Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH SIRAH NABAWIYAH

BANGSA ARAB PRA ISLAM, MEKKAH, KA`BAH DAN


KAUM QURAISY
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sirah Nabawiyah

Disusun Oleh:

1. Rinaldi
2. Fitri Eza
3. Abdul hamid

Dosen Pengampu:
Fitri muliani

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUL QUR’AN
KOTA PAYAKUMBUH T.A 2023/2024
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ………………...……….…………………… 1
Latar Belakang ………..…………………………………………. 1
Rumusan Masalah ……..………………………………………… 2
Tujuan Penulisan ………..……………………………………….. 3

BAB II PEMBAHASAN ……….……………………………..……..…. 4


Bangsa arab pra islam, mekah, ka`bah, dan kaum quraisy…..….…4
Sejarah da nasal usul mekkah, kota kelahiran nabi muhamad saw..5
Sejarah ka`bah dari masa ke masa…………………………………6
Suku quraisy……………………………………………………….7

BAB III PENUTUP ……………………………….……………………. 8


Kesimpulan …………..…………………….……………………. 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peperangan yang terjadi antara suku dan kabilah yang berlangsung selama puluhan tahun,
penguburan anak-anak perempuan hidup-hidup, penyembahan kepada berhala, serta
penindasan terhadap warga yang mempunyai status sosial rendah oleh para bangsawan
merupakan bagian dari hidup mereka.Ada jurang pemisah antara si kaya dan si miskin”.1
Kondisi masyarakat yang demikian tentunya tidak dapat dikatakan sebagai masyarakat ideal
mengingat hal-hal tersebut tidak mencerminkan masyarakat yang beradab.Dengan al- Qur’an
dan Nabi Muhammad sebagai dua faktor utama, dalam waktu yang relatif singkat, Islam
merubah cara masyarakat itu dari masyarakat yang biadab menjadi beradab.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis menarik suatu rumusan dan
batasan masalah pada pembahasan makalah ini, yaitu sebagai berikut:
1. Bangsa arab pra islam, mekah, ka`bah, dan kaum quraisy
Tujuan Penulisan
Tujuan dari pemakalah membuat tulisan ini untuk menginformasikan kepada kita semua
bagaimana sebenarnya sejarah bangsa arab pra islam , mekkah, ka`bah dan kaum quraisy
Dan juga menambah wawasan kita mengenai sejarah.

1
BAB II
PEMBAHASAN
BANGSA ARAB PRA ISLAM, MEKKAH, KA`BAH DAN KAUM
QURAISY
Pada hakikatnya Sirah Nabawiyah merupakan gambaran risalah (misi) yang dibawa oleh
Rasulullah Saw kepada umat, untuk mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya, dari
ibadah kepada hamba menuju ibadah kepada allah. Gambaran risalah yang amat menawan dan
sempurna ini tidak mungkin dapat dihadirkan kecuali setelah melakukan komparasi antara
lantar belakang risalah ini (risalah nabawiyah) dan implikasi-implikasinya.
Berangkat dari sinilah kami merasa perlu mengemukakan suatu pasal yang berbicara
seputar kaum-kaum arab dan perkembangannya sebelum islam, serta tentang situasi dan
kondisi nabi Muhamad Saw diutus.

Posisi Bangsa Arab


Kata arab menggambarkan perihal padang pasir (sahara), tanah gundul dan gersang yang
tiada air dan tanaman padanya. Sajak periode-periode terdahulu, lafazh “arab” ini ditunjukan
pada jazirah arab, sebagaimana ia yang ditujukan kepada suatu kaum yang menempati tanah
tersebut, lalu mereka menjadikanya sebagai tanah air mereka.
Jazirah arab dari arah barat berbatasan dengan laut merah dan semenanjung gurun Sinai;
dari arah timur berbatasan dengan teluk arab dan bagian besar dari negeri irak bagian selatan;
dari arah selatan berbatsan dengan laut arab yang merupakan perpanjangan dari laut hindia dan
dari arah utara berbatasan dengan wilayah syam dan sebagian dari negeri irak, terlepas dari
adanya perbedaan dalam penentuan batasan ini. Luasnya diperkirakan antara 1.000.000 mil
persegi hingga 1.300.000 mil persegi.
Jazirah arab memiliki peran yang amat menetukan karena letak alami dan geografisnya.
Sedangkan dilihat dari kondisi internalnya, jazirah arab hanya dikelilingi padang sahara dan
gurun pasir dari seluruh sisinya. Karena kondisi seperti inilah, jazirah arab menjadi banteng
yang kokoh, yang seakan tidak memperkenankan kekuatan asing yang menjajah,
mengcengkeramkan pengaruh serta wibawa mereka. Oleh karena itu, kita bisa meliha
penduduk jazirah arab hidup bebas dalam segala urusan semenjak zaman dahulu. Padahal
mereka bertetangga dengan dua imperium raksasa saat itu dan tidak mungkin dapat
menghadang serangan-serangan mereka andaikan tidak ada banteng pertahanan yang kokoh
tersebut.
Sedangkan hubunganya dengan dunia luar, jazirah arab letaj di antara benua-benua yang
sudah dikenal di dalam dunia lama dan menyambung dengannya pada tapal batas daratan dan
lautan. Sisi barat lautnya merupakan pintu masuk ke benua afrika; arah timur laut merupakan
kunci masuk bagi bangsa-bangsa asing, asia tengah dan timur jauh, terus mencapai ke india
dan cina. Demikian pula, setiap benua lautnya bertemu dengan jazirah arab, setiap kapal dan
bahtera laut yang berlayar tentu akan bersandar di pangkalanya.

2
Karena letak geografisnya seperti itu pula, arah utara dan selatan jazirah arab menjadi
tempat berlabuh bagi berbagai suku bangsa dan pusat pertukaran niaga, peradaban, agama dan
seni.

Kaum-kaum Arab
Para sejarawan membagi kaum-kaum arab berdasarkan garis keturunan asal mereka
menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Arab Ba`idah
Kaum-kaum arab kuno yang sudah punah dan tidak mungkin melacak rincian yang cukup
tentang sejarah mereka, seperti Ad, Tsamud, Thasm, Judais, Imlaq (bangsa raksasa), dan lain-
lainya.
2. Arab Aribah
Kaum-kaum arab yang berasal dari garis keturunan Ya`rub bin Yasyjub bin Qahthan, atau
disebut pula arab Qahthaniyah.
3. Arab Musta`ribah
Kaum-kaum arab yang berasal dari garis keturunan Ismail, yang disebut pula arab
Adnaniyah. Tanah air arab Aribah (kaum Qahthan) adalah negeri yaman, lalu mereka
berkembang menjadi beberapa kabilah dan anak kabilah (marga), yang terkenal darinya ada
dua kabilah, yaitu:
a. Himyar; anak kabilahnya yang paling terkenal adalah Zaid al-Jumhur, Qudha`ah dan
Sakasik
b. Kahlan; anak kabilahnya yang paling terkenal adalah Hamadan, Anmar, Thayyi,
Madzhaj, Kindah, Lakham, Judzam, Azd, Aus, Khazraj dan anak cucu dari Jafnah yang
merupakan para raja di Syam serta lain-lainya.
Anak-anak kabilah (marga) Kahlan banyak yang pergi meninggalkan Yaman, lalu
menyebar ke berbagai penjuru Jazirah. Ada yang mengatakan bahwa kepergian mereka terjadi
menjelang banjir besar saat mereka mengalami kegagalan dalam perdagangan akibat tekanan
dari bangsa romawi dan dikuasainya jalur perdagangan laut oleh mereka, dilumpuhkanya jalur
darat setelah keberhasilan romawi menguasai Mesir dan Syam, (dalam riwayat lain) dikatakan,
bahwa kepergian mereka setelah terjadinya banjir besar tersebut.

3
LEMBAGA PEMERINTAH DAN KEEMIRAN DI JAZIRAH ARAB

Manakalah kita hendak membicarakan kondisi bangsa arab sebelum islam, maka kami
memandang perlu untuk membuat miniatur sejarah pemerintahan, keemiran ( imarah), aliran-
aliran dan agama-agama yang berkembang di kalangan bangsa arab, agar lebih mudah bagi kita
untuk memahami kondisi yang tengah bergejolak saat kemunculan islam.
Di saat terbitnya matahari islam, para penguasa di jazirah arab bisa dibagi menjadi dua
kelompok:
1. Raja- raja bermahkota, tetapi pada hakikatnya mereka tidak memiliki indepedensi
2. Para pemimpin dan pemuka kabilah atau suku, yang memiliki kekuasaan dan hak-hak
istimewa sama seperti kekuasaan para raja; mayoritas mereka memiliki indepedensi
penuh. Namun boleh jadi sebagian mereka bersubordinasi dengan raja bermahkota.
Raja-raja bermahkota tersebut adalah raja-raja Yaman, raja-raja kawasan Syam. Keluarga
besar Ghassan dan raja-raja Hirah. Sedangkan penguasa-penguasa selain mereka di jazirah arab
tidak memiliki mahkota.

Pemerintah di Yaman
Diantara suku bangsa tertua yang terkenal di Yaman dari kalangan arab Aribah adalah
kaum Saba`. Keberadaan dan peran mereka berhasil diketahui berkat penemuan fosil Or, yang
diperkirakan sudah ada sejak dua puluh lima abad sebelum masehi (SM). Puncak peradaban,
pengaruh serta perluasan pemerintah mereka dimulai sebelas abad sebelum masehi.
Klarifikasi periode pemerintahan mereka dapat diperkirakan sebagai berikut:
1. Antara tahun 1300 SM hingga 620 SM; pada periode ini dinasti mereka dikenal dengan
dinasti al-Mu`iniah, sedangkan raja-raja mereka dijuluki sebagai Mukrib Saba; dengan ibu
kotanya Shirwah yang puing-puingnya terletak sekitar 50 km ke arah barat luat dari kota
Ma`rib, dan berjarak 142 km arah timur kota Shan`a yang dikenal dengan sebutan Khuraibah.
Pada periode merekalah dimulainya pembangunan bendungan yang dikenal dengan nama
bendungan Ma`rib dan memiliki peran besar dalam sejarah Yaman, ada yang mengatakan,
wilayah pemerintah kaum Saba` ini telah sampai ke tingkatan aneksasi terhadap kawasan di
dalam dan di luar negeri arab.
2. Antara tahun 620 SM hingga 115 SM; pada periode ini dinasti mereka dikenal dengan
dinasti Saba; dan julukan “Mukrib” mereka tinggalkan, untuk kemudian dikenal dengan raja-
raja Saba`. Mereka menjadikan Ma`rib sebagai ibu kota, mengggantikan Sharwah. Puing-puing
kota Ma`rib dapat dijumpai pada jarak 192 km dari arah timur Shan`a.
3. Dari tahun 115 SM hingga tahun 300 SM; pada periode ini dinasti mereka dikenal dengan
dinasti al-Himyariyyah pertama, sebab kabilah Himyar telah memisahkan diri dari kerajaan
Saba`, dan menjadikan kota Raiden sebagai ibu kotanya, menggantikan Ma`rib. Kemudian kota
Raiden dikenal dengan nama Zufar. Puing-puingnya dapat ditemukan di sebuah bukit yang
memutar dekat Yarim.

4
Pada periode ini mereka mulai jatuh dan mengalami kemerosotan, serta kerugian besar
dalam perdagangan yang mereka lakukan. Di antara penyebabnya adalah beberapa factor:
a. Dikuasainya kawasan utara Hijaz (saat ini disebut dengan al-Batra`, pent.) oleh etnis
Anbat ( kata ini sekarang digunakan untuk menyatakan percampuran antar etnis selain arab,
pent)
b. Berhasilnya bangsa Romawi menguasai jalur perdagangan laut setelah sebelumnya
mereka berhasil menaklukkan Mesir, Syria dan bagian utara kawasan Hijaz.
c. Adanya persaingan antar kabilah, Faktor-faktor inilah yang menyebabkan berpencarnya
keluarga besar suku Qahthan (Ali Qahthan) dan hijrahnya mereka ke negeri-negeri nan jauh.
4. Dari tahun 300 M hingga masuknya islam ke Yaman; pada periode ini dinasti mereka
dikenal dengan dinasti al-Himyariyyah kedua. Pada periode ini kerusuhan-kerusuhan dan
berbagai peristiwa silih berganti melanda mereka, tindakan kudeta-mengkudeta terjadi secara
berurutan, demikian pula dengan perang saudara. Kondis ini membuat mereka menjadi
santapan empuk bagi kekuatan asing yang selalu mengintai hingga kemudian mengakhiri
kemerdekaan yang pernah mereka reguk. Begitu juga, pada periode ini bangsa Romawi
berhasil memasuki kota Adn (Aden). Dan atas bantuan meraka, untuk pertama kalinya bangsa
Habasyah (Ethiopia) berhasil menduduki negeri Yaman, yaitu tahun 340 M. Hal itu dapat
mereka lakukan dengan memanfaatkan persaingan yang terjadi antara dua kabilah; Hamadan
dan Himyar. Penduduk mereka berlangsung hingga tahun 348 M. Kemudian negeri Yaman
memperoleh kemerdekaanya, akan tetapi mulai timbul keretakan pada bendungan Ma`rib
hingga mengakibatkan terjadinya banjir besar seperti yang disebutkan oleh al-qur`an dengan
istilah Sailul Arim, yaitu pada tahun 450 M. Itulah peristiwa besar yang berkesudahan dengan
runtuhnya peradaban dan bercerai-berainya suku bangsa mereka.
Pada tahun 523 M, Dzu Nuwas, seorang yang berdarah Yahudi memimpin penyerangan
yang keji terhadap penduduk Najran yang beragama Nasrani, dan berusaha memaksa mereka
meninggalkan agama Nasrani. Karena meraka menolak, maka dia memerintahkan agar parit-
parit besar digali, lalu mereka dilemparkan ke dalam api (yang sudah dinyalakan di dalamnya)
hidup-hidup. Hal inilah yang diisyaratkan oleh al-qur`an dalam surat al-buruj melalui fiman
allah:
“binasalah dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit” hingga beberapa ayat
berikutnya. Kejadian inilah yang menyebabkan timbulnya dendam Nasrani yang menggebu-
gebu di bawah komando pemegang imperium Romawi untik menaklukan dan memperluas
kekuasaan terhadap negeri arab. Mereka memprovokasi orang-orang Habasyah (Ethiopia) dan
menyiapkan armada laut untuk mereka singga bergabunglah sebanyak 70.000 personil tentara
dari Habasyah. Mereka untuk kedua kalinya berhasil menduduki negeri Yaman di bawah
komando Aryath pada tahun 525 M. Kemudian raja Habasyah mengangkatnya, dia menjadi
penguasa di sana hingga kemudian dibunuh oleh Abrahah bin ash-Shabbah al-Asyram, salah
seorang komandan tentaranya sendiri pada tahun 549 M. Dia kemudian mengambil alih
pemerintahan menggantikan Aryath setelah meminta restu raja Habasyah. Abrahah inilah yang
mengerahkan pasukannya untuk menghancurkan ka`bah. Dalam pentas sejarah, dia dan bala
tentaranya dikenal dengan pasukan penunggang gajah (ashabul fil). Sepulangnya dari menuju
Shana`a, dia tewas digantikan oleh kedua anaknya secara bergantian. Kedua-duanya ini malah
menjadi penguasa yang lebih otoriter dan sadis dari bapak mereka sendiri.

5
Setelah peristiwa “perang gajah” tersebut, penduduk Yaman meminta bala bantuan kepada
orang-orang Persia, lalu melakukan perlawanan terhadap pasukan Habasyah sehingga mereka
pada akhirnya dapat mengusir orang-orang Habasyah tersebut dari negeri Yaman dan
memperoleh kemerdekaan pada tahun 575 M di bawah komando seorang yang bernama
Ma`dikarib bin Sayf Dzi Yazina al-Himyari. Mereka kemudian mengangkatnya menjadi raja
mereka. Ma`dikarib ternyata masih mempertahankan sejumlah orang-orang Habasyah guna
menjadi pelayan baginya dan mengiringi perjalan-perjalananya. Akibatnya, suatu hari mereka
berhasil merencanakan pembunuhan terhadapnya. Dengan kematianya ini, berakhirlah tampuk
kekuasaan dinasti Dzi Yazin. Untuk itu, Kisra mengangkat seorang pelaksana pemerintahan
dari bangsa Persia di Shan`a, dan menjadikan Yaman sebagai salah satu wilayah konfederasi
kerajaan Persia. Kepemimpinan orang-orang Persia terakhir bernama Badza, yang memeluk
islam pada tahun 638 M. dengan keislaman ini, berakhir pulalah tampuk pemerintahan kerajaan
Persia atas negeri Yaman.

Perintah di wilayah Hirah


Kerajaan Persia mengoneksasi negeri Irak dan wilayah sekitarnya sejak mereka berhasil
disatukan oleh Cyrus The Great (557-529 SM). Sejak itu, tidak ada yang mampu menentang
mereka hingga muncul Alexander dari Macedonia pada tahun 326 SM, yang mampu
mengalahkan Darius I, raja mereka, dan mencerai-beraikan persatuan mereka. Akibatnya,
negeri mereka menjadi terkotak-kotak dan dipimpin oleh para raja, yang dikenal dengan Muluk
ath-Thawa`if( raja-raja kelompok, golongan). Mereka terus bertahta atas negeri-negeri tersebut
secara terbagi-bagi hingga tahun 230 M. Pada era kekuasaan muluk ath-thawa`if inilah, orang-
orang dari kabilah Qahthan berhijrah dan kemudian mendiami sebagian daerah perkampungan
di Ira. Kemudian mereka disusul oleh orang-orang dari keturunan Adnan yang juga berhijrah
dan berduyun-duyun menjejali mereka hingga berhasil menempati sebagian dari Jazirah yang
terletak di kawasan sungau Aufrat.
Bangsa Persia kembali menjadi kuat untuk kedua kalinya pada era Ardasyir, Iri pendiri
dinasti susaniah sejak tahun 226 M. dia berhasil mempersatukan bangsa Arab dan
menguasai bangsa Arab yang bermukim di wilayah tapal batas kekuasaannya. dan ini
merupakan salah satu sebab mengungsinya orang orang dari suku Qudha`ah dan tunduknya
penduduk hirah dan anbar terhadap kekuasaannya.
pada era Adasyirs judzaimah al-Wadhdhah masih berkuasa atas hirah dan seluruh
penduduk dari suku rabiah dan mudhar yang menempati pedalaman Irak dan Jazirah Arab.
hal ini, Adasyir Merasa mustahil dapat menguasai bangsa Arab secara langsung dan
mencegah mereka untuk menyerang wilayah tapal batas kekuasaannya tersebut kecuali
dengan cara menjadikan salah seorang dari mereka bangsa Arab sebagai kaki tangan tetapi
memiliki kefanatikan terhadapnya mendukung dan membelanya. dari sisi lain dia juga
sewaktu-waktu dapat memanfaatkan bantuan mereka untuk melawan Para Raja Romawi
yang dia takuti. Disamping itu agar bangsa Arab dari Irak berhadap-hadapan dengan orang
Arab dari Syam yang sudah menjadi boneka Para Raja Romawi. satu hal lagi, Bahwa para
raja Hira masih tersisa satu Batalyon dari pasukan Persia untuk diperbantukan melawan
kalangan Arab pedalaman yang membangkang terhadap kekuasaannya. meninggal sekitar
tahun 268 Masehi.
sepeninggal judzaimah, Amr bin Abdi bin Nashr al-Lakhmi Kemungkinan menjadi
penguasa atas hirah dan Anbar yaitu pada tahun 268 Masehi hingga tahun 288 Masehi.Dia
adalah Raja pertama dari dinasti Lakhmi pada era Kisra Sabur bin Ardasyir. kekuasaan

6
dinasti Lakhmi terus berlanjut atas wilayah hirah hingga bertahtanya Qabadz bin Fairuz
(448-531).Era kekuasaannya muncullah seorang yang bernama Mazdak, yang melegalkan
permisivisme atau gaya hidup serba boleh. tindakannya ini diikuti oleh Qabadz dan
mayoritas rakyatnya.
Qabadz kemudian mengirim utusan kepada raja hirah, yaitu Al Mundzir bin
Ma`us sama tahun 512 sampai 554 Masehi dan mengajaknya untuk memilih paham ini dan
menjadikannya sebagai way of life. namun Al Mundzir menolak ajakan Itu demi martabat
dan harga diri sehingga Qabadz mencopotnya demi menggantikannya dengan al-Harits bin
Amr bin Hajar Al Kindi yang merespon ajakan kepada Mazdakisme tersebut.
Qabadz kemudian diganti oleh kisrah Anusyirman Tahun 531 sampai 578 yang sangat
anti terhadap paham tersebut. karenanya, dia membunuh Muzdak dan para pengikutnya
serta mengangkat kembali al-Mundzir sebagai penguasa atas Hirah. sementara itu dia harus
memburu Al Haris bin Amr akan tetapi dia meminta perlindungan kepada kabilah
kalb hingga meninggal di tengah mereka.
sepeninggal al- Mundzir bin Ma`us sama` Kekuasaan terus dipegang oleh anak
keturunannya hingga sampai ke tangan an-Nu`man bin Al Mundzir. dialah orang yang
mendapatkan kemarahan kisra akibat siasat Adu Domba dan rekayasa oleh Zaid bin Ady Al
Abbadi. Kisra akhirnya mengirim utusan kepada an-nu'man memburunya, maka secara
sembunyi-sembunyi menemui Hani bin Mas'ud kepala suku ali Syaiban Seraya menitipkan
kepadanya keluarga dan hartanya Selain itu dia menghadap kisrah yang langsung
menjebloskannya ke dalam penjara hingga meninggal dunia setelah itu, kisah mengangkat
Iyas bin Qabishah ath-Tha`i sebagai penggantinya menjadi penguasa di hirah dan
memerintahkannya untuk mengirim utusan kepada Hani bin Mas'ud agar memintanya untuk
menyerahkan titipan yang ada padanya namun Hani menolaknya demi Menjaga harga diri
dan martabat Bahkan dia memang lumatkan perang melawan raja. selang beberapa saat,
Tibalah para panglima kisra beserta Batalyon batalyonnya dalam barisan pasukan
iyas tersebut sehingga kemudian terjadilah suatu pertempuran yang amat Dahsyat antara
kedua pasukan itu di sebuah tempat yang bernama Dzi Qar. pertempuran tersebut akhirnya
dimenangkan oleh suku Bani saiban Di mana Hani sebagai kepalanya sementara Persia
mengalami kekalahan yang sangat memalukan. ini adalah kemenangan pertama bagi bangsa
Arab terhadap bangsa asing. ada riwayat yang menyatakan bahwa hal ini terjadi tak berapa
lama setelah kelahiran Nabi SAW sebab beliau lahir 8 bulan setelah kekuasaannya iyas bin
qabishah atas hirah. Meninggal Iyas, kisah mengangkat seorang penguasa di Hirah dari
bangsa Persia bernama Azadbeh yang memerintah selama 17 tahun 614-631 Masehi. pada
tahun 632 masehi tampuk kekuasaan di sana kembali dipegang oleh Ali Lakhm. diantara
rajanya adalah Munzir bin Al Nu`man yang bergelar Al Ma`rur. umur kekuasaannya tidak
lebih dari 8 bulan sebab kemudian berhasil ditaklukan oleh pasukan kaum muslimin di
bawah Komando Panglima Khalid bin Walid.
Pemerintahan di wilayah Syam
Pada periode ini di mana bangsa Arab banyak diwarnai oleh gelombang perpindahan
berbagai kabilah, ada beberapa Marga dari Qadha`ah yang berpindah menuju Wilayah
Syam dan menetap di sana. Mereka terdiri dari bani Sulaih bin hulwan yang dari mereka
muncul Bani Dhaj`man bin Sulaih dan lebih populer dengan sebutan adh-dhaj`imah.
mereka berhasil jadikan boneka oleh bangsa Romawi guna mencegah keusilan bangsa
Arab daratan dan sebagai Kekuatan penyuplai dalam menghadapi bangsa Persia. banyak
diantara mereka yang diangkat sebagai raja dan hal itu berlangsung selama bertahun-tahun.
raja dari kalangan mereka yang paling terkenal adalah Bin alhabullah periode kekuasaan
mereka diperkirakan berlangsung dari permulaan abad 2 masehi hingga akhir abad 2

7
Masehi. kekuasaan mereka berakhir setelah datangnya suku ali ghassan yang berhasil
mengalahkan adh-dhaja`imah dan merampas semua yang mereka miliki. atas kemenangan
suku Ali Ghassan ini, Mereka kemudian diangkat oleh kekaisaran Romawi sebagai raja-raja
atas bangsa Arab di wilayah Syam dengan kota hauran sebagai pangkalan mereka. dalam
hal ini kekuasaan mereka sebagai boneka bangsa Romawi di sana harus berlangsung hingga
pecahnya perang yarmuk pada tahun 13 Hijriyah dan tunduknya raja terakhir mereka jabalah
Bin al ayham dengan memeluk Islam pada kekhalifahan Amirul Mukminin Umar Bin
Khattab.
Keemiran di Hijaz
Ismail menjadi pemimpin Kota Mekah dan menangani urusan Ka'bah sepanjang
hidupnya. beliau meninggal pada usia 137 tahun. sepeninggal beliau kedua Putra beliau
yaitu: kemudian qoidar secara bergilir menggantikan posisinya. ada riwayat yang
menyatakan bahwa qoidarlah yang lebih dahulu setelah itu nabit. lalu, sepeninggal
keduanya urusan Mekah kemudian diambil alih oleh kakek mereka Madhadh bin Amr al-
jurhumi.
Dengan demikian kepemimpinan atas Kota Mekah jatuh ke tangan suku jurhum dan hal
ini terus berada di tangan mereka. semua putra Nabi Ismail menempati kedudukan yang
terhormat di hati mereka lantaran jasa Ayahanda dalam membangun Baitullah Namun
demikian mereka tidak mendapatkan kedudukan apapun dalam pemerintahan.
meskipun masa Demi Masa dan hari demi hari sudah berlalu keadaan anak cucu Nabi
Ismail tetap saja redup tidak menentu hingga pada akhirnya kondisi suku jurhum pun
semakin melemah menjelang munculnya Nebuchadnezzer.dilain pihak, bintang politik
Adnan mulai bersinar di seantero langit Makkah sejak masa itu. Hal ini ditandai dengan
momen serangan Nebuchadnezzer terhadap bangsa Arab yang terjadi di Dzat Irq ( sekarang
menjadi salah satu miqat haji). pada peristiwa ini yang memimpin bangsa Arab bukan lagi
berasal dari suku jurhum tapi malah Adnan sendiri.
Bani Adnan berpencar Ke Yaman ketika terjadi serangan kedua oleh Nebuchadnezzer
pada tahun 587 sebelum Masehi. sedangkan berkhiya, seorang karib Yeremia nabi dari Bani
Israil, mengajak Ma`ad untuk pergi menuju harran, sebuah wilayah di Syam. akan tetapi
setelah tekanan Nebuchadnezzer mulai mengendor, Ma`ad kembali lagi ke Mekah dan
Setibanya di sana dia tidak menemui lagi penduduk dari suku jurhum kecuali jausyam bin
julhumah, lalu dia menikah dengan putrinya yang bernama Mu`anah Dan membuahkan
keturunan seorang anak laki-laki yang bernama nizar.
Di Mekah, keadaan Suku jurhum semakin memburuk setelah itu, dan mereka
mengalami kesulitan hidup. Hal ini menyebabkan mereka menzalimi orang-orang yang
datang ke kota Mekah dan merampas harta yang dimiliki oleh administrasi Ka'bah tindakan
ini menimbulkan kemarahan orang-orang dari Bani Adnan sehingga membuat mereka
mempertimbangkan kembali sikap terhadap mereka sebelumnya. ketika
Khuza`ah melintasi Marr azh-Zhahran dan banyak menyaksikan Bani Adnan
meninggalkan suku jurhum dia tak menyia-nyiakan kesempatan tersebut, maka atas bantuan
beberapa Marga dari suku Bani Adnan yang lain yaitu Bani Bark bin Abdu Manaf Bin
kinanah mereka lantas memerangi orang-orang jurhum, Akibatnya mereka Terusir dari kota
Mekah, untuk kemudian menguasai pemerintahan Mekkah pada pertengahan abad ke-11
Masehi.
tatkala orang-orang jurhum akan mengungsi keluar Mekah mereka menyumbat sumur
Zamzam dan menghilangkan jejak posisinya serta mengubur beberapa benda di dalamnya.

8
Ibnu Ishaq berkata”amr bin al-Harits bin Mudhadh al-jurhumi” keluar dengan membawa
pintalan Ka'bah dan Hajar Aswad lalu mengubur keduanya di sumur Zamzam, kemudian
dia dan orang-orang jurhum Yang ikut bersamanya berangkat menuju Yaman. mereka
sangat sedih sekali karena harus meninggalkan kenangan di Mekah dan kekuasaan yang
pernah mereka pegang di sana. untuk mengenang hal itu, Amr sebuah syair:
seakan antara gunung hajun hingga Safa Tiada
pelipur lara lagi juga para pedagang di Kota Mekah
sungguh, kamila dahulu penghuninya Namun kami dibinasakan
Perubahan malam dan nasib buruk
Periode Ismail diperkirakan berlangsung sekitar 20 abad sebelum Masehi. dengan
demikian masa keberadaan jurhum di Mekah berkisar sekitar 21 abad sedangkan massa
kekuasaan mereka atas kota Mekah berkisar 20 abad. khuza`ah menangani sendiri urusan
administrasi Mekkah tanpa memberi peran Bani Bark kecuali terhadap kabilah-kabilah
mudhar yang diberikan kepada mereka tidak ketentuan:
pertama: berangkat bersama orang-orang yang berhaji dan Arafah ke Muzdalifah dan
membolehkan mereka berangkat dari Mina pada hari Nafar( kepulangan dari melakukan
haji tersebut) urusan ini ditangani oleh Bani al-Ghauts bin murah salah satu Marga Bani
Ilyas Bin mudhar. mereka dikenal dengan nama Sufa. makna dari pembolehan tersebut
adalah bahwa orang-orang yang berhaji tersebut tidak boleh melempar dulu pada hari nafar
hingga salah seorang diantara mereka kaum sufa tersebut melakukannya,Kemudian bila
semua selesai melaksanakan proses ritual tersebut dan mereka ingin melakukan nafar atau
bertolak dari Mina, kaum sufah mengambil posisi di samping kedua Sisi jamrah aqabah dan
ketika itu, mereka membiarkan orang-orang lewat. tatkala kaum sufah sudah berkurang
keturunannya atau punah tradisi ini dilanjutkan oleh Bani sa`ad bin Zaid manah dari suku
Tamim
kedua: melakukan ifadhah atau bertolak dari jam`( Muzdalifah) pada pagi hari nahr(
hari penyembelihan hewan kurban tanggal 10 Dzulhijjah) menuju Mina. urusan ini
diserahkan kepada Bani udwan.
ketiga:Rekayasa bulan-bulan haram( agar tidak terkena larangan berperang di
dalamnya). urusan ini ditangani oleh Bani Tamim Bin Adi dari suku Bani kinanah.
periode kekuasaan khuza`ah atas kota Mekah berlangsung selama 300 tahun. pada
periode kekuasaan mereka ini, kaum Adnan menyebar di kawasan najd, pinggiran Irak dan
Bahrain. sedangkan Marga Quraisy masih bertahan di pinggiran kota Mekah dan hidup
sebagai Hallul ( suku yang suka turun gunung) dan shirm ( yang turun gunung guna mencair
mencari air bersama unta mereka) serta menempati rumah-rumah yang berpencar-pencar di
tengah kaum mereka Bani kinanah. Meskipun demikian mereka tidak memiliki wewenang
apapun baik dalam pengurusan Kota Mekah atau Ka'bah hingga kemunculan Quraisy Bin
khilab.
Mengenai identitas Qushay ini, Kan bahwa ayahnya meninggal dunia saat dia masih
dalam momongan ibunya kemudian ibunya menikah lagi dengan seorang laki-laki dari bani
udzrah yaitu rabiah bin haram lalu ibunya dibawa ke negeri asalnya di pinggiran kota Syam.
ketika Qushay beranjak dewasa dia kembali ke kota Mekah yang kala itu diperintah
oleh hulail bin habasyah dari suku khuza`ah lalu dia mengajukan pinangan kepada hulail
untuk menikahi putrinya, hubbah, maka gayung pun bersambut dan dia pun
menikahinya.Putrinya tersebut. ketika hulail meninggal dunia terjadi perang antara

9
khuza`ah dan Quraisy yang berakhir dengan berkuasanya qushay atas urusan Kota Mekah
dan Ka'bah
ada tiga versi riwayat berkaitan dengan sebuah terjadinya perang tersebut
pertama: bahwa ketika qushay telah beranak pinak, harta melimpah,
pangkatnya semakin tinggi dan bersamaan dengan hulail telah tiada dia menganggap
dirinya lah yang paling berhak atas urusan Ka'bah dan kota Mekah daripada khuza`ah dan
Bani Bark sebab suku Quraisy adalah pemimpin dan pewaris tunggal keluarga Nabi Ismail.
lantas dia membicarakan hal ini dengan beberapa pemuka Quraisy dan Bani kinanah dalam
upaya mengusir khuza`ah dan Bani Bark dari kota Mekah, sementara mere pun
menyambutnya.
Kedua: bahwa hulaiil seperti yang diklaim oleh khuza`ah berwasiat kepada
qushay agar mengurusi Ka'bah dan Mekah
ketiga: bahwa hulail menyerahkan urusan Ka'bah kepada putrinya hubbah dan
mengangkat abu ghubsyan al-khuza`i sebagai wakilnya. kemudian dialah yang mengurusi
Ka'bah tersebut mewakili hubbah tatkala meninggal, qushay berhasil menipunya dan
membeli kewenangannya atas Ka'bah tersebut dengan Segeriba arak sejumlah unta yang
berkisar antara 3 hingga 30 ekor. khuza`ah tidak puas dengan transaksi jual beli tersebut
dan berupaya menghalang-halangi qushay atas penguasaannya terhadap urusan Ka'bah
tersebut. menyikapi hal itu qushay mengumpulkan sejumlah orang-orang dari Quraisy dan
Bani kinanah untuk tujuan mengusir khuza`ah dari kota Mekah, mereka menyambut hal
itu.
apapun sebabnya, setelah hulail meninggal dunia dan kaum susah menjalani aktivitas
mereka sebagaimana biasa yang mereka lakukan, maka qushay bersama orang-orang
Quraisy dan kinanah mendatangi mereka di dekat aqabah Seraya berseru” Kami lebih
berhak atas hal ini daripada kalian” karena pelecehan ini mereka lantas memerangi kaum
qushay berhasil mengalahkan mereka dan merampas semua yang mereka miliki. sedangkan
khuza`ah berhadapan orang banyak. hal itu tampak dalam perilaku-perilaku dalam
berderma, menjamu tamu, menyumbang, berlemah lembut, menonjolkan keberanian dan
menolong orang lain. hal itu mereka lakukan semata-mata agar mendapatkan pujian dari
orang khususnya khususnya lagi para penyair yang merangkap sebagai penyambung lidah
kabilah pada masa itu. di samping itu mereka melakukan juga, Agar derajat mereka lebih
tinggi dari pesaingnya
pemuka dan pemimpin kabilah memiliki hak istimewa sehingga mereka bisa
mengambil bagian dari harta rampasan perang berupa bagian yang disebut
mirba, Syafi, Masyithah, atau fudhul. dalam menyikapi tindakan ini seorang penyair
bersenandung:
bagian-bagian mirba, Syafi, Masyithah, fudhul
dalam kekuasaan terhadap kami
yang dimaksud dengan mirba adalah seperempat harta rampasan, ash-shafi adalah
bagian yang diambil oleh pemimpin kabilah untuk dirinya sendiri, an-nasyithah adalah
sesuatu yang didapat oleh pemimpin kabilah di jalan sebelum sampai pada musuh,
sedangkan al-fudhul adalah bagian dari sisa dari harta rampasan yang tidak boleh dibagikan
kepada individu-individu para pejuang seperti keledai, kuda dan lain-lain.

10
Kondisi Politik
Setelah kami menjelaskan tentang para penguasa di negeri Arab Selanjutnya kami akan
menjelaskan tentang sedikit gambaran tentang kondisi politik yang mereka alami. tiga
wilayah yang letaknya berdampingan dengan negeri asing kondisi politiknya sangat lemah
dan merosot serta tidak ada perubahan menonjol. ketika dikelompokkan kepada golongan
tuan-tuan dan para budak atau para penguasa dan rakyat. para tuan-tuan, terutama bila
mereka orang asing, memiliki seluruh kambing Sedangkan para budak sebaliknya, yaitu
mereka semua wajib membayar upeti. Dengan ungkapan lain yang lebih jelas, bahwa
rakyat ibarat sebuah sawah yang selalu mendatangkan penghasil untuk dipersembahkan
kepada pemerintah yang memanfaatkannya untuk bersenang-senang, melampiaskan hawa
nafsu, keinginan-keinginan, dan upaya memusuhi orang. sementara nasib rakyat sendiri
tidak karuan, Hidup tak menentu, kelaliman menimpa mereka dari segala arah namun tak
seorangpun di antara mereka antara mereka yang mampu mengadu. Bahkan mereka diam
Tak Bergerak terhadap tamparan, kelaliman dan bervariasi siksaan. yang berlaku kala itu
adalah hukum Tirani, sedangkan hak-hak asasi hilang dan ternoda. adapun kabilah-kabilah
yang berdampingan dengan kawasan ini, adalah orang-orang yang tidak mempunyai
pendirian, yang dilempar ke sana kemari oleh hawa nafsu dan Ambisi pribadi. terkadang
mereka berpihak kepada penduduk Irak dan terkadang berpihak kepada penduduk syam.
Kondisi kabilah-kabilah dalam Jazirah Arab tersebut benar-benar berantakan dan tercerai-
berai, Mainan pada mereka adalah perseteruan etnis, perbedaan ras dan agama, seorang
dari mereka sampai mengeluh:
aku tak lain adalah anggota kabilah, jika ia tersesat
maka tersesatlah aku, dan jika dia lurus niscaya luruslah aku
mereka tidak lagi memiliki seorang raja yang dapat menyokong independensi
mereka, atau seorang tempat merujuk dan dipegang pendapatnya di kala tertimpa
kesulitan. sedangkan kondisi Pemerintah Hijaz sebaliknya, seluruh mata orang Arab tertuju
kepadanya dengan memberikan penghargaan dan penghormatan. mereka menganggapnya
sebagai pemimpin dan pelayan Sentral keagamaan. realitasnya, Memang pemerintahan
Tersebut merupakan akumulasi antara palang pintu urusan duniawi, sekaligus pemerintah
dan kepemimpinan keagamaan. ketika mengadili persengketaan yang terjadi antar orang-
orang Arab, pemerintah tersebut bertindak mewakili kepemimpinan keagamaan dan ketika
memberikan putusan di lingkungan al Haram dan hal yang berkenaan dengannya maka ia
lakukan sebagai perintah yang mengurusi kemaslahatan orang-orang yang berkunjung ke
Baitullah dan masih menjalankan syariat Nabi Ibrahim. pemerintahnya juga, sebagaimana
kami singgung sebelumnya, memiliki instansi-instansi dan format-format yang menyerupai
sistem parlemen, namun pemerintahan ini sangat lemah sehingga tidak mampu mengemban
tanggung jawabnya sebagaimana yang tampak saat mereka menyerang orang-orang
habasyah dahulu.

11
KONDISI MASYARAKAT ARAB
DI MASA JAHILIYAH
Telah membahas kondisi politik di Jazirah Arab dan agama-agamanya, kita masih
menyisakan pembahasan tentang kondisi sosial, politik dan moral, berikut uraian
ringkasannya:
kondisi sosial
Di kalangan bangsa Arab terdapat lapisan masyarakat yang beragam dengan kondisi
berbeda-beda. hubungan seorang laki-laki dengan istrinya di lapisan kaum bangsawan
demikian mengalami kemajuan, Seorang Istri mempunyai porsi yang sangat besar dalam
kebebasan berkehendak dan mengambil kebijakan. wanita selalu dihormati dan
dijaga, tidak jarang pedang harus terhunus dan darah tertumpah karenanya. seorang laki-
laki yang ingin dipuji di mata orang Arab karena dia memiliki kedudukan tinggi tapi
kemurahan hati Dan keberanian, maka kebanyakan waktunya hanya dipergunakan untuk
berbicara dengan wanita. seorang wanita dapat mengumpulkan suku-suku untuk
kepentingan perdamaian, jika dia suka, namun juga dapat menyulut api peperangan
diantara mereka. Meskipun demikian, tanpa dapat disangka lagi bahwa seorang laki-laki
adalah kepala keluarga dan pengambil keputusan. hubungan antara laki-laki dan wanita
melalui proses akad nikah adalah di bawah pengawasan para wali wanita. seorang wanita
tidak memiliki hak untuk melakukan sesuatu tanpa seizin mereka.
demikian kondisi kaum bangsawan, sementara pada lapisan masyarakat lainnya
terdapat jenis lain dari pencampur bauran antara laki-laki dan wanita. tidak kami dapat
ungkapkan yang lebih tepat untuk hal itu daripada pelacuran, pergaulan
bebas, pertumpahan darah dan perbuatan keji.
Imam Bukhari dan riwayat hadits lainnya Meriwayatkan dari Aisyah bahwa pernikahan
pada masa jahiliyah terdiri dari empat macam:
1. pernikahan ala sekarang, caranya, seorang laki-laki Datang kepada laki-laki lain
untuk melamar wanita yang di bawah perwalian atau anak perempuannya, lalu dia
menentukan maharnya, kemudian menikahkannya.
2. seorang laki-laki berkata kepada istrinya manakala ia sudah suci dari
haidnya, Pergilah kepada Si Fulan dan bersenggamalah dengannya, kemudian
setelah itu, istrinya diasingkan oleh suaminya dan tidak disentuh selama hingga
kelihatan tanda kehamilannya dari laki-laki tersebut, dan bila telah kelihatan tanda
kehamilannya, maka terserah suaminya, Hal tersebut dilakukan hanyalah lantaran
ingin mendapatkan anak yang pintar. pernikahan semacam ini dinamakan dengan
nikah al-istibdha`
sekelompok laki-laki yang jumlahnya kurang dari 10 orang berkumpul, kemudian
mendatangi seorang wanita dan masing-masing menggauliny. jika wanita ini hamil dan
melahirkan serta telah berlalu beberapa malam dari kelahiran, seseorang kepada
mereka, Maka ketika itu tak seorangpun dari mereka yang dapat mengelak hingga
semuanya berkumpul disisinya, Lalu si wanita ini berkata kepada mereka” kalian telah
mengetahui apa yang telah kalian lakukan dan aku sekarang telah melahirkan. Ini adalah
anakmu wahai Fulan” dia menyebutkan nama laki-laki yang dia senangi dari mereka, maka
anak tersebut mengambil nasabnya
keempat: Laki-laki dalam jumlah banyak mendatangi seorang wanita sementara dia tidak
menolak siapapun yang mendatanginya tersebut. mereka ini adalah para pelacur. yang

12
mereka lakukan adalah, menancapkan bendera-bendera di pintu-pintu rumah mereka, maka
dia masuk. jika dia hamil dan melahirkan, laki-laki yang pernah mendatanginya tersebut
berkumpul kepadanya, lalu mengundang para ahli pelacak jejak(al-Qafah), kemudian
mereka menentukan nasib anak tersebut kepada siapa yang mereka pandang cocok, lantas
orang ini mengakuinya dan dipanggillah dia sebagai anak. dalam hal ini, si laki-laki yang
ditunjuk tidak boleh menyangkal. tatkala Allah mengutus Nabi Muhammad Shallallahu
Alaihi Wasallam, beliau kemudian menghapuskan semua pernikahan kaum jahiliyah
tersebut kecuali pernikahan ala saat ini.
hak menalak merupakan wewenang kaum laki-laki dan tidak terbatas pada jumlah tertentu
perbuatan zina sudah marak pada setiap lapisan masyarakat kita tidak dapat
mengkhususkannya kepada satu lapisan tanpa melibatkan lapisan yang lainnya atau satu
kelompok tanpa melibatkan kelompok yang lain. hanya saja masih ada sekelompok laki-
laki dan wanita yang keagungan jiwanya menolak terjerumusan dalam perbuatan Nista
tersebut. Wanita-wanita Merdeka kondisinya lebih baik ketimbang kondisi para budak
wanita. mereka (budak wanita) mengalami nasib yang amat buruk. tampaknya, mayoritas
kaum jahiliyah tidak merasakan ke terjerumusan dalam perbuatan Nista semacam itu
sebagai satu aib bagi mereka.
Imam Abu Daud meriwayatkan dari Amr bin Syu`aib, dari bapaknya, dari kakeknya,
Dia berkata” seorang laki-laki berdiri Seraya berkata” Wahai Rasulullah! sesungguhnya Si
Fulan adalah anakku aku telah berzina dengan seorang budak wanita pada masa
jahiliyah. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,” tidak ada klaim ( nasab
kepada selain bapaknya) dalam Islam, tradisi jahiliyah telah berlalu. seorang anak hanya
dinasatkan kepada Pemilik Milik kasur (yakni suami) Jika ia hasil pernikahan yang
sah, sedangkan pezina hanya menuai kekecewaan ( dan tidak berhak atas anaknya tersebut).
begitu juga dalam hal ini, Terdapat kisah yang amat terkenal mengenai perseteruan
antara Sa`ad bin Abi Waqqash dan Abd bin Zam`ah Dalam mempersoalkan nasab anak dari
budak wanita milik Zam`ah, yang bernama Abdul Rahman Bin Zam`ah.
sedangkan hubungan antara seorang bapak dengan anak-anaknya, amat berbeda-
beda, diantara mereka ada yang menguraikan rangkaian bait:
sungguh kehadiran anak-anak di tengah kami
Bagai Buah Hati, berjalan melenggang di atas bumi
diantara mereka, ada pula yang mengubur hidup-hidup anak wanita mereka karena takut
malu dan enggan menafkahinya, demikian juga membunuh anak-anak lantaran takut
menjadi fakir dan melarat. Allah berfirman (Al-An`am:151)

َْ َ ُ ُ ُُ َ َ َ ُ َ َ َ ُُ ْ َ َ ًۚ َ ْ َ ُ ْ ُ َّ َ ُ َ َ ُ َْ َ َ ُ
‫ق ْل ت َعال ْوا ات ُل َما َح َّر َم َ ُّربك ْم عل ْيك ْم اَّل تش ِرك ْوا ِب ٖه ش ْي ًٔـا َّو ِبال َو ِالد ْي ِن ِا ْح َسانا َوَّل تُْل ْوا ا ْوَّلَُ ْم نم ْن ِا ْمَ ٍۗ ن ْْ ُن ن ْرزقك ْم َ ِوا َّياه ْم َۚوَّل تْ َر ُبوا‬
ُ َ ُ َّ َ ُ ُ ْ َّ ّٰ َّ ُ َ َ ۚ ْ
َ ‫ن‬ ُ
‫س ال ُِ ْي َح َّر َم الله ِاَّل ِبال َْق ذ ٰ ِلك ْم َو ّٰصىك ْم ِب ٖه ل َعلك ْم ت ْع ِْل ْون‬ َ ‫الن ْف‬
َّ ُْ َ ْ
‫ش َما ظ َه َر ِمن َها َو َما َبط َن َوَّل تُْلوا‬
َ َ ‫ال َف َو ِاح‬

Katakanlah (Muhammad), “Marilah aku bacakan apa yang diharamkan Tuhan kepadamu.
Jangan mempersekutukan-Nya dengan apa pun, berbuat baik kepada ibu bapak, janganlah
membunuh anak-anakmu karena miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu dan
kepada mereka; janganlah kamu mendekati perbuatan yang keji, baik yang terlihat ataupun
yang tersembunyi, janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan
alasan yang benar. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu mengerti.

Dan dalam firmannya yang lain (An-Nahl:58-59).

13
َ ُّ ٗ ُّ ُ َ ْ َ ْ ُ ٰ َ ٗ ُ ْ ُ َ َ ‫ْ ُ ْْۤ َ ُ ن‬ ْ َْ َ ٰ َ َ ْ َ َ ُ َّ ًّ َ ْ ُ ٗ ُ ْ َ َّ َ ٰ ْ ُ ْ ْ ُ ُ َ َ َ ‫َ َ ُ ن‬
‫اب‬ِ ‫ِواذا بشر احدهم ِباْلنثى ظل وجهه مسوَا وهو ك ِظيمۚيُو ٰرى ِمن الْو ِم ِمن سو ِء ما بشر ِب ٖه ايم ِسكه على هون ا َ َم يد ۤسه ِفى ُالُر‬
َ
‫اَّل َسا َء َما َي ْْك ُم ْون‬

58. Padahal apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak
perempuan, wajahnya menjadi hitam (merah padam), dan dia sangat marah. 59. Dia
bersembunyi dari orang banyak, disebabkan kabar buruk yang disampaikan kepadanya.
Apakah dia akan memeliharanya dengan (menanggung) kehinaan atau akan
membenamkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ingatlah alangkah buruknya (putusan)
yang mereka tetapkan itu.

Dan firmannya (Al-Isra`:31)


َ ْ َ َ َ ْ َ َّ ُ ُُ َ َ َ َ ْ َ ُ َ َ َ ُُ ْ َ َ
‫َوَّل تُْل ْوا ا ْوَّلَُ ْم خش َية ِا ْمَ ٍۗ ن ْْ ُن ن ْرزق ُه ْم َ ِوا َّياُ ْم ِان قُل ُه ْم كان ِخط ًٔـا ك ِب ْي ًرا‬

31. Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang
memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu. Membunuh mereka itu sungguh suatu dosa
yang besar.

Serta
ْۖ firmannya (At-Takwir:8)
ْ َ َُ ْ َ
٨ ‫َ ِواذا ال َم ْو ٗءَة ُس ِٕىلت‬

apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya,


Tidak akan tetapi kita tidak bisa menganggap bahwa apa yang termaktub dalam ayat-
ayat di atas merupakan bagian dari moral yang sudah menyebar dan marak terjadi, Sebab
mereka justru sangat mengharapkan anak laki-laki guna membentengi diri mereka dari
serangan musuh.
Sedangkan hubungan seorang laki-laki dengan saudaranya, anak-anak paman dan
kerabatnya demikian rapat dan kuat. hidup dan mati mereka siap korbankan demi fanatisme
terhadap suku. semangat bersatu telah terbiasa di jalankan antar sesama suku dan
diperkokoh lagi dengan fanatisme tersebut. bahkan pilar sistem kemasyarakatan adalah
fanatisme ras dan Rahim( hubungan ikatan kekerabatan). mereka hidup di atas pepatah
yang berbunyi” Tolonglah saudaramu, baik Dia berbuat zalim, ataupun dizalimi” dalam
makna yang Hakiki alias bukan makna yang telah direvisi oleh Islam yaitu menolong orang
yang berbuat zalim dengan maksud mencegahnya melakukan perbuatan itu. Meskipun
begitu, perseteruan dan persaingan dalam memperebutkan martabat dan kepemimpinan
seringkali mengakibatkan terjadinya perang antar suku yang masih memiliki hubungan satu
garis bapak teratas sebagaimana yang kita lihat terjadi antara suku Aus dan khazraj, abs dan
dzubyan, bakr dan taghlib, dll.
Adapun hubungan antar suku yang berbeda benar-benar tercerai-berai. mereka
menggunakan kekuatan yang ada untuk berjibaku dalam peperangan. Hanya saja
terkadang, rasa sungkan serta takut mereka terhadap sebagian tradisi dan kebiasaan yang
berpadu antara ajaran agama dan kufarat sedikit mengurangi tajam dan dahsyatnya
Perseteruan tersebut. dan dalam kondisi tertentu, loyalitas, persekutuan, dan afiliasi malah
menyebabkan bersatunya antar suku yang berbeda. al-asyhur al-hurum ( bulan-bulan yang
diharamkan untuk berperang) menjadi rahmat dan penolong bagi kehidupan mereka dan
kebutuhan hidup mereka
singkat kata, kondisi sosial mereka berada dalam sangkar kelemahan dan
kebutaan. kebodohan mencapai puncaknya dan kufarat merajalela di mana-mana

14
Sementara kehidupan manusia Tak ubahnya seperti binatang ternak wanita diperjualbelikan
bahkan terkadang diperlakukan bak benda mati. hubungan antar umat sangat lemah
sementara pemerintahan yang ada perhatian utamanya hanyalah untuk mengisi gudang
kekayaan mereka yang diambil dari rakyat atau menggiring mereka untuk berperang
melawan musuh-musuh yang mengancam kekuasaan mereka.
Kondisi Ekonomi
Kondisi sosial di atas berimbas kepada kondisi ekonomi. hal ini diperjelas dengan melihat
cara dan gaya hidup bangsa Arab. Berniaga merupakan sarana terbesar mereka untuk meraih
kehidupan hidup, roda perniagaan tidak akan stabil kecuali bila keamanan dan perdamaian
merata akan tetapi hal itu semua lenyap k ecuali “al-Asyhur al-Hurum” Saja. dalam bulan-
bulan inilah pasar-pasar Arab terkenal seperti ukazh, dzil majaz, majannah, dan lainya
beroperasi.
Sedangkan dalam kegiatan industri, mereka termasuk bangsa yang amat jauh untuk
mencapai ke arah itu. sebagian besar hasil Perindustrian bangsa Arab hanyalah pada seni
tenunan, samak kulit binatang dan lainnya. kegiatan ini pun hanya ada pada masyarakat
Yaman, hirah, dan pinggiran negeri syam. memang benar, di kawasan domestik Jazirah
terdapat semisal aktivitas bercocok tanam, membajak sawah, dan berternak kambing, sapi
serta unta. semua kaum wanita bekerja sebagai pemintal. namun harta benda tersebut
sewaktu-waktu dapat menjadi sasaran peperangan, kemiskinan, kelaparan serta kehidupan
Papa menyelimuti masyarakat.
Kondisi Moral
Kita tidak dapat memungkiri bahwa pada sisi masyarakat jahiliyah terdapat
kehidupan Nista, pelacuran dan hal-hal lain yang tidak dapat diterima oleh kesehatan dan
ditolak oleh hati nurani. Namun demikian mereka juga mempunyai akhlak mulia dan terpuji
yang amat menawan siapa saja, juga membuatnya Terkesima dan takjub. diantara akhlak-
akhlak tersebut adalah:
1. kemurahan hati
mereka berlomba-lomba memiliki sifat ini dan berbangga dengannya. setengah dari bait-
bait syair mereka tuangkan untuk menyebut sifat ini, baik dalam rangka memuji diri sendiri
maupun memuji orang lain. seseorang terkadang kedatangan tamu di saat temperatur udara
demikian dingin dan perut merintih kelaparan, dan di saat itu pula, ia tidak memiliki harta
apa-apa selain unta betina yang satu-satunya menjadi gantungan hidupnya dan
keluarganya, Akan tetapi karena terobsesi oleh getaran kemurahan hati membuatnya
bergegas untuk menyuguhkan sesuatu. karenanya, dia lantas menyembelih satu-satunya
unta miliknya untuk tamunya tersebut, menjadikan mereka sampai-sampai rela
menanggung denda yang demikian besar dan beban-beban Yang dahsyat demi upaya
mencegah pertumpahan darah dan melayangnya jiwa. mereka berbangga atas hal tersebut
dan menyombongkan diri di hadapan orang lain, baik para tokoh maupun para pemuka.
sebagian implikasi dari sifat tersebut, mereka membanggakan diri dengan kebiasaan
meminum Arak. hal ini sebenarnya bukanlah lantaran bangga dengan esensi minuman-
minuman itu, tetapi lantaran Hal itu merupakan sarana menuju tertanamnya sifat murah
hati tersebut, dan juga sarana yang memudahkan tumbuhnya jiwa yang suka berfoya-
foya. dan lantaran itu pula, mereka menamakan pohon anggur dengan alkaram ( murah
hati) sedangkan arak yang terbuat dari anggur itu mereka namakan bintul karam ( Putri
kemurahan hati). jika anda membuka lembaran-lembaran Diwan ( koleksi-koleksi) syair-
syair jahiliyah, Anda akan menemukan satu bab yang bertajuk al-madih wa al-fakhr(Pujian-

15
pujian dan kebanggaan diri). dalam hal ini Antarah Bin syaddad al-Absy mengurai bait-
bait syairnya dalam mu`allaqahnya:
sungguh aku telah menenggak arak di tempat mulia
sesudah wanita-wanita penghibur di lantarkan
dengan botol kuning di atas nampan
dan terangkai bunga dalam genggaman tangan dingin
saat aku menenggak, sungguh aku habiskan seluruh hartaku
namun begitu, kehormatanku masih Sadarkan
kala aku tersadarkan, takkan lengah menyongsong panggilan
sebagaimana hal itu melekat pada sifat dan tabiat ku
pengaruh lainnya dari sifat Al karam adalah menjadikan mereka sibuk dengan bermain judi
Di mana mereka menganggap hal itu sebagai salah satu sarana menuju sifat tersebut. karena
dari keuntungan yang diraih dalam berjudi tersebut, mereka belanjakan makanan untuk
fakir miskin. atau bisa juga diambil dari sisa saham yang diraih masing-masing
pemenang. oleh karena itu, Anda mendapatkan Alquran, tidak mengingkari manfaat dari
arak dan Judi itu, akan tetapi dinyatakanْ dalam
ْۖ
Alquran adalah (al-baqarah:219)
َ ْ
ْ ْ ُ َ ُ ْ َ َ َ ُ ْ َّ َْٓ َّ َ ٓ ُ ْ َ ْ َ َ َ ُ
‫اس َ ِواث ُم ُه َما اك َب ُر ِم ْن نف ِع ِه َما َو َي ْس َٔـل ْونك َماذا ُين ِفْ ْون ە ق ِل ال َعف َو‬
ِ ‫۞ َي ْس َٔـل ْونك ع ِن الخ ْم ِر َوال َم ْي ِس ِر ق ْل ِف ْي ِه َما ِاثم ك ِب ْير َّو َمن ِاف ُع ِللن‬
ََۙ َّ َ َ َ ُ َّ َ ٰ ْ ُ َ ُ ّٰ َ َ
٩١٢ ‫ك ٰذ ِلك ُي َب ني ُن الله لك ُم اْل ٰي ِت ل َعلك ْم تُفك ُر ْون‬

Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang khamar 64) dan judi. Katakanlah,
“Pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia. (Akan tetapi,) dosa
keduanya lebih besar daripada manfaatnya.” Mereka (juga) bertanya kepadamu (tentang)
apa yang mereka infakkan. Katakanlah, “(Yang diinfakkan adalah) kelebihan (dari apa yang
diperlukan).” Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu
berpikir
2. Janji dalam tradisi mereka adalah laksana agama yang harus dipegang Teguh.
Bahkan untuk menvalisasikannya mereka tidak segan-segan membunuh anak-anak
mereka dan menghancurkan tempat tinggal mereka Sendiri. untuk mengetahui hal
itu, cukup dengan membaca kisah
3. harga diri Yang tinggi dan sifat pantang menerima pelecehan dan kezaliman
implikasi dari sifat ini adalah tumbuhnya pada diri mereka keberanian yang amat
berlebihan, Pemburu buta dan cepatnya emosi meluap. PK adalah orang-orang yang tidak
akan pernah bisa bersabar mendengar ucapan yang mereka cium berbau penghinaan dan
pelecehan. Apabila hal itu terjadi, maka mereka tak segan-segan menghunus pedang dan
mengacungkan hulu tombak serta mengobarkan peperangan yang panjang. mereka juga
tidak peduli bila nyawa mereka menjadi taruhannya demi mempertahankan sifat tersebut.
4. tekad yang pantang surut
Bila mereka sudah bertekad untuk melakukan sesuatu yang mereka anggap suatu
kemuliaan dan kebanggaan, Maka Tak ada satupun yang dapat menyurutkan tekad mereka
tersebut, Bahkan mereka akan nekat menerjang bahaya demi hal itu.
5. meredam Kemarahan, sabar, dan amat berhati-hati
mereka menyanjung sifat-sifat semacam ini, hanya saja keberadaannya seakan
terselimuti oleh amat berlebihannya sifat pemberani dan langkah cepat untuk berperang.

16
6. gaya hidup lugu dan polos ala Baduy dan belum terkontaminasi oleh peradaban dan
pengaruhnya
implikasi dari gaya hidup semacam ini adalah timbulnya sifat jujur, amanah serta anti
menipu dan khianat.
Kita melihat bahwa tertanamnya akhlak yang amat berharga ini, Di samping letak
geografis Jazirah Arab bagi dunia luar adalah sebagai Sebab utama terpilihnya mereka untuk
mengemban risalah yang bersifat umum dan memimpin umat manusia dan masyarakat
dunia.Pak Meskipun demikian akhlak di atas dapat membawa kepada kejahatan dan
menimbulkan peristiwa yang tragis, namun sebenarnya esensi akhlak ini adalah akhlak
yang amat berharga, dan akan menciptakan keuntungan bagi umat manusia secara umum
setelah adanya sedikit dan perbaikan atasnya. Hal inilah yang dilakukan oleh Islam ketika
datang.
tampaknya, akhlak yang paling berharga dan amat bermanfaat menurut mereka setelah sifat
menepati janji adalah sifat Menjaga harga diri dan tekad pantang surut. hal
demikian, karena tidak mungkin mengikis kejahatan dan kerusakan yang ada serta
menciptakan sistem yang penuh dengan keadilan dan kebaikan kecuali dengan kekuatan
yang terkalahkan dan tekad yang membaja
mereka juga memiliki sifat Mulia lainnya, selain sifat-sifat yang telah kita sebutkan di
atas, namun bukanlah maksud kita di sini menyebutkannya secara tuntas.

Membangun Ka`bah dan Menyelesaikan Pertikaian


Pada saat beliau Rasulullah berusia 35 tahun, kabilah Quraisy membangun kembali
Ka'bah karena kondisi fisiknya sebelum itu hanyalah berupa tumpukan-tumpukan batu
besar yang tinggi di atas badan manusia, yaitu setinggi 9 Hasta sejak dari masa Ismail
Alaihissalam dan tidak memiliki atap sehingga yang tersimpan di dalamnya dapat dicuri
oleh segerombolan pencuri.
Di samping itu, karena merupakan sebuah peninggalan sejarah yang berumur
tua, Ka'bah sering diserang oleh pasukan berkuda sehingga merapuhkan bangunan dan
meratakan dinding-dindingnya. hal lainnya, 5 tahun sebelum beliau diutus menjadi
rasul, Mekah pernah dilanda banjir bandang, airnya meluap dan mengalir ke Baitul haram
sehingga mengakibatkan bangunan Ka'bah hampir ambruk. orang-orang Quraisy terpaksa
merenovasi bangunannya demi menjaga pamornya dan bersepakat untuk tidak
membangunnya kecuali dari sumber usaha yang baik. mereka tidak mau mengambilnya
dari dan nama hari yang didapat secara zalim, Transaksi ribawi dan hasil tindak kezaliman
terhadap seseorang.
Semula mereka merasa segan untuk merobohkan bangunannya hingga akhirnya
diprakarsai oleh Wahid Bin Al mughirah al makh-zumi. setelah itu, barulah orang-orang
mengikutinya setelah melihat tidak terjadi apa-apa terhadap dirinya. mereka harus
melakukan perubahan sehingga sampai ke pondasi pertama yang dulu diletakkan oleh
Ibrahim Alaihissalam. kemudian, mereka ingin memulai membangun kembali dengan cara
membagi-bagi per bagian bangunan Ka'bah, yaitu masing-masing kabilah mendapat satu
bagian. setiap kabilah mengumpulkan sejumlah batu sesuai dengan jatah masing-
masing. lalu mulailah pembangunannya sedangkan yang menjadi pemimpin proyeknya
adalah seorang arsitektur asal Romawi yang bernama Baqum. tatkalah Pengerjaan tersebut
sampai kepada peletakan hajar Aswad. mereka bertikai mengenai Siapa yang paling berhak
mendapat kehormatan meletakkannya ke tempat semula dan pertikaian tersebut berlangsung

17
selama 4 dan atau 5 malam. Bahkan semakin meruncing hingga hampir terjadi peperangan
yang maha dahsyat di tanah al Haram. Untunglah Abu Umayyah bin Al mughirah al-
makhzumi menawarkan penyelesaian Pertikaian diantara mereka lewat satu cara, yaitu
menjadikan pemutus perkara tersebut kepada siapa yang paling dahulu memasuki pintu
masjid. tawaran ini dapat diterima oleh semua pihak dan atas kehendak Allah Subhanahu
Wa Ta'ala Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam orang yang pertama
memasukinya. tatkala melihatnya, mereka saling menyeru,“ inilah Al Amin (orang-orang
yang amanah)! kami rela! inilah muhamad”Dan ketika beliau mendekati mereka dan mereka
memberitahukan kepadanya tentang hal tersebut, Beliau meminta sehelai selendang Dan
meletakkan Hajar Aswad di tengah-tengahnya. di tengah-tengahnya lalu meminta agar
semua kepala kabilah yang bertikai memegangi ujung selendang tersebut dan
memerintahkan mereka untuk mengangkatnya tinggi-tinggi hingga manakala mereka telah
mengangkatnya sampai ke tempatnya, Beliau Rasulullah mengambilnya dengan lengannya
dan meletakkannya di tempatnya semula. hal ini merupakan solusi yang tepat dan jitu untuk
membuat semua pihak rela.
namun orang-orang Quraisy kekurangan dana dari sumber usaha yang baik sehingga
mereka harus meninggalkan pembangunan sekitar 6 Hasta dari bagian utara ka`bah, yaitu
yang dinamakan dengan hijr ismail dan al-hathim lalu mereka meninggikan pintunya yang
semula berada di tanah agar tidak ada orang yang memasukinya kecuali orang yang mereka
kehendaki. Tatkala pembangunansudah mencapai15 hasta, mereka mengatapinya dan
menyangganya dengan 6 buah tiang.
Setelah proyek renovasi selesai, ka`bah tersebut berubah menjadi hamper berbentuk
kubus dengan ketinggian lebih kurang 15 m, panjang sisi yang berada di bagian hajar aswad
adalah 10 m dan bagian depan berhadapan denganya juga 10 m. Hajar aswad sendiri
dipasang di atas ketinggian 1 satu setengah meter dari permukaan lantai dasar thawaf.
Adapun panjang sisi yang berada di bagian pintu depan yang sehadapan denganya adalah
12 meter, sedangkan tinggi pintunya adalah 2 meter dari atas permukaan tanah. Dan bagian
luarnya dikelilingi oleh tumpukan batu bangunan, tepatnya di bagian bawahnya.

18
SEJARAH DAN ASAL-USUL NAMA MEKKAH, KOTA KELAHIRAN
NABI MUHAMAD SAW

Setiap 12 Rabiul Awal, umat Islam memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Tahun ini, hari kelahiran Nabi Muhammad SAW bertepatan dengan 19 Oktober 2021.
Diketahui, Rasulullah SAW dilahirkan pada 570 Masehi di Mekkah, kota suci bagi umat
Islam.
Sejarah singkat Kota Mekkah
Secara geografis, Mekkah terletak 72 kilometer dari pusat perekonomian Arab Saudi, Jeddah,
400 kilometer dari Madinah. Melansir Aljazeera, Kota Mekkah terletak di daerah
pegunungan tandus dengan luas sekitar 850 kilometer. Sejarah berdirinya Kota Mekkah
sendiri tak lepas dari peran Nabi Ibrahim AS yang mendirikan Kabah. Mekkah pada mulanya
merupakan sebuah kota kecil yang dihuni oleh anak cucu Nabi Adam AS sampai ketika
dilanda banjir besar di era Nabi Nuh AS. Setelah itu, Mekkah menjadi daerah lembah tandus
yang dikelilingi oleh pegunungan. Banyak orang kemudian mulai berdatangan dan menetap
di kota kecil itu, termasuk Nabi Ibrahim AS. Di era Romawi dan Bizantium, Kota Mekkah
menjadi pusat perdagangan. Sebab, kota ini ada di jalur perdagangan yang menghubungkan
Mediterania, Arab Selatan, Afrika Timur, dan Asia Selatan. Di masa selanjutnya, Mekkah
dihuni oleh suku Quraisy dan menguasai kota itu di bawah pimpinan Qusay bin Kilab, kakek
keempat Nabi Muhammad SAW.

Era Nabi Muhammad SAW


Pada tahun 571 M, Abraha dengan pasukannya para penunggang gajah ingin
menghancurkan kabah memaksa orang-orang Arab untuk berziarah ke tempat ibadahnya.
Ketika ia dan pasukannya mendekati Mekkah, gajah-gajah itu menolak untuk maju ke arah
Kabah. Dalam Al Quran Surat Al-Fil disebutkan, Allah mengirimkan burung ababil untuk
menghancurkan Abraha dan pasukannya. Peristiwa inilah yang melatarbelakangi penyebutan
Tahun Gajah, tahun ketika Nabi Muhammad SAW lahir. Pada abad ke-7 Masehi, Islam muncul
di Mekkah. Karena dianggap telah mengganggu tradisi dan paradigma lama, penduduk lokal
pun menentang keras dan memaksa mereka untuk berhijrah.
Nabi Muhammad SAW berserta pengikutnya kemudian hijrah ke Madinah pada 622 M.
Tujuh tahun kemudian, tepatnya pada 630 M, umat Islam berhasil menaklukkan kota Mekah
dengan damai setelah penduduknya menyerah. Peristiwa ini banyak dikenal dengan Fathu
Makkah atau penaklukan Kota Mekkah.
Asal usul nama Mekkah
Ada banyak riwayat yang menyebut asal-usul nama Kota Mekkah. Salah satunya adalah
berasal dari nama burung yang hidup di Riyadh, yaitu burung Mukka'. Riwayat lain
menyebutkan bahwa disebut Mekkah karena kota itu mampu menghapus dosa-dosa para
peziarahnya dan kezaliman. Sebab, kata "menghapus" atau "membersihkan" dalam bahasa
Arab juga disebut "makka"-"yamukku",

Era modern
Mengutip Britannica, pada 1517, Mekkah berada di bawah pemerintahan Turki Usmani
dengan ibu kota Konstantinopel atau sekarang disebut Istanbul, . Setelah Turki Usmani runtuh,
Ibn Saud mendirikan Kerajaan Arab Saudi. Mekkah mengalami perkembangan ekonomi yang
luas setelah ditemukannya sumber daya minyak di Arab Saudi. Pemerintah pun merenovasi
Kota Mekkah besar-besaran untuk menampung jemaah lebih banyak. Wajah Mekkah kini
menjadi kota yang jauh lebih modern dengan bangunan-bangunan pencakar langit memenuhi

19
sudut kota.
SEJARAH KA`BAH DARI MASA KE MASA

Ka'bah merupakan bangunan suci yang berada di dalam Masjidil Haram, Mekkah, Arab
Saudi. Ka'bah dibangun kali pertama oleh Nabi Ibrahim AS bersama putranya Nabi Ismail AS.
Dalam sejarahnya, Ka'bah telah mengalami beberapa kali pemugaran hingga sekarang.
Pendirian Ka'bah
Dalam Kitab Suci Alquran, diceritakan bahwa Ka'bah kali pertama dibangun Nabi Ibrahim AS
bersama putranya Nabi Ismail AS atas perintah Allah SWT. Kisah ini dimuat di beberapa surat
Alquran, yakni:
 QS Al-Maidah ayat 97: "Allah telah menjadikan Ka'bah rumah suci tempat manusia
berkumpul. Demikian pula bulan haram, hadyu dan qala'id. Yang demikian itu agar
kamu mengetahui, bahwa Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di
bumi, dan bahwa Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."
 QS Al-Baqarah ayat 127: "Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan pondasi
Baitullah bersama Ismail, (seraya berdoa), “Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami.
Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui."
 QS Al-Imran ayat 96: "Sesungguhnya rumah (ibadah) pertama yang dibangun untuk
manusia, ialah (Baitullah) yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi
petunjuk bagi seluruh alam."
Pembangunan Ka'bah diperkirakan dimulai pada sekitar tahun 1500 SM. Selain itu, ada
pendapat lain yang menyatakan bahwa Ka'bah dibangun sejak zaman Nabi Adam. Para ahli
sejarah memperkirakan bahwa bentuk Ka'bah saat kali pertama dibangun memiliki tinggi 30
hingga 31 hasta atau 20 meter dengan lebar 20 hasta atau sekitar 10 meter. Adapun
bangunannya berupa susunan batu tanpa semen yang melekatkan.Selain itu, Ka'bah awalnya
tidak memiliki atap dan terdapat dua pintu.Setelah berhasil dibangun, Allah memerintahkan
Nabi Ibrahim untuk menyeru kepada manusia supaya berziarah ke Ka'bah.
Ka'bah sebelum Era Islam
Sebelum Islam datang dan disebarkan oleh Nabi Muhammad, Ka'bah merupakan
bangunan suci yang dikelilingi oleh berhala. Hingga kini, tidak diketahui secara pasti sejak
kapan Ka'bah menjadi bangunan yang dikelilingi banyak berhala. Namun, ada sebuah riwayat
yang menjelaskan bahwa anak Nabi Ibrahim, yakni Nabi Ismail, memiliki banyak pengikut.
Akan tetapi, setelah Nabi Ismail meninggal, para pengikutnya dan anak-anaknya secara
perlahan mulai meninggalkan kepercayaan kepada Allah dan mulai menyembah berhala.
Namun, ada sebuah riwayat yang menjelaskan bahwa anak Nabi Ibrahim, yakni Nabi
Ismail, memiliki banyak pengikut. Akan tetapi, setelah Nabi Ismail meninggal, para
pengikutnya dan anak-anaknya secara perlahan mulai meninggalkan kepercayaan kepada Allah
dan mulai menyembah berhala. Dari situlah, Ka'bah mulai menjadi tempat pemujaan berhala.
Selain itu, banyak orang dari berbagai wilayah datang mengunjungi Ka'bah untuk menyembah
berhala-berhala tersebut. Berhala-berhala yang mengelilingi Ka'bah itu kemudian dinamai
dengan nama para dewa. Salah satu berhala terkenal di Ka'bah pada masa itu adalah hubal yang
dibawa oleh Amru bin Luhai.

20
Pemugaran Ka'bah

Sekitar 5 tahun sebelum kenabian Muhammad, terjadi banjir hebat yang menghancurkan
dinding-dinding Ka'bah. Bencana itu kemudian membuat Bangsa Quraisy yang mendiami
Mekkah, berniat merenovasi total bangunan Ka'bah karena telah lapuk dimakan usia.
Akan tetapi, mereka takut karena jauh sebelumnya, Abrahah celaka ketika akan
menghancurkan Ka'bah. Hanya Al-Walid bin Al-Mughirah Al-Makhzumy atau Al-Walid Al-
Mughirah Al-Makhzumy atau Al-Walid Ibnul Mughirah yang berani merenovasi total
bangunan Ka'bah. Ia merupakan orang yang kali pertama merobohkan Ka'bah untuk direnovasi
menjadi bangunan baru pada sekitar abad ke-6 M.
Kala itu, Nabi Muhammad diperkirakan telah berusia 35 tahun dan turut serta dalam
pemugaran Ka'bah. Pada pemugaran tersebut, bangunan Ka'bah ditinggikan hingga 18 hasta.
Sementara itu, tinggi bangunan Ka'bah dikurangi menjadi sekitar 6,5 hasta dari sebelumnya
yang mencapai 30 hasta. Nabi Muhammad sebenarnya kurang sepakat dengan pemugaran
Ka'bah oleh kaum Quraisy. Sebab, kaum Quraisy mengubah posisi Ka'bah sehingga tidak sama
dengan bangunan awal yang didirikan Nabi Ibrahim. Meski demikian, Nabi Muhammad
menahan egonya dan memilih mendahulukan kepentingan kepentingan yang kala itu baru saja
memeluk Islam.
Pemugaran kedua Ka'bah dilakukan pada sekitar akhir tahun ke-36 Hijriah, tepatnya
setelah Khalifah Yazid bin Muawiyah menyerbu Abdullah bin Zubair dan pengikutnya di
Mekkah. Perang itu pun mengakibatkan Ka'bah terbakar dan sebagian dindingnya roboh.
Kerusakan akibat perang itu kemudian membuat Ka'bah harus diratakan dengan tanah dan
dibangun kembali. Abdullah bin Zubair membangun tiang-tiang di sekeliling bangunan Ka'bah
dan menutupinya dengan tirai. Ia kemudian menambah bangunan Ka'bah menjadi 6 hasta,
menambah tingginya menjadi 10 hasta, serta membuat dua pintu yang terdiri dari satu pintu
masuk dan satu pintu keluar. Abdullah bin Zubair membangun ulang Ka'bah itu sesuai dengan
hadis Nabi Muhammad soal pemugaran yang dilakukan kaum Quraisy.
“Wahai Aisyah, jika bukan karena kaummu baru saja meninggalkan jahiliyah, tentu
mereka sudah kuperintahkan untuk menghancurkan Ka’bah agar kumasukkan ke dalamnya apa
yang dikeluarkan darinya, kutempelkan (pintunya) ke tanah, kubuatkan baginya satu pintu di
timur dan satu pintu di barat, dan aku akan menghubungkannya dengan dasar-dasar yang
dibangun Ibrahim,” kata Nabi Muhammad kepada Sayyidah Aisyah mengenai pembangunan
Ka’bah yang dilakukan kaum Quraisy itu.
Hajar Aswad ini merupakan batu yang diriwayatkan diberikan oleh Malaikat Jibril
kepada Nabi Ismail. Saat itu, ketika Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail hampir selesai membangun
Ka'bah, terdapat kekurangan batu. Dari situlah datang Malaikat Jibril dengan membawa Hajar
Aswad untuk menyempurnakan Ka'bah. Setelah pemugaran dan kenabian Muhammad SAW,
Ka'bah masih dipenuhi oleh berhala yang mengelilinginya. Ketika Nabi Muhammad SAW
hijrah ke Madinah, Ka'bah menjadi tempat pemujaan berhala bagi kaum Quraisy. Di sana
terdapat sekitar 300-an lebih berhala yang mengelilingi Ka'bah.ada tahun 630, Nabi
Muhammad SAW bersama dengan kaum muslimin mengunjungi Mekkah dan Ka'bah. Selain
itu, Nabi Muhammad juga memerintahkan untuk menghancurkan berhala-berhala yang
mengelilingi Ka'bah. Peristiwa tersebut kemudian dikenal dengan Fatkhu Mekkah atau
Pembebasan Mekkah.

21
Setelah wafatnya Nabi
Setelah dikuasai oleh umat Islam, pemugaran Ka'bah dilakukan kembali oleh Al Hajjaj bin
Yusuf Ats Saqafi dan dipasangi marmer.
Renovasi tersebut dilakukan sekitar abad ke-8 M menyusul semakin berkembangnya Islam
dan banyaknya jemaah haji yang mengunjungi Ka'bah. Setelah itu, Ka'bah diperkirakan tidak
mengalami pemugaran. Baru pada tahun 1040, Ka'bah direnovasi oleh Sultan Murad Khan dari
Turki Utsmani. Pemugaran yang dilakukan oleh Sultan Murad Khan dikarenakan Ka'bah
mengalami kerusakan berat setelah hujan lebat dan menyebabkan banjir.
Masa Kerajaan Arab Saudi
Kemudian setelah penyatuan Arab Saudi pada 1932, raja pertamanya, Raja Abdul Aziz
menjadi penjaga Ka'bah dan Masjidil Haram. Pada pemerintahan Raja Abdul Aziz, Masjidil
Haram yang mengelilingi Ka'bah diperluas hingga memiliki kapasitas hampir 50.000.
Selanjutnya, pemerintah Arab Saudi merenovasi besar-besaran Masjidil Haram hingga mampu
menampung satu juta jamaah pada 1982. Pada 2020, Raja Abdullah bin Abdul Aziz merenovasi
kembali Masjidil Haram hingga mampu menampung jamaah sekitar hampir 1,2 juta jamaah.

Suku Quraisy
Suku Quraisy adalah suku bangsa Arab keturunan Ibrahim, yang menetap di kota
Mekkah dan daerah sekitarnya. Klan-klan yang menetap di tengah kota disebut 'Quraisy
Lembah' (Quraisy al-Batha), sementara yang menetap di daerah sekeliling kota disebut
'Quraisy Pinggiran' (Quraisy az-Zawahir).

Etimologi

Ahli silsilah abad ke-9, Hisyam bin al-Kalbi menegaskan nama Quraisy bukanlah nama
dari seorang pendiri suku; sebaliknya, nama ini berasal dari taqarrusy, sebuah kata dalam
bahasa Arab yang berarti "berkumpul bersama" atau "perkumpulan".

Sejarah
 Asal-usul
Nenek moyang suku Quraisy adalah Fihr bin Malik, yang silsilah lengkapnya, menurut
sumber-sumber Arab tradisional, adalah sebagai berikut: Fihr bin Mālik bin al-Naḍr bin Kināna
bin Khuzayma bin Mudrika bin Ilyās bin Muḍar bin Nizār bin Ma'add bin ʿAdnān.
 Bermukim di Makkah
Dia juga memberikan tanggung jawab lain yang berhubungan dengan Ka'bah kepada
putranya yang lain, Abdul-'Uzza dan Abdul-Dar, sambil memastikan bahwa semua keputusan
Quraisy harus dibuat di hadapan putra sulungnya, Abdul-Dar; Abd al-Dar juga ditunjuk sebagai
pemegang hak-hak istimewa seperti penjaga panji-panji perang Quraisy dan pengawas air dan
perbekalan bagi para peziarah yang mengunjungi Ka'bah.
Menurut sejarawan F. E. Peters, catatan Ibnu Ishaq mengungkapkan bahwa Mekah pada
masa Qusayy dan keturunannya belum menjadi pusat perdagangan; sebaliknya, ekonomi kota
didasarkan pada ziarah ke Ka'bah, dan "apa yang disebut sebagai kantor-kantor pemerintah
kota (yang ditunjuk oleh Qushay) hanya berkaitan dengan operasi militer dan kontrol terhadap
tempat suci".

22
Masalah suksesi antara penerus alami Qusayy, yakni Abdul-Dar, dan penerus pilihannya,
Abdul Manaf, menyebabkan pembagian Quraisy menjadi dua faksi; Mereka yang mendukung
klan Abdul-Dar, termasuk klan Bani Sahm, Bani Adi, Bani Makhzum dan Bani Jumah, dikenal
sebagai al-Aḥlāf (para Konfederasi), sementara mereka yang mendukung klan Abdul Manaf,
termasuk Bani Taym, Bani Asad, Bani Zuhra dan Bani al-Harits ibn Fihr, dikenal sebagai al-
Muṭayyabūn (bahasa Arab:, har.)

Garis silsilah/ keturunan arab


1) Ba'idah : artinya punah, merupakan suku yang pernah tinggal di Jazirah Arab dan telah
punah. Sejarah mereka sedikit sekali yang dapat diketahui, kebanyakan berasal dari
Perjanjian Lama dan Al-Qur'an. Selain itu dari penggalian-penggalian arkeologis yang
ditemukan. Mereka termasuk ʿĀd, Tsamud, Tasam, Jadis, Imlaq dan lainnya.
2) Qahtani : Menurut dugaan mereka berasal dari keturunan Ya'rub bin Yasyjub bin
Qahtan bin Hud, sering pula dikenal dengan Arab Qahtan. Mereka kebanyakan tinggal
di Yaman dan kemudian menyebar ke daerah lainnya. Peradaban mereka diketahui
cukup tinggi. Dibuktikan dengan penemuan-penemuan arkeologis yang
mengungkapkan cara kehidupan mereka. Keturunan dari Qahtani ini ada yang
menyebar sampai ke Yatsrib, nama kuno untuk Madinah, yaitu Bani 'Aus dan Bani
Khazraj yang dikenal sebagai Kaum Anshar.
3) Adnani : Mereka diduga berasal dari keturunan Ismail (Bani Ismail) melalui anaknya
Adnan. Ada juga yang menyebut Arab Adnan dan Quraisy termasuk cabang dari ini.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Jazirah arab dari arah barat berbatasan dengan laut merah dan semenanjung gurun Sinai; dari
arah timur berbatasan dengan teluk arab dan bagian besar dari negeri irak bagian selatan; dari
arah selatan berbatsan dengan laut arab yang merupakan perpanjangan dari laut hindia dan dari
arah utara berbatasan dengan wilayah syam dan sebagian dari negeri irak, terlepas dari adanya
perbedaan dalam penentuan batasan ini.Arab Ba`idah Kaum-kaum arab kuno yang sudah
punah dan tidak mungkin melacak rincian yang cukup tentang sejarah mereka, seperti Ad,
Tsamud, Thasm, Judais, Imlaq (bangsa raksasa), dan lain-lainya.Arab Musta`ribah Kaum-
kaum arab yang berasal dari garis keturunan Ismail, yang disebut pula arab Adnaniyah.Tanah
air arab Aribah (kaum Qahthan) adalah negeri yaman, lalu mereka berkembang menjadi
beberapa kabilah dan anak kabilah (marga), yang terkenal darinya ada dua kabilah, yaitu:
a.Himyar; anak kabilahnya yang paling terkenal adalah Zaid al-Jumhur, Qudha`ah dan Sakasik
b.Kahlan; anak kabilahnya yang paling terkenal adalah Hamadan, Anmar, Thayyi, Madzhaj,
Kindah, Lakham, Judzam, Azd, Aus, Khazraj dan anak cucu dari Jafnah yang merupakan para
raja di Syam serta lain-lainya.Ada yang mengatakan bahwa kepergian mereka terjadi
menjelang banjir besar saat mereka mengalami kegagalan dalam perdagangan akibat tekanan
dari bangsa romawi dan dikuasainya jalur perdagangan laut oleh mereka, dilumpuhkanya jalur
darat setelah keberhasilan romawi menguasai Mesir dan Syam, (dalam riwayat lain) dikatakan,
bahwa kepergian mereka setelah terjadinya banjir besar tersebut.Antara tahun 1300 SM hingga
620 SM; pada periode ini dinasti mereka dikenal dengan dinasti al-Mu`iniah, sedangkan raja-

23
raja mereka dijuluki sebagai Mukrib Saba; dengan ibu kotanya Shirwah yang puing-puingnya
terletak sekitar 50 km ke arah barat luat dari kota Ma`rib, dan berjarak 142 km arah timur kota
Shan`a yang dikenal dengan sebutan Khuraibah.Pada periode merekalah dimulainya
pembangunan bendungan yang dikenal dengan nama bendungan Ma`rib dan memiliki peran
besar dalam sejarah Yaman, ada yang mengatakan, wilayah pemerintah kaum Saba` ini telah
sampai ke tingkatan aneksasi terhadap kawasan di dalam dan di luar negeri arab.Antara tahun
620 SM hingga 115 SM; pada periode ini dinasti mereka dikenal dengan dinasti Saba; dan
julukan “Mukrib” mereka tinggalkan, untuk kemudian dikenal dengan raja-raja Saba`.

24

Anda mungkin juga menyukai