya.
d. Mengubur anak perempuan hidup-hidup jika seorang suami
mengetahui bahwa anak yang lahir adalah perempuan. Karena mereka
takut terkena aib karena memiliki anak perempuan.
e. Membunuh anak-anak, jika kemiskinan dan kelaparan mendera
mereka, atau bahkan sekedar prasangka bahwa kemiskinan akan
mereka alami.
f. Ber-tabarruj (bersolek). Para wanita terbiasa bersolek dan keluar
rumah sambil menampakkan kecantikannya, lalu berjalan di tengah
kaum lelaki dengan berlengak-lenggok, agar orang-orang memujinya.
g. Lelaki yang mengambil wanita sebagai gundik, atau sebaliknya, lalu
melakukan hubungan seksual secara terselubung.
h. Prostitusi. Memasang tanda atau bendera merah di pintu rumah seorang
wanita menandakan bahwa wanita itu adalah pelacur.
i. Fanatisme kabilah atau kaum.
j. Berperang dan saling bermusuhan untuk merampas dan menjarah harta
benda dari kaum lainnya. Kabilah yang kuat akan menguasai kabilah
yang lemah untuk merampas harta benda mereka.
4. Kondisi Budaya
Bangsa Arab adalah salah satu dari bangsa Smith, yang mendiami
daratan yang dinisbahkan kepada bangsa mereka, yaitu jazirah Arab.
Mereka terdiri dari tiga bagian:

10
a. Bangsa Arab yang sudah punah
b. Bangsa Arab campuran
c. Bangsa Arab pendatang
Salah satu kelebihan bangsa Arab adalah terletak pada bahasanya.
Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa rumpun Semit yang paling
sempurna dan mampu bertahan dari seleksi alam hingga Islam datang,
kemudian mengalami perkembangan sangat pesat karenanya. Mengenahi
kebudayaan sebelum islam, buku sejarah dan kebudayaan islam,
menjelaskannya agak rinci sebagai mana disarikan berikut. Berkaitan
dengan kelebihan bahasa, bangsa Arab pun pandai dalam bidang sastera,
khususnya membuat syair-syair.Syair bagi mereka untuk mengungkapkan
pikiran-pikiran, pengetahuan-pengetahuan, dan pengalaman-pengalaman
hidupnya.
Ghalan bin Salamah dari suku Tsaqif dalam satu minggu mampu
menciptakan sekumpulan syair, lalu membacakannya di depan forum untuk
dibahas dan dikritik. Forum-forum seperti ini pada waktunya digelar untuk
umum di suatu pasar yang disebut ukadz, di dalamnya dilengkapi dengan
kegiatan pertandingan membuat dan membacakan syair-syair yang
terbaik.Di antara syair-syair yang terpilih kemudian digantungkan di
dinding Ka’bah sebagai penghargaan yang biasa disebut mu’allaqat.
Tradisi semacam ini tampaknya masih berkembang dan dimanfaatkan
dalam islam sebagai alat dakwah dan pengembangan ilmu pengetahuan
bangsa Arab Islam. 14
Kehidupan masyarakat Arab berpindah-pindah dari satu ke lain
tempat yang di anggap dapat memberikan kemudahan untuk hidup. Kondisi
alam semacam ini membuat mereka bersikap sebagai pemberani dan
bersikap keras dalam mempertahankan prinsip dan kepercayaan.Kondisi
ini pula yang membuat mereka harus menguasai seperangkan ilmu dan
ketrampilan untuk hidup sesuai dengan lingkungannya. Misalnya, mereka
mengusai ilmu meramal jejak dan peristiwa alam yang akan terjadi, seperti
kapan turun hujan, dimana terdapat mata air, dan dimana terdapat sarang

14
Moh. Nurhakim, Sejarah dan Peradaban Islam, hal. 17-18

11
binatang buruan serta binatang buas. Di siang hari mereka mampu
membaca jejak melalui padang pasir, sedangkan di malam hari mereka
mengunakan bintang-bintang. Karena itu, ilmu-ilmu perhitungan
(semacam ramal) dan perbintangan, dalam batas-batas tertentu,
berkembang di kalangan bangsa Arab sebelum islam. 15
Bangsa Arab juga mahir dalam membuat dan menghafal silsilah
keluarga dan nenek moyangnya. Mereka bangga dengan kemampuan itu,
karenanya mereka mampu menunjukkan hubungan dirinya dengan nenek
moyangnya yang besar-besar, sehingga mereka akan memperoleh prestise
karena keturunan. Setiap kabilah mempunyai dan mengetahui silsilah
keturunannya. 16

15
Moh. Nurhakim, Sejarah dan Peradaban Islam, hal. 18
16
Moh. Nurhakim, Sejarah dan Peradaban Islam, hal. 19

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Bangsa Arab adalah salah satu entitas yang berasal dari keturunan Sam,
putra tertua Nabi Nuh. Entitas lainnya adalah Romawi dan Persia. Mereka
berdomisili disekitar wilayah barat daya benua Asia (al-Janub al-Gharbi
min Asia), atau yang biasa dikenal dengan Semenanjung Arabia.
2. Bangsa Arab sebelum Islam banyak yang menyembah berhala.
3. Salah satu kelebihan bangsa Arab adalah terletak pada bahasanya. Bahasa
Arab merupakan salah satu bahasa rumpun Semit yang paling sempurna
dan mampu bertahan dari seleksi alam hingga Islam datang, kemudian
mengalami perkembangan sangat pesat karenanya.
4. Kondisi sosial politik internal wilayah Arabia di masa Jahiliyah memjelang
kedatangan Islam pada dasarnya terpecah-pecah, tidak mengenal
kepemimpinan sentral ataupun persatuan. Kepemimpinan politik di sana
didasarkan pada suku-suku atau kabilah-kabilah guna mempertahankan diri
dari serangan suku-suku yang lain.
5. Sumber ekonomi utama yang menjadi penghasilan orang Arab adalah
perdagangan dan bisnis.
B. Kritik dan Saran
Bahwa penulisan makalah yang penulis susun ini tidak luput dari
kesalahan dan kesilapan dikarenakan pemakalah memiliki keterbatasan dalam
mengumpulkan literatur ataupun sumber-sumber bacaan yang berhubungan
dengan topik makalah ini. Maka untuk itu penulis sangat mengharapkan
masukan berupa kritikan dan saran-saran yang membangun dari teman-teman
seperjuangan dan juga dari ibuk dosen yang mengajar mata kuliah ini, agar kita
bisa sama-sama menambah keilmuan dan manfaat dari mata kuliah Sejarah
Peradaban Islam ini. Atas tanggapannya penulis ucapkan terimakasih.

13
DAFTAR PUSTAKA

As-Sirjani, Raghib. 2011. Sumbangan peradaban Islam pada dunia. Jakarta:


Pustaka Al Kautsar

Daniel, Yudi Irfan. and Shabri Shaleh Anwar. 2014. Sejarah Peradaban Islam: Arab
hingga Nusantara. ttp: Yayasan Do'a Para Wali

Engineer Asghar Ali, Penerjemah: Imam Baehaqi. 1999. Asal-Usul dan


Perkembangan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Haekal, Muhammad Husain and Ali Audah. 1979. Sejarah Hidup Muhammad.
Jakarta: Pustaka Jaya

Lapidus Ira M. Penerjemah, Ghufron A. Mas’adi. 2000. Sejarah Sosial Umat Islam.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Nurhakim, Moh. 2004. Sejarah dan Peradaban Islam. Malang: Universitas


Muhammadiyah Malang.

Yatim, Badri. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

14
BERITA ACARA

Berita Acara HES A 2023:


Kelompok Pemateri
Kelompok 2 Yang Beranggota kan :
1. Maysharoh Hasugian (1223024)
2. Silvia Putri Handayani (1223005)
3. Fauzan Bima Hafis (1223019)

Moderator : Nova Rahmawati (1223031)

Pertanyaan:
1. Rizki Subakti (1223037) = Kelompok 4
Pada abad ke-berapa bangsa arab berdagang ke-nusantara dan apa saja
yang diperdagangkannya ?
2. Ade Astri Meha (1223026) = Kelompok 11
Bagaimana kondisi budaya bangasa arab pra-islam pada bidang ekonomi ?
3. Salwa Dwi Eliza Nst (1223036) = Kelompok 13
Kenapa terdapat perbedaan antara kebudayaan arab dengan kebudayaan
islam?
4. Ulfa Afwa Hasanah (1223009) = Kelompok 1
Bagaimana kondisi sosial terburuk yang dilakukan bangsa arab pra-islam ?

15
Jawaban dari semua pertanyaan di atas

1. Pada abad ke-berapa bangsa arab berdangaan ke-nusantara dan apa saja
yang diperdangkannya?
Jawaban:
Diketahui Bangsa Arab diperkirakan masuk ke Nusantara pada abad ke-7
Masehi, tepatnya sekitar abad ke-7 hingga 13 M. Kedatangan mereka
ditandai dengan menyebarnya agama Islam di Nusantara. Kedatangan
bangsa arab ke-nusantara ditandai dengan menyebarnya agama Islam di
Nusantara melalui perdagangan yang mereka bawa kenusantara.
Barang-barang yang dibawa untuk berdagang oleh bangsa Arab ke
Nusantara meliputi beberapa barang yaitu : Barang mewah: kain sutra,
perhiasan, keramik, kaca, dan senjata.Rempah-rempah: cengkeh, pala, lada,
kayu manis, dan jahe. Bahan bangunan: batu bata, semen, dan kayu. Obat-
obatan: rempah-rempah yang memiliki khasiat pengobatan, seperti kunyit
dan jahe.Buku-buku: terutama terkait dengan agama Islam dan ilmu
pengetahuan.
2. Bagaimana kondisi budaya bangsa arab pra-islam pada bidang ekonomi ?
Jawaban:
Kondisi budaya pada bangsa Arab pra-Islam pada bidang ekonomi secara
umum dapat dikatakan maju, terkhususnya terdapat dalam aspek pertanian
dan perdagangan.sebagaimana yang dijelakan yaitu:
 Pertanian : Masyarakat Arab pra-Islam telah mengenal dan
mengembangkan pertanian dengan cara menggunakan peralatan
pertanian semi-modern seperti alat bajak, cangkul, garu dan tongkat
kayu untuk menanam. Mereka telah mengembangkan berbagai
tanaman pangan, seperti gandum, kurma, dan buah-buahan dan lain-
lain,sedangkan.
 Perdagangan Bangsa Arab pra-Islam dikenal sebagai bangsa yang
gemar berdagang. Mereka telah menjalin hubungan perdagangan
dengan berbagai bangsa di dunia, seperti India, Persia, dan
Romawi.Kota Mekkah menjadi pusat perdagangan yang penting di

16
Jazirah Arab. Dan dengan perdangan tersebut agama islam dapat
tersebar.
3. Kenapa terdapat perbedaan antara kebudayaan arab dengan kebudayaan
islam?
Jawaban:
Terdapat perbedaan antara budaya Arab dan budaya Islam karena kedua hal
tersebut merupakan dua hal yang berbeda. Budaya Arab adalah budaya yang
berkembang di Jazirah Arab, sedangkan budaya Islam adalah budaya yang
berkembang berdasarkan ajaran Islam.
4. Bagaimana kondisi sosial terburuk yang dilakukan bangsa arab pra-islam?
Jawaban:
Kondisi sosial terburuk yang dilakukan bangsa Arab pra-Islam yaitu dapat
dilihat dari beberapa aspek, yaitu:
 Kedudukan perempuan: Perempuan pada masa itu menempati
kedudukan yang sangat rendah mereka para perempuan dianggap
tidak penting dan tidak ada artinya. Mereka tidak memiliki
kedudukan hak yang sama dengan laki-laki, dan sering diperlakukan
sebagai barang atau harta.
 Perbudakan: Perbudakan adalah hal yang lumrah terjadi pada masa
itu. Budak diperlakukan sebagai barang dan dianggap tidak berguna
dijadikan sebagai pelayan dan tidak memiliki hak apa pun.
 Peperangan: Peperangan antar suku sering terjadi pada masa itu.
Peperangan sering menimbulkan korban jiwa dan harta benda yang
besar.
 Tindakan kriminal: Tindakan kriminal, seperti pencurian,
perampokan, dan pembunuhan, juga sering terjadi pada masa itu.
Berikut adalah beberapa contoh kondisi sosial terburuk yang
dilakukan bangsa Arab pra-Islam:
 Pembuangan bayi perempuan: Jika seorang perempuan melahirkan
anak perempuan, maka ada kemungkinan bayi tersebut akan dikubur
hidup-hidup. Hal ini dilakukan karena perempuan dianggap sebagai
aib dan beban bagi keluarga.

17
 Pernikahan anak-anak: Pernikahan anak-anak sering terjadi pada
masa itu. Anak-anak perempuan yang masih kecil dinikahkan
dengan laki-laki yang sudah dewasa.
 Perzinaan: Perzinaan dianggap sebagai hal yang biasa terjadi pada
masa itu. Bahkan, ada beberapa suku yang menganggap perzinaan
sebagai hal yang sakral.
 Minum minuman keras: Minuman keras sering dikonsumsi oleh
masyarakat Arab pra-Islam. Minuman keras dianggap sebagai
simbol kejantanan dan status sosial.
Kehadiran Islam pada abad ke-7 M membawa perubahan besar bagi kondisi
sosial bangsa Arab. Islam mengajarkan persamaan hak bagi perempuan dan
laki-laki, melarang perbudakan, dan mendorong terciptanya perdamaian.
Islam juga mengajarkan nilai-nilai moral yang tinggi, seperti kejujuran,
keadilan, dan kasih sayang.

18
KESIMPULAN DARI MSTERI

Kesimpulan dari biografi bangsa Arab. Berikut beberapa kemungkinan


kesimpulan berdasarkan fokus yang berbeda:
1. Kehidupan keras dan adaptasi: Masa pra- islam ditandai dengan keras dan
adaptasi yang tinggi terhadapan lingkungan sekitar,kehidupan yang keras
disebabkan oleh kondisi alam yang sulit,seperti hutan belantara,rawa-rawa
dan gunung-gunung yang sulit diakses.Bangsa Arab pra-Islam berhasil
beradaptasi dengan lingkungan gurun yang tandus dan membangun sistem
sosial yang kuat berbasis kesukuan. Mereka mengembangkan keterampilan
perdagangan dan navigasi, kebudayaan dan tradisi yang unik seperti seni
ukir,,seni pahat,dan seni anyamman. namun juga menghadapi tantangan
seperti konflik antar kabilah dan ketidakstabilan sosial.
2. Tradisi budaya yang kaya: Bangsa Arab pra-Islam memiliki tradisi sastra
yang kuat, tradisi budaya yang kaya pada masa pra-islam di nusantara
mencakup beragama praktik keagamaan, sosial,dan budaya. dengan syair
dan puisi yang mengagungkan kepahlawanan, cinta, dan kehidupan gurun.
Mereka juga memiliki tradisi lisan yang kaya akan mitos dan legenda.
3. Masyarakat yang kompleks dan heterogen: Meskipun hidup dalam
lingkungan yang keras, bangsa Arab pra-Islam tidak monolitik. Ada
masyarakat yang menetap dan berdagang, ada juga yang nomaden dan
menggembala ternak. Kepercayaan mereka juga beragam, dengan
politeisme dan animisme menjadi yang paling umum.
Pada awalnya, masyarakat Makkah adalah penganut agama tauhid yang
diba- wa oleh Nabi Ibrahim as. Kemudian dilanjutkan oleh putranya Nabi Ismail
as.. Perjalanan hidup Nabi Ibrahim, Siti Hawa (istrinya), dan Nabi Ismail (putranya)
membuahkan sejumlah ajaran dan kebudayaan Islam yang sampai sekarang ter-
pelihara, seperti Ka’bah, maqam Ibrahim, dan peristiwa qurban. Bahkan Proses
perjalanan kehidupan keluarga ini dinapaktilasi oleh umat Islam dalam salah satu
rukun haji.
Kondisi sosial masyarakat Arab Pra Islam berlandaskan etnisitas yang tetap
mempertahankan ajaran nenek moyangnya, dengan tetap mempertahankan tradisi

19
seperti menghina, membunuh bayi perempuan, menyembah berhala, berjudi,
mencuri, meminum minuman keras, merampok dan menghalalkan segala cara.
Politik Masyarakat Mekah pada masa pra-Islam tidak memiliki sistem
pemerintahan yang terpusat atau terorganisir. Mereka hidup dalam bentuk suku-
suku atau kabilah-kabilah yang saling bersaing, keadaan sosial masyarakat Arab
pra Islam pada saat itu Kondisi-nya berlandaskan etnisitas yang tetap
mempertahankan ajaran nenek moyangnya, dengan tetap mempertahankan tradisi
seperti menghina, membunuh bayi perempuan, menyembah berhala, berjudi,
mencuri, meminum minuman keras, merampok dan menghalalkan segala cara.

20

Anda mungkin juga menyukai