Makalah ini disusun dan dipresentasikan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kajian
Islam Kawasan pada Program Studi Magister Studi Islam
Pengampu:
Dr. H. M. Hasan Ubaidillah, M.Si
Oleh:
Hasyim Asy’ari
02040122006
Hasyim Asy’ari
hasyim.ikahac@gmail.com
Magister Studi Islam UIN Sunan Ampel Surabaya
1
Taufiqurrahman, Sejarah Sosial Politik Masyarakat Islam: Daras Sejarah Peradaban Islam (Surabaya:
Pustaka Islamika, 2003), 1.
2
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Grafindo Persada, 2000), 10-11.
2
Bangsa Arab sebelum Islam sebenarnya telah mengenal keyakinan terhadap satu
Tuhan (Tauhid/ Monoteisme), yaitu Allah Swt. sebuah ajaran yang dibawa oleh Nabi
Ibrahim dan Nabi Ismail. Al-Quran sendiri mengakui eksistensi ajaran Ibrahim dan
menyebutnya dengan Hanif (agama yang lurus). Namun beberapa abad sebelum
kedatangan Islam, kemungkinan ajaran suci itu telah ternoda oleh tahayul dan
khurafat, hingga sampai pada penyekutuan (syirk) terhadap Allah Swt.
Penyimpangan ini kemudian dikenal dengan watsaniyah (penyembahan terhadap
berhala atau patung).
Sebelum agama Islam datang, masyarakat Arabia sudah memiliki beberapa agama
dan kepercayaan, misalnya bangsa Arab Qathan (kaum Saba) yang bermukim di Ya-
man menganut agama dan kepercayaan Shabaiyah,yaitu suatu kepercayaan yang ber-
kembangdikalangan masyarakat Qahthan tentang adanya kekauatan yang terdapat
pada bintang-bintang dan matahari. Setelah hancurnya bendungan Maâ’rib masyara-
kat Qahthan terpencar kebeberapa tempat dibagian utara Yaman, sehingga lama-ke-
lamaan kepercayaan yang mereka anut mengalami perubahan ketika mereka mulai
berinteraksi dengan masyarakat dan kebudayan lain.
Masyarakat kota Mekah sebelum mereka menyembah berhala, batu-batuan dan
pepohonan adalah penganut agama Tauhid yang dibawa oleh Nabi Ibrahim As, yaitu
agama yang mengajarkan hanya kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, mereka wajib
percaya dan menyembah. Namun karena adanya keterputusan risalah, akhirnya me-
reka menyembah selain Allah.3
Proses perpindahan kepercayaan ini berawal ketika salah seorang pembesar suku
Khuza’ah bernama Amir bin Luay al-khuza’i4 pergi ke Syam (Syria). Ia menuju ke
kota tersebut, karena menurut anggapannya, Syam adalah kota para rasul. Di kota itu
ia melihat tata cara peribatan masyarakatnya yang sangat aneh yang berbeda dengan
tata cara peribadatan yang biasa mereka lakukan, yaitu menyembah berhala.5 Melihat
tata cara peribadatan seperti itu, Amr mulai tertarik untuk mempelajari dan mem-
3
Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam: Sejarah Zaman Nabi Adam Hingga abad XX (Jakarta: Akbar Media Eka
Sarana, 2003), 83.
4
M. Quraish Shihab, Membaca Sirah Nabi Muhammad Saw dalam Sorotan al-Qur’an dan hadits-hadits
Shahih, (Jakarta: Lentera Hati, 2011), 85-88.
5
Mahdi Rizqullah Ahmad, Biografi Rasulullah: Studi Analisis Berdasar Sumber-sumber otentik. ( Terj).
Al-Sirah al-Nabawiyah fi Dhau’I al-Mashadir al-Ashliyah: Dirasat Tahliliyah. Penerjemah. Yessi HM.
Basyaruddin. ( Jakarta” Qisthi Press), 66-67.
3
praktikannya. Untuk keperluan peribadatan tersebut, Amr Ibn Luay meminta sebuah
berhala dari suku Amaliqah sebagai kenang-kenangan dan akan dijadikan alat alat
perantara dalam peribadatan masyarakat Arab Mekah guna mendekatkan diri kepada
tuhannya. Berhala itu diberi nama Hubal yang kemudian ditempatkan di tengah-
tengah Ka’bah. Setelah itu, Amr ibn Luay meminta masyarakat Mekah untuk
menyembah Hubal, sebagai tuhan mereka. Berhala ini kemudian diletakan di Ka’bah
dan dija dikan sebagai pimpinan berhala-berhala lainnya seperti Manat,6 berhala
tertua suku bangsa Arab, diletakkan di Masyalal, daerah pantai Laut Merah dekat
Qadidi, jalur antara Mekkah dan Madinah. Manat merupakan berhala yang disembah
oleh suku‘Aush dan Khazraj. Selain Manat, terdapat berhala-berhala kecil yang juga
disembah oleh suku bangsa tersebut. Di antara berhala ini, ada berhala bernama
Suwa, yang disembah orang Yanbu’. Wadd, disembah suku Kalb, Yaghuth disembah
suku Madhij. Ya’uq, disembah suku Khiwan, penduduk San’a, Yaman.7 Sementara
Latta, ditempatkan di Thaif. Sedang Uzza, diletakkan di Wadi Nakhlah. 8
Dalam catatan sejarah disebutkan bahwa pada masa pemerintahan Khuza’ah, anak
keturunan Isma’il bin Ibrahim as, berkembang dan menyebar ke seluruh jazirah
Arabia. Dalam hal peribadatan, mereka memiliki tradisi tersendiri. Menurut Ibn
Atsir9 dan beberapa sejarawan muslim lainnya mengatakan bahwa ke manapun
mereka pergi untuk menetap di suatu daerah, mereka selalu membawa sebongkah
batu dari tanah Haram (Mekah), sebagai penghormatan terhadap tanah Haram. Di
tempat baru mereka, batu-batu tersebut diletakkan di tempat khusus. Pada waktu
tertentu mereka mengelilinginya seperti orang thawaf di Ka’bah. Tradisi ritual seperti
ini terus berjalan hingga terkikis dengan sendirinya, karena digantikan oleh
penyembahan batu-batu yang mereka pahat yang dijadikan sesembahan. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa mereka telah lepas dari akar tradisi agama Ibrahim.
Selain agama dan kepercayaan tersebut di atas, terdapat agama lain yang juga
danut masyarakat Arab, seperti agama Yahudi, Nasrani, Majusi, dan Saba’i.
6
M. Quraish Shihab, Membaca…, 87-88.
7
P.K.Hitti, History of the Arabs ( London: McMillan, 1970), 98-102.
8
Arthur Goldschmidt, Jr. A Concise History of The Middle East, 2 nd ed. (Colorado: WestviewPress,
1983), 25.
9
Ibn Atsir, Abu As-Sa’adat al-Mubarak ibn Muhammad al-Jazai’iri, al-Bidayah wa al-Nihayah.J.2. (ed).
Thahir Ahmad al-Zawi dan Mahmud Muhammad al-Thanahi (Kairo: Dar al-Ihya al-Kutubal-Arabiyah, tt),
205.
4
10
Ira. M. Lapidus, A. History of Islamic Peoples (Cambridge: Cambridge Univ.press, 1988), 7-8.
11
Shafiyurrahman al- Mubarakfury, Sejarah Hidup Nabi Muhammad: Sirah Nabawiyah (Jakarta: Robbani
Press, 2008), 36-38.
12
Muhamad Husein Haikal, Biografi Abu Bakar ash.Shiddiq: Khalifah Pertama yang menentukan Arah
Perjalanan Umat Islam Sepeninggal Rasulullah (terj), ( Jakarta: Qisthi Press,: 2007), 29-30.
5
13
Shafiyurrahman al- Mubarakfury, Sejarah Hidup Nabi Muhammad, 113-114.
14
Muhamad Husein Haikal, Biografi Abu Bakar ash.Shiddiq..., 29-30
15
Rizqullah, Biografi… hlm, 194-195
6
memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa Arab dengan mengajarkan Islam,
sebuah ajaran baru dalam kehidupan mereka.
2. Islam di Madinah
Di Madinah, Muhammad saw., selain sebagai Nabi pembawa risalah
Islam, beliau juga menduduki posisi sebagai negarawan yang kepadanya seluruh
pertentangan dimintai solusinya. Setelah fath al-Makkah pada thaun 630 M.,
Nabi Muhammad saw.menjadi pemimpin Negara yang wilayahnya meliputi
Mekah dan Madinah. Menjelang akhir hidupnya, pada tahun 632 M. Nabi
Muhammad saw. telah mengubah masyarakat pagan Arab ke masyarakat yang
bertauhid, mengimani keesaan Tuhan.16
Dampak perubahan peradaban yang paling signifikan pada masa
Rasulullah adalah perubahan tatanan sosial. Suatu perubahan mendasar dari masa
amoral menuju moralitas yang beradab. Dalam tulisan Ahmad al-Husairy
diuraikan bahwa peradaban pada masa nabi dilandasi dengan asas-asas yang
diciptakan sendiri oleh Nabi Muhammad di bawah bimbingan wahyu. Di antara
dampak positifnya adalah dengan pembangunan masjid yang di kenal dengan
masjid Nabawi.17
Pembangunan masjid ini merupakan bagian dari strategi dakwah pertama
yang dilakukan oleh Rasulullah SAW untuk melebarkan sayap Islam, karena
masjid memiliki peranan penting dalam sejarah Islam. Di samping sebagai
tempat untuk beribadah, masjid juga merupakan madrasah yang menghasilkan
pemimpin Muslim yang berkompeten serta menjadi pembawa panji keislaman.
Di sisi lain, masjid juga menjadi tempat pemilihan khalifah, baiat, dan diskusi
tentang semua persoalan umat sekaligus menjadi pusat pemerintahan. Dari
masjid pula lahirlah para pasukan tangguh. Di masjid ini pula Nabi menyambut
utusan para suku dan delegasi para raja dan penguasa.18
Strategi kedua adalah dengan membangun ukhuwwah islamiyyah yaitu
mempersaudarakan kaum Anshar dan Muhajirin. Dalam hal ini Ibnu Katsir
16
Ruswan Thoyib, Development of Muslim Educational System in the Classical Period (600-1000 M.)
dalam The Dynamics of Islamic Civilization; Satu Dasawarsa Program Pembibitan (1988-1998),
(Yogyakarta: FKAPPPCD bekerjasama dengan Penerbit Titian IIahi, T.Th), 56
17
Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2016), 63.
18
Hamid Fahmi Zarkasyi, Peradaban Islam, Makna Strategi Pembangunannya (Ponorogo: CIOS, 2010),
18-19.
7
19
mad al-Din Abi Fida’ Ismail Ibnu Umar Ibnu Katsir, Al-Bida>yah wa al-Niha>yah, Jilid IV, (Hijr:
Markaz al-Buhuts wa al-Dirasat al-Arabiyyah wa al-Islamiyyah, 1997), 554-561.
20
Faisal Ismail, Sejarah dan Kebudayaan Islam Periode Klasik (Abad VII-XIII M) (Yogyakarta:
IRCiSoD, 2017), 44-45.
8
21
Faisal Ismail, Sejarah dan Kebudayaan Islam …, 161-163.
22
Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2011), 50.
9
Ekspansi ke negri-negri yang sangat jauh dari pusat kekusaan, dalam waktu tidak
lebih dari setengah abad merupakan kemenangan menakjubkan dari suatu bangsa
yang sebelumnya tidak pernah memiliki pengalaman politik yang memadai.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan ekspansi itu demikian cepat, antara lain
sebagai berikut:
1. Islam, di samping merupakan ajaran yang mengatur hubungan manusia dengan
Tuhan, juga agama yang mementingkan soal pembentukan masyarakat.
2. Dalam dada para sahabat Nabi SAW tertanam keyakinan yang sangat kuat tentang
kewajiban menyerukan ajaran-ajaran Islam (dakwah) keseluruh penjuru dunia.
3. Dertentangan aliran agama di wilayah Bizaitun mengakibatkan hilangnya
kemerdekaan beragama bagi rakyat.
4. Islam datang kedaerah-daerah yang dimasukinya dengan sikap simpatik dan
toleran, tidak memaksa rakyat untuk mengubah agamanya dan masuk Islam.
5. Bangsa sami di Syiria dan palestina, dan bangasa Hami di Mesir memandang
bangsa Arab lebih dekat daripada bangsa Eropa, Bizantiun, yang merintah
mereka.
6. Mesir, Syiria dan Irak adalah daerah-daerah yang kaya. Kekayaan intu membantu
pengusa Islam untuk membiayai ekspansi ke daerah yang lebih jauh.23
23
Samsul Munir Amin, Sejarah Perkembangan Islam (Jakarta: Amzah, 2009), 113-114.
10
24
Ira M. Lapidus, A History of Islamic Societies (Sejarah Sosial Umat Islam), terj. Ghufran A Mas'adi, Cet.
II (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), 187.
11
mencari air dan makanan, sampai mereka tiba di Khaibar, Taima, Madain, Madinah
al-Munawwarah, dan daerah-daerah Najd, dan Dar'iyah sendiri sebagai pusat
pemerintahannya. Kondisi ini tidak dimaksudkan sebagai awal perencanaan
pendirian kerajaan Arab Saudi karena perpindahan mereka itu lebih bersifat nomaden
yang telah menjadi karakter mereka sendiri sejak dulu.25 Setelah beberapa saat,
kekuasaan mereka melebar ke daerah lain, dan dari sinilah awal perintisan Arab
Saudi sampai perkembangannya sekarang
Jika sejarah pemerintahan Arab Saudi ditelusuri kembali dalam beberapa
periodenya, pada mulanya ditandai dengan kekhawatiran Turki yang sudah melemah
berhadapan dengan semangat keagamaan bangsa Arab, terutama Mesir yang
bergerak bukan atas nama kekhalifahan Turki Usmani. Akhirnya, Turki meminta
bantuan ke Rusia dan Eropa. Inggris merasa khawatir atas perkembangan politik dan
keagamaan yang menguatkan kedudukan Mesir.26 Muhammad Ibn Abdullah ibn
Rasyid (1872-1887 M) dengan dukungan Turki berhasil menguasai dinasti lama
Sa'ud di Riyadh, tidak lama kemudian dibangun lagi oleh Abdul Aziz ibn Mit'ab dan
Abdul Aziz ibn Abdul Rahman dengan bantuan Inggris pada 1902.
Selanjutnya Sa'ud ibn Abd. Al-Aziz pada 1906 mengembalikan semangat
Wahabisme dengan mendirikan organisasi Ikhwan pada 1910, Ikhwan ini berperan
sebagai pasukan siaga.27 Sampai pada akhirnya posisi garis keturunan al-Sau'diyah
menjadi kuat, dan pada akhirnya pula sistem pemerintahan negara Arab Saudi
menjadi kerajaan. Arab Saudi sebagai sebuah negara, memang sudah lama dirintis
oleh keluarga keturunan Sa'udiyah, namun menurut John L. Esposito dalam The
Oxford Enciyclopedia bahwa Arab Saudi baru diproklamasikan secara resmi pada
tahun 1932 oleh Abd. Aziz ibn Abd. Rahman al-Sa'ud dan diperintah oleh
keturunannya dalam bentuk pemerintahan kerajaan.28
E. Islam Saudi Arabia dan Paham Wahabisme
Seiring dengan berkembangnya dakwah Islam, maka negara-negara yang berbasis
Islam di Jazirah Arab terus mengalami perkembangan. Negara-negara tersebut yang
25
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban Islam di Kawasan Dunia Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2002), 231
26
Ahmad Syalabi, Mawsū'ah al-Tarīkh al-Islaimiy, Juz II (Mekkah: al-Nahdlah al-Mishriyah, 1978), 159.
27
Ahmad Syalabi, Mawsū'ah al-Tarīkh …, 234.
28
John L. Esposito (ed.), The Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic World, Vol. 3 (New York: Oxford
University, 1995), 4.
12
29
Ira M. Lapidus, A History of Islamic Societies (Sejarah Sosial Umat Islam), terj. Ghufran A Mas'adi, Cet.
II (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), 157.
30
John L. Esposito (ed.), The Oxford Encyclopedia …, 5.
13
31
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Cet. IX (Jakarta: Bulan
Bintang 1992), 23.
32
Muhamed Arkoun, Pemikiran Arab, Cet. I, diterjemahkan oleh Yudian W. Asmin (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1996), 118-119.
33
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, 25.
34
Ahmad M. Sewang, Islamisasi Kerajaan Gowa, Cet. II (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), 86.
14
Sepintas pemikiran Muhammad ibn Abdul Wahhab dipengaruhi oleh pemikiran Ibn
Taimiyah, yaitu sebagai berikut:
1. Pemahaman terhadap al-Qur’an dan al-Sunnah (Hadis) yang dipahami
berdasarkan metodologi Salaf al-Shalih (ulama shalih generasi terdahulu). Ia
berpandangan bahwa al-Qur’an dan alSunnah bukan hanya sekadar cerita saja
sebagaiana diperkirakan orang-orang dari ahli kalam, Hadis, fikih dan tasawuf,
tetapi sebagai dalil dan petunjuk jalan bagi makhluk dan dalil yang tegas bagi
dasar-dasar agama.
2. Ketauhidan sangat diperhatikan meliputi zat, sifat, dan ibadah makhluk terhadap
Allah, yakni konsep tauhid bahwa Allah tidak bisa disamakan dengan apapun
(na'buda Allah wa la nusyriku bihi syai). Oleh karena itu, doa merupakan bagian
dari ibadah yang tidak boleh meminta kepada sesama makhluk yang sudah mati.
3. Rasul Allah Swt., tidak melebih-lebihkan, tetapi cukup sebagai petunjuk saja.
Dibolehkan ziarah kubur, tetapi tidak boleh untuk meminta-minta.
Demikianlah, paham Wahabi di Arab Saudi terus mengalami perkembangan,
walaupun menurut Carl Brockelman, bahwa paham tersebut nyaris padam, tapi Ibn
Sa'ud mampu menghidupkan Kembali semangatnya dengan mendirikan organisasi
Ikhwan.35 Hidupnya kembali, dan berkembangnya lebih lanjut paham Wahhabi
bukan saja di Arab Saudi, tetapi juga di berbagai negara, ketika para ulama datang
ke tanah suci, mereka belajar tentang paham tersebut kemudian mengembangkan
lebih lanjut di negeri asal mereka. Ke India dibawa oleh Haji Ahmad, ke Afrika Utara
oleh al-Sanusi. Ke Yaman oleh al-Syaukani, dan ke Mesir oleh Muhammad Abduh.
Di sini lain, secara turun temurun berkembanganya paham Wahabi di Arab Saudi,
sebab ulama negeri ini dominan keturunan Abd. Wahhab, yang menikahi keluarga
penguasa.36 Artinya, di samping perkembangannya melalui jalur dakwah, juga
melalui jalur pernikahan. Sebab Ibn Sa'ud dan keluarganya mengikuti Wahabi dan
men-jadikannya sebagai ideologi agama Arab Saudi, tentu saja para pengikutnya
terus mengembangkan paham tersebut, dan memasukkan pada versi Islam reformatif
yang rasiona. Sebagaimana imam pergerakan Wahabi mereka menjadi pimpinan
spiritual juga sebagai pimpinan duniawi.
35
Brockelman, History the Islamic Peoples (London: Routledge & Kegan Paul, 1982), 471.
36
Lapidus, A History of Islamic…, 191.
15
F. Simpulan
Bangsa Arab sebelum Islam sebenarnya telah mengenal keyakinan terhadap satu
Tuhan (Tauhid/ Monoteisme), yaitu Allah Swt. sebuah ajaran yang dibawa oleh Nabi
Ibrahim dan Nabi Ismail. Al-Quran sendiri mengakui eksistensi ajaran Ibrahim dan
menyebutnya dengan Hanif (agama yang lurus). Proses perpindahan kepercayaan ini
berawal ketika salah seorang pembesar suku Khuza’ah bernama Amir bin Luay al-
khuza’i pergi ke Syam (Syria). Ia menuju ke kota tersebut, karena menurut
anggapannya, Syam adalah kota para rasul. Di kota itu ia melihat tata cara peribatan
masyarakatnya yang sangat aneh yang berbeda dengan tata cara peribadatan yang
biasa mereka lakukan, yaitu menyembah berhala. Selain agama dan kepercayaan
tersebut di atas, terdapat agama lain yang juga danut masyarakat Arab, seperti agama
Yahudi, Nasrani, Majusi, dan Saba’i.
Pemerintahan Arab Saudi ditelusuri kembali dalam beberapa periodenya, pada
mulanya ditandai dengan kekhawatiran Turki yang sudah melemah berhadapan
dengan semangat keagamaan bangsa Arab, terutama Mesir yang bergerak bukan atas
nama kekhalifahan Turki Usmani. Akhirnya, Turki meminta bantuan ke Rusia dan
Eropa. Inggris merasa khawatir atas perkembangan politik dan keagamaan yang
menguatkan kedudukan Mesir. Muhammad Ibn Abdullah ibn Rasyid (1872-1887 M)
dengan dukungan Turki berhasil menguasai dinasti lama Sa'ud di Riyadh.
Selanjutnya Sa'ud ibn Abd. Al-Aziz pada 1906 mengembalikan semangat
Wahabisme dengan mendirikan organisasi Ikhwan pada 1910, Ikhwan ini berperan
sebagai pasukan siaga. Arab Saudi baru diproklamasikan secara resmi pada tahun
1932 oleh Abd. Aziz ibn Abd. Rahman al-Sa'ud dan diperintah oleh keturunannya
dalam bentuk pemerintahan kerajaan.
Dakwah Islam yang dilakukan Rasulullah Saw, baik secara diam-diam maupun
secara terbuka, mendapat tanggapan (respon) yang beragam, ada yang menerima dan
banyak pula yang menolak. upaya awal penyebaran Islam secara sistematis kepada
masyarakat kota Mekah adalah melalui pendidikan di rumah Arqam Ibn Abi Arqam.
Masyarakat Arab kota Mekah menolak dan tidak menghendaki kehadiran Islam dan
umat Islam di kota tersebut. Hal ini dapat kita lihat dari berbagai penghinaan bahkan
ancaman pembunuhan yang ditujukan kepada Nabi Muhammad Saw dan umat Islam.
16
Di Madinah, Muhammad saw., selain sebagai Nabi pembawa risalah Islam, beliau
juga menduduki posisi sebagai negarawan yang kepadanya seluruh pertentangan
dimintai solusinya. Setelah fath al-Makkah pada thaun 630 M., Nabi Muhammad
saw.menjadi pemimpin Negara yang wilayahnya meliputi Mekah dan Madinah.
Menjelang akhir hidupnya, pada tahun 632 M. Nabi Muhammad saw. telah
mengubah masyarakat pagan Arab ke masyarakat yang bertauhid, mengimani
keesaan Tuhan.
Pengembangan agama Islam yang dilakukan pemerintahan khulafaur rasyidin
dalam waktu yang relatif singkat telah membuahkan hasil yang gilang-gemilang.
Ekspansi ke negri-negri yang sangat jauh dari pusat kekusaan, dalam waktu tidak
lebih dari setengah abad merupakan kemenangan menakjubkan dari suatu bangsa
yang sebelumnya tidak pernah memiliki pengalaman politik yang memadai.
Perkembangan Islam di Arab Saudi sejak ia diproklamirkan sebagai sebuah
negara dengan sistem kerajaan, diwarnai dengan aliran pemikiran dan bisa juga
disebut sebagai perkembangan kepercayaan paham, sebab sejak keturunan al-
Sa'udiyah memerintah di Arab Saudi, perkembangan Islam diwarnai dengan paham
Wahabiyah. John L. Esposito menyatakan bahwa gerakan Wahabiyah di Arab Saudi
mulai meluas terutama pada pertengahan abad ke-19. Teori seperti ini sebagaimana
yang dikemukakan Ahmad Sewang diistilahkan top down, yakni Islam diterima
langsung oleh elit penguasa kerajaan, kemudian disosialisasikan dan berkembang
kepada masyarakat bawah.
17
Daftar Pustaka
Brockelman. History the Islamic Peoples. London: Routledge & Kegan Paul. 1982.
Esposito, John L. (ed.). The Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic World,
Vol. 3. New York: Oxford University. 1995.
Goldschmidt, Jr. Arthur. A Concise History of The Middle East, 2 nd ed. Colorado:
WestviewPress. 1983.
Haikal, Muhamad Husein. Biografi Abu Bakar ash.Shiddiq: Khalifah Pertama yang
menentukan Arah Perjalanan Umat Islam Sepeninggal Rasulullah. Jakarta:
Qisthi Press. 2007.
Ismail, Faisal. Sejarah dan Kebudayaan Islam Periode Klasik (Abad VII-XIII M).
Yogyakarta: IRCiSoD. 2017.
Sewang, Ahmad M. Islamisasi Kerajaan Gowa, Cet. II. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia. 2005.
Shihab, M. Quraish. Membaca Sirah Nabi Muhammad Saw dalam Sorotan al-
Qur’an dan hadits-hadits Shahih. Jakarta: Lentera Hati. 2011.
18
Syalabi, Ahmad. Mawsū'ah al-Tarīkh al-Islaimiy, Juz II. Mekkah: al-Nahdlah al-
Mishriyah. 1978.
Syukur, Fatah. Sejarah Peradaban Islam. Semarang: Pustaka Rizki Putra. 2011.
al-Usairy, Ahmad. Sejarah Islam: Sejarah Zaman Nabi Adam Hingga abad XX.
(Jakarta: Akbar Media Eka Sarana. 2003.