Laboratorium ini digunakan untuk menguji makanan maupun minuman yang diduga atau dilaporkan mengandung bahan berbahaya, zat aditif maupun kandungan nutrisi. Bahan berbahaya yang diuji contohnya adalah formalin, boraks, logam berat, pewarna yang dilarang serta bahan terlarang lainnya. Contoh zat aditif yang diuji adalah kandungan pewarna, pengawet dan pemanis. Kandungan nutrisi yang diuji contohnya adalah protein dan lemak. Pengujian yang dilakukan dapat bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Uji pewarna pada bahan pangan dapat menggunakan metode kromatografi kertas, dimana kertas yang digunakan adalah kertas saring dengan mutu baik. Kemudian Rf atau jarak tempuh pewarna dihitung dan dibandingkan dengan standar pewarna yang ada untuk mengetahui jenis pewarna yang terkandung. Pengujian pemanis seperti siklamat dan sakarin dapat dilakukan dengan menggunakan metode HPLC (High Performance Liquid Chromatrography) ( Putri , 2018 ). Pengujian cemaran logam berat dapat menggunakan metode AAS (Atomic Sorption Spectrophotometry). Pengujian nitrit sebagai pengawet pada produk olahan daging juga dapat menggunakan metode spektrofotometri. Pengujian formalin secara kualitatif dapat dilakukan dengan menggunakan test kit (reaksi warna). Pengujian asam lemak bebas dapat menggunakan metode titrasi. Dalam laboratorium ini, semua sampel yang masuk baik makanan, minuman, obat maupun kosmetik semua diuji aspek mikrobiologisnya. Contoh pengujian yang dilakukan adalah identifikasi Salmonella, Angka Enterobacteriaceae, Angka S. aureus, identifikasi Listeria, Angka E. coli, Angka Clostridium, Angka Lempeng Total (ALT) serta Angka Kapang Khamir (AKK). Semua pengujian ini dilakukan secara aseptis agar tidak terjadi kontaminasi pada sampel yang diuji. Dalam melakukan berbagai pengujian tersebut dibutuhkan berbagai media yang digunakan sebagai media pertumbuhan mikroba yang diuji. Tentunya semua alat dan media yang digunakan harus disterilisasi untuk menghindari adanya kontaminasi. Penggunaan istilah identifikasi dan angkadidasarkan pada jenis mikroba. Kata identifikasi digunakan untuk mikroba yang memang tidak boleh ada karena memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan dampak negatif bagi konsumen jika terdapat sedikit saja di dalam produk. Mikroba yang tidak boleh ada seperti Listeria dan Salmonella. Sedangkan kata angka digunakan untuk mikroorganisme yang tidak berbahaya tetapi jumlah keberadaannya diatur oleh standar. Apabila jumlah mikroorganisme dalam sampel yang diuji tidak memenuhi standar maka akan ada tindak lanjut seperti penarikan produk dari pasar atau tidak diperbolehkan lagi untuk dipasarkan ( Putri , 2018 ).
2.2 Bidang Pengujian Obat
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia ( Supardi dkk, 2012 ). Laboratorium ini merupakan tempat dilakukannya pengujian sampel sampel sintesis. Sampel yang diuji adalah semua jenis obat yang beredar dipasaran baik produk steril maupun non steril, antibiotik dan non antibiotik. Pengujian yang dilakukan di Laboratorium teranokoko dilakukan untuk sampel-sampel yang diambil berdasarkan pedoman sampling Badan POM RI tahun 2014 dimana parameter uji yang dilaksanakan berdasarkan pada peta kemampuan BBPOM Padang. Pengujian sampel obat dilakukan berdasarkan pengujian yang ada pada FI IV, United State Pharmacopoiea (USP), Birtish Pharmacope, Pharmacope China, Pharmacope India dan Metode Analisa (MA) dari PPOM. Parameter pengujian di laboratorium yang berhubungan dengan produk obat : 1. Mencatat identitas sampel Meliputi nama obat, nomor registrasi, nomor batch, waktu kadaluarsa dan komposisi obat serta syarat-syarat lain yang ada dalam kemasan obat. 2. Organoleptis Organoleptis meliputi bentuk, warna, bau, rasa, serta identifikasi lain seperti ukuran tablet, bentuk tablet. 3. Uji kualitatif Uji kualitatif dilakukan untuk mengetahui senyawa zat aktif yang terkandung dalam sediaan sesuai dengan monografi yang terdapat dalam farmakope. 4. Uji kuantitatif Penetapan kadar uji keseragaman kandungan dilakukan sesuai dengan monografi yang tercantum dalam farmakope indonesia IV atau buku resmi lainnya ( Gumalasari, 2014 ).
2.3 Bidang Laboratorium Kosmetik
Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia seperti epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar, atau gigi dan membran mukosa mulut, terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan/atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik. Berdasarkan peraturan badan pengawas obat dan makanan nomor 12 tahun 2019 tentang cemaran dalam kosmetika dilakukan uji cemaran mikroba, cemaran logam berat dan cemaran kimia. Dalam pengujian cemaran mikroba terdiri dari : a. Angka lempeng total b. Angka kapang dan khamir c. Pseudomonas aeruginosa d. Staphylococcus aureus dan e. Candida albicans Dalam Pengujian cemaran logam berat terdiri dari : a. Merkuri (Hg) b. Timbal (Pb) c. Arsen (As) dan d. Kadmium (Cd) Dalam Pengujian cemaran kimia terdiri dari : a. 1,4-Dioxane ( Peraturan BBPOM, 2019 ).
2.4 Bidang Laboratorium Mikrobiologi
Laboratorium mikrobiologi adalah tempat untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti penelitian dan pengujian secara mikrobiologi yang kegiatannya selalu berhubungan dengan mikroorganisme patogen dan non patogen. Laboratorium yang digunakan untuk pengujian mutu suatu produk pada umumnya bertujuan untuk mendeteksi cemaran bakteri atau jamur yang berbahaya bagi kesehatan konsumen. Oleh karena itu untuk memperoleh ketelitian dan ketepatan hasil pengujian di laboratorium mikrobiologi perlu cara kerja yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku di laboratorium mikrobiologi. Dalam melaksanakan pengujian di laboratorium mikrobiologi para petugas pengujian dihadapkan pada bahaya mikroorganisme, oleh karena itu para penguji wajib terlebih dahulu memahami cara kerja yang aman. Ruang lingkup pengujian di laboratorium mikrobiologi meliputi uji cemaran bakteri dan jamur dalam makanan atau minuman, obat tradisional, kosmetik dan alat kesehatan, pengujian aflatoksin pada makanan dan obat tradisional ( Arifah, 2010 ). Dalam laboratorium ini, semua sampel yang masuk baik makanan, minuman, obat maupun kosmetik semua diuji aspek mikrobiologisnya. Contoh pengujian yang dilakukan adalah identifikasi Salmonella, Angka Pseudomonas, Angka S. aureus, identifikasi Listeria, Angka E. coli, Angka Clostridium, Angka Lempeng Total (ALT). Semua pengujian ini dilakukan secara aseptis agar tidak terjadi kontaminasi pada sampel yang diuji. Dalam melakukan berbagai pengujian tersebut dibutuhkan berbagai media yang digunakan sebagai media pertumbuhan mikroba yang diuji. Tentunya semua alat dan media yang digunakan harus disterilisasi untuk menghindari adanya kontaminasi. Penggunaan istilah identifikasi dan angka didasarkan pada jenis mikroba. Kata identifikasi digunakan untuk mikroba yang memang tidak boleh ada karena memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan dampak negatif bagi konsumen jika terdapat sedikit saja di dalam produk. Mikroba yang tidak boleh ada seperti Listeria dan Salmonella. Sedangkan kata angka digunakan untuk mikroorganisme yang tidak berbahaya tetapi jumlah keberadaannya diatur oleh standar. Apabila jumlah mikroorganisme dalam sampel yang diuji tidak memenuhi standar maka akan ada tindak lanjut seperti penarikan produk dari pasar atau tidak diperbolehkan lagi untuk dipasarkan ( Putri , 2018 ).
2.5 Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan
Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan (Pemdik) BBPOM di Banda Aceh terdiriatas dua seksi yaitu seksi pemeriksaan dan seksi penyidikan. Secara umumbidang Pemeriksaan dan Penyidikan mempunyai tugas : Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas melakukan inspeksi dan sertifikasi sarana/fasilitas produksi dan/atau distribusi Obat dan Makanan dan sarana/fasilitas pelayanan kefarmasian, serta sertifikasi dan pengambilan contoh (sampling) produk Obat dan Makanan ( Peraturan BPOM, 2018 ). Seksi Penyidikan mempunyai tugas untuk melakukan penyelidikan terhadap kasus pelanggaran hukum ( Gumalasari, 2012 ).