Makalah
Oleh :
NIM : 1800018011
PASCASARJANA
2019
Peletakan Dasar-Dasar Peradaban Islam Pada Masa Rasulullah
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Nabi Muhammad SAW merupakan sosok manusia yang sempurna, kiprahnya
sebagai Nabi akhir zaman yang membawa risalah agama Islam sangat diperhitungkan
bagi umat manusia. Kelahiranya membawa perubahan tatanan peradaban Arab maupun
dunia. Kini Islam berumur seribu empat ratusan tahun lamanya sebagai penyempurna
agama-agama sebelumnya masih kokoh tersebar dan bertambah pemeluknya.
Rasulullah Muhammad SAW didaulat sebagai peletak dasar peradaban Islam, bahkan
juga bisa dikatakan sebagai peletak dasar-dasar peradaban dunia.
1
R. H. Tamimi, Budy Sugandi, Ismail Suardi Wekke, “Muhammad SAW. Dan Peletakan Dasar
Peradaban Islam” Jurnal al Qalam Journal of Islam and Plurality (Volume 3, Nomor 1, Juni 2018), 17
2
QS. Al Anbiya: 105
3
""اني لم ابعث لعانا و انما بعثت رحمةImam Muslim, “Sahih Muslim, Kitab al Bir wa as shilah wa al adab,
Bab an Nahyu an la’n ad dawab wa ghairiha, hadis nomor 6778” (Cairo, Egypt: Jam’iyah al Maknaz al Islami,
2000), 1102
4
Michael H. Hart, “The 100 Ranking of The Most Influential Persons in History” (A Citadel Press,
1992), 3
itu juga memberikan peringatan, apabila berlebihan dalam berpakaian karena bisa
menimbulkan kesombongan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi bangsa Arab sebelum Islam?
2. Bagaimana respon bangsa Arab terhadap Muhammad SAW?
3. Apa dasar-dasar peradaban Islam yang ditawarkan Rasulullah untuk bangsa
Arab?
BAB II
Pembahasan
1. Kondisi Bangsa Arab Sebelum Islam
a. Letak Geografis
Bangsa Arab pra Islam masyhur dengan sebutan jahiliyah, sebutan ini pertama kali
muncul setelah Islam masuk di dunia Arab.5 Jahiliyah sendiri bukan berarti bodoh dalam
pengertian lemahnya pikiran, akan tetapi lebih didasari oleh perilaku atau akhlaq yang
menyimpang. Perilaku bangsa Arab yang menyimpang dan didukung oleh letak geografis
daerah yang mereka tempati menjadikan sebuah kewajaran apabila perilaku mereka
kurang beradab. Daerah yang mayoritas dipenuhi oleh padang pasir dan bebatuan bisa
menjadi salah satu faktor kerasnya kehidupan di daerah itu. Sebuah pepatah mengatakan
(االنسان وليد بيئتهmanusia tergantung lingkunganya).6
Secara geografis letak jazirah Arab berada di bagian al janub al gharbi (barat daya)
benua asia. Adapun batas-batas jazirah Arab di sebelah utara adalah Negara syam
(syiria), sebelah timur berbatasan dengan Teluk Oman dan Teluk Persi, sebelah selatan
berbatasan dengan lautan India, dan di sebelah barat berbatasan dengan Laut Merah.
Sebagian besar jazirah Arab dipenuhi oleh padang pasir, setidaknya ada tiga padang pasir
besar di jaziarah ini. Pertama Sahra’ an Nufudz (Padang pasir Nufudz), gurun pasir ini
terletak di sebelah utara jazirah ini yang membentang sejauh 140 mil dari utara ke selatan
dan 180 mil dari timur ke barat. Kedua adalah sahra’ janub (padang pasir di bagian
selatan) yang terletak sekitar Teluk Persia, luasnya lima puluh ribu mil. Dan yang terakhir
adalah sahra harrat yaitu padang bebatuan hitam yang membentang luas.7
Meskipun kawasan Arab gurunya lebih luas, tetapi di sana juga terdapat kawasan
yang subur tanahnya. Di antara kawasan tanah yang subur di sebelah utara adalah Sabit,
sebelah barat di Hijaz, dan di sebelah barat daya adalah Yaman. sedikit yang tinggal di
gurun karena gersang tidak ada sumber mata air, satu-satunya sumber kehidupan di gurun
5
)26 : (الفتح... اذ جعل الذين كفروا في قلوبهم الحمية حمية الجاهلية
6
Muhammad Suhail Thuqqusy, “Tarikh al AArab Qabl al Islam” (Beirut: Lebanon, Dar An Nafaes,
2009), 11
7
Ahmad Amin, “Fajr al Islam” (Cairo, Egypt, Maktabah al Haiah al Misriyah al ‘Ammah lil Kitab:
TT), 6-8
adalah oasis yang disekitarnya ada tumbuhan dan tanaman. Berbeda dengan kawasan
yang gersang, di area kawasan subur masyarakat padat mendudukinya.8
Sebelum Islam datang, telah muncul agama-agama samawi semisal nasrani dan
yahudi. Yahudi masuk dunia Arab jauh sebelum Islam datang, kawasan Arab yang
masyhur dengan pemeluk yahudi adalah yatsrib (madinah). Di Yastrib terdapat tiga tiga
kabilah yahudi yaitu, Bani Nadlir, Bani Qainuqa’, dan Bani Quraidzah. Kemunculan
penganut Yahudi di Arab menjadi perdebatan dikalangan peneliti. Apakah mereka adalah
orang Yahudi asli yang datang dari Palestina ataukah orang Arab yang memeluk dan
menganut agama Yahudi (?). Pada kenyatanya orang Yahudi Palestina datang ke Yastrib
dan sebagian penduduk Yastrib memeluk agama Yahudi.9 Selain Yastrib, sebagian
penduduk yaman juga mengikuti agama Yahudi. Raja-raja Yaman dari keluarga Himyar
juga penganut agama Yahudi, raja Zu Nuwas al Himyari lebih condong dengan agama
yahudi daripada paganisme.10
Selain kedua agama itu, tidak jarang orang Arab yang masih mengikuti
politheisme yaitu menyembah berhala. Abdul Aziz mengemukakan pendapat Hoyland
yang mengatakan bahwa hingga abad ke-4 M masyarakat Arab masih banyak yang
melakukan kesyirikan. Dia mencontohkan bahwa setiap kelompok memiliki tuhan
sendiri-sendiri. Di bagian selatan sesembahan yang sangat popular adalah ‘Astar atau
‘Asytar, Almaqah, dan Wadd. Di wilayah utara terdapat sesembahan yang bernama al
‘Uzza, sedangkan di Syiria dan Hauran terkenal sesembahan yang bernama al Latta.
8
Muh. Alif Kurniawan, dkk “Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam dari Masa Klasik, Tengah, dan
Moderen” ( 2014), 2
9
Ahmad Amin, “Fajr al Islam” 40
10
Muhammad Husain Haekal, “Sejarah Hidup Muhammad terj. Ali Audah cet. Ke-40” (Jakarta,
Pustaka Litera AntarNusa: 2011), 10
11
R. H. Tamimi, Budy Sugandi, Ismail Suardi Wekke, “Muhammad SAW. Dan Peletakan Dasar
Peradaban Islam” 22
12
Ahmad Amin, “Fajr al Islam” 43
13
Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam, “Mukhtashor Sirah Ibn Hisyam vol. 1,” (Cairo, Egypt: al
Majlis al A’la, 2010), 32
Menurut para peniliti muslim, pada mulanya orang Arab mengikuti agama Nabi
Ibrahim. Akan tetapi penyimpangan-penyimpangan itu muncul sejalan dengan
berjalanya waktu. Salah satu pelopor penyembah berhala di kalangan orang Arab adalah
Amr bin Luhay al Khuza’I yang pernah berkunjung ke Balqa, Syiria untuk berobat
dengan cara mandi di pemandian daerah itu. Setelah mandi dan kemudian sehat, Amr
melihat masyarakat Balqa menyembah patung dan kemudian dia meminta dan
diberikanlah sebuah patung yang bernama Hubal. Setelah kembali ke Mekkah dia
meletakkanya di Ka’bah.14
Secara kehidupan sosial bangsa Arab bisa dikategorikan menjadi dua bagian,
yaitu badui dan hadlari.15 Akan tetapi mayoritas bangsa Arab masuk kategori badui.
Badui mempunyai ciri-ciri hidup dengan cara beripindah-pindah (nomaden), kehidupan
mereka sangat sederhana. Ibnu Kholdun menjelaskan bahwa kehidupan badui difokuskan
untuk memenuhi kebutuhan primer mereka saja. Mereka bekerja sama untuk
mendapatkan sesuap makanan sesuai kebutuhan, tanpa ada lebihan.16 Kehidupan orang
badui sangat sederhana, mereka sangat tergantung dengan hewan gembalanya, mulai dari
makan daging, minum susu, hingga memanfaatkan kulit hewan peliharaanya.
Tabiat kehidupan mereka adalah kebebasan yang tidak terikat dengan tempat
dan aktifitas lain selain berternak di alam lepas. Deodorus as Siqli menyatakan orang
Arab badui hidup bebas, beratapkan langit dan memilih tinggal di daerah tandus tanpa
sumber mata air, mereka tidak bertani, tidak berkebun, minum khamr, tidak membangun
tempat tinggal.17
14
Abdul Aziz, “Chiefdom Madinah, Kerucut Kekuasaan Pada Zaman Arab Islam” (Ciputat, Tangerang
Selatan: Pustaka Alvabet, 2016), 164-165
15
Ahmad Amin, “Fajr al Islam” 18
16
Ibnu Kholdun, “Muqaddimah Ibnu Khaldun” (Cairo, Egypt: Dar at Taufiqiyah li at Turats, 2010),
134
17
Jawwad Ali, “Al Mufasshal fi Tarikh al ‘Arab Qabl al Islam, Vol 1” (Baghdad, Iraq: Jami’ah
Baghdad, 1993), 262
18
Ibnu Kholdun, “Muqaddimah Ibnu Khaldun” 144
19
Ahmad Amin, “Fajr al Islam” 20-21
Arab. Yaitu kekaisaran Byzantium yang beragama Nasrani, kekaisaran Persia menganut
kepercayaan Zoroaster, dan yang ketiga adalah dinasti Himyar yang beragama Yahudi
dan menduduki Arab bagian selatan, Yaman. Tradisi kehidupan gurun yang keras serta
perang antar suku acap kali terjadi, di antaranya adalah perang Fujjar. Perang ini terjadi
dengan melibatkan beberapa suku, yang pertama perang antara suku Kinanah dan
Hawazan, kemuadian Quraisy dan Hawazan sera Kinanah dan Hawazan lagi. Peperangan
ini terjadi 15 tahun sebelum Rasul diutus.20
d. Ekonomi Bangsa Arab
Secara garis besar ekonomi bangsa Arab pra Islam bergantung pada peternakan
dan perdagangan. Umumnya pekerjaan ternak hewan ini di alam bebas dan tidak menetap
pada satu tempat, sebagian besar para pternak dari kalangan badui yang hidupnya
berpindah-pindah (nomaden). Kehidupan mereka sangat tergantung dengan hewan
ternak peliharaan mereka. Makanan mereka sangat sederhana karena sedikit tersedia
gandum, tambahan kurma dan susu menurut mereka termasuk mewah. Resiko bagi para
nomadic adalah ketika air sangat kritis, dan tanaman tidak tumbuh maka tidak hanya
hewan saja yang meninggal melainkan manusia pun demikian. Kondisi seperti inilah
yang menuntut peperangan antar kabilah terjadi, bahkan dari sebagian kabilah mengubur
anaknya hidup-hidup atau menjual anaknya untuk melangsungkan kehidupan. Para
nomadic setiap hari hidup dalam peperangan, tak jarang kegiatan mereka menyusahkan
para pedagang yang lewat. Karena merampok dagangan para kafilah merupakan hal
biasa.
Tidak semua orang Arab hidup dalam bentuk nomadic, sebagian dari mereka
melakukan perpindahan karena musim tertentu. Umumnya para transhumance memiliki
tempat tinggal tetap, kegiatan pindahnya mereka pada musim gembala saja, yang mana
mereka hidup ditempat gembalaanya dan kembali ke tempat tinggalnya ketika musim
gembala selesai. Selain berternak, orang Arab yang tidak nomadic ini juga
mengembangkan usaha pande besi, membuat perhiasan emas, perak21, dan melakukan
aktifitas perdagangan.
Hubungan antara Arab nomadic dan Arab non nomadic sangat erat sekali. Tidak
jarang kaum nomadic ini membawa barang kebutuhan non nomadic, sedangkan pada saat
musim kemarau tiba para nomadic ini membutuhkan air untuk keberlangsungan hidup
mereka. Pekerjaan yang mereka ambil ketika musim ini adalah menjadi pengawal barang
dan tentara bayaran.22
Arab sebelum Islam merupakan jalur ekonomi yang sangat penting. Daerahnya
menjadi alternatif bagi para saudagar yang takut melewati jalur laut. Para saudagar tidak
memilih jalur laut karena tidak aman, meskipun lewat jalur darat yang jauh pun perlu
keamanan. Maka dari itu, kebiasaan orang Arab ketika dilewati saudagar sebagian dari
mereka yang nomadic ada yang menyewakan jasa keamanan, jasa angkut, dan penunjuk
jalan. Keuntungan itu tidak lain karena ada dua jalur ekonomi penting yang ada di Arab
yang semuanya bermuara dari Hadlramaut, Yaman. Dari sisi sebelah utara Hadlramaut
20
Muh. Alif Kurniawan, dkk “Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam dari Masa Klasik, Tengah, dan
Moderen,” 9
21
Muhammad Suhail Thuqqusy, “Tarikh al AArab Qabl al Islam,” 59
22
Abdul Aziz, “Chiefdom Madinah, Kerucut Kekuasaan Pada Zaman Arab Islam” 188-190
jalur perdagangan ini menghubungkan ke Bahrain dekat Teluk Persia. Sedangkan jalur
yang kedua dari Hadlramaut ke utara menuju syam tidak melewati gurun, melainkan
menepi dekat laut Merah.23
Dari jalur ini Mekah menjadi jalan para saudagar yang akan menuju Syam. Bahkan
Mekah menjadi tempat penting untuk transit bagi para kafilah dagang. Tidak hanya itu,
ritual haji yang sedianya sudah berlangsung sejak zaman Nabi Ibrahim juga memiliki
kontribusi terhadap besarnya peran kota Mekah. Bagi masyarakat quraisy momen ibadah
haji menjadi kesempatan penting untuk berdagang dan meraup keuntungan yang besar di
wilayah Hijaz.24
e. Ilmu dan Budaya Bangsa Arab
Kondisi geografis dipadu dengan agama dan kepercayaan orang Arab melahirkan
berbagai macam tradisi dan kesenian. Termasuk tradisi bangsa Arab yang dipengaruhi
kepeceryaan adalah keyakikan tentang kekuatan gaib yang disebut jin dan setan yang
mempunyai pengaruh terhadap kebaikan dan keburukan manusia. Dengan kondisi
masyarakat seperti ini, Peramal (kahin) menduduki posisi yang terhormat karena
memberikan jasa konsultasi untuk mengetahui nasib seseorang. Selain peramal, tukang
sihir juga menduduki strata sosial yang tinggi karena mereka menganggap mampu
menguasai kekuatan gaib dan mampu mengendalikanya. Selain keduanya profesi yang
memiliki strata sosial terhormat adalah munajjim (ahli perbintangan) atau ‘arraf yaitu
mereka yang mampu menganalisis berbagai awal yang terjadi dan memberikan petunjuk
masa depan.
Pengobatan ruqiyah sudah maklum diketahui, yaitu pengobatan untuk penyakit ayan
dengan cara membacakan mantra. Orang Arab sebelum Islam juga mempercayai tuah
dari sebuah benda, misalnya adalah marjan, yaitu sebuah batu mulia apabila dibacakan
mantra dan ditiupkan kepadanya akan memberikan kebaikan pada dirinya. Marjan juga
mempunyai fungsi lain yaitu bisa menundukkan hati suami atau dikenal dengan
hinnamah. Karar yang berfungsi untuk melembutkan hati pria, dan yang terakhir adalah
yanjalib yaitu marjan yang berfungsi untuk melunakkan hati pria setelah marah.
Masih berkaitan dengan hal gaib, bangsa Arab memiliki ilmu yang disebut ‘iyafah
atau thayyirah, yaitu ramalan yang didasarkan gerak burung. Apabila seseorang ingin
mengerjakan satu hal yang penting biasanya dia akan melempar burung dengan kerikil
lalu bersiul. gerak burung ke kiri atau kanan menjadi sebuah jawaban dari ramalan
tersebut.25
Dibalik kehidupan klenik bangsa Arab pra Islam tersimpan tradisi penampilan sya’ir
dan pidato bagi Arab hadlari. Tradisi ini dilakukan oleh para penyair Arab pra Islam,
yang mana mereka adalah ahl al ma’rifah atau bisa disebut juga sebagai orang alim
23
Ahmad Amin, “Fajr al Islam,” 23
24
R. H. Tamimi, Budy Sugandi, Ismail Suardi Wekke, “Muhammad SAW. Dan Peletakan Dasar
Peradaban Islam,” 19
25
Abdul Aziz, “Chiefdom Madinah, Kerucut Kekuasaan Pada Zaman Arab Islam,” 182-184
(pandai) karena mereka ahli nasab, mengetahui suku-suku Arab, dan sejarahnya.26
Tradisi ini memang unik, karena lomba pidato dan baca puisi ini dilakukan di pasar Ukaz.
Ukaz termasuk pasar terbesar dan terkenal di Nejd, keberadaanya di bawah perlindungan
suku Quraisy. Menurut sebuah riwayat, di pasar ada sebuah kubah untuk penyair
jahiliyah yang terkemuka saat itu, al Nabigh al Dzyubani. Konon para penyair Arab
berbondong-bondong untuk menandingi sya’ir al Nabigh al Dzyubani, karena bagi
mereka yang bisa menandingi sya’irnya akan terkenal. Sedangkan bahasa sastra yang
biasa mereka gunakan untuk membuat sebuah sya’ir adalah dialek quraisy.27
Nabi Muhammad merupakan Nabi akhir zaman yang dilahirkan di negri Arab.
Dia lahir pada bulan Agustus tahun 570 M yang bertepatan pada tanggal 12 Rabi’ul
Awwal Tahun Gajah di rumah kakeknya yang bernama Abdul Muthallib. Kakek
Muhammad SAW memberikan nama Muhammad dengan harapan akan menjadi orang
yang terpuji bagi Tuhan di langit dan makhluk-makhluknya di bumi.28 Ayah dari Nabi
Muhammad adalah Abdullah bin Abdul Muthallib bin Hasyim bin Abdu Manaf bin
Qushoi bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin
Nadlar bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudlor bin Nizar bin Ma’ad bin
Adnan bin Muqowwim bin Nahur ibn Tairah bin Ya’rub bin Yasyjab bin Nabit bin
Isma’il bin Ibrahim.29 Sedangkan Ibu Rasulullah bernama Aminah binti Wahb bin Abdu
Manaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Gholib bin Fihr yang
merupakan wanita terbaik dari suku Quraisy baik dari segi nasab maupun kedudukan.30
Seperti tradisi orang Arab pada umumnya, mereka yang memiliki bayi akan
diberi susuan oleh perawatnya. Pun begitu dengan Muhammad SAW, dia disusui seorang
wanita dari bani sa’ad yang bernama Halimah. Awal mulanya Halimah tidak ingin
menyusui Muhammad SAW kecil, karena dia seorang yatim yang kemungkinan besar
bayaran jasa yang diberikan tidak banyak. Akan tetapi setelah mencari-cari bayi yang
lain, Halimah tidak menemukan selain Muhammad SAW. Maka dari itu, atas izin sang
suami Halimah membawanya pulang dan merawatnya. Ternyata bayi itu membawa
keberkahan bagi keluarga Halimah bilamana hewan ternak mereka gemuk dan
mengeluarkan susu yang banyak.31
26
Ahmad Amin, “Fajr al Islam” 89
27
Abdul Aziz, “Chiefdom Madinah, Kerucut Kekuasaan Pada Zaman Arab Islam,” 190
28
Muhammad Husain Haekal, “Sejarah Hidup Muhammad terj. Ali Audah cet. Ke-40,” 51
29
Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam, “Mukhtashor Sirah Ibn Hisyam vol. 1,” 11-12
30
Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam, “Mukhtashor Sirah Ibn Hisyam vol. 1,” 109
31
Muhammad Husain Haekal, “Sejarah Hidup Muhammad terj. Ali Audah cet. Ke-40,” 52
tidak merepotkan kehidupanya karena dia seorang yang berbudi luhur, cerdas, suka
berbaik hati. Bahkan dalam satu kesempatan, Muhammad yang masih berumur sekitaar
12 tahun menwarkan diri untuk menemani pamanya berdagang ke negri Syam. Yang
mana pada perjalanan tersebut mereka bertemu pendeta Bahira dan menyarankan mereka
pulang. Karena pendeta tersebut mengetahui tanda-tanda kenabian yang ada pada diri
Muhammad SAW.32
Muhammad SAW muda sangtlah bijak dan dewasa, sehingga pamanya yang
bernama Abu Thalib sangat mnyeayanginya. Kehidupan Muhammad SAW muda yang
dilewati dengan menggembala kambing dijalaninya dengan tulus. Bahkan dia pernah
mengatakan pada salah satu riwayat bahwa setiap Nabi yang diutus Allah itu gembala
kambing. Musa di utus dia gembala kambing, Daud diutus dia gembala kambing, dan
Aku diutus juga gembala kambing keluargaku di Ajyad. 33 Ketulusan itu dijalaninya
sampai pamanya mencarikan pekerjaan untuknya kepada seorang wanita kaya bernama
Khadijah. Bersama Khadijah Muhammad SAW diberi pekerjaan berdagang ke Syam
bersama pembantu Khadijah yang lainya. Kelihaian Muhammad SAW dalam berdagang
membuat keuntunganya lebih banyak didapat dari pada pedagang-pedagang sebelumnya.
Ditambah dengan perangainya yang manis dan kepribadianya yang luhur dapat menarik
penghormatan dan kecintaan Maisarah (pembantu Khadijah) padanya.
32
Muhammad Husain Haekal, “Sejarah Hidup Muhammad terj. Ali Audah cet. Ke-40,” 58
33
و بعث, فقال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم"بعث موسى وهو راعي غنم, افتخر اهل األبل و اهل الغنم:حديث نصر بن حزن قال
و بعثت وانا ارعى غنم اهلي بجياد" رواه النسائي,داود وهو راعي غنم
Muhammad Zakaira al Kandahlawi al Madani, “Ujizul Masalik ila Muwattha’I Malik, vol. 17” (Damaskus,
Syiria: Dar el Qalam, 2003), 301
34
Muhammad Husain Haekal, “Sejarah Hidup Muhammad terj. Ali Audah cet. Ke-40,” 63-65
35
جاء رجل الى رسول هللا صلى هللا عليه وسلم فقال يا رسول هللا من احق بحسن صحابتي؟:عن ابي هريرة رضي هللا عنه قال
امك قال ثم من؟ قال ثم ابوك: امك قال ثم من؟ قال: امك قال ثم من؟ قال:قال
Imam Bukhori, “Sohih Bukhori vol.3 Kitab al Adab Bab Man Ahaqqu an Nas bi Husni as Suhbah Hadis Raqm
6037,” (Cairo, Egypt: Jam’iyah al Maknaz al Islami, 2000), 1224
36
Muhammad Husain Haekal, “Sejarah Hidup Muhammad terj. Ali Audah cet. Ke-40,” 74
meletakkan batu hajar aswad di ka’bah dengan cara menghamparkan sehelai kain dan
memindahkan batu tersebut di tengahnya lalu masing-masing ujung dari kain yang
berjumlah empat itu dipegang masing-masing pemimpin kabilah.37 Kesan positif itu tidak
didapat dari kalangan manusia saja, bahkan bebatuan yang ada di Mekah pun mencintai
dan memberikan salam kepadanya.38
Suku Quraisy berpikir keras untuk melakukan propaganda yang ampuh, karena
tuduhan yang harus mereka alamatkan ke Nabi Muhammad SAW harus masuk akal dan
diterima suku-suku Arab umumnya. Banyak percobaan propaganda yang pernah
dilakukanya, mulai dari memperolok ajaran dan pengikutnya dengan mendatangkan para
penyair untuk mengejeknya. Ancaman-ancaman kekerasan dan peperangan juga
dilakukan kepada para pengikut Nabi Muhammad mulai dari siksaan pengusiran dari
tanah airnya, ditawari harta dan kedudukan bila meninggalkan ajaran Islam.
Walid bin Mughirah sangat teliti dalam memberikan propaganda, dia tidak
menuduh Nabi Muhammad sebagai dukun (kahin), orang gila, dan tukang sihir. Karena
pada realitanya Nabi Muhammad tidak pernah komat-kamit membaca mantra, secara
fisik juga bukan seorang yang menampakkan gila, juga bukan tukang sihir karena Nabi
Muhammad tidak mengajarkan ilmu sihir. Akan tetapi Walid bin Mughirah
mempropagandakan Nabi Muhammad SAW sebagai tukang pukau, yaitu orang yang
menggunakan kata atau kalimat untuk menarik lawan bicaranya. Dalam artian orang akan
tersihir dengan kata-kata yang diucapkanya.
37
Muhammad as Suyani, “As Sira an Nabawiyah Kama Jaat fil Ahadis as Sahihah Qiraah Jadidah vol
1,” (Riyadl, KSA: Maktabah al Abikan, 2004), 42
38
Muhammad as Suyani, “As Sira an Nabawiyah Kama Jaat fil Ahadis as Sahihah Qiraah Jadidah vol
1,” 53
Kegagalan propaganda Quraisy tidak membuat mereka lengah, dia meminta
Thufail ad Dusi seorang bangsawan, penyair, dan cendekiawan untuk menandingi Nabi
Muhammad. Lagi-lagi misi yang dijalankanya gagal, karena Thufail ad Dusi yang ahli
penyair itu masuk agama Islam setelah mendengarkan lantunan Qur’an dari Nabi. Begitu
juga dengan dua puluh orang Nasrani yang diperintahkan untuk mengalahkan Nabi
Muhammad SAW ternyata masuk Islam setelah berhadapan dengan sang Nabi akhir
zaman.39
Islam hadir tidak hanya sebagai agama, melainkan juga sebuah pandangan hidup. Solusi-
solusi yang kerap kali ditawarkanya menjadi sebuah pijakan dasar dari sebuah peradaban.
Peradaban yang mengatur diri manusia secara internal maupun hubunganya dengan
lingkungan sekitar. Pandangan-pandangan agama, sosial, politik, ekonomi, dan budaya
nya menjadikan Islam berkembang pesat di dunia. Dia menjadi sebuah kekuatan baru
dari gurun pasir yang sangat tertinggal. Tetapi dengan hadirnya Nabi Muhammad di
Yastrib dia mampu mengubahnya menjadi masyarakat yang tamaddun (beradab)
sehingga Islam dikenal dengan Dinul Hadlarah. Beberapa dasar peradaban yang dapat
dicatat adalah berikut;
1) Orang arab dikenal dengan masyarakat yang buta huruf dan kurang
tertarik dengan dunia tulis menulis. Mereka lebih bangga dengan daya
ingantya yang kuat seperti yang ditunjukkan para pujangga arab pra
islam. Berbeda dengan orang yahudi yang rajin dalam tulis menulis.
Sehingga dalam satu kesempatan Nabi Muhammad mengutus sepuluh
sahabatnya untuk belajar tulis menulis kepada orang Yahudi tersebut.
Diantara sepuluh orang tersebut di antaranya Zaid bin Sabit, Manzur bin
‘Amr, Ubay bin Ka’ab dan tujuh sahabat lainnya.40
Rasulullah sangat mementingkan pendidikan. tidak semua kalngan
sahabat ikut mengangkat senjata untuk berperang, melainkan sebagian
dari mereka berdagang dan belajar. "Tidak sepatutnya bagi orang-orang
yang mu'min itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak
pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya,
supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS. At Taubah: 122) Dalam
perjalananya muncul para ulama dari kalngan sahabt Nabi seperti Ibnu
Abbas yang telah didoakan oleh Rasulullah. Abu Hurairah yang
mempunyai banyak hafalan hadis, juga sayiah ‘Aisyah istri Nabi yang
juga termasuk ulama perempuan zaman sahabat.
39
Muhammad Husain Haekal, “Sejarah Hidup Muhammad terj. Ali Audah cet. Ke-40,” 127-132
40
R. H. Tamimi, Budy Sugandi, Ismail Suardi Wekke, “Muhammad SAW. Dan Peletakan Dasar
Peradaban Islam,” 26
2) Perlindungan Terhadap Yatim dan Batasan Poligami
Islam sangat menghormati wanita dan menjaga yatim dalam konteks
poligami. Pada QS. An Nisa: 3 “Jika kamu (para pengasuh anak-anak yatim)
khawatir tidak bisa bertindak adil (manakala kamu ingin mengawini mereka),
maka nikahilah perempuan-perempuan yang kamu senangi dari
perempuanperempuan (lain) sebanyak: dua, tiga, atau empat. Lalu jika kamu
takut tidak dapat berlaku adil, maka seorang saja atau budak-budak yang kamu
miliki. Yang demikian itu lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.” Ayat
tersebut turun dalam konteks pembelaan atas anak yatim yang diasuh walinya
akan tetapi hartanya sudah tercampur dengan wali. Sedangkan wali yang
merawatnya menginginkan menikahi tanpa memberikan mahar yang
sepantasnya. Al Quran lalu memberikan solusi supaya menikahi wanita lain saja
dengan batasan empat. Apabila khawatir tidak bisa berbuat adil, maka al Quran
memberikan rekomendasi untuk menikahi satu orang wanita saja.41
3) Menghapus Perbudakan
b. Sosial Politik
1) Toleransi
41
Abd. Moqsith, “Tafsir Atas Poligami Dalam Al Quran,” Journal Karsa Vol. 23, No. 1, Juni 2015,
134-136
42
Abdul Hakim Wahid, “Perbuakan Dalam Pandangan Islam,” Jurnal Nuansa, Vol. VIII, No. 2,
Desember 2015, 145-146
Apabila kesepakatan yang telah dibuat antar bangsa dikhianati, konsekuensi
tindakan akan sikap tersebut tentu akan diambil. 43 Menurut Munawir Syadzali,
inti dari piagam madinah yang perlu digaris bawahi adalah pembentukan
masyarakat yang beradab (tamaddun) dan penerapan nilai-nilai toleransi dengan
penganut agama lain yang meliputi hubungan bertetangga yang baik, saling
membantu dalam menghadapi musuh secara barsama-sama, membela hak-hak
kaum teraniaya, saling mengasihi, dan saling menghormati kebebasan
beragama.44
2) Nasionalisme
43
Zuhairi Misrawi, “Madinah, Kota Suci, Piagam Madinah dan Teladan Muhammad SAW,” (Jakarta:
Kompas Media Nusantara, 2009), 3
44
R. H. Tamimi, Budy Sugandi, Ismail Suardi Wekke, “Muhammad SAW. Dan Peletakan Dasar
Peradaban Islam” 27
mana engkau mencintakan kota Makkah kepada kami (HR Bukhari, Malik dan
Akhmad).45
c. Ekonomi
1) Penghapusan Riba
Praktik riba sangat menjamur tatkala islam belum masuk di
kawasan arab. hadirnya islam dalam dunia arab juga memberikan solusi
ekonomi untuk umat islam dengan cara berdagang dan menghindari riba.
Karena Allah dalam firmanya juga menjelaskan bahwa “Allah menghalalkan
jual beli dan mengharamkan riba” (QS. Al Baqarah 275). Karena riba adalah
mengambil keuntungan kepada orang lain dengan cara tidak benar.46
2) Zakat
Rasulullah mewajibkan zakat sebagai upaya pengentasan
kemiskinan di kalangan umat islam. Karena dalam prakteknya dari beberapa
asnaf penerima zakat mayoritasnya didominasi oleh kalangan faqir dan miskin.
Dari konsep zakat yang diajarkan Rasulullah SAW yang bersifat sederhana kini
sudah berkembang dan hasilnya bisa dinikmati umat islam.
45
Abdul Choliq Murod, “Nasionalisme Dalam Prespektif Islam,” (Jurnal Sejarah Citra Lekha, Vol.
XVI, No. 2 Agustus 2011), 53-55
46
M. Fajar Hidayanto, “Praktek Riba dan Kesenjangan Sosial.” (La Riba Jurnal Ekonomi Islam, Vol.
II, No. 2, Desember 2008), 245
BAB III
Kesimpulan
Arab mempunyai sejarah panjang sebagai sebuah bangsa yang dulunya
tidak kenal peradaban. Budaya jahiliyahnya sudah cukup menggambarkan
kerasnya hidup di padang pasir. Bagaimana antar manusia harus bertarung
untuk mendapatkan air, bagaimana seorang anak menjadi korban pembunuhan
akibat kemiskinan yang mereka jalani. Hingga peperangan antar suku menjadi
kebiasaan untuk menunjukkan keunggulan masing-masing. Perbedaan ini akan
terlihat jelas ketika Rasulullah memberikan sebuah solusi peradaban yang
bernama agama islam.
Budaya masyarakat arab yang terbiasa dengan perbudakan mulai hilang
sedikit demi sedikit. Belum lagi dari aspek keilmuan, yang mendorong umatnya
untuk tafaqquh fiddin disamping sebagian yang lain ikut berjihad. Praktek
ekonomi yang penuh riba dihilangkan diganti dengan perdagangan yang saling
menguntungkan. Hubungan sosial antar warga lintas suku dan agama tetap
terjaga dengan wadah konstitusi yang bernama piagam madinah. Begitu juga
dari segi politik, fanatisme yang dibangun bukan kesukuan melainkan
nasionalisme kebangsaan yang tumbuh karena beberapa unsur persamaan.
Pada akhirnya arab yang dulunya tidak pernah dipandang kini menjadi
salah satu kawasan yang sangat potensial baik dari segi ekonomi maupun
budaya. Bahkan bisa dikatakan kota madinah merupakan kota yang terlalu maju
di zaman itu. Mereka punya nilai tawar lebih sebagai bangsa yang tamaddun,
bangsa yang menghormati hak-hak individu sebagai manusia dan pemeluk
agama yang berbeda-beda.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Ahmad, Fajr al Islam Cairo, Egypt, Maktabah al Haiah al Misriyah al ‘Ammah
lil Kitab, TT.
AlKandahlawi al Madani, Muhammad Zakaira, Ujizul Masalik ila Muwattha’I Malik,
vol. 17 Damaskus, Syiria: Dar el Qalam, 2003.
As Suyani, Muhammad, As Sira an Nabawiyah Kama Jaat fil Ahadis as Sahihah
Qiraah Jadidah vol 1, Riyadl, KSA: Maktabah al Abikan, 2004
Aziz , Abdul, Chiefdom Madinah, Kerucut Kekuasaan Pada Zaman Arab Islam,
Ciputat, Tangerang Selatan: Pustaka Alvabet, 2016.
Bukhori, Imam, Sohih Bukhori vol.3, Cairo, Egypt: Jam’iyah al Maknaz al Islami,
2000.
Choliq, Abdul, “Nasionalisme Dalam Prespektif Islam,” (Jurnal Sejarah Citra Lekha,
Vol. XVI, No. 2 Agustus 2011.
Hart, Michael H., The 100 Ranking of The Most Influential Persons in History, A
Citadel Press, 1992.
Haekal, Muhammad Husain, Sejarah Hidup Muhammad terj. Ali Audah cet. Ke-40,
Jakarta, Pustaka Litera AntarNusa, 2011.
Hidayanto, M. Fajar, \ Praktek Riba dan Kesenjangan Sosial. La Riba Jurnal Ekonomi
Islam, Vol. II, No. 2, Desember 2008.
Kholdun, Ibnu Muqaddimah Ibnu Khaldun, Cairo, Egypt: Dar at Taufiqiyah li at
Turats, 2010.
Kurniawan, Muh. Alif, dkk, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam dari Masa
Klasik, Tengah, dan Moderen, 2014.
Misrawi,, Zuhairi. Madinah, Kota Suci, Piagam Madinah dan Teladan Muhammad
SAW, (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2009.
Moqsith, Abd., Tafsir Atas Poligami Dalam Al Quran, Journal Karsa Vol. 23, No. 1,
Juni 2015.
Muslim, Imam, Sahih Muslim, Cairo, Egypt: Jam’iyah al Maknaz al Islami, 2000.
Tamimi , R. H., Budy Sugandi, Ismail Suardi Wekke, Muhammad SAW. Dan
Peletakan Dasar Peradaban Islam, Jurnal al Qalam Journal of Islam and Plurality Volume 3,
Nomor 1, Juni 2018
Thuqqusy, Muhammad Suhail, Tarikh al AArab Qabl al Islam, Beirut: Lebanon, Dar
An Nafaes, 2009.
Wahid, Abdul Hakim, Perbuakan Dalam Pandangan Islam, Jurnal Nuansa, Vol. VIII,
No. 2, Desember 2015.