Praktik Kerja Lapangan (PKL) merupakan bentuk perkuliahan melalui kegiatan bekerja secara langsung di dunia kerja. Dalam dunia kerja nantinya dibutuhkan keterpaduan antara pengetahuan akan teori yang telah didapatkan dari bangku perkuliahan dan pelatihan praktik di lapangan guna memberikan gambaran tentang dunia kerja yang sebenarnya. Praktik Kerja Lapangan (PKL) bagi mahasiswa bertujuan untuk mendapatkan pengalaman dari kegiatan tersebut, yang nantinya dapat digunakan untuk pengembangan profesi dalam dunia kerja. Keterkaitan yang erat antara sektor pendidikan dan dunia kerja sangat diperlukan untuk menciptakan tenaga-tenaga ahli yang terampil dibidangnya. Bagi lulusan perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya diperlukan pengenalan terhadap dunia kerja sebelum berhadapan dengan kenyataan yang sesungguhnya ( Nurhanjati, 2008 ). Program D-III Akademi Analis Farmasi dan Makanan sebagai lembaga pendidikan yang bertujuan untuk mewujudkan lulusan yang terampil dan berkualitas di bidang analis agar dapat menjadi sumber daya manusia (SDA) untuk mendukung pembangunan industri. Sesuai dengan kurikulum Program D- III Analis Farmasi dan Makanan yang mengharuskan para mahasiswanya untuk melakukan kerja praktek pada suatu perusahaan, industri atau instansi lainnya, guna menambah ilmu pengetahuan serta keterampilan sebagai seorang analis farmasi dan makanan. Perkembangan produk baik makanan, obat dan kosmetik yang semakin pesat disertai dengan perkembangan informasi dari produk farmasi tersebut yang semakin mudah untuk diakses oleh masyarakat, sehingga menyebabkan suatu ledakan informasi yang dapat menyulitkan mereka. Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem pengawasan terhadap peredaran produk- produk tersebut beserta informasi yang terkait dengannya di masyarakat untuk menjaga keamanan dan kesehatan masyarakat dalam penggunaan produk- produk tersebut. Sebagai institusi yang memiliki otoritas dalam pengawasan obat dan makanan, Badan POM terus-menerus melakukan pengawasan terhadap produk obat, makanan, minuman, kosmetika, obat tradisional, dan alat kesehatan. Pengawasan dilakukan secara komprehensif meliputi pengawasan yang dimulai dari produk yang belum beredar sampai dengan produk di peredaran ( Ardiansyah, 2011 ).
1.2. Tujuan Praktik Kerja Lapangan
Adapun yang menjadi manfaat Praktik Kerja Lapangan bagi penulis adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Umum Memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan perkuliahan, Memperkenalkan mahasiswa/i kepada situasi dan kondisi kerja yang sebenarnya sehingga dapat membiasakan diri dengan lingkungan kerja yang nyata, menambah wawasan pikiran dan menumbuhkan sikap profesional dengan mempelajari penanganan masalah dalam melaksanakan pekerjaan, meningkatkan keterampilan dan memberikan pengalaman bagi mahasiswa sebagai calon tenaga kerja yang diharapkan memiliki keahlian dan keterampilan. Meningkatkan hubungan kerja sama antara perusahaan dengan pihak universitas. 2. Tujuan Khusus Praktik Kerja Lapangan di Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BPPOM ) Banda Aceh memiliki tujuan khusus, yaitu untuk mempelajari dan mengetahui proses suatu sampel dalam pengujian serta mempelajari alat-alat instrumen di laboratorium yang terdapat di BBPOM Banda Aceh.
1.3 Manfaat Praktik Kerja Lapangan
Adapun yang menjadi manfaat Praktik Kerja Lapangan bagi penulis adalah sebagai berikut : Dapat memperkenalkan dunia kerja kepada calon analis, dapat membandingkan pelajaran yang diperoleh dari perkuliahan dengan praktek yang ada di lapangan, membantu meningkatkan kedisplinan dan kemandirian mahasiswa/i dalam melaksanakan pekerjaan. melatih mahasiswa/i untuk dapat bertanggung jawab dalam melakukan perkerjaan, Menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan mahasiswa tentang dunia kerja sehingga mendapatkan pengalaman kerja secara nyata. BAB II TINJAUN UMUM
2.1 Bidang Pengujian Pangan
Laboratorium ini digunakan untuk menguji makanan maupun minuman yang diduga atau dilaporkan mengandung bahan berbahaya, zat aditif maupun kandungan nutrisi. Bahan berbahaya yang diuji contohnya adalah formalin, boraks, logam berat, pewarna yang dilarang serta bahan terlarang lainnya. Contoh zat aditif yang diuji adalah kandungan pewarna, pengawet dan pemanis. Kandungan nutrisi yang diuji contohnya adalah protein dan lemak. Pengujian yang dilakukan dapat bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Uji pewarna pada bahan pangan dapat menggunakan metode kromatografi kertas, dimana kertas yang digunakan adalah kertas saring dengan mutu baik. Kemudian Rf atau jarak tempuh pewarna dihitung dan dibandingkan dengan standar pewarna yang ada untuk mengetahui jenis pewarna yang terkandung. Pengujian pemanis seperti siklamat dan sakarin dapat dilakukan dengan menggunakan metode HPLC (High Performance Liquid Chromatrography) ( Putri , 2018 ). Pengujian cemaran logam berat dapat menggunakan metode AAS (Atomic Sorption Spectrophotometry). Pengujian nitrit sebagai pengawet pada produk olahan daging juga dapat menggunakan metode spektrofotometri. Pengujian formalin secara kualitatif dapat dilakukan dengan menggunakan test kit (reaksi warna). Pengujian asam lemak bebas dapat menggunakan metode titrasi. Dalam laboratorium ini, semua sampel yang masuk baik makanan, minuman, obat maupun kosmetik semua diuji aspek mikrobiologisnya. Contoh pengujian yang dilakukan adalah identifikasi Salmonella, Angka Enterobacteriaceae, Angka S. aureus, identifikasi Listeria, Angka E. coli, Angka Clostridium, Angka Lempeng Total (ALT) serta Angka Kapang Khamir (AKK). Semua pengujian ini dilakukan secara aseptis agar tidak terjadi kontaminasi pada sampel yang diuji. Dalam melakukan berbagai pengujian tersebut dibutuhkan berbagai media yang digunakan sebagai media pertumbuhan mikroba yang diuji. Tentunya semua alat dan media yang digunakan harus disterilisasi untuk menghindari adanya kontaminasi. Penggunaan istilah identifikasi dan angkadidasarkan pada jenis mikroba. Kata identifikasi digunakan untuk mikroba yang memang tidak boleh ada karena memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan dampak negatif bagi konsumen jika terdapat sedikit saja di dalam produk. Mikroba yang tidak boleh ada seperti Listeria dan Salmonella. Sedangkan kata angka digunakan untuk mikroorganisme yang tidak berbahaya tetapi jumlah keberadaannya diatur oleh standar. Apabila jumlah mikroorganisme dalam sampel yang diuji tidak memenuhi standar maka akan ada tindak lanjut seperti penarikan produk dari pasar atau tidak diperbolehkan lagi untuk dipasarkan ( Putri , 2018 ).
2.2 Bidang Pengujian Obat
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia ( Supardi dkk, 2012 ). Laboratorium ini merupakan tempat dilakukannya pengujian sampel sampel sintesis. Sampel yang diuji adalah semua jenis obat yang beredar dipasaran baik produk steril maupun non steril, antibiotik dan non antibiotik. Pengujian yang dilakukan di Laboratorium teranokoko dilakukan untuk sampel- sampel yang diambil berdasarkan pedoman sampling Badan POM RI tahun 2014 dimana parameter uji yang dilaksanakan berdasarkan pada peta kemampuan BBPOM Padang. Pengujian sampel obat dilakukan berdasarkan pengujian yang ada pada FI IV, United State Pharmacopoiea (USP), Birtish Pharmacope, Pharmacope China, Pharmacope India dan Metode Analisa (MA) dari PPOM. Parameter pengujian di laboratorium yang berhubungan dengan produk obat : 1. Mencatat identitas sampel Meliputi nama obat, nomor registrasi, nomor batch, waktu kadaluarsa dan komposisi obat serta syarat-syarat lain yang ada dalam kemasan obat. 2. Organoleptis Organoleptis meliputi bentuk, warna, bau, rasa, serta identifikasi lain seperti ukuran tablet, bentuk tablet. 3. Uji kualitatif Uji kualitatif dilakukan untuk mengetahui senyawa zat aktif yang terkandung dalam sediaan sesuai dengan monografi yang terdapat dalam farmakope. 4. Uji kuantitatif Penetapan kadar uji keseragaman kandungan dilakukan sesuai dengan monografi yang tercantum dalam farmakope indonesia IV atau buku resmi lainnya ( Gumalasari, 2014 ).
2.3 Bidang Laboratorium Kosmetik
Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia seperti epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar, atau gigi dan membran mukosa mulut, terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan/atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik. Berdasarkan peraturan badan pengawas obat dan makanan nomor 12 tahun 2019 tentang cemaran dalam kosmetika dilakukan uji cemaran mikroba, cemaran logam berat dan cemaran kimia. Dalam pengujian cemaran mikroba terdiri dari : a. Angka lempeng total b. Angka kapang dan khamir c. Pseudomonas aeruginosa d. Staphylococcus aureus dan e. Candida albicans Dalam Pengujian cemaran logam berat terdiri dari : a. Merkuri (Hg) b. Timbal (Pb) c. Arsen (As) dan d. Kadmium (Cd) Dalam Pengujian cemaran kimia terdiri dari : a. 1,4-Dioxane ( Peraturan BBPOM, 2019 ). 2.4 Bidang Laboratorium Mikrobiologi Laboratorium mikrobiologi adalah tempat untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti penelitian dan pengujian secara mikrobiologi yang kegiatannya selalu berhubungan dengan mikroorganisme patogen dan non patogen. Laboratorium yang digunakan untuk pengujian mutu suatu produk pada umumnya bertujuan untuk mendeteksi cemaran bakteri atau jamur yang berbahaya bagi kesehatan konsumen. Oleh karena itu untuk memperoleh ketelitian dan ketepatan hasil pengujian di laboratorium mikrobiologi perlu cara kerja yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku di laboratorium mikrobiologi. Dalam melaksanakan pengujian di laboratorium mikrobiologi para petugas pengujian dihadapkan pada bahaya mikroorganisme, oleh karena itu para penguji wajib terlebih dahulu memahami cara kerja yang aman. Ruang lingkup pengujian di laboratorium mikrobiologi meliputi uji cemaran bakteri dan jamur dalam makanan atau minuman, obat tradisional, kosmetik dan alat kesehatan, pengujian aflatoksin pada makanan dan obat tradisional ( Arifah, 2010 ). Dalam laboratorium ini, semua sampel yang masuk baik makanan, minuman, obat maupun kosmetik semua diuji aspek mikrobiologisnya. Contoh pengujian yang dilakukan adalah identifikasi Salmonella, Angka Pseudomonas, Angka S. aureus, identifikasi Listeria, Angka E. coli, Angka Clostridium, Angka Lempeng Total (ALT). Semua pengujian ini dilakukan secara aseptis agar tidak terjadi kontaminasi pada sampel yang diuji. Dalam melakukan berbagai pengujian tersebut dibutuhkan berbagai media yang digunakan sebagai media pertumbuhan mikroba yang diuji. Tentunya semua alat dan media yang digunakan harus disterilisasi untuk menghindari adanya kontaminasi. Penggunaan istilah identifikasi dan angka didasarkan pada jenis mikroba. Kata identifikasi digunakan untuk mikroba yang memang tidak boleh ada karena memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan dampak negatif bagi konsumen jika terdapat sedikit saja di dalam produk. Mikroba yang tidak boleh ada seperti Listeria dan Salmonella. Sedangkan kata angka digunakan untuk mikroorganisme yang tidak berbahaya tetapi jumlah keberadaannya diatur oleh standar. Apabila jumlah mikroorganisme dalam sampel yang diuji tidak memenuhi standar maka akan ada tindak lanjut seperti penarikan produk dari pasar atau tidak diperbolehkan lagi untuk dipasarkan ( Putri , 2018 ).
2.5 Bidang Pemeriksaan, Penyelidikan, Sertifikasi dan Layanan Informasi
Konsumen Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan (Pemdik) BBPOM di Banda Aceh terdiriatas dua seksi yaitu seksi pemeriksaan dan seksi penyidikan. Secara umumbidang Pemeriksaan dan Penyidikan mempunyai tugas : Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas melakukan inspeksi dan sertifikasi sarana/fasilitas produksi dan/atau distribusi Obat dan Makanan dan sarana/fasilitas pelayanan kefarmasian, serta sertifikasi dan pengambilan contoh (sampling) produk Obat dan Makanan ( Peraturan BPOM, 2018 ). Seksi Penyidikan mempunyai tugas untuk melakukan penyelidikan terhadap kasus pelanggaran hukum ( Gumalasari, 2012 ). Seksi sertifikasi mempunyai tugas melakukan sertifikasi produk,sarana produksi dan distribusi. Seksi layanan informasi konsumen mempunyai tugas melakukan pelayana n informasi untuk konsumen. BAB III TINJAUAN TEMPAT DAN SISTEM PKL
3.1 Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Banda Aceh
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan ( BBPOM ) Banda Aceh merupakan unit pelaksana teknis yang berfungsi untuk melakukan pengawasan terhadap obat dan makanan yang beredar di kota Banda Aceh Berdasarkan Pasal 3 Peraturan BPOM Nomor 12 Tahun 2018, Unit Pelaksana Teknis BPOM mempunyai tugas melaksanakan kebijakan teknis operasional di bidang pengawasan Obat dan Makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Balai Besar POM Banda Aceh didukung dengan adanya 5 laboratorium yang memiliki tugas, fungsi, dan kewenangannya masing – masing, yaitu Laboratorium Terapetik dan Napza Obat, Laboratorium Pangan dan Bahan Berbahaya, Laboratorium Obat Tradisional dan Produk Komplimen, Laboratorium Mikrobiologi, Laboratorium Komestika dan Alat Kesehatan.
Gambar 3.1 BBPOM Banda Aceh ( BBPOM Aceh )
3.2 Visi dan Misi
3.2.1 VISI Obat dan Makanan aman, bermutu, dan berdaya saing untuk mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong royong. 3.2.2 MISI 1. Membangun SDM unggul terkait Obat dan Makanan dengan mengembangkan kemitraan bersama seluruh komponen bangsa dalam rangka peningkatan kualitas manusia Indonesia. 2. Memfasilitasi percepatan pengembangan dunia usaha Obat dan Makanan dengan keberpihakan terhadap UMKM dalam rangka membangun struktur ekonomi yang produktif dan berdaya saing untuk kemandirian bangsa. 3. Meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan Makanan serta penindakan kejahatan Obat dan Makanan melalui sinergi pemerintah pusat dan daerah dalam kerangka Negara Kesatuan guna perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga. 4. Pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif, dan terpercaya untuk memberikan pelayanan publik yang prima di bidang Obat dan Makanan.
3.3 Tugas Pokok dan Fungsi
Berdasarkan Pasal 4 Peraturan BPOM Nomor 12 Tahun 2018, Unit Pelaksana Teknis BPOM menyelenggarakan fungsi : 1. Penyusunan rencana dan program di bidang pengawasan Obat dan Makanan. 2. Pelaksanaan pemeriksaan sarana/fasilitas produksi Obat dan Makanan. 3. Pelaksanaan pemeriksaan sarana/fasilitas distribusi Obat dan Makanan dan/atau sarana/fasilitas pelayanan kefarmasian. 4. Pelaksanaan sertifikasi produk dan sarana/fasilitas produksi dan/atau distribusi Obat dan Makanan. 5. Pelaksanaan pengambilan contoh (sampling) Obat dan Makanan. 6. Pelaksanaan pengujian Obat dan Makanan. 7. Pelaksanaan intelijen dan penyidikan terhadap pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengawasan Obat dan Makanan. 8. Pengelolaan komunikasi, informasi, edukasi, dan pengaduan masyarakat di bidang pengawasan Obat dan Makanan. 9. Pelaksanaan koordinasi dan kerja sama di bidang pengawasan Obat dan Makanan. 10. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pengawasan Obat dan Makanan. 11. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga. 12. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Badan.
3.4 Budaya Organisasi
1. Profesional Menegakkan profesionalisme dengan integritas, objektivitas, ketekunan dan komitmen yang tinggi. 2. Integritas konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan 3. Kredibilitas Dapat dipercaya dan diakui oleh masyarakat luas, nasional dan internasional. 4. Kerjasama Tim Mengutamakan keterbukaan, saling percaya dan komunikasi yang baik. 5. Inovatif Mampu melakukan pembaruan sesuai ilmu pengetahuan dan teknologi terkini. 6. Responsif/Cepat Tanggap Antisipatif dan responsif dalam mengatasi masalah.
3.5 Struktur Organisasi
Struktur organisasi diperlukan perusahaan untuk membedakan batas-batas wewenang dan tanggung jawab secara sistematis yang menunjukkan adanya hubungan / keterkaitan antara setiap bagian untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Demi tercapainya tujuan umum suatu instansi diperlukan suatu wadah untuk mengatur seluruh aktivitas maupun kegiatan instansi tersebut. Pengaturan ini dihubungkan dengan pencapaian tujuan instansi yang telah ditetapkan sebelumnya. Struktur organisasi adalah susunan sub-sub sistem dengan hubungan wewenang dan tanggung jawab. Dalam organisasi terdapat struktur yang menerapkan bagaimana tugas akan dibagi. Berikut ini merupakan struktur organisasi pada Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Banda Aceh :
Gambar 3.1 Struktur Organisasi BBPOM Banda Aceh
3.6 URAIAN PEKERJAAN Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Banda Aceh menyusun suatu struktur organisasi dengan menguraikan beberapa tugas tiap-tiap bagian : 1. Balai Pengawas Obat dan Makanan Unit pelaksana teknis di lingkungan Balai Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Banda Aceh dipimpin oleh seorang kepala balai. yang mempunyai tugas melaksanan kebijakan di bidang pengawasn produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya, obat tradisional, kosmetik, keamanan pangan. 2. Sub Bagian Tata Usaha Tugas sub bagian tata usaha adalah : memberikan pelayanan teknis dan administrasi di lingkungan balai besar. 3. Seksi Pengujian Narkotika, Obat Tradisional, Kosmetik dan Obat Tugas seksi pengujian produk terapetik, narkotika, obat tradisional, kosmetik,dan produk komplimen adalah : menyusun rencana dan program serta evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu di bidang produk terapetik, narkotika, obat tradisonal, kosmetik dan obat. 4. Seksi Bidang Pengujian Pangan dan Bahan Berbahaya Tugas dari seksi bidang pengujian pangan dan bahan berbahaya adalah melakukan penyusunan rencana dan program serta evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu di bidang pangan. 5. Seksi Pengujian Mikrobiologi Tugas dari seksi pengujian mikrobiologi adalah : melakukan penyusunan rencana dan program serta evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu secara mikrobiologi. 6. Seksi Pemeriksaan dan Penyidikan Tugas dari seksi pemeriksaan adalah melakukan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh untuk pengujian, pemeriksaan sarana produksi dan distribusi produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya. Tugas dari seksi penyidikan adalah : melakukan penyidikan terhadap kasus pelanggaran hukum dibidang terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetik, pangan dan bahan lainnya. 7. Seksi Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen Tugas dari seksi serifikasi adalah : melakukan sertifikasi produk, sarana produk, dan distribusi tertentu. Tugas dari seksi layanan informasi konsumen adalah : melakukan layanan informasi untuk konsumen. BAB IV HASIL KEGIATAN PKL
4.1 Analisis Sistem Berjalan
Berdasarkan hasil kegiatan praktek kerja lapangan di Balai Pengawas Obat dan Makanan Banda Aceh dapat diketahui sistem berjalan yang ada di tempat tersebut. Sistem Pengawasan Obat dan Makanan dalam BPOM merupakan suatu proses komprehensif yang mencakup pengawasan pre-market dan post-market. Pengawasan pre-market adalah pengawasan obat dan makanan sebelum beredar sebagai tindakan penjaminan produk dalam memenuhi standar, sedangkan post- market merupakan pengawasan obat dan makanan selama beredar untuk memastikan produk yang beredar memenuhi standar. Sistem dalam pengawasan obat dan makanan oleh BBPOM terdiri atas : 4.1.1 Standarisasi Standarisasi berfungsi dalam penyusunan standar, regulasi serta kebijakan yang terkait dengan pengawasan Obat dan Makanan. 4.1.2 Penilaian (pre-market evaluation) Pre-market evaluation merupakan pengawasan obat dan makanan sebelum beredar sebagai tindakan pencegahan dalam menjamin produk yang beredar memenuhi standar dan persyaratan keamanan, khasiat/manfaat dan mutu produk yang telah ditetapkan. Sistem pre-market yang dilakukan oleh BBPOM dengan cara memberikan penyuluhan kepada industri mengenai bahan-bahan yang aman digunakan dalam pengolahan industri. 4.1.3 Pengawasan Setelah Beredar (post-market control) Post-market control merupakan pengawasan obat dan makanan untuk memastikan produk yang beredar telah memenuhi standar dan persyaratan mutu dan keamanan pangan yang telah ditetapkan. Selain itu, post-market control juga bertujuan sebagai upaya penegakan hukum bagi pihak yang melakukan pelanggaran dengan pemberian sanksi administratif seperti produk dilarang untuk diedarkan, ditarik dari peredaran, dicabut izin edar serta disita untuk dimusnahkan. 4.1.4 Pengujian Laboratorium Jenis dan jumlah produk yang telah ditentukan berdasarkan analisis risiko diuji melalui laboratorium guna mengetahui apakah sampel tersebut telah memenuhi syarat mutu dan keamanan pangan. Didalam pengujian laboratorium BBPOM Banda Aceh terdiri dari : 1. Laboratorium Pangan. 2. Laboratorium Kosmetik. 3. Laboratorium Obat Tradisional. 4. Laboratorium Obat. 5. Laboratorium Mikrobiologi. Sampel akan melewati beberapa tahapan, tahapan yang pertama kali adalah sampling bahan oleh pihak BBPOM. Mekanisme pengujian sampel bidang pemeriksaan sampel akan di catat seluruh data informasi yang tercantum dalam sampel tersebut. Pada bidang pemeriksaan terdapat pemeriksaan pada : 1. Kosmetik. 2. Obat Tradisional. 3. Pangan. 4. Obat-obatan. 5. Suplemen Kesehatan. Setelah pemeriksaan pada sampel telah selesai dilakukan oleh pihak pemeriksaan, bidang pemeriksaan akan mengeluarkan surat perintah uji kepada bidang pengujian untuk di uji dilaboratorium kimia dan mikrobiologi. 4.1.5 Penindakan di Bidang Pengawasan Obat dan Makanan Penindakan terhadap pelanggaran ketentuan peraturan perundang- undangan di bidang pengawasan obat dan makanan didasarkan pada bukti dari hasil pengujian, pemeriksaan, intelijen dan penyidikan. Proses penegakan hukum sampai dapat diberikan sanksi pidana dan denda sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 4.2 Usulan Pemecahan Masalah