Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Praktik Kerja Lapangan (PKL) merupakan bentuk perkuliahan melalui
kegiatan bekerja secara langsung di dunia kerja. Dalam dunia kerja nantinya
dibutuhkan keterpaduan antara pengetahuan akan teori yang telah didapatkan dari
bangku perkuliahan dan pelatihan praktik di lapangan guna memberikan
gambaran tentang dunia kerja yang sebenarnya. Praktik Kerja Lapangan (PKL)
bagi mahasiswa bertujuan untuk mendapatkan pengalaman dari kegiatan tersebut,
yang nantinya dapat digunakan untuk pengembangan profesi dalam dunia kerja.
Keterkaitan yang erat antara sektor pendidikan dan dunia kerja sangat
diperlukan untuk menciptakan tenaga-tenaga ahli yang terampil dibidangnya. Bagi
lulusan perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya diperlukan pengenalan
terhadap dunia kerja sebelum berhadapan dengan kenyataan yang sesungguhnya
( Nurhanjati, 2008 ).
Program D-III Akademi Analis Farmasi dan Makanan sebagai lembaga
pendidikan yang bertujuan untuk mewujudkan lulusan yang terampil dan
berkualitas di bidang analis agar dapat menjadi sumber daya manusia (SDA)
untuk mendukung pembangunan industri. Sesuai dengan kurikulum Program D-
III Analis Farmasi dan Makanan yang mengharuskan para mahasiswanya untuk
melakukan kerja praktek pada suatu perusahaan, industri atau instansi lainnya,
guna menambah ilmu pengetahuan serta keterampilan sebagai seorang analis
farmasi dan makanan. Perkembangan produk baik makanan, obat dan kosmetik
yang semakin pesat disertai dengan perkembangan informasi dari produk
farmasi tersebut yang semakin mudah untuk diakses oleh masyarakat, sehingga
menyebabkan suatu ledakan informasi yang dapat menyulitkan mereka. Oleh
karena itu, diperlukan suatu sistem pengawasan terhadap peredaran produk-
produk tersebut beserta informasi yang terkait dengannya di masyarakat untuk
menjaga keamanan dan kesehatan masyarakat dalam penggunaan produk-
produk tersebut. Sebagai institusi yang memiliki otoritas dalam pengawasan
obat dan makanan, Badan POM terus-menerus melakukan pengawasan terhadap
produk obat, makanan, minuman, kosmetika, obat tradisional, dan alat
kesehatan. Pengawasan dilakukan secara komprehensif meliputi pengawasan
yang dimulai dari produk yang belum beredar sampai dengan produk di
peredaran ( Ardiansyah, 2011 ).

1.2. Tujuan Praktik Kerja Lapangan


Adapun yang menjadi manfaat Praktik Kerja Lapangan bagi penulis
adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan perkuliahan,
Memperkenalkan mahasiswa/i kepada situasi dan kondisi kerja yang sebenarnya
sehingga dapat membiasakan diri dengan lingkungan kerja yang nyata, menambah
wawasan pikiran dan menumbuhkan sikap profesional dengan mempelajari
penanganan masalah dalam melaksanakan pekerjaan, meningkatkan keterampilan
dan memberikan pengalaman bagi mahasiswa sebagai calon tenaga kerja yang
diharapkan memiliki keahlian dan keterampilan. Meningkatkan hubungan kerja
sama antara perusahaan dengan pihak universitas.
2. Tujuan Khusus
Praktik Kerja Lapangan di Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan
(BPPOM ) Banda Aceh memiliki tujuan khusus, yaitu untuk mempelajari dan
mengetahui proses suatu sampel dalam pengujian serta mempelajari alat-alat
instrumen di laboratorium yang terdapat di BBPOM Banda Aceh.

1.3 Manfaat Praktik Kerja Lapangan


Adapun yang menjadi manfaat Praktik Kerja Lapangan bagi penulis
adalah sebagai berikut :
Dapat memperkenalkan dunia kerja kepada calon analis, dapat
membandingkan pelajaran yang diperoleh dari perkuliahan dengan praktek yang
ada di lapangan, membantu meningkatkan kedisplinan dan kemandirian
mahasiswa/i dalam melaksanakan pekerjaan. melatih mahasiswa/i untuk dapat
bertanggung jawab dalam melakukan perkerjaan, Menambah ilmu pengetahuan
dan keterampilan mahasiswa tentang dunia kerja sehingga mendapatkan
pengalaman kerja secara nyata.
BAB II
TINJAUN UMUM

2.1 Bidang Pengujian Pangan


Laboratorium ini digunakan untuk menguji makanan maupun minuman
yang diduga atau dilaporkan mengandung bahan berbahaya, zat aditif maupun
kandungan nutrisi. Bahan berbahaya yang diuji contohnya adalah formalin,
boraks, logam berat, pewarna yang dilarang serta bahan terlarang lainnya. Contoh
zat aditif yang diuji adalah kandungan pewarna, pengawet dan pemanis.
Kandungan nutrisi yang diuji contohnya adalah protein dan lemak. Pengujian
yang dilakukan dapat bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Uji pewarna pada
bahan pangan dapat menggunakan metode kromatografi kertas, dimana kertas
yang digunakan adalah kertas saring dengan mutu baik. Kemudian Rf atau jarak
tempuh pewarna dihitung dan dibandingkan dengan standar pewarna yang ada
untuk mengetahui jenis pewarna yang terkandung. Pengujian pemanis seperti
siklamat dan sakarin dapat dilakukan dengan menggunakan metode HPLC (High
Performance Liquid Chromatrography) ( Putri , 2018 ).
Pengujian cemaran logam berat dapat menggunakan metode AAS (Atomic
Sorption Spectrophotometry). Pengujian nitrit sebagai pengawet pada produk
olahan daging juga dapat menggunakan metode spektrofotometri. Pengujian
formalin secara kualitatif dapat dilakukan dengan menggunakan test kit (reaksi
warna). Pengujian asam lemak bebas dapat menggunakan metode titrasi. Dalam
laboratorium ini, semua sampel yang masuk baik makanan, minuman, obat
maupun kosmetik semua diuji aspek mikrobiologisnya. Contoh pengujian yang
dilakukan adalah identifikasi Salmonella, Angka Enterobacteriaceae, Angka S.
aureus, identifikasi Listeria, Angka E. coli, Angka Clostridium, Angka Lempeng
Total (ALT) serta Angka Kapang Khamir (AKK). Semua pengujian ini dilakukan
secara aseptis agar tidak terjadi kontaminasi pada sampel yang diuji. Dalam
melakukan berbagai pengujian tersebut dibutuhkan berbagai media yang
digunakan sebagai media pertumbuhan mikroba yang diuji. Tentunya semua alat
dan media yang digunakan harus disterilisasi untuk menghindari adanya
kontaminasi. Penggunaan istilah identifikasi dan angkadidasarkan pada jenis
mikroba. Kata identifikasi digunakan untuk mikroba yang memang tidak boleh
ada karena memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan dampak negatif bagi
konsumen jika terdapat sedikit saja di dalam produk. Mikroba yang tidak boleh
ada seperti Listeria dan Salmonella. Sedangkan kata angka digunakan untuk
mikroorganisme yang tidak berbahaya tetapi jumlah keberadaannya diatur oleh
standar. Apabila jumlah mikroorganisme dalam sampel yang diuji tidak
memenuhi standar maka akan ada tindak lanjut seperti penarikan produk dari
pasar atau tidak diperbolehkan lagi untuk dipasarkan ( Putri , 2018 ).

2.2 Bidang Pengujian Obat


Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia ( Supardi dkk,
2012 ).
Laboratorium ini merupakan tempat dilakukannya pengujian sampel
sampel sintesis. Sampel yang diuji adalah semua jenis obat yang beredar
dipasaran baik produk steril maupun non steril, antibiotik dan non antibiotik.
Pengujian yang dilakukan di Laboratorium teranokoko dilakukan untuk sampel-
sampel yang diambil berdasarkan pedoman sampling Badan POM RI tahun 2014
dimana parameter uji yang dilaksanakan berdasarkan pada peta kemampuan
BBPOM Padang. Pengujian sampel obat dilakukan berdasarkan pengujian yang
ada pada FI IV, United State Pharmacopoiea (USP), Birtish Pharmacope,
Pharmacope China, Pharmacope India dan Metode Analisa (MA) dari PPOM.
Parameter pengujian di laboratorium yang berhubungan dengan produk obat :
1. Mencatat identitas sampel
Meliputi nama obat, nomor registrasi, nomor batch, waktu kadaluarsa dan
komposisi obat serta syarat-syarat lain yang ada dalam kemasan obat.
2. Organoleptis
Organoleptis meliputi bentuk, warna, bau, rasa, serta identifikasi lain
seperti ukuran tablet, bentuk tablet.
3. Uji kualitatif
Uji kualitatif dilakukan untuk mengetahui senyawa zat aktif yang
terkandung dalam sediaan sesuai dengan monografi yang terdapat dalam
farmakope.
4. Uji kuantitatif
Penetapan kadar uji keseragaman kandungan dilakukan sesuai dengan
monografi yang tercantum dalam farmakope indonesia IV atau buku resmi lainnya
( Gumalasari, 2014 ).

2.3 Bidang Laboratorium Kosmetik


Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan
pada bagian luar tubuh manusia seperti epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ
genital bagian luar, atau gigi dan membran mukosa mulut, terutama untuk
membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan/atau memperbaiki bau
badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik. Berdasarkan
peraturan badan pengawas obat dan makanan nomor 12 tahun 2019 tentang
cemaran dalam kosmetika dilakukan uji cemaran mikroba, cemaran logam berat
dan cemaran kimia. Dalam pengujian cemaran mikroba terdiri dari :
a. Angka lempeng total
b. Angka kapang dan khamir
c. Pseudomonas aeruginosa
d. Staphylococcus aureus dan
e. Candida albicans
Dalam Pengujian cemaran logam berat terdiri dari :
a. Merkuri (Hg)
b. Timbal (Pb)
c. Arsen (As) dan
d. Kadmium (Cd)
Dalam Pengujian cemaran kimia terdiri dari :
a. 1,4-Dioxane ( Peraturan BBPOM, 2019 ).
2.4 Bidang Laboratorium Mikrobiologi
Laboratorium mikrobiologi adalah tempat untuk melakukan berbagai
macam kegiatan seperti penelitian dan pengujian secara mikrobiologi yang
kegiatannya selalu berhubungan dengan mikroorganisme patogen dan non
patogen. Laboratorium yang digunakan untuk pengujian mutu suatu produk
pada umumnya bertujuan untuk mendeteksi cemaran bakteri atau jamur yang
berbahaya bagi kesehatan konsumen. Oleh karena itu untuk memperoleh
ketelitian dan ketepatan hasil pengujian di laboratorium mikrobiologi perlu cara
kerja yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku di laboratorium mikrobiologi.
Dalam melaksanakan pengujian di laboratorium mikrobiologi para petugas
pengujian dihadapkan pada bahaya mikroorganisme, oleh karena itu para penguji
wajib terlebih dahulu memahami cara kerja yang aman. Ruang lingkup pengujian
di laboratorium mikrobiologi meliputi uji cemaran bakteri dan jamur dalam
makanan atau minuman, obat tradisional, kosmetik dan alat kesehatan,
pengujian aflatoksin pada makanan dan obat tradisional ( Arifah, 2010 ).
Dalam laboratorium ini, semua sampel yang masuk baik makanan,
minuman, obat maupun kosmetik semua diuji aspek mikrobiologisnya. Contoh
pengujian yang dilakukan adalah identifikasi Salmonella, Angka Pseudomonas,
Angka S. aureus, identifikasi Listeria, Angka E. coli, Angka Clostridium, Angka
Lempeng Total (ALT). Semua pengujian ini dilakukan secara aseptis agar tidak
terjadi kontaminasi pada sampel yang diuji. Dalam melakukan berbagai pengujian
tersebut dibutuhkan berbagai media yang digunakan sebagai media pertumbuhan
mikroba yang diuji. Tentunya semua alat dan media yang digunakan harus
disterilisasi untuk menghindari adanya kontaminasi. Penggunaan istilah
identifikasi dan angka didasarkan pada jenis mikroba. Kata identifikasi digunakan
untuk mikroba yang memang tidak boleh ada karena memiliki potensi bahaya dan
dapat menyebabkan dampak negatif bagi konsumen jika terdapat sedikit saja di
dalam produk. Mikroba yang tidak boleh ada seperti Listeria dan Salmonella.
Sedangkan kata angka digunakan untuk mikroorganisme yang tidak berbahaya
tetapi jumlah keberadaannya diatur oleh standar. Apabila jumlah mikroorganisme
dalam sampel yang diuji tidak memenuhi standar maka akan ada tindak lanjut
seperti penarikan produk dari pasar atau tidak diperbolehkan lagi untuk
dipasarkan ( Putri , 2018 ).

2.5 Bidang Pemeriksaan, Penyelidikan, Sertifikasi dan Layanan Informasi


Konsumen
Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan (Pemdik) BBPOM di Banda Aceh
terdiriatas dua seksi yaitu seksi pemeriksaan dan seksi penyidikan. Secara
umumbidang Pemeriksaan dan Penyidikan mempunyai tugas :
Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas melakukan inspeksi dan sertifikasi
sarana/fasilitas produksi dan/atau distribusi Obat dan Makanan dan sarana/fasilitas
pelayanan kefarmasian, serta sertifikasi dan pengambilan contoh (sampling)
produk Obat dan Makanan ( Peraturan BPOM, 2018 ).
Seksi Penyidikan mempunyai tugas untuk melakukan penyelidikan
terhadap kasus pelanggaran hukum ( Gumalasari, 2012 ).
Seksi sertifikasi mempunyai tugas melakukan sertifikasi produk,sarana
produksi dan distribusi.
Seksi layanan informasi konsumen mempunyai tugas melakukan pelayana
n informasi untuk konsumen.
BAB III
TINJAUAN TEMPAT DAN SISTEM PKL

3.1 Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Banda Aceh


Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan ( BBPOM ) Banda Aceh
merupakan unit pelaksana teknis yang berfungsi untuk melakukan pengawasan
terhadap obat dan makanan yang beredar di kota Banda Aceh Berdasarkan Pasal
3 Peraturan BPOM Nomor 12 Tahun 2018, Unit Pelaksana Teknis BPOM
mempunyai tugas melaksanakan kebijakan teknis operasional di bidang
pengawasan Obat dan Makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Balai Besar POM Banda Aceh didukung dengan adanya 5 laboratorium
yang memiliki tugas, fungsi, dan kewenangannya masing – masing, yaitu
Laboratorium Terapetik dan Napza Obat, Laboratorium Pangan dan Bahan
Berbahaya, Laboratorium Obat Tradisional dan Produk Komplimen,
Laboratorium Mikrobiologi, Laboratorium Komestika dan Alat Kesehatan.

Gambar 3.1 BBPOM Banda Aceh ( BBPOM Aceh )

3.2 Visi dan Misi


3.2.1 VISI
Obat dan Makanan aman, bermutu, dan berdaya saing untuk
mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian
berlandaskan gotong royong.
3.2.2 MISI
1. Membangun SDM unggul terkait Obat dan Makanan dengan
mengembangkan kemitraan bersama seluruh komponen bangsa dalam
rangka peningkatan kualitas manusia Indonesia.
2. Memfasilitasi percepatan pengembangan dunia usaha Obat dan Makanan
dengan keberpihakan terhadap UMKM dalam rangka membangun struktur
ekonomi yang produktif dan berdaya saing untuk kemandirian bangsa.
3. Meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan Makanan serta
penindakan kejahatan Obat dan Makanan melalui sinergi pemerintah pusat
dan daerah dalam kerangka Negara Kesatuan guna perlindungan bagi
segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga.
4. Pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif, dan terpercaya untuk
memberikan pelayanan publik yang prima di bidang Obat dan Makanan.

3.3 Tugas Pokok dan Fungsi


Berdasarkan Pasal 4 Peraturan BPOM Nomor 12 Tahun 2018, Unit
Pelaksana Teknis BPOM menyelenggarakan fungsi :
1. Penyusunan rencana dan program di bidang pengawasan Obat dan Makanan.
2. Pelaksanaan pemeriksaan sarana/fasilitas produksi Obat dan Makanan.
3. Pelaksanaan pemeriksaan sarana/fasilitas distribusi Obat dan Makanan dan/atau
sarana/fasilitas pelayanan kefarmasian.
4. Pelaksanaan sertifikasi produk dan sarana/fasilitas produksi dan/atau distribusi
Obat dan Makanan.
5. Pelaksanaan pengambilan contoh (sampling) Obat dan Makanan.
6. Pelaksanaan pengujian Obat dan Makanan.
7. Pelaksanaan intelijen dan penyidikan terhadap pelanggaran ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang pengawasan Obat dan Makanan.
8. Pengelolaan komunikasi, informasi, edukasi, dan pengaduan masyarakat di
bidang pengawasan Obat dan Makanan.
9. Pelaksanaan koordinasi dan kerja sama di bidang pengawasan Obat dan
Makanan.
10. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pengawasan Obat
dan Makanan.
11. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.
12. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Badan.

3.4 Budaya Organisasi


1. Profesional
Menegakkan profesionalisme dengan integritas, objektivitas, ketekunan
dan komitmen yang tinggi.
2. Integritas
konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi
nilai-nilai luhur dan keyakinan
3. Kredibilitas
Dapat dipercaya dan diakui oleh masyarakat luas, nasional dan internasional.
4. Kerjasama Tim
Mengutamakan keterbukaan, saling percaya dan komunikasi yang baik.
5. Inovatif
Mampu melakukan pembaruan sesuai ilmu pengetahuan dan teknologi terkini.
6. Responsif/Cepat Tanggap
Antisipatif dan responsif dalam mengatasi masalah.

3.5 Struktur Organisasi


Struktur organisasi diperlukan perusahaan untuk membedakan batas-batas
wewenang dan tanggung jawab secara sistematis yang menunjukkan adanya
hubungan / keterkaitan antara setiap bagian untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Demi tercapainya tujuan umum suatu instansi diperlukan suatu wadah
untuk mengatur seluruh aktivitas maupun kegiatan instansi tersebut. Pengaturan
ini dihubungkan dengan pencapaian tujuan instansi yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Struktur organisasi adalah susunan sub-sub sistem dengan hubungan
wewenang dan tanggung jawab. Dalam organisasi terdapat struktur yang
menerapkan bagaimana tugas akan dibagi. Berikut ini merupakan struktur
organisasi pada Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Banda Aceh :

Gambar 3.1 Struktur Organisasi BBPOM Banda Aceh


3.6 URAIAN PEKERJAAN
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Banda Aceh
menyusun suatu struktur organisasi dengan menguraikan beberapa tugas tiap-tiap
bagian :
1. Balai Pengawas Obat dan Makanan
Unit pelaksana teknis di lingkungan Balai Pengawas Obat dan Makanan
(BBPOM) Banda Aceh dipimpin oleh seorang kepala balai. yang mempunyai
tugas melaksanan kebijakan di bidang pengawasn produk terapetik, narkotika,
psikotropika dan zat adiktif lainnya, obat tradisional, kosmetik, keamanan pangan.
2. Sub Bagian Tata Usaha
Tugas sub bagian tata usaha adalah : memberikan pelayanan teknis dan
administrasi di lingkungan balai besar.
3. Seksi Pengujian Narkotika, Obat Tradisional, Kosmetik dan Obat
Tugas seksi pengujian produk terapetik, narkotika, obat tradisional,
kosmetik,dan produk komplimen adalah : menyusun rencana dan program serta
evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium,
pengujian dan penilaian mutu di bidang produk terapetik, narkotika, obat
tradisonal, kosmetik dan obat.
4. Seksi Bidang Pengujian Pangan dan Bahan Berbahaya
Tugas dari seksi bidang pengujian pangan dan bahan berbahaya adalah
melakukan penyusunan rencana dan program serta evaluasi dan penyusunan
laporan pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian
mutu di bidang pangan.
5. Seksi Pengujian Mikrobiologi
Tugas dari seksi pengujian mikrobiologi adalah : melakukan penyusunan
rencana dan program serta evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan
pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu secara
mikrobiologi.
6. Seksi Pemeriksaan dan Penyidikan
Tugas dari seksi pemeriksaan adalah melakukan pemeriksaan setempat,
pengambilan contoh untuk pengujian, pemeriksaan sarana produksi dan distribusi
produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, obat tradisional,
kosmetik, produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya.
Tugas dari seksi penyidikan adalah : melakukan penyidikan terhadap
kasus pelanggaran hukum dibidang terapetik, narkotika, psikotropika dan zat
adiktif lain, obat tradisional, kosmetik, pangan dan bahan lainnya.
7. Seksi Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen
Tugas dari seksi serifikasi adalah : melakukan sertifikasi produk, sarana
produk, dan distribusi tertentu.
Tugas dari seksi layanan informasi konsumen adalah : melakukan layanan
informasi untuk konsumen.
BAB IV
HASIL KEGIATAN PKL

4.1 Analisis Sistem Berjalan


Berdasarkan hasil kegiatan praktek kerja lapangan di Balai Pengawas Obat
dan Makanan Banda Aceh dapat diketahui sistem berjalan yang ada di tempat
tersebut. Sistem Pengawasan Obat dan Makanan dalam BPOM merupakan suatu
proses komprehensif yang mencakup pengawasan pre-market dan post-market.
Pengawasan pre-market adalah pengawasan obat dan makanan sebelum beredar
sebagai tindakan penjaminan produk dalam memenuhi standar, sedangkan post-
market merupakan pengawasan obat dan makanan selama beredar untuk
memastikan produk yang beredar memenuhi standar. Sistem dalam pengawasan
obat dan makanan oleh BBPOM terdiri atas :
4.1.1 Standarisasi
Standarisasi berfungsi dalam penyusunan standar, regulasi serta kebijakan
yang terkait dengan pengawasan Obat dan Makanan.
4.1.2 Penilaian (pre-market evaluation)
Pre-market evaluation merupakan pengawasan obat dan makanan sebelum
beredar sebagai tindakan pencegahan dalam menjamin produk yang beredar
memenuhi standar dan persyaratan keamanan, khasiat/manfaat dan mutu produk
yang telah ditetapkan.
Sistem pre-market yang dilakukan oleh BBPOM dengan cara memberikan
penyuluhan kepada industri mengenai bahan-bahan yang aman digunakan dalam
pengolahan industri.
4.1.3 Pengawasan Setelah Beredar (post-market control)
Post-market control merupakan pengawasan obat dan makanan untuk
memastikan produk yang beredar telah memenuhi standar dan persyaratan mutu
dan keamanan pangan yang telah ditetapkan. Selain itu, post-market control juga
bertujuan sebagai upaya penegakan hukum bagi pihak yang melakukan
pelanggaran dengan pemberian sanksi administratif seperti produk dilarang untuk
diedarkan, ditarik dari peredaran, dicabut izin edar serta disita untuk
dimusnahkan.
4.1.4 Pengujian Laboratorium
Jenis dan jumlah produk yang telah ditentukan berdasarkan analisis risiko
diuji melalui laboratorium guna mengetahui apakah sampel tersebut telah
memenuhi syarat mutu dan keamanan pangan.
Didalam pengujian laboratorium BBPOM Banda Aceh terdiri dari :
1. Laboratorium Pangan.
2. Laboratorium Kosmetik.
3. Laboratorium Obat Tradisional.
4. Laboratorium Obat.
5. Laboratorium Mikrobiologi.
Sampel akan melewati beberapa tahapan, tahapan yang pertama kali
adalah sampling bahan oleh pihak BBPOM. Mekanisme pengujian sampel bidang
pemeriksaan sampel akan di catat seluruh data informasi yang tercantum dalam
sampel tersebut. Pada bidang pemeriksaan terdapat pemeriksaan pada :
1. Kosmetik.
2. Obat Tradisional.
3. Pangan.
4. Obat-obatan.
5. Suplemen Kesehatan.
Setelah pemeriksaan pada sampel telah selesai dilakukan oleh pihak
pemeriksaan, bidang pemeriksaan akan mengeluarkan surat perintah uji kepada
bidang pengujian untuk di uji dilaboratorium kimia dan mikrobiologi.
4.1.5 Penindakan di Bidang Pengawasan Obat dan Makanan
Penindakan terhadap pelanggaran ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang pengawasan obat dan makanan didasarkan pada bukti dari
hasil pengujian, pemeriksaan, intelijen dan penyidikan. Proses penegakan hukum
sampai dapat diberikan sanksi pidana dan denda sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
4.2 Usulan Pemecahan Masalah

Anda mungkin juga menyukai