Anda di halaman 1dari 5

BAB II

TINJAUN UMUM

2.1 Bidang Pengujian Pangan


Laboratorium ini digunakan untuk menguji makanan maupun minuman yang
diduga atau dilaporkan mengandung bahan berbahaya, zat aditif maupun kandungan
nutrisi. Bahan berbahaya yang diuji contohnya adalah formalin, boraks, logam berat,
pewarna yang dilarang serta bahan terlarang lainnya. Contoh zat aditif yang diuji
adalah kandungan pewarna, pengawet dan pemanis. Kandungan nutrisi yang diuji
contohnya adalah protein dan lemak. Pengujian yang dilakukan dapat bersifat
kualitatif maupun kuantitatif. Uji pewarna pada bahan pangan dapat menggunakan
metode kromatografi kertas, dimana kertas yang digunakan adalah kertas saring
dengan mutu baik. Kemudian Rf atau jarak tempuh pewarna dihitung dan
dibandingkan dengan standar pewarna yang ada untuk mengetahui jenis pewarna
yang terkandung. Pengujian pemanis seperti siklamat dan sakarin dapat dilakukan
dengan menggunakan metode HPLC (High Performance Liquid Chromatrography)
( Putri , 2018 ).
Pengujian cemaran logam berat dapat menggunakan metode AAS (Atomic
Sorption Spectrophotometry). Pengujian nitrit sebagai pengawet pada produk olahan
daging juga dapat menggunakan metode spektrofotometri. Pengujian formalin secara
kualitatif dapat dilakukan dengan menggunakan test kit (reaksi warna). Pengujian
asam lemak bebas dapat menggunakan metode titrasi. Dalam laboratorium ini, semua
sampel yang masuk baik makanan, minuman, obat maupun kosmetik semua diuji
aspek mikrobiologisnya. Contoh pengujian yang dilakukan adalah identifikasi
Salmonella, Angka Enterobacteriaceae, Angka S. aureus, identifikasi Listeria, Angka
E. coli, Angka Clostridium, Angka Lempeng Total (ALT) serta Angka Kapang
Khamir (AKK). Semua pengujian ini dilakukan secara aseptis agar tidak terjadi
kontaminasi pada sampel yang diuji. Dalam melakukan berbagai pengujian tersebut
dibutuhkan berbagai media yang digunakan sebagai media pertumbuhan mikroba
yang diuji. Tentunya semua alat dan media yang digunakan harus disterilisasi untuk
menghindari adanya kontaminasi. Penggunaan istilah identifikasi dan
angkadidasarkan pada jenis mikroba. Kata identifikasi digunakan untuk mikroba yang
memang tidak boleh ada karena memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan
dampak negatif bagi konsumen jika terdapat sedikit saja di dalam produk. Mikroba
yang tidak boleh ada seperti Listeria dan Salmonella. Sedangkan kata angka
digunakan untuk mikroorganisme yang tidak berbahaya tetapi jumlah keberadaannya
diatur oleh standar. Apabila jumlah mikroorganisme dalam sampel yang diuji tidak
memenuhi standar maka akan ada tindak lanjut seperti penarikan produk dari pasar
atau tidak diperbolehkan lagi untuk dipasarkan ( Putri , 2018 ).

2.2 Bidang Pengujian Obat


Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia ( Supardi dkk, 2012 ).
Laboratorium ini merupakan tempat dilakukannya pengujian sampel sampel
sintesis. Sampel yang diuji adalah semua jenis obat yang beredar dipasaran baik
produk steril maupun non steril, antibiotik dan non antibiotik. Pengujian yang
dilakukan di Laboratorium teranokoko dilakukan untuk sampel-sampel yang diambil
berdasarkan pedoman sampling Badan POM RI tahun 2014 dimana parameter uji
yang dilaksanakan berdasarkan pada peta kemampuan BBPOM Padang. Pengujian
sampel obat dilakukan berdasarkan pengujian yang ada pada FI IV, United State
Pharmacopoiea (USP), Birtish Pharmacope, Pharmacope China, Pharmacope India
dan Metode Analisa (MA) dari PPOM.
Parameter pengujian di laboratorium yang berhubungan dengan produk obat :
1. Mencatat identitas sampel
Meliputi nama obat, nomor registrasi, nomor batch, waktu kadaluarsa dan
komposisi obat serta syarat-syarat lain yang ada dalam kemasan obat.
2. Organoleptis
Organoleptis meliputi bentuk, warna, bau, rasa, serta identifikasi lain seperti
ukuran tablet, bentuk tablet.
3. Uji kualitatif
Uji kualitatif dilakukan untuk mengetahui senyawa zat aktif yang terkandung
dalam sediaan sesuai dengan monografi yang terdapat dalam farmakope.
4. Uji kuantitatif
Penetapan kadar uji keseragaman kandungan dilakukan sesuai dengan monografi
yang tercantum dalam farmakope indonesia IV atau buku resmi lainnya
( Gumalasari, 2014 ).

2.3 Bidang Laboratorium Kosmetik


Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan
pada bagian luar tubuh manusia seperti epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ
genital bagian luar, atau gigi dan membran mukosa mulut, terutama untuk
membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan/atau memperbaiki bau
badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik. Berdasarkan
peraturan badan pengawas obat dan makanan nomor 12 tahun 2019 tentang cemaran
dalam kosmetika dilakukan uji cemaran mikroba, cemaran logam berat dan cemaran
kimia. Dalam pengujian cemaran mikroba terdiri dari :
a. Angka lempeng total
b. Angka kapang dan khamir
c. Pseudomonas aeruginosa
d. Staphylococcus aureus dan
e. Candida albicans
Dalam Pengujian cemaran logam berat terdiri dari :
a. Merkuri (Hg)
b. Timbal (Pb)
c. Arsen (As) dan
d. Kadmium (Cd)
Dalam Pengujian cemaran kimia terdiri dari :
a. 1,4-Dioxane ( Peraturan BBPOM, 2019 ).

2.4 Bidang Laboratorium Mikrobiologi


Laboratorium mikrobiologi adalah tempat untuk melakukan berbagai
macam kegiatan seperti penelitian dan pengujian secara mikrobiologi yang
kegiatannya selalu berhubungan dengan mikroorganisme patogen dan non patogen.
Laboratorium yang digunakan untuk pengujian mutu suatu produk pada
umumnya bertujuan untuk mendeteksi cemaran bakteri atau jamur yang
berbahaya bagi kesehatan konsumen. Oleh karena itu untuk memperoleh
ketelitian dan ketepatan hasil pengujian di laboratorium mikrobiologi perlu cara
kerja yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku di laboratorium mikrobiologi.
Dalam melaksanakan pengujian di laboratorium mikrobiologi para petugas pengujian
dihadapkan pada bahaya mikroorganisme, oleh karena itu para penguji wajib terlebih
dahulu memahami cara kerja yang aman. Ruang lingkup pengujian di laboratorium
mikrobiologi meliputi uji cemaran bakteri dan jamur dalam makanan atau
minuman, obat tradisional, kosmetik dan alat kesehatan, pengujian aflatoksin
pada makanan dan obat tradisional ( Arifah, 2010 ).
Dalam laboratorium ini, semua sampel yang masuk baik makanan, minuman,
obat maupun kosmetik semua diuji aspek mikrobiologisnya. Contoh pengujian yang
dilakukan adalah identifikasi Salmonella, Angka Pseudomonas, Angka S. aureus,
identifikasi Listeria, Angka E. coli, Angka Clostridium, Angka Lempeng Total
(ALT). Semua pengujian ini dilakukan secara aseptis agar tidak terjadi kontaminasi
pada sampel yang diuji. Dalam melakukan berbagai pengujian tersebut dibutuhkan
berbagai media yang digunakan sebagai media pertumbuhan mikroba yang diuji.
Tentunya semua alat dan media yang digunakan harus disterilisasi untuk menghindari
adanya kontaminasi. Penggunaan istilah identifikasi dan angka didasarkan pada jenis
mikroba. Kata identifikasi digunakan untuk mikroba yang memang tidak boleh ada
karena memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan dampak negatif bagi
konsumen jika terdapat sedikit saja di dalam produk. Mikroba yang tidak boleh ada
seperti Listeria dan Salmonella. Sedangkan kata angka digunakan untuk
mikroorganisme yang tidak berbahaya tetapi jumlah keberadaannya diatur oleh
standar. Apabila jumlah mikroorganisme dalam sampel yang diuji tidak memenuhi
standar maka akan ada tindak lanjut seperti penarikan produk dari pasar atau tidak
diperbolehkan lagi untuk dipasarkan ( Putri , 2018 ).

2.5 Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan


Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan (Pemdik) BBPOM di Banda Aceh
terdiriatas dua seksi yaitu seksi pemeriksaan dan seksi penyidikan. Secara
umumbidang Pemeriksaan dan Penyidikan mempunyai tugas :
Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas melakukan inspeksi dan sertifikasi
sarana/fasilitas produksi dan/atau distribusi Obat dan Makanan dan sarana/fasilitas
pelayanan kefarmasian, serta sertifikasi dan pengambilan contoh (sampling) produk
Obat dan Makanan ( Peraturan BPOM, 2018 ).
Seksi Penyidikan mempunyai tugas untuk melakukan penyelidikan terhadap
kasus pelanggaran hukum ( Gumalasari, 2012 ).

Anda mungkin juga menyukai