Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ARAB PRA ISLAM

Mata Kuliah : Sirah Nabawiyah

Dosen : Risqo Faridatul Ulya, M.Ag.

Disusun oleh :

1. Abdul Khalid Nashwan : 12109001


2. Meisya Dewi Putri : 12109021
3. Nurul Karimah : 12109015

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONTIANAK

2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat dan karunia, serta taufik dan hidayah-NYA kepada kita
semua. Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW. Yang telah membawa kita dari zaman jahiliyyah menuju
zaman Islamiyah dan semoga kita mendapatkan syafa’atnya di akhirat kelak.
Dengan pertolongan dan hidayah-NYA kami dapat menyelesaikan tugas makalah
ini untuk memenuhi tugas mata kuliah “SIRAH NABAWIYAH” yang berjudul
“ARAB PRA ISLAM”.

Penulis menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kami mengharapkan ada kritik dan saran dari teman-teman yang bersifat
membangun demi kebaikan makalah kami kedepannya. Semoga dengan
selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca terutama bagi kami
sendiri selaku penyusun makalah.

Pontianak, 21 Februari 2023

…………….

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................

DAFTAR ISI.....................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..................................................................

A. Latar Belakang........................................................................
B. Rumusan Masalah...................................................................
C. Tujuan Masalah.......................................................................

BAB II PEMBAHASAN...................................................................

A. Posisi Bangsa Arab dan kaumnya.........................................


B. Kekuasaan dan Imarah kalangan...........................................
C. Gambaran masyarakat Jahiliyah............................................
BAB III PENUTUP...........................................................................
A. Kesimpulan............................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai orang Islam, tentunya kita sangat menghormati Rasulullah
SAW. Bahkan kita telah diajarkan mengenai rukun Iman dan nabi dan
rasul termasuk salah satunya yang harus kita Imani. Bentuk
penghormatan tersebut bukan hanya sekedar penghormatan, melainkan
berupa kecintaan dan kerinduan akan sosok yang telah berkorban
sedemikian banyaknya hingga kita dapat merasakan manisnya Islam
pada hari ini. Tentunya, ketika kita mencintai seseorang hendaknya kita
mengetahui segala hal-hal yang menjadikan orang yang kita cintai
seperti saat ini dan juga untuk mengenang selalu jasanya. Untuk itu,
diperlukan sejumlah pengetahuan akan sejarah hidupnya sehingga
dengan begitu kita dapat lebih mencintai Rasulullah SAW tidak hanya
sekedar cinta fana, namun juga cinta sebagai umat yang merindukan
sosoknya dan mengharapkan pertemuannya dan syafa’atnya kelak pada
hari kiamat nanti,
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana posisi Bangsa Arab dan kaumnya pada masa Arab pra
Islam?
2. Bagaimana kekuasaan dan imarah kalangan Arab pra Islam?
3. Bagaimana gambaran masyarakat jahiliyyah Arab pra Islam?
C. Tujuan Masalah

4
1. Untuk mengetahui posisi Bangsa Arab dan kaumnya pada masa Arab
pra Islam
2. Untuk mengetahui kekuasaan dan imarah kalangan Arab pra Islam
3. Untuk mengetahui gambaran masyarakat jahiliyyah Arab pra Islam

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Posisi Bangsa Arab dan Kaumnya


Berbicara mengenai posisi bangsa arab, maka juga bisa dikaitkan
dengan penamaan bangsa tersebut. Asal kata Arab sendiri sebenarnya
merupakan deskripsi singkat mengenai keadaan serta bentuk alam di
jazirah tersebut. Kata ‘Arab (‫ )عرب‬sendiri mengandung makna berupa
padang pasir/tanah yang tandus gundul dan juga gersang tanpa tanda-
tanda kesuburan seperti adanya sungai ataupun tumbuhan yang tersebar
di mana-mana1.
Secara topografinya, Jazirah Arab ini berbatasan dengan
Semenanjung Sinai dan Laut Merah dari arah Barat; Teluk Arab dan
Sebagian besar dari negeri Irak bagian selatan dari arah Timur; Laut
Arab yang merupakan ekstensi dari Laut Hindia dari arah Selatan; Syam
dan sebagian lagi dari negeri Irak dari arah Utara.
Posisi ini sebenarnya cukup vital, mengingat pada masa tersebut
terdapat dua imperium besar yang menguasai dunia (Romawi dan
Persia), mengapit Jazirah Arab ini dari dua arah. Kondisi alam yang
tandus dan juga gersang ini membuatnya menjadi pertahanan kokoh
‘alami’ yang dapat menurunkan mental serta fisik penjajah sehingga
mereka tidak dapat mencengkeram dan menjejalkan ‘kuku tajam’

1
Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, 2014. “Ar-Rahiq al-Makhtum-Sirah Nabawiyah: Sejarah
Lengkap Kehidupan Nabi Muhammad”. Jakarta: Qisthi Press. Hal. 15.
“Referensi ini sedikit ambigu dikarenakan rekan setim saya juga kurang lebih membaca buku
‘yang sama’, hanya saja edisi serta tempat cetak yang berbeda. Agar tidak terjadi kerancuan,
maka pada bagian daftar pustaka, saya cantumkan kedua referensi.” – Khalid.

6
mereka ke tanah arab. Hal ini secara tidak langsung membuat bangsa
arab ‘bebas’2 untuk bergerak tanpa khawatir akan serangan dari luar.
Koneksi Arab ke dunia luar juga terhitung strategis. Posisinya
kurang lebih menghubungkan 3 benua sekaligus (Afrika di Barat Laut,
Asia di Timur, Eropa di Barat Daya). Hal ini menjadikan migrasi bangsa
asing jadi lebih umum dan bagian Utara yang merupakan laut selatan
benua Eropa menjadi pusat pertukaran niaga, peradaban agama dan seni
yang penuh dengan diversi bangsa dari Barat maupun dari Timur.
Jika membahas mengenai kaumnya maka sejarawan
mengelompokkannya menajadi tiga bagian3:
1. Arab Ba’idah (kuno dan sudah punah)
2. Arab Aribah/Qaththaniyyah (Garis keturunan Ya’rib bin Yasyjub bin
Qaththan
3. Arab Musta’ribah/Adnaniyah (Garis keturunan nabi Isma’il AS)

Arab Aribah berasal dari Yaman dan mempunyai banyak kabilah


yang terkenal 2 di antaranya:
1. Himyar, anak kabilahnya yang terkenal adalah Za’id al-Jumhur,
Qudha’ah dan Sakasik.
2. Kahlan, anak kabilahnya yang terkenal Hamadan, Anmar,
Thayyi’, Madzhaj, Kindah, Lakham, Judzam, Azd, Aus, Khazraj
dll.
2
Bebas dalam artian tidak selalu merasa siaga setiap saat meskipun diapait oleh dua kekuatan
besar yang bisa saja melakukan ekspansi pada saat itu juga. Keadaannya cenderung tentram dan
aman.
3
Shafiyurrahman al-Mubarakfuri. 2020. “Sirah Nabawiyah”. Jakarta: Gema Insani. Hal 3.
“Penggunaan referensi yang secara sumber asli sama, namun secara transliterasi terdapat
perbedaan posisi halaman serta bentuk penulisan. Saya menggunakan gaya penulisan cetakan
buku yang lain dalam mencantumkan sebagian informasi di sini yang dirasa cocok.” – Khalid.

7
Terjadi perseteruan dan persaingan antara kedua marga kabilah
di atas yang mengakibatkan hengkangnya marga kabilah Kahlan
dari Yaman. 4 golongan di antaranya4:
a. Azd, mereka pindah setelah mengikuti pendapat pemuka
mereka, Imran bin Amr Muzaqiya’. Sebagian dari mereka
ada yang pada akhirnya mendiami Mekkah dan
mengekstradisi penduduk asli Jumhur di sana. Pemimpin
ekspedisi ini salah satunya adalah Haritsah bin Amr dan anak
keturunannya menjadi penguasa tanah suci setelahnya.
b. Bani Thayyi’, menemukan 2 bukit bernama Aja dan Salma
dan berdiam di sana sampai pada akhirnya daerah tersebut
disebut Gunung Thayyi’
c. Kindah, golongan yang paling menderita banyak cobaan dari
Bahrain, Hadhramaut, dna ketika sudah mendirikan
pemeerintahn di Najd, jatuh dan hancur tanpa bekas
sedikitpun.
d. Terdapat satu lagi kabilah yang meninggalkan Yaman
terlepas dari status penggolongannya terhadap kabilah
Himyar, yakni Qudha’ah yang bermukim di daerah
pedalaman as-Samawah yang terletak di pegunungan Rak.

Sedang Arab Musta’ribah sesuai dengan deskripsi di atas,


merupakan bangsa Arab keturunan nabi Isma’il, yang paling terkenal
adalah dari garis lahir Adnan.

4
Shafiyurrahman al-Mubarakfuri. 2020. “Sirah Nabawiyah”. Jakarta: Gema Insani. Hal 3-4.

8
Nabi Isma’il setelah dewasa dan mempunyai Istri, Nabi Ibrahim
kemudian datang menjenguk beliau dan bertemu serta menyapa istri
pertama beliau. Istrinya mengeluhkan kehidupan mereka yang
sulit.ketika Nabi Isma’il sedang berkerja. Nabi Ibrahim kemudian
menyuruh istri pertama Nabi Isma’il untuk menyampaikan pesan
kepada beliau bahwa palang pintu rumahnya sudah rusak, jadi perlu
diganti (mengisyaratkan untuk lebih baik menceraikan istrinya) dan
nabi Isma’il yang menerima pesan tersebut dari istrinya pun paham
dan menceraikan istrinya.
Pada pernikahan beliau yang kedua, tak berselang lama, Nabi
Ibrahim kembali berkunjung menanyakan perihal Nabi Isma’il
kepada istrinya. kali ini istrinya memuji Asma’ Allah dan
mendo’akan kebaikan. Nabi Ibrahim berpesan Nabi Isma’il melalui
istrinya untuk tidak memperbaiki palang pintunya dan
dipertahankan.
Pada pertemuan mereka yang ketiga kalinya inilah pertama kalinya
Baitullah dibangun kembali.
Pada pernikahan beliau yang kedua, Nabi Isma’il dikaruniai 12
anak yang semuanya laki-laki. Anak-anak beliau ini merupakan
cikal-bakal terbentuknya 12 kabilah yang mendiami Mekkah sampai
pada akhirnya hilang ditinggal zaman, kecuali dua kabilah. Fokus
mereka adalah berdagang sebagai mata pencaharian.

12 anak-anak beliau berserta keturunannya:


1. Nabit/Nabayuth

9
Kaum al-Anbath merupakan anak-keturunan Nabit. Mereka
mengalami kemajuan pesat dengan pemerintahan yang stabil di
bagian utara hijaz sampai bangsa Romawi menyerang dan
berhasil menghancurkan mereka.
2. Qaidar
Anak-turunannya inilah yang menjadi cikal-bakal Bani Hasyim
yang di mana dari Qaidar lahirlah Adnan, kakek dari kakeknya
Rasulullah SAW.
Dari Adnan, lahirlah Ma’ad. Ma’ad mempunyai 4 anak5 dan
salah satunya adalah Nizar dan Nizar mempunyai 4 anak yang
setiap anak membentuk kabilah masing-masing yakni Iyad,
Anmar, Rabi’ah dan Mudhar6. Jika kita hanya fokus ke garis
keturunan nabi, maka kabilah Mudhar menjadi fokus utama
dengan keturunannya sampai ke Abdul Manaf yang dari Abdul
Manaf muncul Hasyim dan dari keluarga Hasyim inilah Allah
memilih Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin
Hasyim.
Sisa dari anak Nabi Isma’il ini belum ditemukan info mengenai
kabilah mereka dan nasib anak-keturunannya
3. Adba’il
4. Mibsyam
5. Misyma’
6. Duma
7. Misya
8. Hidad
5
Ibnu Hisyam. Sirah Nabawiyah Jakarta: Qisthi Press. Hal. 3.
6
Shafiyurrahman al-Mubarakfuri. 2020. “Sirah Nabawiyah”. Jakarta: Gema Insani. Hal 6.

10
9. Taima
10. Yathur
11. Nafis
12. Qaidaman

B. Kekuasaan dan Imarah Kalangan Bangsa Arab


Kekuasaan dan Imarah kalangan Bangsa Arab sebelum Islam
memang sudah ada. Kekuasaan itu dibagi menjadi beberapa kekuasaan
besar yang ada diberbagai penjuru dunia, Khususnya di Neagara bagian
Timur, kekuasaan-kekuasaan tersebut diantaranya:
a. Kekuasaan Raja di Yaman
Salah satu suku terdahulu yang dikenal di Negara Yaman adalah
saku Saba’. Suku ini aditemukan melalui penemuan fosil Aur, yang
telah ada semenjak dua puluh tahun sebelum masehi. Kekuasaan di
Yaman mencapai puncak peradaban dimulai pada sebelas tahun
Masehi. Sebelum mencapai puncak kejayaan tersebut, mereka
melalui berbagai proses dan tahap perkembangan dalam kekuasaan.
Tahap-tahap tersebut dimulai sejak abad-abad sebelum tahun 650
SM. Pada saat itu raja yang memimpin dikenal dengan gelar “Makrib
Saba” dengan ibukota yang bernama Sharawah. Pada zaman ini
dimulai pembangunan bendungan, yang sampai sekarang dikenal
dengan bendungan Ma’rib, bendungan ini sangat terkenal di negara
Yaman. Wilayah kekuasaan kaum saba meliputi daerah-daerah
jajahan di negeri Arab bahkan sampai di luar Arab.

11
Pada tahun 650 SM-110 SM, pada masa ini mereka menghilangkan
gelar “Ma’rib”, dan hanya dikenal dengan raja Saba’. Mereka juga
mmengganti Sharawah menjadi Ma’rib sebagai ibukotanya.
Kemudian sejak tahun 115 SM – 300M, kerajaan Saba ini dikalahkan
oleh kabilah Himyar. Setelah kabilah Himyar berkuasa, mereka
mengganti ibukota menjadi Raidan. Kemudian Raidan diganti lagi
menjadi Daffar. Tetapi pada masa kekuasaan kabilah Himyar
mengalami keruntuhan, perdagangan mereka bangkrut, hal ini
disebabkan oleh adanya perluasaan wilayah yang dilakukan. Selain
itu pada masa ini juga bangsa Romawi menguasai jalan-jalan
perdagangan lewat laut, dan juga hal ini disebabkan karena adanya
persaingan-persaingan antara kabilah disana.
Pada tahun 300 M hingga masuknya Islam ke Yaman. Awal
masuknya Islam ke Yaman ini terjadi kekacauan, keributan,
peperangan antarsuku yang kemudian membuat mereka menjadi
terpecah belah. Sehingga kondisi ini dimanfaatkan oleh bangsa
Romawi untuk masuk ke Yaman. Pada masa itu bangsa Romawi
masuk ke And, dan bangsa Romawi membantu orang-orang
Habasyah bisa merebut Yaman pada awal tahun 340 M. penjajahan
mereka berlangsung sampai tahun 378 M. Kemudian Yaman bisa
mendapatkan kekuasaan nya kembali. Tetapi pada saat itu
bendunganMa’rib jebol hingga mengakibatkan banjir besar dan
mengakibatkan ambruknya peradaban mereka dan mereka menjadi
terpecah belah kembali.
Tetapi ketika Kisra mengangkat penguasa dari bangsa Persi di
Shan’a dan menjadikan Yaman sebagai salah satu wilayah kekuasaan

12
Persi. Beberapa pemimpin dari bangsa Persi silih berganti menguasai
Yaman, dan eta kepemimpinan mereka terakhir atas Yaman adalah
Badzan, yang kemudian memeluk Islam pada tahun 638 M. Dengan
keislamannya ini berakhir sudah kekuasaan bangsa Persi atas negeri
Yaman.
b. Kekuasaan Raja di Hirah
Bangsa persi berhasil menguasai Irak beserta wilayah disekitarnya
setelah Cyrus Yang Agung (557-529 SM) bisa mempersatukan
barisan bangsa Persi, sehingga tidak salah satu dari mereka
menyerangnya. Hingga muncul Alexander dari Macedonia pada
tahun 326 SM, yang bisa mengalahkan raja-raja mereka dan
menghancurkan persatuan mereka. Akibatnya, negeri mereka
terpecah belah dan muncul raja-raja baru yang disebut dengan raja
Thaw’if. Raja ini berkuasa atas wilayah-wilayah sendiri secara
terpecah hingga tahun 230 SM. Pada masa kekuasaan raja Thawa’if
orang-orang Qahthan berpindah dan menguasai daerah subur di Irak.
Kemudian mereka bergabung dengan keturunan Adnan yang juga
berhijrah, dan mereka bersama-sama menguasai sebagian dari
Jazirah Eufrat.
Kekuatan bangsa Persi kembali bangkit pada era Ardasyir, pendiri
pemerintahan Sasaniyah sejak tahun 226 M. dia berhasil
mempersatukan bangsa Persia dan menguasai orang-orang Arab
yang menetap di daerah pinggiran kekuasaannya. Sedangkan
penduduk Hirah dan Anbar tunduk kepada Ardasyir.
Beberapa nama raja yang pernah memimpin Hirah:
1. Judzaimah Al Wadhdhah

13
2. Amru bin Adi bin Nasr Al-Lakhmi
3. Mazdak
4. Al-Mundzir
c. Kekuasaan Raja di Syam
Kekuasaan di negara Syam ini diawali dengan perpindahan kabilah
Qudha’ah dipinggiran Syam, dan mereka menetap disana. Mereka
berasal dari bani Sulaih bin Halwan dan ada juga yang berasal dari
bani Dhaj’am bin Sulaih, yang dikenal dengan sebutan Adh-
Djaha’amah. Mereka digunakan oleh bangsa Romawi sebagai
tameng untuk menghadapi gangguan orang-orang Arab sekaligus
sebagai benteng pertahanan untuk menghadang bangsa Persia. Oleh
karena itu bangsa Romawi mengangkat seorang raja dari suku ini,
yang mempin selama beberapa tahun. Raja mereka yang dikenal
adalah Ziyad bin Habulah. Kekuasaan mereka bertahan sejak awal
abad ke 2 Masehi hingga akhir abad itu. Kemudian kekuasaannya
berakhir setelah kedatangan suku Ghassan, yang dapat mengalahkan
Adh-Dhaja’amah. Bangsa romawi mengangkat mereka sebagai raja
bagi semua bangsa Arab di Syam. Ibukotanya adalah Dumatul
Jandal. Suku ini berkuasa sebagai kepercayaan imperium Romawi,
hingga meletus Perang Yamruk pada tahun 13 H. adapun raja yang
terakhir memimpin adalah Jabalah bin Al-Aiham dapat dapat ditarik
masuk ke dalam Islam pada masa Amirul Mukminin Umar bin Al-
Khaththab.
C. Gambaran Masyarakat Jahiliyyah
a. Kondisi Sosial

14
Di kalangan Bangsa Arab terdapat beberapa kelas masyarakat yang
kondisinya berbeda satu sama lain. Hubungan seseorang dengan
keluarga di kalangan bangsawan sangat diunggulkan dan diprioritaskan,
dihormati dan dijaga sekalipun harus dengan pedang yang terhunus dan
darah yang tertumpah. Jika seseorang ingin dipuji dan terpandang di
mata Bangsa Arab karena kemuliaan dan keberaniaannya, maka dia
harus banyak dibicarakan kaum wanita. Sedangkan kelas masyarakat
lainnya beraneka ragam dan mempunyai kebebasan hubungan antara
laki-laki dan wanita, seperti contoh ungkapan-ungkapan keji, buruk dan
menjijikkan. Abu Dawud meriwayatkan dari Aisyah, bahwa pernikahan
pada masa jahiliyyah ada empat macam:
1. Pernikahan secara spontan. Seorang laki-laki mengajukan lamaran
kepada laki-laki lain yang menjadi wali wanita, lalu dia bisa
menikahinya setelah menyerahkan mas kawin seketika itu pula.
2. Seorang laki-laki bisa berkata kepada istrinya yang baru suci dari
haid, "Temuilah Fulan dan berkumpulah bersamanya!" Suaminya
tidak mengumpulinya dan sama sekali tidak menyentuhnya, hingga
ada kejelasan bahwa istrinya hamil dari orang yang disuruh
mengumpulinya. Jika sudah jelas kehamilannya, maka suami bisa
mengambil kembali istrinya jika memang dia menghendaki hal itu.
Yang demikian ini dilakukan, karena dia menghendaki kelahiran
seorang anak yang baik dan pintar. Pernikahan semacam ini disebut
nikah istibdha".
3. Pernikahan poliandri, yaitu pernikahan beberapa orang laki-laki yang
jumlahnya tidak mencapai sepuluh orang, yang semuanya
mengumpuli seorang wanita. Setelah wanita itu hamil dan melahirkan

15
bayinya, maka selang beberapa hari kemudian dia mengundang
semua laki-laki yang berkumpul dengannya, dan mereka tidak bisa
menolaknya hingga berkumpul di hadapannya. Lalu dia berkata,
"Kalian sudah mengetahui apa yang sudah terjadi dan kini aku telah
melahirkan. Bayi ini adalah anakmu hai Fulan." Dia menunjuk siapa
pun yang dia sukai di antara mereka seraya menyebutkan namanya,
lalu laki-laki itu bisa mengambil bayi tersebut.
4. Sekian banyak laki-laki bisa mendatangi wanita yang dikehendakinya
yang juga disebut wanita pelacur. Biasanya mereka memasang
bendera khusus di depan pintunya, sebagai tanda bagi laki-laki yang
ingin mengumpulinya. Jika wanita pelacur ini hamil dan melahirkan
anak, dia bisa mengundang semua laki-laki yang pernah
mengumpulinya. Setelah semua berkumpul, diselenggarakan undian.
Siapa yang namanya keluar dalam undian, maka dia yang berhak
mengambil anak itu dan mengaku sebagai anaknya. Dia tidak bisa
menolak hal itu.
Setelah Allah mengutus Nabi Muhammad SAW, semua bentuk
pernikahan ini dihapus dan diganti dengan pernikahan ala Islam. Di
antara kebiasaan yang sudah dikenal akrab pada masa Jahiliyah ialah
poligami, tanpa ada batasan maksimal, berapa pun banyaknya istri yang
dikehendaki. Bahkan mereka bisa menikahi dua wanita yang
bersaudara. Mereka juga bisa menikahi janda bapaknya, entah karena
dicerai atau karena ditinggal mati. Hak perceraian ada di tangan kaum
laki-laki tanpa ada batasannya. Hal ini disebutkan di dalam Al-Qur` an,
dalam surat An-Nisa' : 22-23.247
7
Ibid, bab naskhul-muraja’ah ba’dat-tathliqat ats-tsalats. Inilah yang disebutkan para mufassir
tentang sebab turunnya firman Allah, “Talak itu dua kali”.

16
Menurut persepsi umum semasa Jahiliyah, perzinahan ini tidak
dianggap aib yang mengotori keturunan. Abu Dawud meriwayatkan
dari Amr bin Syu'aib, dari bapaknya, dari kakeknya, dia berkata, "Ada
seorang laki-laki berdiri seraya berkata, "Wahai Rasulullah,
sesungguhnya Fulan adalah anakku, karena aku pernah bersetubuh
dengan seorang budak perempuan pada masa Jahiliyah. Ada pula di
antara mereka yang mengubur hidup-hidup anak putrinya, laksana buah
hati yang berjalan di bumi." karena takut aib dan karena kemunafikan,
atau membunuh anak laki-laki karena takut miskin dan lapar. Masalah
ini telah disebutkan di dalam Al-Qur'an. "Dan, janganlah kalian
membunuh anak-anak kalian karena takut kemiskinan. Kami akan
memberi rezeki kepada kalian dan kepada mereka." (Al-An'am: 151)
Juga disebutkan di tempat lain dalam Al-Qur'an, dalam surat An-Nahl:
58-59, Al-Isra: 31, dan At-Takwir: 8.
b. Kondisi Ekonomi
Kondisi ekonomi mengikuti kondisi sosial, yang bisa dilihat dari
jalan kehidupan bangsa Arab. Perdagangan merupakan sarana yang
paling dominan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Jalur-jalur
perdagangan tidak bisa dikuasai begitu saja kecuali jika sanggup
memegang kendali keamanan dan perdamaian. Sementara itu kondisi
yang aman seperti ini tidak terwujud di Jazirah Arab kecuali pada
bulan-bulan suci. Pada saat itulah dibuka pasar-pasar Arab yang sangat
terkenal, seperti Ukazh, Dzil-Majaz, Majinnah, dan lain-lainnya.
Tentang perindustrian atau kerajinan, mereka adalah bangsa yang
paling mengenalnya. Kebanyakan hasil kerajinan yang ada di Arab
seperti jahit- menjahit, menyamak kulit dan lain-lainnya berasal dari

17
rakyat Yaman, Hirah, dan pinggiran Syam. Sekalipun begitu di tengah
jazirah ada pertanian dan penggembalaan hewan ternak. Sedangkan
wanita-wanita cukup menangani pemintalan. Tetapi kekayaan-kekayaan
yang dimiliki bisa mengundang pecahnya peperangan. Kemiskinan,
kelaparan, dan orang-orang yang telanjang merupakan pemandangan
yang biasa di tengah masyarakat.
c. Akhlak
Tidak dipungkiri bahwa di tengah kehidupan orang-orang jahiliyah
banyak terdapat hal-hal yang hina, amoralitas, dan masalh-masalah
yang tidak bisa diterima akal sehatdan tidak disukai manusia. Meskipun
demikian mereka masih memiliki akhlak-akhlak yang terpuji yang
mengundang rasa kagum manusia dan simpati, seperti:
1. Kedermawanan
2. Memenuhi janji
3. Kemuliaan Jiwa
4. Pantang Mundur
5. Kelemahlembutan dan suka menolong orang lain
6. Kesederhanaan pola kehidupan Badui

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gambaran masyarakat Arab jahiliyyah terbagi dalam
kondisi sosial kondisi Ekonomi dan akhlak. Kondisi sosial pada

18
masyarakat bangsa arab berbeda-beda antara satu dengan yang
lainnya. Pada kondisi ekonomi, perdagangan merupakan sarana
yang paling dominan untuk keberlangsungan hidup mereka.
Sedangkan adapun mereka memili akhlak terpuji nya yaitu
kedermawanan, memenuhi janji, kemuliaan jiwa dan keengganan
menerima kehinaan dan kealiman, pantang mundur,
kelemahlembutan dan suka menolong orang lain, dan
Kesederhanaan pola kehidupan badui.

19
DAFTAR PUSTAKA

Al-Mubarakfuni, Syafiyurrahman. 1997. “Sirah Nabawiyah”. Jawa


Timur: Pustaka Al-Kautsar.

Al-Mubarakfuni, Shafiyurrahman. 2014. “Ar-Rahiq al-Makhtum-Sirah


Nabawiyah: Sejarah Lengkap Kehidupan Nabi Muhammad”.
Jakarta: Qisthi Press.

Al-Mubarakfuri, Shafiyurrahman. 2020. “Sirah Nabawiyah”. Jakarta:


Gema Insani.

Hisyam, Ibnu. “Sirah Nabawiyah”. Jakarta: Qisthi Press.

20

Anda mungkin juga menyukai