Anda di halaman 1dari 11

AGAMA DAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT ARAB

PRA-ISLAM

Dosen pengampu:
Suroto, MA

Disusun oleh:
Cut Nelga Isma (202020018)

JURUSAN TARBIYAH DAN KEGURUAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
TENGKU DI RUNDENG MEULABOEH
2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….....
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………
A. Latar Belakang…………………………………………………………….............
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………………......
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………….
A. Agama masyarakat arab pra-islam………………………………………………...
B. Kepercayaan masyarakat arab pra-islam………………………..............................
BAB III PENUTUP………………………………………………………………….
1. Kesimpulan………………………………………………………………...............
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..............
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kepercayaan atau agama merupakan hal yang sangat mendasar dalam kehidupan
manusia sebagai jalan untuk menuju kehidupan yang abadi. Dalam kehidupan
sekarang ini terdapat berbagai macam agama / kepercayaan yang tidak terlepas dari
sejarah masa lampau, dimana pada masa jahiliyah atau sebelum islam datang di dunia
ini terdapat berbagai macam agama yaitu; agama yahudi, kristen, majusi paganisme
dan hunafa’. Sebelum Islam penduduk Arab menganut agama yang bermacam-
macam, dan Jazirah Arab telah dihuni oleh beberapa ideolgi, keyakinan keagamaan.
Bangsa Arab sebelum Islam telah menganut agama yang mengakui Allah sebagai
tuhan mereka. Kepercayaan ini diwarisi turun temurun sejak nabi Ibrahim as dan
Ismail as. al-Qur’an menyebut agama itu dengan Hanif, yaitu kepercayaan yang
mengakui keesaan Allah sebagai pencipta alam, Tuhan menghidupkan dan
mematikan, Tuhan yang memberi rezeki dan sebagainya. Hal tersebut akan dibahas
dalam makalah ini sebagai salah satu informasi tentang sistem kepercayaan bangsa
arab sebelum islam.
B. Rumusan masalah
1. Apa saja agama yang ada di arab pra-islam?
2. Bagaimana kepercayaan masyarakat arab pra-islam?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa saja agama yang dianut masyarakat arab pra-islam
2. Mengetahui tentang kepercayaan masyarakat arab pra-islam
BAB II
PEMBAHASAN

A. Agama Masyarakat Arab Pra-Islam


Pada awalnya saat islam belum ada, masyarakat Makkah adalah penganut agama
tauhid yang dibawa oleh Nabi Ibrahim As. Kemudian dilanjutkan oleh putranya Nabi
Ismail As. Perjalanan hidup Nabi Ibrahim, Siti Hawa (istrinya), dan Nabi Ismail
(putranya) membuahkan sejumlah ajaran dan kebudayaan Islam yang sampai
sekarang terpelihara, seperti Ka’bah, maqam Ibrahim, dan peristiwa qurban. Bahkan
Proses perjalanan kehidupan keluarga ini diakui oleh umat Islam dalam salah satu
rukun haji.
Setelah Nabi Ismail As wafat, masyarakat Makkah mulai pindah menyembah
selain Allah. Proses perpindahan kepercayaan itu berawal dari Amir bin Lubai
seorang pembesar suku Khuza’ah yang melakukan perjalanan ke Syam (Syiria). Dia
melihat penduduk kota Syam melakukan ibadah dengan menyembah berhala. Dia
tertarik untuk mempelajari dan mempraktikkannya di Makkah. Dia membawa berhala
yang diberi nama Hubal dan diletakkan di Ka’bah. Berhala Hubal menjadi pimpinan
berhala lainnya seperti Latta, Uzza dan Manat. Dia mengajarkan kepada masyarakat
Makkah cara menyembah berhala. Sehingga masyarakat menyakini bahwa berhala
adalah perantara untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya. Sejak itulah mereka
mulai membuat berhala-berhala sehinga mencapai 360 berhala yang diletakkan
mengelilingi Ka’bah. Dan mulailah kepercayaan baru masuk ke masyarakat Makkah
dan kota Makkah menjadi pusat penyembahan berhala.
Ketika melaksanakan haji, bangsa Arab melihat berhala-berhala di sekitar
Ka’bah. Mereka bertanya alasan menyembah berhala. Para Pembesar menjawab
bahwa berhala-berhala tersebut merupakan perantara untuk mendekatkan diri kepada
Tuhan. Setelah itu, mereka kembali ke daerahnya dan meniru cara ibadah masyarakat
Makkah. Mulailah kepercayaan baru menyebar di jazirah Arab. Masa itu disebut
masa Jahiliyyah. Jahiliyyah bukan berarti mereka bodoh dari keilmuannya, namun
mereka bodoh dari keimanan kepada Allah Swt seperti yang diajarkan oleh Nabi
Ibrahim As. Mereka menyimpangkan ajaran-ajaran Nabi Ibrahim As.
Adapun faktor-faktor penyebab penyimpangan tersebut adalah:
1. Adanya kebutuhan terhadap Tuhan yang selalu bersama mereka terutama saat mereka
membutuhkan.
2. Kecenderungan yang kuat mengagungkan leluhur yang telah berjasa terutama kepala
kabilah nenek moyang mereka.
3. Rasa takut yang kuat menghadapi kekuatan alam yang menimbulkan bencana
mendorong mereka mencari kekuatan lain di luar Tuhan.
Berikut agama bangsa Arab sebelum kedatangan Islam:
1. Agama Yahudi.
Masuknya agama Yahudi di jazirah Arab pertama kali eksis di Yaman melalui
penjual jerami, As'ad bin Abi Karb. Ketika itu, dia pergi berperang ke Yatsrib
(Madinah) dan disanalah dia memeluk Yahudi. Dia membawa serta dua ulama
Yahudi dari suku Bani Quraizhah ke Yaman. Agama Yahudi tumbuh dan
berkembang pesat di sana, terlebih lagi ketika anaknya, Yusuf bergelar Dzu Nuwas
menjadi penguasa di Yaman.
Dia menyerang penganut agama Nashrani dari Najran dan mengajak mereka
untuk menganut agama Yahudi, namun mereka menolak. Karena penolakan ini, dia
kemudian menggali parit dan mencampakkan mereka ke dalamnya lalu membakarnya
hidup-hidup. Sejarah mencatat, jumlah korban pembunuhan massal ini sekitar 20.000
hingga 40.000 jiwa. Peristiwa itu terjadi pada bulan Oktober tahun 523 M. Alqur'an
menceritakan sebagian dari peristiwa tragis itu dalam Surah Al-Buruj (tentang
Ashhabul Ukhdud).
2. Agama Nasrani
Agama Nasrani masuk ke jazirah Arab melalui pendudukan orang-orang
Habasyah dan Romawi. Pendudukan orang-orang Habasyah pertama kali terjadi di
Yaman pada tahun 340 M dan berlangsung hingga tahun 378 M. Pada masa itu,
gerakan Kristenisasi mulai merambah permukiman di Yaman.
Tak berapa jauh dari masa ini, seorang yang dikenal sebagai orang zuhud,
doanya mustajab dan dianggap mempunyai kekeramatan. Orang ini dikenal dengan
sebutan Fimiyun; dia datang ke Najran. Dia mengajak penduduk Najran untuk
memeluk agama Nasrani. Mereka melihat tanda-tanda kejujuran pada dirinya dan
kebenaran agamanya. Karena itu mereka menerima dakwahnya dan bersedia
memeluk agama Nasrani.
Tatkala orang-orang Habasyah menduduki Yaman untuk kedua kalinya pada
tahun 525 M; sebagai balasan atas perlakuan Dzu Nuwas yang dulu pernah
dilakukannya, dan tampuk pimpinan dipegang oleh Abrahah, maka dia menyebarkan
agama Nasrani dengan gencar dan target sasaran mencapai puncaknya ketika dia
membangun sebuah gereja di Yaman, yang diberi nama "Ka'bah Yaman". Dia
menginginkan agar haji yang dilakukan oleh Bangsa Arab dialihkan ke gereja ini.
Dia juga berniat menghancurkan Baitullah di Mekkah, namun Allah
membinasakannya dan mengazabnya di dunia dan akhirat. Agama Nashrani dianut
oleh kaum Arab Ghassan, suku-suku Taghlib dan Thayyi' dan selain kedua suku
terakhir ini. Hal itu disebabkan mereka bertetangga dengan orang-orang Romawi.
Bukan itu saja, bahkan sebagian raja-raja Hirah juga telah memeluknya.
3. Agama Majusi.
Agama Majusi lebih banyak berkembang di kalangan orang-orang Arab yang
bertetangga dengan orang-orang Persia yaitu orang-orang Arab di Iraq, Bahrain
(tepatnya di Ahsa'), Hajar dan kawasan tepi pantai teluk Arab yang bertetangga
dengannya. Elite-elite politik Yaman juga ada yang memeluk agama Majusi pada
masa pendudukan Bangsa Persia terhadap Yaman.
4. Agama Shabi'ah.
Agama Shabi'ah menurut penelusuran peninggalan-peninggalan mereka di negeri
Iraq dan lain-lainnya menunjukkan bahwa agama ini dianut oleh kaum Ibrahim
Chaldeans. Agama ini dianut oleh mayoritas penduduk Syam dan Yaman pada zaman
purbakala. Setelah kedatangan beberapa agama baru seperti Yahudi dan Nasrani,
agama ini mulai kehilangan identitasnya. Tetapi masih terdapat sisa-sisa para
pemeluknya yang membaur dengan para pemeluk Majusi atau hidup berdampingan
dengan mereka, yaitu di masyarakat Arab di Iraq dan di kawasan tepi pantai teluk
Arab.

B. Kepercayaan Masyarakat Arab Pra-Islam


Kepercayaan Arab sebelum islam datang merupakan masyarakat yang sudah
mempercayai akan keesaan Allah sebagai Tuhan akan tetapi melenceng setelah Nabi
Ismail wafat. Sebelum mengenal agama Islam, masyarakat Arab banyak yang
menyembah berhala (patung). Tuhan mereka adalah patung. Patung adalah benda
mati yang tidak bergerak dan tidak dapat menolong seseorang. Mereka menyembah
patung yang terbuat dari kayu, batu, emas, maupun perak.Tergantung dari kekayaan
yang mereka miliki. Jika orang kaya maka patungnya terbuat dari emas, jika orang
miskin, patungnya dari kayu. Kepercayaan itu berasal dari nenek moyang mereka
secara turun temurun. Patung atau berhala yang mereka anggap sebagai Tuhan itu
mereka letakkan di Ka’bah dan sekitarnya untuk disembah. Mereka setiap tahun
mengadakan perlombaan membuat patung untuk ditempatkan pada dinding Ka’bah.
Di sekeliling Ka’bah banyak patung yang diletakkan oleh masyarakat Arab.
Imam Bukhari meriwayatkan sebuah hadis dengan sanad dari Ibnu Abbas, yang
berbunyi: “Patung-patung yang ada pada zaman Nabi Nuh As merupakan patung-
patung yang disembah pula di kalangan bangsa Arab setelah itu. Adapun Wudd
adalah berhala yang disembah oleh suku Kaib di Daumatul Jandal. Suwa adalah
sesembahan HuZail.Yagus sesembahan suku Murad, kemudian berpindah ke Bani
Gatifdi yang terletak di lereng bukit Saba.”
Adapun Ya’uq adalah sesembahan Suku Hamdan. Nasr sesembahan suku
Himyar dan keluarga Zikila’. Padalah nama-nama itu adalah nama-nama orang saleh
di jaman Nabi Nuh As. Setelah mereka wafat, setan membisikkan kaum yang saleh
supaya dibuat patung-patung mereka di tempat-tempat pertemuan dan menamainya
sesuai dengan nama-nama mereka.Patungpatung itu tidak disembah sebelum orang-
orang saleh itu mati dan ilmunya telah hilang.Dari situlah, penyembahan terhadap
berhala-berhala mulai.
Dari sekian banyak berhala ada empat berhala yang dianggap sebagai pemimpin
dari berhala-berhala yang lain. Empat berhala tersebut adalah Latta, Uzza, Manat dan
Hubal. Hubal yakni berhala yang terbuat dari batu akik berwarna merah dan
berbentuk manusia. Hubal, dewa mereka yang terbesar diletakkan di Ka’bah,
kemudian Latta, berhala yang paling tua, berhala Uzza, serta Manat. Berhala ini yang
paling terkenal dan paling banyak disembah masyarakat Arab. Patung-patung tersebut
sangat dihormati dan ditakuti masyarakat Arab karena mereka meyakini paung-
patung itu dapat memberikan manfaat dan dapat mendatangkan bahaya bila tidak
disembah.
Mereka mengakui berhala tersebut sebagai Tuhan mereka dan memujanya
karena dianggapnya hebat. Mereka menyembah berhala-berhala itu sebagai perantara
kepada Tuhan. Untuk mendekatkan diri kepada dewa atau Tuhan-Tuhan itu, mereka
rela berkorban dengan menyajikan binatang ternak. Bahkan pernah pada suatu ketika
mereka mempersembahkan manusia sebagai korban kepada dewa-dewa dan Tuhan
mereka. Kepada berhala-berhala itu, mereka mengadukan nasibnya, persoalan, atau
permasalahan hidupnya serta meminta pendapat atau memohon restunya jika akan
mengerjakan sesuatu yang penting. Padahal, patung-patung tersebut jika ditendang
atau dipukul tidak bisa membela diri karena patung-patung tersebut benda mati.Dari
empat patung tersebut, Hubal adalah patung yang paling besar. Oleh karena itu, ia
dianggap sebagai pemimpin para patung.
Disamping kepercayaan terhadap penyembahan berhala, ada kepercayaan lain
yang berkembang di Makkah, yaitu Menyembah Malaikat. Sebagian masyarakat Arab
menyembah dan menuhankan malaikat. Bahkan sebagian beranggapan malaikat
adalah putri Tuhan. Menyembah Jin, Ruh, atau hantu. Sebagian masyarakat Arab
menyembah jin, hantu, dan ruh leluhur mereka. Mereka mengadakan sesajian berupa
kurban binatang sebagai bahan sajian agar mereka terhindar dari bahaya dan bencana.
Di saat-saat agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw akan datang,
beberapa orang sudah berusaha untuk tidak menyembah berhala lagi dan berbalik
menyebarkan ajaran tauhid yang dibawa Nabi Ibrahim As. Diantara mereka adalah
Waraqah bin Naufal, Umayyah bin Salt, Qus Saidah, Usman bin Khuwairis, Abdullah
bin Jahsyi, dan Zainal bin Umar. Mereka adalah kelompok yang menentang tradisi
menyembah berhala. Namun mereka meninggal sebelum datangnya Islam.
Sebelum Islam datang ke negeri Arab, orang Arab sudah mempercayai akan
keesaan Allah sebagai Tuhan. Kepercayaan ini diwariskan Nabi Ibrahim as. dan
Ismail as. Agama tersebut dalam al-Qur’an disebut agama ḥanif, yaitu kepercayaan
yang menyakini keesaan Allah Swt yang menciptakan alam semesta alam ini.
Berkaitan dengan ini ayat al-Qur’an menyebutkan bahwa sebenarnya mereka
masih mempercayai keesaan Allah Swt. sebagai pencipta pengatur dan pemelihara
alam semesta. Jika ditanyakan kepada orang Arab, mengapa menyembah patung dan
berhala? Mereka menjawab "semua itu dilakukan demi mendekatkan diri kepada
Allah Swt. sang pencipta." Tetapi pada saat itu orang-orang Arab mencampurnya
dengan agama-agama lain, seperti kepercayaan menyembah roh, jin, pohon dan
matahari. Menurut pandangannya benda tersebut mempunyai kekuatan yang dapat
menjadikan makmur dan sejahtera. Agama yang menyimpang tersebut dinamakan
agama Watsaniyah. Meskipun demikian, ada juga orang Arab yang tidak mudah
terpengaruh oleh Agama Watsaniyah. Mereka adalah orang-orang yang memeluk
agama Yahudi dan Nasrani. Pada dasarnya orang Arab tidak meninggalkan Agama
Hanif sepenuhnya hanya saja dicampur dengan Agama Watsaniyah. Misalnya, pada
masa Jahiliah orang Arab masih memulyakan Ka’bah, tetapi mereka mencampurnya
dengan mengelilingi Ka’bah tanpa busana, dan masih banyak lagi pujaan yang
lainnya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sebelum kedatangan Nabi Muhammad
Saw., bangsa Arab telah menganut agama monotoisme. Agama tersebut diwarisi
turun temurun sejak Nabi Ibrahim as dan Ismail as. Agama ini dalam Al-Qur’an
disebut ḥanif. Kepercayaan akan keesaan Allah Swt. tetap diyakini oleh bangsa Arab
sampai kerasulan Muhammad Saw., hanya saja sudah dicampuradukkan dengan
tahayul dan kemusyrikan.
BAB III
PENUTUPAN

1. Kesimpulan
Saat islam belum ada, masyarakat Makkah adalah penganut agama tauhid yang
dibawa oleh Nabi Ibrahim As. Kemudian dilanjutkan oleh putranya Nabi Ismail As.
Perjalanan hidup Nabi Ibrahim, Siti Hawa (istrinya), dan Nabi Ismail (putranya)
membuahkan sejumlah ajaran dan kebudayaan Islam yang sampai sekarang
terpelihara, seperti Ka’bah, maqam Ibrahim, dan peristiwa qurban. Bahkan Proses
perjalanan kehidupan keluarga ini diakui oleh umat Islam dalam salah satu rukun haji.
Adapun faktor-faktor penyebab penyimpangan tersebut adalah:
a. Adanya kebutuhan terhadap Tuhan yang selalu bersama mereka terutama saat
mereka membutuhkan.
b. Kecenderungan yang kuat mengagungkan leluhur yang telah berjasa terutama
kepala kabilah nenek moyang mereka.
c. Rasa takut yang kuat menghadapi kekuatan alam yang menimbulkan bencana
mendorong mereka mencari kekuatan lain di luar Tuhan.
Kepercayaan Arab sebelum islam datang merupakan masyarakat yang sudah
mempercayai akan keesaan Allah sebagai Tuhan akan tetapi melenceng setelah Nabi
Ismail wafat. Sebelum mengenal agama Islam, masyarakat Arab banyak yang
menyembah berhala (patung). Tuhan mereka adalah patung. Patung adalah benda
mati yang tidak bergerak dan tidak dapat menolong seseorang. Mereka menyembah
patung yang terbuat dari kayu, batu, emas, maupun perak.Tergantung dari kekayaan
yang mereka miliki. Jika orang kaya maka patungnya terbuat dari emas, jika orang
miskin, patungnya dari kayu.
DAFTAR PUSTAKA
 Jun's_Blg.2019."Agama dan kepercayaan masyarakat arab pra islam (sebelum
islam)"
(http://walpaperhd99.blogspot.com/2019/08/agama-dan-kepercayaan-
masyarakat-arab-praislam.html?m=1, diakses pada tanggal 24 maret 2021)
 Siregar rusman.2019."Agama bangsa arab sebelum kedatangan islam"
(https://kalam.sindonews.com/berita/1458235/70/agama-bangsa-arab-
sebelum-kedatangan-islam?_gl=1, diakses pada tanggal 24 maret 2021)

Anda mungkin juga menyukai