DISUSUN OLEH:
Arya Bayu Ardana : (22262011011)
Baros Rimbawando : (22262011013)
Choirul Anang : (22262011014)
Eric Apriliawan Putra : (22262011018)
DOSEN PEMBIMBING:
AMALIA MA’RIFATUL, S.Si.,MT
1. BAB 1 (PENDAHULUAN)
A. LATAR BELAKANG………………………………………………………..3
B. RUMUSAN DAN BATASAN MASALAH…………………………………3
2. BAB 2 (PEMBAHASAN)
SEJARAH PERADABAN ISLAM PERIODE NABI MUHAMMAD SAW.
A. ARAB PRA-ISLAM………………………………………………………….4
B. PERIODE MEKKAH………………………………………………………..8
C. PERIODE MADINAH……………………………………………………..16
3.BAB 3 (PENUTUP)
A. KESIMPULAN…………………………………………………………….20
B. KRITIK DAN SARAN…………………………………………………….20
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kebudayaan Islam periode Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam
terbagi menjadi dua periode, yakni periode Mekkah dan periode Madinah. Periode
Mekkah dimulai dengan diangkatnya beliau menjadi Nabi dan Rasul. Sedangkan
periode Madinah dimulai sejak Hijrahnya Rasulullah dan kaum muslimin ke
Madinah setelah lebih kurang 13 tahun berdakwah di Mekkah.
Penulis dalam hal ini, Insya Allah akan membahas secara ringkas dan
terbatas mengenai Sejarah Kebudayaan Islam periode Nabi Muhammad
shallallahu alaihi wa sallam.
1. Arab Pra-Islam
2. Periode Mekkah
3. Periode Madinah
BAB II
PEMBAHASAN
SEJARAH PERADABAN ISLAM PERIODE NABI MUHAMMAD SAW.
A. ARAB PRA-ISLAM
1. Asal Usul Bangsa Arab
Para sejarawan membagi kaum-kaum Arab berdasarkan garis
keturunan asal mereka menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Arab Ba’idah, yaitu kaum-kaum Arab kuno yang sudah punah dan
tidak mungkin melacak rincian yang cukup tentang sejarah mereka,
seperti ‘Ad, Tsamud, Thasm, Judais, Imlaq (bangsa Raksasa) dan
lainlainnya.
b. Arab Aribah, yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari garis keturunan
Ya’rib bin Yasyjub bin Qahthan, atau disebut pula Arab Qahthaniyah.
c. Arab Musta’rabah, yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari garis
keturunan Ismail, yang disebut pula Arab Adnaniyah.
1
b. Para pemimpin dan pemuka kabilah atau suku, yang memiliki
kekuasaan dan hak-hak istimewa sama seperti kekuasaan para raja,
mayoritas mereka memiliki independensi penuh. Namun boleh jadi
sebagian mereka bersubordinasi dengan raja bermahkota.
3. Sosial Kemasyarakatan
Masyarakat, baik nomadik maupun yang menetap, hidup dalam
budaya kesukuan Badui. Organisasi dan identitas social berakar pada
keanggotaan dalam suatu rentang komunitas yang luas. Kelompok
beberapa keluarga membentuk kabilah (clan). Beberapa kelompok kabilah
membentuk suku (tribe) dan dipimpin oleh seorang syaikh. Mereka sangat
menekankan hubungan kesukuan, sehingga kesetiaan atau solidaritas
kelompok menjadi sumber kekuatan bagi suatu kabilah atau suku. Mereka
suka berperang. Karena itu, peperangan antarsuku sering sekali terjadi.
Sikap ini tampaknya telah menjadi tabiat yang mendarah daging dalam diri
orang Arab. Dalam masyarakat yang suka berperang tersebut, nilai wanita
menjadi sangat rendah. Bahkan apabila mereka melahirkan anak
perempuan, mereka merasa sangat malu dan hina atau mereka kubur
hidup-hidup. Sebagaimana yang terdapat dalam Firman Allah swt yang
mempunyai arti;
Artinya;
2
Kalaupun anak perempuan itu dibiarkan hidup, maka akan
dibiarkan dalam keadaan hina, tidak diberi warisan juga tidak diperhatikan,
dan lebih cenderung mengutamakan anak laki-laki daripada anak
perempuan.
3
tersebut dimaksudkan sebagai perantara untuk menyembah Tuhan.
Sebagaimana diterangkan di dalam al-Qur’an yang mempunyai arti;
Qatadah, as-Suddi, Malik Dari Zaid bin Aslam dan Ibnu Zaid
berkata: “Melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah
dengan sedekat-dekatnya’, yaitu agar mereka memberikan syafa’at kepada
kami dan mendekatkan kedudukan kami kepada-Nya.” Untuk itu dulu pada
masa jahiliyah mereka mengucapkan talbiyah mereka di waktu haji:
“Aku penuhi panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu kecuali sekutu yang
Engkau miliki, Engkau memilikinya sedang ia tidak memiliki. Syubhat
inilah yang dipegang teguh oleh kaum musyrikin sejak masa lalu dan masa
berikutnya.
6. Kesenian
Sekitar kota Mekkah banyak terdapat pasar-pasar kesenian.
Pasarpasar tersebut dijadikan pusat keramaian bagi penyair-penyair Arab.
Di antaranya yang terkenal yaitu ‘Ukaz dan Zul Majaz. Di sini
penyairpenyair membacakan syair-syairnya dan biasanya dipertandingkan
di antara mereka. Bagi yang terbaik mendapat mu’alaqat sebagai tanda
penghargaan. Mu’alaqat semacam piagam berisikan syair sang juara yang
ditulis dengan tinta emas dan digantungkan di dinding Ka’bah.
B. PERIODE MEKKAH
4
1. Masa kelahiran Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam
Sayyidul Mursalin dilahirkan di tengah kabilah bani Hasyim di
Mekkah pada hari Senin 9 Rabi’ul Awal saat tragedi pasukan bergajah,
bertepatan pada tanggal 20 atau 22 April 571 M. Menurut Caussin De
5
Dalam usia muda, Muhammad hidup sebagai pengembala kambing
keluarganya dan keluarga penduduk Mekkah. Melalui kegiatan
pengembalaan ini dia menemukan tempat untuk berpikir dan merenung.
6
tahun ketiga tepatnya di bulan Ramadhan Allah mengangkatnya sebagai
nabi dengan mengutus Jibril kepadanya yang membawa beberapa ayat al-
Qur’an, yaitu surat al-‘Alaq ayat 1-5. Itulah wahyu pertama. Malam
terjadinya peristiwa itu kemudian dikenal sebagai “Malam penuh
keagungan” (Lailah al-Qadr), dan menurut riwayat terjadi menjelang akhir
bulan Ramadhan (610). Kemudian, Allah memuliakan beliau dengan
mengangkat menjadi rasul dengan diturunkannya al-Qur’an surat
alMudatsir ayat 1-5, sebelumnya wahyu tidak diturunkan (vakum)
beberapa hari setelah wahyu pertama.
Sa’ad bin Abi Waqqas, Abdurrahman bin Auf, dan Thalhah bin
‘Ubaidillah. Kemudian diikuti oleh para tokoh Quraisy seperti
7
Tatkala turun perintah dakwah dari Allah subhanahu wa ta’ala
secara terang-terangan dan melawan kemusyrikan, sebagaimana yang
terdapat dalam al-Qur’an surat al-Hijr ayat 94-95:
419
Artinya: Dan berilah peringatan kepada keluargamu yang terdekat.
(Q.S. asy-Syu’ara’: 214)
Rasulullah naik ke atas bukit Shafa, lalu menyeru kepada
kabilah-kabilah Quraisy. Kemudian tak berapa lama mereka pun
berkumpul. Lalu Beliau berkata, “Bagaimana menurut pendapat kalian
kalau aku beritahukan bahwa ada segerombolan pasukan kuda di
lembah sana yang ingin menyerang kalian, apakah kalian akan
mempercayaiku?” Mereka menjawab, “Ya, kamu tidak pernah tahu
dari dirimu selain kejujuran.” Beliau berkata, “Sesungguhnya aku
adalah pemberi peringatan kepada kalian akan azab yang amat pedih.”
Abu Lahab menanggapi, “Celakalah engkau sepanjang hari! Apakah
hanya untuk ini engkau kumpulkan kami?”
1 Abdullah bin Muhammad al-Sheikh, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 8, (Bogor:
Pustaka Imam Syafi’I, 2003), hal. 568
8
membacakan Kitabullah dan menyampaikan ajakan yang selalu
disampaikan oleh para rasul terdahulu kepada kaum mereka, “Wahai
kaumku! Sembalah Allah. Kalian tidak memiliki Tuhan selainNya”.
Dan beliau juga memamerkan praktik ibadahnya kepada Allah,
melakukannya di halaman Ka’bah pada siang hari dan disaksikan oleh
khalayak ramai. Dakwah yang beliau lakukan tersebut mendapat
sambutan baik dari mereka sehingga banyak di antara mereka yang
masuk ke dalam agama Islam.
9
Hay Bani ‘Addi bin Ka’b) masuk Islam, kemudian Labinah dibeli oleh
Abu Bakar as-Shiddiq dan memerdekakannya. 2
b. Dakwah di luar kota Makkah
1) Kaum muslimin Hijrah ke Habsyi
Pada awal tahun 615 M3 kaum muslimin hijrah ke Habsyi.
Penganiayaan dan intimidasi orang-orang Quraisy merupakan ujian
yang hebat bagi Nabi Muhammad dan pengikut-pengikutnya. Salah
satu langkah antisipatif penyelamatan, Nabi Muhammad telah
memerintahkan untuk berhijrah ke Habasyah4 (Habsyi) yang waktu
itu dipimpin oleh Najasyi, seorang yang beragama Nasrani.5
Rombongan ini terdiri dari 12 orang laki-laki dan empat orang
wanita, dikepalai oleh Utsman bin Affan.6
2) Hijrah ke Tha’if
Pada bulan Syawwal tahun ke-10 kenabian atau tepatnya
pada penghujung bulan Mei atau awal Juni tahun 619 M Rasulullah
2 Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009)
Cet. III, hal. 137
3 Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam, bagian kesatu & dua, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 1999), hal. 36
4 Ketika itu Rasulullah menyaksikan para sahabatnya menderita karena siksaan
orangorang musyrik Makkah, berkatalah beliau kepada mereka: “Kalian lebih baik hijrah ke tanah
Habsyi, karena di sana rajanya terkenal adil dan bijaksana, tidak seorang pun ada yang teraniaya.
Negeri Habsyi adalah negeri yang aman. Berangkatlah ke sana sampai Allah member jalan keluar
dari penderitaan yang menimpa kalian selama ini. (Hasan Ibrahim Hasan: hal 162)
5 Ajid Thohir, Op. Cit. hal. 14
6 Shafiyurrahman, Op. Cit. hal. 122
7 Op. Cit., hal. 125
10
pergi menuju kota Thaif yang letaknya sekitar 60 mil dari kota
Makkah.8 Dengan harapan semoga Allah memberikan petunjuk
kepada penduduknya untuk memeluk agama Islam. Pada
kenyataannya penduduk Tha’if justru menolak beliau dengan
penolakan yang lebih buruk. Mereka menuntut beberapa mukjizat
tertentu darinya seperti mereka meminta agar beliau dapat
membelah bulan menjadi dua, lalu beliau memohonkan kepada
Allah agar memperlihatkan kepada mereka. Namun, mereka tetap
pada kekafirannya.
c. Isra’ Mi’raj
Isra’ yaitu Rasulullah diperjalankan dari Masjidil Haram ke
Masjidil Aqsho yaitu Baitul Maqdis setelah menyebarkan Islam di
Mekkah kepada orang-orang Quraisy dan kabilah-kabilahnya.9 Mi’raj
yaitu perjalanan Rasulullah dari Baitul Maqdis naik ke langit ke
tujuh.10
11
mewajibkan 50 waktu shalat. Kemudian Beliau kembali hingga
melewati Nabi Musa alaihissalam. Musa lalu bertanya kepada beliau,
d. Bai’at al-‘Aqabah
Pada musim haji sesudah perang Bu’ats, berangkatlah
serombongan orang-orang Khazraj menuju Makkah untuk berhaji.
12
C. PERIODE MADINAH
1. Hijrah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
Melihat pesatnya dakwah Islam di Yatsrib dan masuknya suku Aus
dan Khazraj, maka Nabi saw. memerintahkan umatnya untuk berhijrah ke
kota itu secara perorangan atau kelompok kecil agar tidak diketahui oleh
orang-orang Quraisy.14 Sedangkan Nabi sendiri menyusul dan sampai di
sana pada 24 September 622,15 yang ditemani oleh Abu Bakar as-Shiddiq.
a. Membentuk pemerintahan
Nabi Muhammad saw. di samping sebagai rasul, beliau
diangkat oleh suku Auz dan Khazraj sebagai pemimpin. Usaha yang
dilakukan Nabi untuk mengatur umat Islam di Madinah membentuk
konstitusi yang disebut dengan Piagam Madinah, yang berisi 47 pasal
diantaranya 5 poin yang terpenting yaitu:
13
Rasulullah mempersaudarakan di antara kaum muslimin.
Mereka kemudian membagikan rumah yang mereka miliki, bahkan
juga istri-istri dan harta mereka. Rasulullah telah menciptakan sebuah
kesatuan yang berdasarkan agama sebagai pengganti dari persatuan
yang berdasarkan kabilah.16
c. Dakwah
Rasulullah mendirikan mesjid sebagai tempat penyelenggaraan
ibadah dan pendidikan agama, juga menjadi pusat pertemuan umat
Islam untuk bermusyawarah.
d. Militer
Nabi Muhammad saw. membentuk pasukan perang yang terdiri
dari kaum Muhajirin dan kaum Anshar, karena sering terjadi
peperangan.
3. Masa Peperangan
a. Perang Badar al-Kubra
Perang ini terjadi di Badar, 144,5 km sebelah barat daya
Madinah pada bulan Ramadhan.17 Besar kekuatan umat Islam sebanyak
313 orang laki-laki, sementara dari kaum kafir Quraisy berjumlah
sekitar 1000 orang. Berkat pertolongan Allah kemudian dengan
perjuangan umat Islam yang dipimpin oleh Nabi saw., umat Islam
mampu memukul mundur pasukan kafir Quraisy.
b. Perang Uhud
16 Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2008) hal. 63
17 Philip K. Hitti, Op. Cit., hal. 146
14
Perang ini terjadi tahun 625 M18 pada pertengahan bulan
Sya’ban pada tahun kedua Hijriyah. Perang ini disebabkan oleh
perasaan dendam kaum kafir Quraisy yang meluap karna kekalahannya
pada perang Badar. Dalam perang ini kaum muslimin mengalami
kekalahan dan tidak luput Rasulullah pun terluka dan gigi serinya
tanggal.
d. Perang Khaibar
Terjadi pada bulan Muharram tahun ketujuh Hijriyah, yang
disebabkan oleh orang-orang Khaibar yang menjadi sarang makar,
pusat konspirasi, tempat memprovokasi, sumber keonaran, dan pemicu
api peperangan. Mereka menghasut bani Quraizhah melakukan
pengkhianatan dan bersekutu dengan kaum Zindiq.
e. Fathul Mekkah
Perang ini terjadi pada tahun kedelapan Hijriyah yang
disebabkan karena pelanggaran kaum kafir Quraisy terhadap perjanjian
Hudaibiyah. Rasulullah saw. mengingatkan para sahabat bahwa Abu
Sufyan akan datang ke Madinah untuk memperkuat perdamaian dan
memperpanjang masanya.19 Dalam peristiwa ini terjadi penaklukan
besar-besaran yang dengannya Allah memuliakan agama, Rasul,
tentara, dan kelompoknya yang terpercaya. Dengannya
terselamatkanlah tanah suci dan rumah-Nya yang dia jadikan sebagai
15
petunjukbagi alam semesta dari cengkeraman orang-orang kafir dan
musyrik.20
16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari uraian di atas, yaitu:
1. Keadaan masyarakat Mekkah sebelum munculnya cahaya Islam sangat
jauh dari kemanusiawian. Misalnya, membunuh bayi perempuan,
merendahkan kaum perempuan, maraknya perjudian, bermain perempuan,
khamar, dan lain sebagainya.
Armstrong, Karen, Muhammad Prophet for Our Time, (Bandung: Mizan, 2007)
Cet. I
Al-Andalusy, Ibnu Hazm, Jawami’ as-Sirah an-Nabawiyah, (Beirut: Dar al-Kutub
al-Ilmia)
Al-Ismail, Tahia, Tarikh Muhammad Teladan Perilaku Ummat, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada 1996) Cet. I
al-Jauziyah, Ibnu Qoyyim, Zad al-Ma’ad, (Mesir: al-Mathba’ah al-Misriyyah,
1927) al-Mubarakfuri, Shafiyurrahman, Perjalanan Hidup Rasul
yang Agung Muhammad saw. dari Kelahiran Hingga Detik-Detik Terakhir,
(Jakarta: Darul Haq, 2012), Cet. XIV
___________, ar-Rahiq al-Makhtum, (Beirut: Dar al-Fikr, 2008)
Al-Qahthani, Sa’id bin Ali bin Wahf, Pesan-pesan Rasulullah saw. Menjelang
Wafat, (Jakarta: Darul Haq, 2013) Cet. V
al-Sheikh, Abdullah bin Muhammad, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 5,
(Bogor: Pustaka Imam Syafi’I, 2003)
___________, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 7, (Bogor: Pustaka Imam
Syafi’I, 2003)
___________, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 8, (Bogor: Pustaka Imam
Syafi’I, 2003)
Haekal, Muhammad Husain, Sejarah Hidup Muhammad, (Jakarta: Litera
AntarNusa, 1993) Cet. XVI
Harun, Maidir, dan Firdaus, Sejarah Peradaban Islam, (Padang: IAIN-IB Press,
2001)
Hasan, Hasan Ibrahim, Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009)
Cet. III
Hitti, Philip K., History of The Arabs; From the Earliest Times to the Present,
(Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2010), Cet. II
Ibnu Hisyam, as-Sirah an-Nabawiyah, al-Juz’ ats-Tsanyi, (Beirut: Dar al-Kitab
al-Araby, 1990) Cet. III
Lapidus, Ira M, Sejarah Sosial Ummat Islam (Bagian kesatu & Dua), (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 1999) Cet. I
Mufrodi, Ali, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, (Jakarta: Logos, 1997) Cet. I
Supriyadi, Dedi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2008)
Thohir, Ajid, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam (Melacak
Akarakar Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam), (Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada, 2004) Cet. I
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II), (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2006)